BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang. ebudayaanpadahakekatnyamemberi identitaskhusussertamenjadi modal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori,

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

PERUBAHAN DAN KONTINYUITAS TRADISI BUDAYA BALI OLEH KOMUNITAS ORANG-ORANG BALI YANG TINGGAL DI SURAKARTA

Pertemuan 5: Dasar Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di tengah kesibukan seseorang dalam bekerja diikuti pula

Persepsi Masyarakat Terhadap Upacara Pengerupukan Pra Hari Raya Nyepi di Kecamatan Wonosari

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Masing-masing daerah memiliki kebudayaan dan tradisi yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TERITORI RUANG RITUAL PADA PURA LUHUR DWIJAWARSA MALANG

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

yang masih dipertahankan di suku Jawa adalah Ritual Bulan suro.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan

MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.

BAB I PENDAHULUAN. masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide - ide,

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. penjelas kalimat pada peristiwa itu terjadi. Tidak hanya keterangan waktu

BAB V PENUTUP. keluarga serta orang lain atau anggota masyarakat yang lain. Salah satu tradisi

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

ABSTRACT. Semiotics, Signifier, Signified, Denotation, Connotation. yang terlintas di dalam hati. Bloomfield (1996:3-4) mengatakan bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

METODE PENELITIAN. Penelitian yang mengkaji atau menganalisis fenomena di masyarakat mengenai

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. sembilan kabupaten dan satu kota madya. Bengkulu memiliki banyak suku dan

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangdanMasalah 1.1.1 LatarBalakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyaiberbagaimacamsukudankebudayaan.keanekaragamansukubangsadank ebudayaanpadahakekatnyamemberi identitaskhusussertamenjadi modal dasarsebagailandasanpengembanganbudayabangsa. Bangsa Indonesia adalahbangsa yang beragamadanpercayaakanadanyatuhan. Sebagaiumat yang beragamamerekataatmenjalankankewajiban-kewajiban agama yang merekaanut, yang bersifat ritual maupun yang bersifatseremonial, artinyadalamhidupkesehariantidaklepasdarisifatreligiousdansifatagamis (Jandra,1991:1).Selainsebagaimakhluk beragama,manusiajugasebagaimakhluk berbudaya,yaitukebudayaansebagaiukurandalamhidupdantingkahlakumanusiaitus endiri.dalamkebudayaan yang sedangberkembang, upacarakeagamaandenganberbagaisimboliknya mencerminkan normasertanilaibudayasuatusukubangsadi Indonesia. Kebudayaan merupakanunsurpenting yang menentukan identitasbangsa Indonesia. Kebudayaanitusendirisebenarnyaterdiridarigagasan-gagasan, simbolsimbol, dannilai-nilaisebagaihasilkaryadanperilakumanusia, sehingga tidakberlebihanbiladikatakanbahwamanusiaitu makhluksimbol karena manusia 1

berpikir, berperasaandanbersikapdenganungkapan-ungkapan yang simbolis.ungkapan-ungkapan yang simbolisinimerupakancirikhasdarimanusia yangjelasmembedakannyadenganhewan (Cassirer, 1944 via Jandra, 1991:2). Upacara tradisional merupakan salah satu contoh dari kebudayaan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia tidakbisa lepasdariupacaratradisional, termasuk mereka yang menganut agama Hindu. Umat Hindu tidakbisa lepasdariberbagaimacamupacara yang berhubungandengankehidupansehari-hari. Jika umat Hindu inginberhubunganataumanunggaldengan yang MahaSuci (Tuhan Yang Maha Esa) maka umat harusmewujudkankesucianlahiriahdanbatiniahdenganjalanmenguasaialamluardan alamdalam. Alam luar yaitu bagian yang sangat penting dalam persembahyangan dan pemujaan. Salah satu contohnya adalah pemilihan waktu dalam pemujaan, dengan diadakannya pemilihan waktu yang tepat diharapkan semua persembahan diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa dan segala kegiatan persembahyangan berjalan lancar. Sedangkan alam dalam yaitu keadaan diri umat yang ingin manunggal dengan Tuhannya, misalnya seseorang tidak boleh melakukan persembahyangan jika dalam keadaan sebel atau sering disebut dengan cuntaka. Yang termasuk ke dalam keadaan cuntaka yaitu umat yang sedang datang bulan, setelah melahirkan, dan kematian karena umat yang sedang dalam keadaan ini emosinya tidak terkontrol dengan baik. 1 1 Wawancara dengan Ibu Triman ahli banten (sesaji) kabupaten Gunungkidul pada tanggal 9 Maret 2009 2

Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup yang besar harus menentukan harisuci yaitu pemilihan waktu untuk melakukan persembahyangan karena pada saat ituumat Hindu wajibmelakukanpemujaankehadapansang HyangWidhiWasabesertamanifestasi- Nya ( Tim Penyusun, 2005:108). Kegiatan keagamaan yang dilakukan pada hari suci yaitu peringatan hari besar. Salah satu hari besar yang rutin dilaksanakan oleh umat Hindu adalah Nyepi 2. Nyepimerupakanpergantiantahunbaruśaka, pada kalender Bali yang jatuh pada perhitungan Tilem IX (kesanga) ataubulanmatisekitarbulan Maret.PerkataanNyepi disiniberartisunyiataudiam yaitu seseorangharusmenenangkandirisecaralahirbatinuntukmembersihkanjiwasertame mpersiapkan mental dalamrangkamenyambuttahunbaru yang berikutnya. 3 UpacaraNyepi mempunyai beberapa tahapan salah satunya adalah Upacara Labuhan Melasti. Padahakikatnyaupacara labuhan melastiyang selanjutnya disingkat ULM merupakan upacara yang dianggap dapat menjadi sarana untuk mensucikan diri dari berbagai macam dosa yang telah dilakukan sehari-hari (Tim Penyusun, 2005:108). ULM olehumat Hindudianggapsangatpentingdansakral karena ULM adalah sarana untuk penyucian bhuwanaalit (manusia), bhuwanaageng(bumi), serta benda-benda yang dianggap sakral dari dosa dan kotoran. Selain itu, dalam pelaksanaan ULM terdapat berbagai jenis sesaji yang masing-masing mempunyai nama dan makna yang tersirat di dalamnya. Makna yang tersirat di dalam unsur- 2 Nyepi adalah upacara keagamaan yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh umat Hindu di seluruh dunia, upacara ini jatuh setiap bulan mati yaitu sekitar bulan Maret(Tim Penyusun, 2005:108). 3 Wawancara dengan wasi Triman pemuka agama Hindu kabupaten Gunungkidul pada tanggal 9 Maret 2009 3

unsur sesaji ULM belum terungkap hingga saat ini. Olehkarenaitu, penulis mencoba melakukanpenelitiantentang ULM di Yogyakarta khususnya Kabupaten Gunungkidul secara linguistis agar dapatmengungkapmakna-makna yang terkandung didalamsesaji ULM. 1.1.2 Permasalahan Dalamsuatuupacaraselaluterdapatsebuahurutantatacara yang seringdisebutdenganprosesipelaksanaanupacaraserta unsursesaji, demikian juga halnya ULM bertujuan untuk membersihkan manusia, bumi, serta benda-benda yang dianggap sakral dari dosa dan kotoran ini memiliki prosesi upacara, selain itu sesaji dalam upacara ini mengandungmakna yangtersirat didalamnya. Berdasarkanlatarbelakangpemikiran diatasdapatdirumuskanpermasalahansebagaiberikut: 1. Bagaimana prosesi ULM dilakukan? 2. Apakah maknasemiotik yang terkandungdalamunsurunsursesajipada ULM? 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan prosesi ULM danmengungkap makna yang terkandung dalam unsur-unsur sesaji ULM dengan menggunakan teori semiotik. Selain itu, penelitian ini bertujuan mengenalkan nama sesaji dan tahapan upacara kepada generasi muda umat Hindu khususnya, dan masyarakat luas umumnya yang belum mengetahui ULM tersebut. 4

