BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosa dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut tertentu. Meskipun dosis radiasi dalam radiografi rendah, bila memungkinkan paparan radiasi harus diminimalkan. Dokter gigi harus mempertimbangkan manfaat dari radiografi dental terhadap meningkatnya konsekuensi paparan radiasi terhadap pasien, efek yang terakumulasi dari beberapa sumber dari waktu ke waktu harus mengikuti prinsip-prinsip untuk meminimalkan paparan radiasi. Radiasi merupakan pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai massa dan bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah elektron, beta, alpha, photon, dan neutron. 7 Ketika radiasi melewati objek maka akan membentuk partikel bermuatan positif dan negatif (ion), proses ini disebut radiasi ionisasi. Ketika menembus jaringan tubuh, radiasi ionisasi menimbulkan kerusakan pada tubuh, terutama dengan ionisasi atom-atom pembentuk jaringan. Interaksi radiasi yang merusak pada tingkat atom akan menimbulkan kerusakan selular, serta menimbulkan fungsi abnormal atau hilangnya fungsi sel. Karena kemampuan untuk menimbulkan kerusakan biologi ada, penggunaan energi radiasi harus dibatasi sekecil mungkin Manfaat Radiografi Kedokteran Gigi Pada umumnya radiografi dalam kedokteran gigi digunakan untuk tujuan: 1. Membantu menegakkan diagnosa Penyakit atau kelainan gigi tidak selalu dapat terlihat langsung melalui pemeriksaan fisik. Penggunaan radiografi dapat membantu mengetahui ada atau tidaknya kelainan, besarnya kerusakan atau keparahan, serta hubungannya dengan jaringan di sekitarnya. 2. Mengarahkan rencana perawatan Setelah diagnosis penyakit ditegakkan, maka dapat segera ditentukan rencana perawatan yang akan dilakukan. 2

2 3. Evaluasi hasil perawatan Untuk melihat keberhasilan perawatan yang telah dilakukan, maka dilakukan radiografi, misalnya: untuk mengetahui apakah pengisian saluran akar sudah sempurna (apakah apeks gigi telah menutup). 2.3 Radiografi Kedokteran gigi Radiografi di kedokteran gigi ada dua macam yaitu radiografi intra oral dan radiografi ekstraoral Radiografi Intraoral Radiografi intraoral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya, dengan cara menempatkan filmnya didalam rongga. Pemeriksaan intraoral merupakan pokok dari dental radiografi. Jenis-jenis radiografi intraoral: 1. Radiografi periapikal Pemeriksaan radiografi periapikal merupakan teknik pemeriksaan radiografi yang paling rutin dilakukan di kedokteran gigi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa gigi (crown dan root) serta jaringan disekitarnya. Teknik yang digunakan adalah paralleling dan bisecting. Indikasi radiografi periapikal adalah: 1. Untuk mendeteksi adanya infeksi atau inflamasi periapikal. 2. Penilaian status periodontal. 3. Pasca trauma gigi dan melibatkan tulang alveolar. 4. Dugaan adanya gigi yang tidak erupsi dan letaknya. 5. Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi. 6. Perawatan endodontik. 7. Penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi apikal. 8. Mengevaluasi kista radikularis secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar. 9. Evaluasi pasca pemasangan implant. 7,9 2. Radiografi interproksimal (bitewing) Teknik radiografi bitewing bertujuan untuk memeriksa crown, crest alveolar di maksila dan mandibula dalam satu film. Pada teknik bitewing, film ditempatkan sejajar dengan crown gigi-gigi

