ANALISIS PATI SAGU YANG DIMODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT DAN SIFAT ORGANOLEPTIK SOHUN INSTAN

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

KARAKTERISTIK PATI SAGU MODIFIKASI DENGAN METODE ASETILASI CHARACTERISTICS OF SAGO STARCH MODIFIED BY ACETYLATION METHOD

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu)

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

PENGARUH HEAT MOISTURE TREATED (HMT) TERHADAP PROFIL GELATINISASI TEPUNG JAGUNG

Heat Moisture Treated (HMT) Influence on Corn Flour Gelatinization Profiles

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU

SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORIS SOHUN INSTAN DARI PATI SAGU. Physicochemical and Sensory Properties of Sohun Instant Made from Sago Starch

KAJIAN MUTU MI INSTAN YANG TERBUAT DARI TEPUNG JAGUNG LOKAL RIAU DAN PATI SAGU. Riau. Riau

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK PATI SAGU (Metroxylon sago Rottb.) MODIFIKASI KIMIA DENGAN PERLAKUKAN SODIUM TRIPOLYPHOSPHATE (STPP)

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PEMBUATAN MI INSTAN SAGU DENGAN VARIASI PENAMBAHAN JUMLAH DAGING IKAN PATIN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn

STUDI PEMANFAATAN TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG AMPAS KELAPA SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN MI BASAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

METODOLOGI PENELITIAN

Modifikasi Pati Sagu dengan Metode Heat Moisture Treatment La Ega, Cynthia Gracia Christina Lopulalan

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

EVALUASI MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN SEBAGAI MAKANAN KAYA SERAT

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODE

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

KARAKTERISASI PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.,) DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) Sumarlin Raswen Efendi Rahmayuni

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Mi Kering Non Terigu Cooking Time

METODE. Waktu dan Tempat

PENGARUH KADAR AIR, NaCl DAN JUMLAH PASSING TERHADAP KARAKTERISTIK REOLOGI MI JAGUNG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI MI BASAH DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG AMPAS KELAPA SERTA ANALISIS USAHA. Riau. Riau

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

PEMBAHASAN 4.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Cooking loss

KARAKTERISTIK MUTU MIE INSTAN DARI TEPUNG KOMPOSIT PATI KENTANG TERMODIFIKASI, TEPUNG MOCAF, DAN TEPUNG TERIGU DENGAN PENAMBAHAN GARAM FOSFAT

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG PREGELATINISASI BERAS MERAH DAN KETAN HITAM DENGAN VARIASI WAKTU PENGUKUSAN SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

Pengaruh Lama Modifikasi Heat-Moisture Treatment (HMT) Terhadap Sifat Fungsional dan Sifat Amilografi Pati Talas Banten (Xanthosoma undipes K.

PENGARUH LAMA PENGUKUSAN BERAS VARIETAS IR 64 TERHADAP PRODUKSI PIGMEN Monascus sp. BST1 SKRIPSI OLEH: KENT MIRA CANDRA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

PENGARUH LAMA PENGUKUSAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA MASHED SWEET POTATO POWDER

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties)

Padang, Maret Putri Lina Oktaviani

KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

KARAKTERISASI TEPUNG KASAVA YANG DIMODIFIKASI DENGAN BAKTERI SELULOLITIK SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK MIE DAN BISKUIT

PEMANFAATAN PATI TERMODIFIKASI FISIK DARI PISANG DAN KENTANG, TEPUNG JAGUNG SERTA KARAGINAN UNTUK PEMBUATAN BIHUN INSTAN BERDAYA CERNA RENDAH

PENGARUH CARA BIHUN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA PADA PEMBUATAN INSTANT STARCH NOODLE DARI PATI AREN

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

PEMANFAATAN PASTA SUKUN (ARTOCARPUS ALTILIS) PADA PEMBUATAN MI KERING THE USE OF BREADFRUIT (ARTOCARPUS ALTILIS) PASTA ON DRIED NOODLES PRODUCTION

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Umbi-umbian dapat tumbuh dengan baik

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK MI INSTAN DARI PATI SAGU DENGAN METODE AKSELERASI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT 1. BAHAN 2. ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN 1. PENELITIAN PENDAHULUAN III.