1.3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitianunsur-unsursesajidalam ULM inimeliputiruanglingkup data danruanglingkuppembahasan. 1.3.1 RuangLingkup Data Pelaksanaan ULM dilakukantidakhanya di Yogyakarta saja, namun diberbagaitempat di seluruh Indonesia yang adacandiataupura yang memiliki umat beragama Hindu. ULM yang dilaksanakan diseluruh Indonesia merupakansalahsatulangkahpelestarianbudaya yang cepat atau lambat akan mengalami kepunahan. Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini diperlukan pembatasan wilayah agar lebih terperinci serta lebih mendalam. Wilayah penelitian dalam penelitian ini dibatasi pada tempat ULM yang dilakukan oleh umat Hindu di Gunungkidul. Alasan penulis melakukan penelitian di tempat ini karena di wilayah ini masih dilaksanakan ULM dengan unsur sesaji Jawa. 1.3.2 Ruang Lingkup Pembahasan Penelitian ini membahas tentang prosesi ULM dan analisis semiotik namanama unsur sesaji ULM. Dalam analisis semiotik dibahas mengenai sistem tanda dan makna tanda pada sesaji ULM. Contohnya caru urip yaitu sebuah sesaji berupa ayam yang dikuliti dan ditanggalkan kepala, sayap, ekor, dan kakinya. 5

Secara semiotik mempunyai simbol permohonan supaya bhuwana ageng (bumi) menjadi lebih kuat dan terbebas dari segala mara bahaya. Adapun yang dimaksud dengan prosesi ULM misalnya para umat Hindu yang ikut melakukan sembahyangbersama yang pertama harus melantunkan Puja Trisandya dan dilanjutkan dengan melakukan kramaning sembah yang dipimpin oleh pedanda 4 atau para wasi 5. Selain itu umat turun ke laut untuk mensucikan diri. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini ada dua macam yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis. Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan pengertian tentang prosesi ULM danmemberikanpenjelasanmengenai makna yang terkandung dalam unsur sesaji ULM. Denganadanyapenelitianinidiharapkanmembantupelestarianupacaratradisional ULM di lingkunganmasyarakat Hindu lainnya.manfaat lain dalampenelitianiniadalahmemberikaninformasikepadagenerasimudatentang ULM yangmerupakanwarisandarinenekmoyang yang mempunyainilaipositifdalamkehidupansehari-hari. Adapun manfaat teoretis dari penelitian ini adalah menambah penerapan teori tentang kebudayaan melalui sesaji dan prosesi upacara tradisional yang 4 Rohaniawan Hindu yang telah melaksanakan upacara diksa pensucian agar dapat memimpin upacara ditapak oleh Nabenya dengan bhiseka. Yang termasuk rohaniawan ini adalah pedanda, bhujangga, resi, bhagawan, empu dan dukuh ( Sujana dan Susila, 2010:96). 5 Rohaniawan Hindu yang telah melaksanakan upacara pawintenan pensucian agar dapat memimpin upacara sampai adiksawidhi, namun tidak ditapak dan amariaran. Yang termasuk rohaniawan ini adalah pemangku, mangku dalang, wasi, pengemban, mangku balian / dukun, dan dharmaacarya (Sujana dan Susila, 2010:97). 6

tumbuhdan berkembang di lingkungan masyarakat. Selain itu, dapat menambah referensi acuan dalam ilmu linguistik, khususnya dalam ilmu semiotik. 1.5 Tinjauan Pustaka PenelitiantentangkebudayaanJawakhususnyamengenaisesajidalamupacarat radisionalsangatbanyakditemukanakantetapipenelitianmengenaiunsurunsursesajidantahapan ULM yang ada kaitannyadengan ruang lingkup semiotikasejauhinibelumditemukan. Buku yang digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian yang sudahdilakukandan secara langsung berhubungan dengan topik penelitian serta pustaka yang secara tidak langsung berhubungan dengan topik penelitian, namun dapat digunakan sebagai kerangka berfikir. Pustaka yang secara langsung berhubungan dengan topik penelitian adalah buku yang ditulis oleh Surayin (2005). Dalam bukunya yang berjudul Upakara Yajña (jilid I, II, III, IV, V, dan VI), Surayin menulis tentang cara-cara pembuatanbantendanberbagaijejahitandarijanur yang digunakandalam upacara persembahan, serta bahan-bahan yang digunakan untuk persembahan. Upacara Tradisional Labuhan Kraton Yogyakarta yang disusun oleh Sumarsih dan kawan-kawan (1989) menjelaskan tata cara upacara labuhan kraton Yogyakarta, doa yang digunakannya, sertasesaji yang digunakandalamlabuhan. Adapun pustaka yang secara tidak langsung berhubungan dengan penelitian ini adalah buku yang ditulis oleh Mulyadi dan kawan-kawan (1982) yang berjudul 7