3 di maksila dan mandibula. Kemudian pasien disuruh menggigit bite tab atau bitewing film holder dan sinar diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal Radiografi Oklusal Radiografi oklusal bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula dalam satu film. Film yang digunakan adalah film khusus Radiografi ekstraoral Merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang. Radiografi ini menggunakan film khusus yang diletakkan di luar mulut. Macam-macam radiografi ekstraoral: 1. Panoramik Radiografi panoramik digunakan untuk melihat perluasan suatu lesi/tumor, fraktur rahang, fase gigi bercampur. Panoramik akan memperlihatkan daerah yang lebih luas dibandingkan intraoral yaitu rahang bawah dalam satu film. Pada panoramik, film dan sinar-x bergerak mengelilingi pasien dimana cara kerja ini berbeda dengan radiografi intraoral. Pasien duduk atau berdiri, tergantung dari tipe panoramik yang tersedia/yang digunakan Lateral jaw Radiografi lateral jaw digunakan untuk melihat keadaan disekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka. 3. lateral cephalometric Radiografi lateral cephalometric digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma suatu penyakit, serta kelainan pertumbuhan dan perkembangan. Teknik ini juga digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras. 4. Postero-anterior Radiasi proyeksi postero-anterior digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Teknik ini juga memberikan gambaran struktur wajah antara lain yaitu sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanalis, dan orbita. 5. Proyeksi Waters Digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sutura zigomatikum frontalis, dan rongga nasal

4 6. Proyeksi submentovertec Digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila dan arcus zigomatikus Bahaya Radiasi Radiasi yang digunakan untuk tujuan apapun pasti akan mengandung potensi bahaya bagi manusia. Keselamatan radiasi merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar dosis radiasi pengion yang mengenai manusia dan lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan. Akibat buruk dari radiasi pengion dikenal sebagai efek somatik apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi, dan disebut efek genetik apabila dialami oleh keturunannya. Efek somatik, bila organisme hidup (seperti manusia) yang terkena radiasi mengalami kerusakan biologi sebagai akibat penyinaran ini, efek penyinaran diklasifikasikan sebagai efek somatik. Tergantung pada lama sejak radiasi sampai timbul pertamanya gejala kerusakan radiasi, efek tersebut diklasifikasikan sebagai efek somatik jangka pendek atau panjang. Efek genetik yaitu efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir. Efek ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau ovarium, karena radiasi. Bila mutasi ge netik ini terjadi, informasi genetik yang salah diteruskan ke generasi mendatang. Informasi genetik yang salah ini dapat termanifestasi berupa berbagai penyakit atau malformasi Dosis Radiografi Kedokteran Gigi Radiasi pada pasien, operator dan lingkungan harus dibatasi untuk mencegah terjadinya efek biologi yang berbahaya. Batas dosis absorpsi pekerja dan non-pekerja disebut sebagai dosis maksimal yang diperbolehkan dan dosis batas yang diperkenalkan oleh para dokter akhir-akhir ini. 8 Tabel 1. dosis serap kira-kira untuk jaringan per Rontgen pemaparan Jaringan Rad per Rontgen Pemaparan 50 KVp 1MeV Jaringan lunak 0,95 0,95 Tulang 5 0,9 1,8 Tabel 2. Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi Jenis radiografi 1,7,8 Dosis efektif (msv)

5 Skull/ kepala/postero-anterior 0,03 Lateral 0,01 Bitewing/periapikal 0,001-0,008 Oklusal 0,008 Panoramik 0,004-0,03 Lateral sefalometri 0,002-0,003 CT mandibula 0,36-1,2 CT maksila 0,1-3,3 Tabel 3. Dosis radiasi yang dapat menimbulkan efek Dosis (Sv) Efek pada tubuh 0,25-0,25-1,0 Menurunkan kadar sel darah putih 1-2 Muntah dalam 3 jam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, perubahan darah (pemulihan dalam beberapa minggu) 2-6 Muntah dalam 2 jam, perubahan darah yang parah, kerontokan rambut dalam 2 minggu (pemulihan dalam 1 tahun sekitar 70%) 6-10 Muntah dalam 1 jam, kerusakan lambung, perubahan darah yang parah. Kematian dalam 2 minggu untuk % >10 Kerusakan otak, koma, kematian 1,7,8 2.6 Efek Radiografi Kedokteran gigi Efek Non Stokastik (Deterministik) Efek non stokastik (deterministik) didefinisikan sebagai efek somatik yang meningkat dalam keparahan penyakit akibat dosis radiasi yang melebihi ambang batas. Efek ini berasal dari dosis radiasi yang cukup besar melebihi kebutuhan dalam radiologi diagnostik. Efek ini timbul segera setelah paparan atau beberapa bulan atau tahun setelah paparan. Timbulnya efek deterministik (efek somatik) menurut jangka waktu terbagi 2, yaitu: 1. Efek somatik jangka pendek Efek somatik jangka pendek didefinisikan sebagai efek yang timbul dalam waktu beberapa menit, jam, minggu sejak penyinaran radiasi. Dosis radiasi ionisasi tertentu dibutuhkan untuk 8,10