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

DIVERSIFIKASI PATI SAGU (METROXYLON SP) SEBAGAI BAHAN BAKU MIE DAN MAKARONI SAGU

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

LOGO. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau. Mitha Fitriyanto

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai iklim tropis. Iklim

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI MI JAGUNG DENGAN PENAMBAHAN SODA ABU DAN GLISERIL MONOSTEARAT

PENAMBAHAN TEPUNG BIJI CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS PRESTO IKAN SEPAT SIAM (TRICHOGASTER PECTORALIS)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

DISAIN PROSES HEAT-MOISTURE-TREATMENT

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN EVALUASI NILAI GIZI BIOLOGIS MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI OKE ANANDIKA LESTARI

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN KUE BOLU DARI TEPUNG PISANG SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN PENGAYAAN TEPUNG KEDELAI

PENGARUH PENGGUNAAN PATI GANYONG, TAPIOKA, DAN MOCAF SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TERHADAP SIFAT FISIK MIE JAGUNG INSTAN

MEKANISME PROSES PEMBUATAN MI BERBAHAN BAKU JAGUNG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENGARUH PENGGUNAAN BUBUR BUAH LABU KUNING KUKUS SEBAGAI FAT REPLACER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK REDUCED FAT COOKIES JAGUNG

METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN TEPUNG SAGU SEBAGAI PENGENTAL (THICKENER) PADA THICK TOMATO KETCHUP PROPOSAL SKRIPSI OLEH : SHERLY

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAGU B. AREN

PENGGUNAAN TEPUNG SAGU SEBAGAI PENGENTAL PADA SAOS TOMAT KENTAL SKRIPSI

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BERAS TIRUAN YANG DIBUAT DENGAN VARIASI LAMA PENGADUKAN DAN WAKTU AGING

PEMANFAATAN PATI SAGU DAN TEPUNG BIJI SAGA DALAM PEMBUATAN MI INSTAN UTILIZATION OF SAGO STARCH AND SAGA SEED FLOUR FOR PRODUCING INSTANT NOODLES

PENGARUH MODIFIKASI HMT (HEAT MOISTURE TREATMENT) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN NILAI ORGANOLEPTIK TEPUNG SAGU (Metroxylon sp)

SIFAT FUNGSIONAL DAN SIFAT PASTA PATI SAGU BANGKA [FUNCTIONAL AND PASTA PROPERTIES OF BANGKA SAGO STARCH] MERYNDA INDRIYANI SYAFUTRI *)

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri. Berdasarkan data dari Wardhana (2013) dalam Majalah Tempo

PERBAIKAN TEKSTUR TIMPHAN INSTAN MELALUI MODIFIKASI CAIRAN PADA ADONAN TIMPHAN, TINGKAT GELATINISASI, DAN PERLAKUAN PEMBEKUAN

PENGARUH PROSES HMT TERHADAP KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN KRISTALINITAS TAPIOKA

Transkripsi:

ANALISIS PATI SAGU YANG DIMODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT DAN SIFAT ORGANOLEPTIK SOHUN INSTAN ANALYSIS OF SAGO STARCH MODIFIED BY HEAT MOISTURE TREATMENT AND THE ORGANOLEPTIC PROPERTIES OF INSTANT STARCH NOODLE Yossie Kharisma Dewi (0806113973) Vonny Setiaries Johan and Rahmayuni sie_tp08@yahoo.com ABSTRACT The aims of this research was to get the formula and the process condition to result the best physicochemical and organoleptic properties of instant starch noodle from sago starch that modified by Heat Moisture Treatment (HMT). The treatments that used in this research is addition of water ratio and steaming time. This research used the Complete Random Design (CRD) with three repetitions from six treatments that consist of SI1 (Ratio of sago starch suspension/water 1:1,2 (w/v); steaming time 15 minutes), SI2 (Ratio of sago starch suspension/water 1:1,4 (w/v); steaming time 15 minutes), SI3 (Ratio of sago starch suspension/water 1:1,2 (w/v); steaming time 20 minutes), SI4 (Ratio of sago starch suspension/water 1:1,4 (w/v); steaming time 20 minutes), SI5 (Ratio of sago starch suspension/water 1:1,2 (w/v); steaming time 25 minutes), SI6 (Ratio of sago starch suspension/water 1:1,4 (w/v); steaming time 25 minutes). The result of this research showed that the process of instant starch noodle with different ratio of sago starch suspension/water and different steaming time gave the significantly effect to the hardness level, adhesiveness and entirety acceptance, but non significantly effect to the elasticity level of instant starch noodle. The best treatment in this research is ratio of sago starch suspension/water 1:1,2 (w/v) and steaming time 15 minutes. Keywords: Sago starch, instant starch noodle, Heat Moisture Treatment (HMT). PENDAHULUAN Diversifikasi pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip beragam, bergizi dan berimbang. Penganekaragaman pangan juga diharapkan akan memperbaiki kualitas konsumsi pangan masyarakat. Sagu adalah salah satu bahan pangan yang banyak terdapat di Riau. Pati sagu dapat diolah menjadi sohun yaitu salah satu jenis mi yang mempunyai sifat mirip dengan bihun. Dibanding jenis mi dan bihun, sohun lebih liat dan tidak mudah putus. Produk pangan dikehendaki oleh masyarakat modern sekarang tidak hanya mempertimbangkan unsur pemenuhan gizi, akan tetapi juga praktis, cepat saji, tahan lama dan tidak memerlukan tempat atau ruang penyimpanan yang lebih besar. Masyarakat sekarang mulai mengkonsumsi makanan instan (siap saji) yang hanya perlu ditambah air panas dan langsung bisa dikonsumsi. Hal ini dapat

tercapai dengan penggunaan bahan dasar yang baik dan mudah didapat serta cara pengolahan yang baik pula. Purwani dkk. (2006) melakukan penelitian untuk mengembangkan mi sagu dalam bentuk mi instan. Waktu rehidrasi mi instan sagu yang dihasilkan berkisar antara 7-9 menit. Hal ini masih jauh dibandingkan dengan produk mi instan pada umumnya yang hanya membutuhkan waktu rehidrasi selama 3-4 menit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut masih dibutuhkan penyempurnaan dalam pembuatan produk mi instan sagu. Salah satu upaya perbaikan sifat-sifat pati sagu alami adalah dengan modifikasi Heat Moisture Treatment. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan judul Analisis Pati Sagu yang Dimodifikasi Heat Moisture Treatment dan Sifat Organoleptik Sohun Instan. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan formula dan kondisi proses untuk menghasilkan sifat fisikokimia dan organoleptik sohun instan terbaik dari pati sagu yang dimodifikasi HMT. BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah pengaduk, timbangan digital, kompor, panci, ampia, oven, cawan, desikator, tanur, beaker glass, wadah tertutup, refrigerator, magnetic stirer dan seperangkat alat untuk uji organoleptik. Bahanbahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah pati sagu, air, akuades dan sejumlah bahan untuk uji organoleptik. Metode Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari enam perlakuan, masing masing perlakuan dilakukan sebanyak tiga ulangan sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Parameter yang diamati untuk pati sagu HMT adalah kadar air, kadar abu, swelling power dan kelarutan pati serta uji organoleptik untuk sohun instan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah: SI1: Rasio suspensi pati sagu/air 1:1,2 (b/v) ; waktu pengukusan 15 menit SI2: Rasio suspensi pati sagu/air 1:1,4 (b/v) ; waktu pengukusan 15 menit SI3: Rasio suspensi pati sagu/air 1:1,2 (b/v) ; waktu pengukusan 20 menit SI4: Rasio suspensi pati sagu/air 1:1,4 (b/v) ; waktu pengukusan 20 menit SI5: Rasio suspensi pati sagu/air 1:1,2 (b/v) ; waktu pengukusan 25 menit SI6: Rasio suspensi pati sagu/air 1:1,4 (b/v) ; waktu pengukusan 25 menit