Upacara Tradisional Sebagai Kegiatan Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta berisi tentang prosesi upacara tradisional dalam upacara kematian di wilayah Yogyakarta khususnya diwilayahkabupatenbantul. Disertasi yang ditulisolehsuryahadi yang berjudul SeniSesaji Ritual Pawiwahan di KabupatenKarangAsem (1997).Dalam disertasinyasuryahadimenuliskanberbagaijenissenimembuatjejahitandanmaknase mioticdarisesajipawiwahanumat Hindu di KabupatenKarangAsemdansedikitperbandingansesajipawiwahan di Pulau Bali. Skripsi yang ditulis oleh Daryatun (2003) dengan judul Nama -nama Unsur Sesaji dalam Upacara Nguras Enceh (Analisis Semantik dan Semiotik). Daryatun menganalisis nama-nama unsur sesaji dalam upacara nguras enceh yang diselenggarakan di makam raja-raja Mataram di Imogiri dengan tinjauan semantik dan semiotik. Skripsi yang ditulis Martanti (2007) dengan judul Nama -nama Unsur Sesaji dan Tahapan dalam Upacara Wiwit di Dukuh Pomah, Desa Keceman, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten (analisis semantik dan semiotis). Martanti menganalisis nama-nama unsur sesaji dalam upacara Wiwit yang dilaksanakan di Dukuh Pomah, Keceman, Manisrenggo, Klaten dengan tinjauan semantik dan semiotik. Pujiati (2005) dalam skripsinya Sesaji dalam Upacara Saparan Gunung Gamping Ambarketawang (Analisis Morfosemiotik), Pujiati dalam skripsinya menulis tentang sesaji dalam upacara saparan di Ambarketawang dengan tinjauan morfosemiotik. Ketiga skripsi dandisertasi di atas secara tidak langsung berhubungan dengan objek penelitian ini, akan tetapi 8

teori semiotik yang digunakan dalam analisisnya menjadi kerangka berfikir dalam penelitian ini. Kamus Baoesastra Djawa (1939) yang disusun oleh Poerwadarminta digunakan untuk mengartikan data yang masih berupa kata dalam bahasa Jawa. KamusJawa Kuna Indonesia (1995) yang disusunoleh P.J. Zoetmulderbekerjasamadengan S.C. Robson yang diterjemahkanolehdarusupraptadansumarti Suprayitna dapatmembantumengartikan kata yang sukardalambahasa Jawa Kuna. Serta kamus bahasa Bali Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Denpasar sangat membantu mengartikan kata yang sukar dalam bahasa Bali. 1.6 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik. Semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda. Tanda adalah kombinasi konsep dan gambaran akustik (Saussure, 1988:147). Semiotik adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara fungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaanya oleh mereka yang menggunakannya (Sudjiman dan Van Zoest, 1996:VII). Sujimandan Van Zoestmenjelaskantentangtigaprinsiphubunganantarapenandadenganpetanda.Ketiga prinsipiniadalah; 1. Hubunganantaratandadenganacuannya yang dapatberupahubungankemiripan, tandatersebutdisebutikon. 9