6 menghasilkan efek biologi segera setelah radiasi. Efek dari dosis yang tinggi ini adalah: mual, lemas, eritema (kemerahan abnormal dari kulit), epilasi (rontoknya rambut), gangguan darah, gangguan intestinal, demam, dan desquamasi kering serta basah, berkurangnya jumlah sperma pada pria, kemandulan tetap atau sementara dari wanita dan pria serta kerusakan sistim saraf pusat. 2. Efek somatik jangka panjang Efek somatik jangka panjang didefinisikan sebagai efek yang timbul setelah beberapa bulan atau tahun setelah penyinaran radiasi ionisasi. Efek ini timbul dari dosis radiasi seluruh atau sebagian tubuh yang tinggi, atau karena dosis rendah yang kronis selama bertahun-tahun Efek Stokastik Efek stokastik didefinisikan sebagai suatu yang menyebabkan terjadinya keparahan tanpa dipengaruhi oleh ambang. Efek stokastik menunjukkan respon all or none, di modifikasi dengan faktor-faktor risiko individual. Efek ini dapat timbul setelah paparan dengan dosis yang relatif rendah seperti yang mungkin terjadi dalam radiologi diagnostik. Kanker dan efek genetik merupakan contoh dari efek stokastik Karsinogenesis Radiasi dapat menjadi kanker dengan mengubah DNA melalui mutasi gen. Radiasi merangsang sel untuk berkembang biak sehingga mengubah sel premaligna menjadi lebih ganas. 2. Kanker esophangeal Terjadi kanker esophangeal relatif jarang ditemukan. Kanker ini banyak ditemukan di Jepang pada mereka yang selamat dari bom atom dan penderita diobati dengan radiasi sinar-x untuk ankylosing spondylitis Kanker tiroid Insiden karsinoma tiroid (muncul dari epitel) meningkat pada manusia setelah terpapar. Kelenjar tiroid dalam pembuatan radiografi gigi tidak langsung terkena sinar utama (primary beam). Diperkirakan 6000 mrads (0,06 Gy) dosis yang diperlukan untuk menghasilkan kanker pada kelenjar tiroid. Pada foto gigi dalam 20 film serial adalah 6 mrads (0,00006 Gy) atau 1/100 dari dosis yang diperlukan dalam menghasilkan kanker tiroid. Hanya sekitar 10% atau kurang dari individu yang terkena kanker dan menyebabkan kematian. 4. Kanker kelenjar ludah Insiden tumor kelenjar ludah meningkat pada pasien yang melakukan terapi radiasi untuk penyakit kepala dan leher. Radiasi ionisasi yang terjadi pada kelenjar ludah dengan dosis radiasi 8,11 8