Analisis Data Data yang diperoleh dari 4 (empat) parameter pengujian pati sagu yang dimodifikasi HMT, meliputi: kadar air, kadar abu, swelling power dan kelarutan pati tidak dianalisis secara statistik. Data yang diperoleh dari uji organoleptik sohun instan yang telah dimasak dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam. Jika F hitung lebih besar atau sama dengan F tabel maka analisis akan dilanjutkan dengan uji Duncan s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Pelaksanaan penelitian Proses pembuatan pati sagu HMT mengacu pada Collado dkk. (2001). Prosedur pelaksanaan teknik HMT adalah sebagai berikut: sebanyak 200 gram pati sagu diatur kadar airnya hingga mencapai 25% dengan cara menyemprotkan akuades. Jumlah akuades ditentukan berdasarkan perhitungan kesetimbangan massa. Pati basah yang telah mencapai kadar air 25% kemudian dimasukkan ke dalam wadah tertutup. Pati didiamkan dalam refrigerator selama satu malam (12 jam) untuk penyeragaman kadar air. Wadah tertutup yang berisi pati basah kemudian dikeluarkan dari refrigerator dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 110ºC. Waktu pemanasan dilakukan selama 4 jam. Setelah didinginkan, pati termodifikasi selanjutnya dikeringkan dalam oven selama satu malam (12 jam) pada suhu 50 o C. Proses pembuatan sohun instan mengacu pada Rahim (2007). Dibuat suspensi pati dengan berbagai variasi rasio pati sagu/air yaitu 1:1,2 dan 1:1,4. Kemudian suspensi pati tersebut dituang kedalam nampan hingga membentuk lapisan yang tipis, selanjutnya dikukus pada suhu 100ºC dengan 3 (tiga) variasi waktu yaitu 15, 20 dan 25 menit. Setelah dikukus, lembaran gel didiamkan pada suhu kamar selama 60 menit agar lembaran mengalami retrogadasi, kemudian dirajang menggunakan ampia lalu dikeringkan pada suhu 50ºC selama 4 jam untuk menghilangkan kadar air, sehingga dihasilkan sohun instan. Sohun instan yang dihasilkan kemudian dilakukan pengamatan sesuai parameter. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pati Sagu Heat Moisture Treatment (HMT) Hasil análisis untuk pati sagu alami dan pati sagu yang dimodifikasi HMT dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data analisis pati sagu alami dan pati sagu HMT Kandungan Pati Sagu Alami Pati Sagu HMT Kadar Air 16,53% 9,88% Kadar Abu 0,10% 0,10% Swelling Power 8,52 g/g 7,4 g/g Kelarutan Pati 14,68% 5,72%

Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa pati sagu yang dimodifikasi HMT memiliki kadar air yang lebih rendah daripada pati sagu alaminya. Pengeringan selama proses modifikasi HMT dapat menurunkan kadar air pati HMT sehingga diperoleh kadar air yang lebih rendah daripada pati alaminya. Untuk kadar abu tidak terjadi perubahan antara pati sagu HMT dan pati sagu alami, karena pati yang dimodifikasi HMT hanya mendapatkan perlakuan panas dan tidak ada penambahan bahan penyusun lainnya. Pati sagu yang dimodifikasi HMT memiliki nilai swelling power dan kelarutan yang lebih rendah dibandingkan dengan pati sagu alaminya. Kelarutan dan swelling power merupakan dua hal yang berkaitan dan terjadi pada saat gelatinisasi. Selama HMT berlangsung terjadi peningkatan interaksi ikatan molekul pati namun menyebabkan hilangnya beberapa ikatan double heliks molekul pati sehingga membatasi swelling power granula pati (Srichuwong dkk., 2005). Menurut Adebowale dkk. (2005) rendahnya swelling power pati akibat HMT berhubungan dengan pembatasan penetrasi air dengan pati karena meningkatnya kristalinitas pati setelah di modifikasi HMT. Untuk proses selanjutnya, dalam pembuatan sohun, diharapkan pati yang digunakan memiliki swelling power dan kelarutan yang rendah karena semakin tingginya kelarutan dapat menyebabkan semakin mudahnya pati larut dalam air dan menyebabkan nilai cooking loss meningkat. Kelarutan berpengaruh terhadap mudahnya amilosa terlepas dari untaian sohun saat pemasakan sohun (Tam dkk., 2004). Kekerasan Sohun Instan Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rasio pati dan air serta waktu pengukusan berpengaruh nyata terhadap atribut kekerasan sohun instan yang telah dimasak secara hedonik. Data hasil penilaian terhadap kekerasan sohun instan setelah diuji dengan uji lanjut DNMRT pada taraf 5% ditunjukkan pada Gambar 1. Kekerasan 4 3 2 1 0 3,60 ab 3,80 b 3,10 a 3,25 a 3,40 ab 3,55 ab 15 menit 20 menit 25 menit 1:1,2 1:1,4 Lama Pengukusan Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Gambar 1. Rata-rata penilaian organoleptik terhadap kekerasan Data pada Gambar 1 menunjukkan bahwa penilaian panelis terhadap kekerasan sohun instan menunjukkan nilai rata-rata berkisar antara 3,10-3,80

(antara tidak suka dan suka hingga suka). Secara fisik kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan bahan untuk menerima beban tertentu dari luar dalam waktu tertentu pula. Nilai rata-rata kekerasan sohun instan secara keseluruhan memberikan hasil berbeda nyata. Semakin lama waktu pengukusan menyebabkan jumlah air yang masuk ke dalam granula pati semakin banyak dan menyebabkan adonan menjadi lebih lunak. Lebih lanjut ini akan menyebabkan nilai kekerasan mi yang dihasilkan semakin kecil sehingga cenderung lebih disukai oleh panelis. Menurut Winarno (2008), pada saat terjadinya proses gelatinisasi selama pengukusan, air bebas yang awalnya berada di luar granula pati akan berdifusi masuk ke dalam pati. Hal ini akan menyebabkan ukuran pati menjadi lebih besar (pembengkakan pati). Air yang masuk kedalam granula pati tidak dapat bergerak bebas karena sudah berada dalam ikatan antar penyusun pati. Kekenyalan Sohun Instan Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rasio pati dan air serta waktu pengukusan berpengaruh tidak nyata terhadap atribut kekenyalan sohun instan secara hedonik. Data hasil penilaian terhadap kekenyalan sohun instan ditunjukkan pada Gambar 2. Kekenyalan 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 3,75 3,60 3,60 3,45 3,40 3,25 15 menit 20 menit 25 menit Lama Pengukusan Ket: angka-angka yang tidak diikuti oleh notasi menunjukkan hasil berbeda tidak nyata. 1:1,2 1:1,4 Gambar 2. Rata-rata penilaian organoleptik terhadap kekenyalan Data pada Gambar 2 menunjukkan bahwa penilaian panelis terhadap kekenyalan sohun instan menunjukkan nilai rata-rata berkisar antara 3,25-3,75 (antara tidak suka dan suka hingga suka). Nilai rata-rata kekenyalan sohun instan secara keseluruhan memberikan hasil berbeda tidak nyata. Hal ini berarti bahwa secara hedonik lamanya waktu pengukusan tidak mempengaruhi kekenyalan sohun instan. Menurut Hatorangan (2007), kekenyalan merupakan kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk semula jika diberi gaya dan gaya tersebut dilepas kembali. Kenaikan kadar air meningkatkan derajat gelatinisasi. Proses gelatinisasi pada mi non-terigu menyebabkan adonan dapat membentuk massa yang elasticcohessive, sehingga semakin tinggi derajat gelatinisasi semakin tinggi kekenyalan mi tersebut.