2. Hubunganantaratandadenganacuan yang timbulkarenaadanyakedekataneksistensi, tandaitudisebutindeks. 3. Hubungan yang sudahterbentuksecarakonvensional, tandaitudisebutsimbol. Dalam pandangan Saussure, tanda bahasa adalah menyatukan konsep dan citra akustis, bukan benda dan nama. Jadi, merupakan wujud psikis dengan dua muka sebagai tergambar dalam diagram berikut: Konsep Signifié Petanda = = =Tanda bahasa Citra Akustis Signifiant Penanda (Saussure, 1988:12) Penanda dan petanda merupakan bagian dari tanda dan tanda itu sendiri mempunyai sifatnya yang relatif. Langue adalah suatu sistem, bagian dari sebuah tanda dan tanda itu sebagai kesatuan, maka langue mendapatkan identitas dan arti karena menjadi bagian dari sistem itu sendiri. Dalam sistem ini tanda mendapatkan identitas serta arti melalui perbedaan dengan unsur lainnya dari sistem tersebut. Suatu citra akustis akan mendapatkan identitasnya melalui pertentangan dengan kualitas citra akustis lainnya dalam sebuah sistem citra akustis. Sebuah konsep akan mendapatkan arti dalam pertentangannya dengan konsep-konsep lain dari sistem arti. Sebuah tanda secara utuh akan mendapatkan 10

valensinya dalam perbandingan dengan oposisi bersama tanda-tanda lainnya dari sistem tanda tempat mereka menjadi bagian (Sudjiman dan Van Zoest, 1992:59). Menurut de Saussure ciri dasar dari tanda bahasa adalah arbitraritas (kesemenaan) absolut. Ciri dasar ini dipertentangkan dengan tanda bahasa yang mempunyai motifasi. Tanda bahasa ini disebut dengan simbol. Abitraritas tanda bahasa ini tercermin dalam pembentukan signifiant dan signifié secara sembarangan. Orang tak dapat menjelaskan mengapa kursi disebut kursi bukannya pohon. Bertentangan dengan itu, simbol mempunyai keterkaitan antara signifiant dan signifié. Misalnya, timbangan merupakan simbol untuk keadilan. Orang tidak dapat menggantikan timbangan ini dengan objek yang lainnya, tanpa kehilangan motivasi kesatuan antara penanda dan petanda (Sudjiman dan Van Zoest, 1992:60). Selanjutnya metode ini digunakan untuk menganalisis nama-nama unsur sesaji yang ada dalam ULM. 1.7 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu metode pengumpulan data dan metode analisis data. 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Tahap awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data. Data diperoleh dengan tiga cara yaitu wawancara, observasi partisipasi, dan studi pustaka. Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan narasumber secara langsung menggunakan teknik pancing karena penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk mendapatkan penjelasan 11

yang diinginkan. Studi pustaka yaitu dengan membaca buku-buku yang memuat tentang sesaji labuhan pada khususnya. Metode terakhir yang digunakan adalah observasi partisipasi yaitu mengamati suatu gejala atau peristiwa dalam suatu masyarakat yang berkaitan dengan topik penelitian dengan cara melibatkan diri dalam proses tersebut (Rohmatini, 2004:7). 1.7.2 Metode Analisis Data Data yang diperoleh kemudian di masukkan ke dalam kartu-kartu data dan diklasifikasi. Setelah itu, data tersebut dianalisis menggunakan teori semiotik untuk mendapatkan makna yang terkandung di dalamnya. Dalam penelitian ini analisis semiotik yang digunakan untuk menganalisis unsur-unsur sesaji ULM. Misalnya, sesaji yang berupa telur mempunyai simbol tiga kerangka hidup manusia yaitu lahir, hidup, dan mati. 1.8 Sistematika Penyajian Hasil penelitian yang berjudul Nama-Nama Sesaji dan Prosesi Upacara Labuhan Melasti Umat Hindu di Pantai Ngobaran Kanigoro Saptosari Gunungkidul disajikan dalam empat bab sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah diantaranya menyatakan perlunya penelitian ini dilakukan; perumusan masalah penelitian berwujud pertanyaan yang harus dijawab secara lengkap; tujuan dari penelitian; ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penyajian. 12

Bab II Prosesi ULM berisi tentang urutan pelaksanaan ULM yang dilaksanakan umat Hindu di Pantai Ngobaran, Kanigoro, Saptosari, Gunungkidul. Bab III Analisis Semiotis nama-nama unsur sesaji. Bab ini berisi pengantar dan analisis semiotis unsur-unsur sesaji ULM. Bab IV Berisi kesimpulan dan saran-saran yang perlu dikemukakan agar skripsi ini dapat digunakan kedepannya. 13