7 sekitar 3000 Rad akan menimubulkan gangguan sekresi air ludah, hal ini menyebabkan rongga mulut terasa kering, disebut xerostomia. Risiko yang tertinggi pada penderita yang melakukan 8,11 terapi radiasi ssebelum usia 20 tahun. 5. Leukemia Insiden leukemia meningkat setelah terpapar radiasi pada sumsung tulang. Dosis yang menyebabkan terjadinya leukemia 5000 mrads (0,05 Gy) atau lebih. Rata-rata dosis periapikal foto kira-kira 1-3 mrads (0, ,00003 Gy) per film. Bagi individu yang terpapar dibawah usia 30 tahun, risiko untuk pengembangan leukemia setelah sekitar 30 tahun. Bagi individu dewasa (>30 tahun) yang terpapar, risiko tetap ada sepanjang hidup. Tetapi orang yang 8,11 lebih muda lebih berisiko dari pada orang dewasa. 6. Efek genetik Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut efek genetik. Efek ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau ovarium, karena radiasi. 8 Radiasi bisa merusak materi genetik pada sel reproduksi. Frekuensi terjadinya mutasi gen meningkat seiring dengan paparan radiasi. Dosis yang rendah dapat mengurangi terjadinya mutasi gen. Pria lebih 9 sensitif terhadap paparan radiasi dibandingkan wanita. Tabel 4. Perkiraan efek genetik dengan dosis 10 msv per generasi. Kelainan Kejadian terakhir/10 6 kelahiran 9 Kasus tambahan/10 6 perkelahiran Berat Ringan X-linked 400 <1 Resesiv <1 Kelainan kongenital Proteksi Radiasi Proteksi radiasi bertujuan untuk meminimalkan risiko dari radiografi yang digunakan untuk pemeriksaan diagnostik. Teknik pengawasan keselamatan radiasi dalam masyarakat umumnya selalu berdasarkan pada konsep dosis ambang. Setiap dosis seberapa kecilnya akan menyebabkan terjadinya proses kelainan, tanpa memperhatikan panjangnya waktu pemberian dosis. Karena tidak adanya dosis ambang ini, maka masalah utama dalam pengawasan keselamatan radiasi adalah dalam batas dosis tertentu sehingga efek yang akan ditimbulkannya masih dapat diterima baik oleh

8 masyarakat. Oleh karena itu, setiap kemungkinan penerimaan dosis oleh pekerja radiasi maupun anggota masyarakat bukan pekerja radiasi harus diusahakan serendah mungkin. 2,12,13 Melakukan prosedur kerja dengan zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya, karena sebagian besar radiografer adalah petugas proteksi radiasi (PPR) maka bertugas untuk melakukan upaya-upaya tindakan proteksi radiasi dalam rangka meningkatkan kesehatan dan keselamatankerja bagi pekerja radiasi, pasien dan lingkungan. Evaluasi tindakan proteksi radiasi yang telah dilakukan merupakan salah satu kemampuan dari petugas proteksi radiasi termasuk pengujian terhadap efektifitas dan efisiensi tindakan proteksi sehingga radiografer mampu membuat suatu sistem tindakan proteksi radiasi yang lebih baik. 14 Dalam hal melakukan proteksi, ICRP (International Commission on Radiological Protection) telah menerbitkan bahwa dalam melakukan suatu radiografi harus memenuhi 3 prinsip umum, sebagai berikut: 7,10 1. Justifikasi: pemanfaatan radiasi harus mempunyai manfaat yang lebih besar dari pada risiko yang diterima. 2. Optimasi: pemanfaatan radiasi harus diupayakan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi 3. Limitasi: pemanfaatan radiasi tidak boleh melampaui nilai batas dosis yang sudah ditetapkan oleh peraturan. Nilai batas dosis untuk seluruh tubuh yang bergantung pada pekerja radiasinya (dengan pengecualian pada wanita hamil dan wanita masa usia subur) adalah: 8,9 1. NBD untuk pekerja radiasi yang memperoleh penyinaran seluruh tubuh ditetapkan 50 msv (5000mrem) per tahun. 2. Batas tertinggi penerimaan pada abdomen pada pekerja radiasi wanita dalam masa subur ditetapkan tidak lebih dari 13 msv (1300 mrem) dalam jangka waktu 13 minggu dan tidak melebihi NBD pekerja radiasi. 3. Pekerja wanita yang mengandung harus dilakukan pengaturan agar saat bekerja dosis yang diterima janin terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga saat kelahiran diusahakan serendah-rendahnya dan sama sekali tidak boleh melebihi 10 msv (1000 mrem). Nilai batas dosis yang diterapkan oleh BAPETEN, berdasarkan Surat Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 yaitu mengenai penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama jangka waktu 1 tahun, tidak

9 bergantung pada laju dosis tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan penyinaran alam. Nilai batas dosis tersebut ditetapkan sebagai berikut: 8,10 1. Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 50 msv per tahun 2. Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 50 msv per tahun. 3. Dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian khusus dari tubuh, dosis rata-rata dalam tiap organ atau jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50 msv. Alat-alat yang dipakai untuk mencatat dosis personil, yaitu: 1 1. Film badge yang berfungsi untuk mencatat dosis radiasi yang diterima oleh personil (petugas) yang terkena berbagai jenis radiasi. Oleh sebab itu film badge yang dipakai harus cukup mampu untuk mencatat dosis radiasi yang berasal dari sumber-sumber radiasi yang berlainan kualitasnya. 2.Dosimeter saku adalah pengukur dosis yang mempunyai respon (reaksi) terhadap radiasi sebanding dengan jumlah pasangan ion yang dihasilkan selama perjalanannya melalui elemen pendeteksian. Pada dasarnya dosimeter saku lebih teliti dari pada film badge. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. 15 Alat proteksi radiasi yang tersedia dan dapat digunakan yaitu: apron, kaca mata, perisai gonad, perisai tiroid, dan sarung tangan. 15 Penggunaannya tergantung pada pemeriksaan radiografi yang digunakan. Gambar 1. Kaca Mata Pelindung Radiasi. 12

10 Gambar 2. Apron, Perisai Gonad dan Perisai Tiroid Apron Proteksi Tubuh Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga 150 kvp harus menyediakan sekurang kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb.Tebal kesetaraan timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut. 9 Apron ini digunakan baik untuk operator mau pun penderita. 11 Gambar 3. Apron Pelindung Tubuh Penahan Radiasi Gonad Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk radiologi diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang - kurangnya setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai

11 tebal setara lempengan Pb 0,5 mm pada 150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama Perisai Tiroid Perisai untuk melindungi kelenjar tiroid disebut tiroid shield, berguna untuk mengurangi daya tembus sinar radiasi ke arah kelenjar tiroid Sarung Tangan Proteksi Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus memberikan kesetaraan atenuasi sekurang kurangnya 0,25 mm Pb pada 150 kvp.proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan. 15 Gambar 4. Penahan Radiasi Gonad dan Sarung Tangan Pelindung Radiasi Proteksi pasien terhadap radiasi Untuk proteksi ini perlu diperhatikan: 1. Pemeriksaan sinar X hanya atas permintaan seorang dokter. 2. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer. 3. Pemakaian voltage yang lebih tinggi sehingga daya tembusnya lebih kuat. 4. Daerah yang disinar harus sekecil mungkin, misalnya dengan mempergunakan konus (untuk radografi) atau diafragma (untuk sinar tembus). 5. Alat kelamin dilindungi sebisanya. 6. Pasien hamil, terutama trimester pertama, tidak boleh diperiksa radiologik.

12 7. Waktu penyinaran sesingkat mungkin. Contohnya, pada pemeriksaan sinar tembus pada salah satu bagian tubuh tidak boleh melebihi 5 menit Proteksi terhadap dokter pemeriksa dan petugas radiologi lainnya Untuk proteksi ini diperhatikan: 1. Hindari penyinaran bagian-bagian tubuh yang tidak terlindungi. 2. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung, yang berlapis Pb dengan tebal maksimum 0,5 mm Pb. 3. Hindari melakukan sinar tembus, usahakan melakukan radiografi. 4. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang-tulang kepala. 5. Akomodasi mata sebelum melakukan pemeriksaan sinar tembus paling sedikit selama 20 menit. 1 Tabel 5. Nilai atas yang diizinkan yang ditentukan oleh Komisi Internasional tentang proteksi radiasi (ICRP) Organ atau jaringan Gonad, sumsum merah tulang Pekerja radiasi dewasa (Rem per tahun) Anggota masyarakat bukan pekerja radiasi (Rem per tahun) 5 (a) 0,5 Kulit, tulang 30 3,0 Kelenjar gondok 30 3,0 (b) Anggota badan 75 7,5 Organ lainnya 15 1,5 (a). Untuk wanita hamil dosis pada janin yang terakumulasi selama masa kehamilan, sesudah diagnosis, tidak boleh melebihi 1 rem (b). 1,5 rem dalam satu tahun pada kelenjar gondok untuk anak-anak sampai usia 16 tahun.

13 2.8. Kerangka Teori Radiografi Kedokteran Gigi Defenisi Radiografi Kedokteran Klasifikasi Radiologi Kedokteran Prinsip Radiografi Bahaya Radiasi Manfaat Radiologi Efek Stokastik Proteksi Efek Non Stokastik Radiasi

14 2.9. Kerangka Konsep Prinsip Radiografi Bahaya Radiasi Efek Stokastik Efek Non Stokastik Proteksi Radiasi Pasien Operator Lingkungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan seni dan ilmu dalam membuat gambar bayangan gigi dan struktur sekitarnya. Radiografi berperan penting di bidang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan klinis yang biasanya digunakan untuk membantu penegakan diagnosa dan rencana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi yaitu pengambilan gambar menggunakan radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan yang dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam diagnosis danpengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut tertentu. Meskipundosis radiasi dalamradiografi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang sangat penting di bidang kedokteran gigi. Ini karena hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Dibidang kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang sangat penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data dukungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, salah satunya dalam bidang kesehatan atau medik di bagian radiologi khususnya profesi kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Dalam bidang kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi memiliki peran yang sangat penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data dukungan

Lebih terperinci

Bab 2. Nilai Batas Dosis

Bab 2. Nilai Batas Dosis Bab 2 Nilai Batas Dosis Teknik pengawasan keselamatan radiasi dalam masyarakat umumnya selalu berdasarkan pada konsep dosis ambang. Setiap dosis betapapun kecilnya akan menyebabkan terjadinya proses kelainan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu mengumpulkan data. Fungsi analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Radiologi dimulai dengan penemuan sinar-x oleh William Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3 tahun kemudian, penemuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi dan Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi pertama dilakukan pada tahun 1895 dengan penemuan X-ray oleh Profesor Wilhelm Conrad Roentgen. Ahli fisika Jerman ini adalah

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24 Halaman 1 dari 24 LEMBAR PENGESAHAN Disiapkan oleh Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Diperiksa oleh Disahkan oleh Halaman 2 dari 24 Pernyataan Kebijakan Proteksi dan Keselamatan Radiasi Setiap kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi merupakan suatu bentuk energi. Ada dua tipe radiasi yaitu radiasi partikulasi dan radiasi elektromagnetik. Radiasi partikulasi adalah radiasi yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies gigi adalah penyakit multifaktorial dengan interaksi antara tiga faktor, yaitu gigi, mikroflora, dan diet. Bakteri akan menumpuk di lokasi gigi kemudian membentuk

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. 5,7,10,11

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.

Lebih terperinci

Dasar Proteksi Radiasi

Dasar Proteksi Radiasi Dasar Proteksi Radiasi 101 Tujuan Proteksi Radiasi Mencegah terjadinya efek non-stokastik yang berbahaya, dan membatasi peluang terjadinya efek stokastik hingga pada nilai batas yang dapat diterima masyarakat;

Lebih terperinci

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru, lambung dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun dari jaringan yang merupakan kumpulan dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, pertama kali menemukan sinar-x pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut ternyata tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

SUB POKOK BAHASAN. I. Dosis Radiasi & Satuan Pengukur. Dosis Radiasi

SUB POKOK BAHASAN. I. Dosis Radiasi & Satuan Pengukur. Dosis Radiasi SUB POKOK BAHASAN Drh. Deni Noviana, PhD Drh. M. Fakhrul Ulum Dosis radiasi dansatuan pengukur Alat pengukuran radiasi Efek Biologis Radiasi Ionisasi : interaksi radiasi sinar X dengan jaringan biologis

Lebih terperinci

RONTGEN Rontgen sinar X

RONTGEN Rontgen sinar X RONTGEN Penemuan sinar X berawal dari penemuan Rontgen. Sewaktu bekerja dengan tabung sinar katoda pada tahun 1895, W. Rontgen menemukan bahwa sinar dari tabung dapat menembus bahan yang tak tembus cahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Radiasi sinar X dapat memberikan efek terhadap sistem kehidupan secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi terbentuk

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16 Malang 65145, Telp. 085784638866

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan terbanyak radiasi pengion buatan manusia adalah di dunia medis. Radiasi pengion tersebut digunakan dalam penegakan diagnosis, panduan tindakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Impaksi Menurut Indonesian Journal of Dentistry, gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ABSTRAK Radiografer adalah pekerja yang beresiko terkena

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.672, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Radiasi Proteksi. Keselamatan. Pemanfaatan. Nuklir. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan BAB. I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Sinar-X merupakan sepenggal spektrum gelombang elektromagnetik yang terletak di ujung energi tinggi spektrum gelombang elektromagnetik di bawah dan bersinggungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sinar X telah lama dikenal dalam bidang kedokteran umum maupun kedokteran gigi sebagai suatu alat yang sangat membantu dalam suatu diagnosa penyakit gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Kesehatan bukanlah semata-mata merupakan tanggung

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengetahuan Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya.wujudnya dapat berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan.perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

RADIASI PENGION DAN PENGARUHNYA TERHADAP RONGGA MULUT

RADIASI PENGION DAN PENGARUHNYA TERHADAP RONGGA MULUT RADIASI PENGION DAN PENGARUHNYA TERHADAP RONGGA MULUT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : IRA IPADA PUTRI NIM : 050600033 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T. Oleh : ADI WIJAYANTO 1 Adi Wijayanto Badan Tenaga Nuklir Nasional www.batan.go.id CAKUPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari GLOBOCAN memperkirakan, terdapat sekitar 14,1 juta ditemukan kasus kanker baru dan tercatat 8,2 juta jiwa meninggal akibat kanker pada tahun 2012 di seluruh

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan tak hanya sebatas pembangkit listrik namun sudah merambah ke bidang medis, industri, pemrosesan makanan, pertanian,

Lebih terperinci

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi Telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion dan Surat Keputusan Kepala BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-99

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis, radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep. 2.1 Suku Batak Penduduk Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan bisa dikatakan tanpa kesehatan yang baik segala yang dilakukan tidak akan maksimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut beberapa ahli, radiasi dapat menembus sel jaringan tubuh manusia secara perlahan lahan dalam jangka waktu yang lama yang dapat menyebabkan infeksi, perdarahan,

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG OSTEOSARCOMA PADA RAHANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh : AFRINA ARIA NINGSIH NIM : 040600056 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Radiasi terdiri dari beberapa jenis, ditinjau dari massanya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Radiologi Kedokteran Gigi a. Sejarah Radiologi Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Dental Radiografi dental merupakan sarana pemeriksaan untuk melihat manifetasi oral dirongga mulut yang tidak dapat dilihat dari pemeriksaan klinis namun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Radiografi Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang profesor fisika dari Universitas Wurzburg, di Jerman. Hasil radiografi terbentuk karena perbedaan

Lebih terperinci

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016 PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi, Universitas Brawijaya Jl. Veteran 12-16 Malang, 65145, Telp. 085784638866,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan perkembangan. 11 Evaluasi status maturitas seseorang berperan penting dalam rencana perawatan ortodonti, khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

BAB IV. EFEK BIOLOGI

BAB IV. EFEK BIOLOGI BAB IV. EFEK BIOLOGI Dalam proses interaksi radiasi dengan materi terjadi penyerapan energi idiasi oleh materi, yamg dapat mengakibatkan proses ionisasi, eksitasi, dan radikalisasi, yang selanjutnya terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tumbuh Kembang Anak Perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi merupakan manifestasi kompleks dari tumbuh kembang yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut Gibson et.al. kemampuan seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui latihan, pengalaman kerja maupun pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering kedelapan di seluruh dunia. Insiden penyakit ini memiliki variasi pada wilayah dan ras yang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 I. Data Umum Nama : Usia : Jenis kelamin : Pendidikan terakhir : Posisi/Jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penggunaan teknologi nuklir disadari benar bahwa selain dapat diperoleh manfaat bagi kesejahteraan manusia juga ditemui posisi bahaya bagi keselamatan manusia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah satu modalitas pemeriksaan di bidang radiologi. Pemeriksaan CT scan meskipun

Lebih terperinci

Data Responden. I. Mohon diisi dengan huruf cetak Umur: Lama bekerja:

Data Responden. I. Mohon diisi dengan huruf cetak Umur: Lama bekerja: Data Responden I. Mohon diisi dengan huruf cetak Umur: Lama bekerja: II. Mohon untuk dilingkari Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan Pendidikan: a. SLTA/sederajat b. D3/sederajat c. S1/sederajat d.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiasi Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (2011), dikatakan bahwa radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang karena energi

Lebih terperinci

Dokumen yang Perlu Dipahami 1 Label Peringatan 2 ALARA 2 Dosimeter 3 Risiko Radiasi 3 Prinsip Proteksi Radiasi 5 Aturan Keselamatan Umum 6

Dokumen yang Perlu Dipahami 1 Label Peringatan 2 ALARA 2 Dosimeter 3 Risiko Radiasi 3 Prinsip Proteksi Radiasi 5 Aturan Keselamatan Umum 6 Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BIDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN Jl. Tamansari 71, Bandung 40132 Telp. 2503997 ext. 444 Daftar Isi Dokumen yang Perlu Dipahami 1

Lebih terperinci

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi BAB II Besaran dan Satuan Radiasi A. Aktivitas Radioaktivitas atau yang lebih sering disingkat sebagai aktivitas adalah nilai yang menunjukkan laju peluruhan zat radioaktif, yaitu jumlah inti atom yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keparahannya berbanding lurus dengan dosis dan memiliki ambang batas. Jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keparahannya berbanding lurus dengan dosis dan memiliki ambang batas. Jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar X terhadap jaringan biologis dapat memberikan efek deterministik dan stokastik. Efek deterministik merupakan efek yang keparahannya berbanding

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap insan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN No DOKUMEN Dokumen Administratif 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk WNI /Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS) dan Paspor untuk WNA selaku pemohon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak terjadi didunia dan meliputi sekitar 2,8% kasus keganasan (Jemal dkk., 2006). Kanker kepala

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Dental Radiografi pertama kali dikemukakan oleh Wilhelm Conrad Roentgen, seorang professor fisika dari Universitas Wurzburg, Jerman pada November 1895. 8,9 Pada Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan radiografik telah menjadi salah satu alat bantu diagnosis utama di bidang kedokteran gigi untuk menentukan keadaan penyakit dan merencanakan perawatan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang BAB 2 EKSTRAKSI GIGI 2.1 Defenisi Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik

Lebih terperinci

untuk melihat area yang luas pada rahang atas dan rahang bawah pada satu film c. Foto ekstraoral

untuk melihat area yang luas pada rahang atas dan rahang bawah pada satu film c. Foto ekstraoral 1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan terapan dasar radiologi kedokteran gigi dan alat yang digunakan a. Terapan secara umum Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen. Dr. Otto Walkhaff (dokter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanankan pada bulan Mei 7 bertujuan untuk mengetahui persentase jenis kegagalan radiografi periapikal di RSGM UMY yang diterima

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT MENGENAI PEMERIKSAAN FOTO RONSEN DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI DI KABUPATEN BARRU SKRIPSI

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT MENGENAI PEMERIKSAAN FOTO RONSEN DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI DI KABUPATEN BARRU SKRIPSI TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT MENGENAI PEMERIKSAAN FOTO RONSEN DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI DI KABUPATEN BARRU SKRIPSI NUR AMALIA J111 13 014 BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 11 (50 MENIT) EFEK RADIASI IONISASI SINAR X TERHADAP JARINGAN

PERTEMUAN KE 11 (50 MENIT) EFEK RADIASI IONISASI SINAR X TERHADAP JARINGAN PERTEMUAN KE 11 (50 MENIT) EFEK RADIASI IONISASI SINAR X TERHADAP JARINGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan efek radiasi ionisasi sinar X terhadap jaringan Sub pokok bahasan : 1. Satuan pengukur

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN. TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI

Lebih terperinci

BAB 2 PENGERTIAN, ETIOLOGI, TANDA DAN GEJALA OSTEOSARKOMA. Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai

BAB 2 PENGERTIAN, ETIOLOGI, TANDA DAN GEJALA OSTEOSARKOMA. Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai BAB 2 PENGERTIAN, ETIOLOGI, TANDA DAN GEJALA OSTEOSARKOMA 2.1 Definisi dan Etiologi Osteosarkoma 2.1.1 Definisi Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai kemampuan untuk membentuk

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal

Lebih terperinci