Collado dan Corke (1999) menyatakan bahwa tepung yang mengalami modifikasi pati akan mengalami pembengkakan granula pati, sehingga daya absorbsi dari pati akan meningkat dan tidak dapat kembali seperti semula (retrogradasi), sehingga menyebabkan sohun yang dihasilkan akan berkurang kekenyalannya. Kelengketan Sohun Instan Kelengketan sering diamati pada produk mi, dimana mi yang memiliki nilai kelengketan yang tinggi kurang disukai karena akan memberikan penampakan yang kurang menarik saat matang (Lestari, 2009). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rasio pati dan air serta waktu pengukusan berpengaruh nyata terhadap atribut kelengketan sohun instan secara hedonik. Data hasil penilaian terhadap kelengketan sohun instan setelah diuji dengan uji lanjut DNMRT pada taraf 5% ditunjukkan pada Gambar 3. Kelengketan 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 3,70 b 3,50 ab 3,35 ab 3,60 ab 3,40 ab 3,20 a 15 menit 20 menit 25 menit Lama Pengukusan Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Gambar 3. Rata-rata penilaian organoleptik terhadap kelengketan Data pada Gambar 3 menunjukkan bahwa penilaian panelis terhadap kelengketan sohun instan menunjukkan nilai rata-rata berkisar antara 3,20-3,70 (antara tidak suka dan suka hingga suka). Nilai rata-rata kelengketan sohun instan secara keseluruhan memberikan hasil berbeda nyata. Semakin lama waktu pengukusan sohun instan yang dihasilkan cenderung semakin lengket sehingga mengurangi tingkat kesukaan panelis. Hal ini sejalan dengan Rianto (2006) bahwa peningkatan cooking loss akan diikuti dengan peningkatan kelengketan. Amilosa yang terlepas dari granula pati dapat menyebabkan kelengketan. Kenaikan kadar air dapat menurunkan kelengketan. Kenaikan kadar air menurunkan cooking loss yang diikuti dengan penurunan kelengketan karena amilosa lebih banyak berfungsi sebagai pengikat komponenkomponen di dalam sohun daripada berperan dalam sifat kelengketan. Penampakan Keseluruhan Sohun Instan 1:1,2 1:1,4 Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rasio pati dan air serta waktu pengukusan berpengaruh nyata terhadap penampakan keseluruhan sohun

instan secara hedonik. Data hasil penilaian terhadap penampakan keseluruhan sohun instan setelah diuji dengan uji lanjut DNMRT pada taraf 5% ditunjukkan pada Gambar 4. Penampakan Keseluruhan 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 3,80 c 3,40 abc 3,60 bc 3,60 bc 3,00 a 3,10 ab 1:1,2 1:1,4 15 menit 20 menit 25 menit Lama Pengukusan Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Gambar 4. Rata-rata penilaian organoleptik terhadap penampakan keseluruhan Data pada Gambar 4 menunjukkan bahwa penilaian panelis terhadap penampakan keseluruhan sohun instan menunjukkan nilai rata-rata berkisar antara 3,00-3,80 (antara tidak suka dan suka hingga suka). Nilai rata-rata penampakan keseluruhan sohun instan memberikan hasil berbeda nyata. Kesukaan (overall) merupakan penerimaan organoleptik produk secara umum, yaitu panelis melihat keseluruhan sifat yang ada pada produk. Kesukaan merupakan selera. Oleh sebab itu penentuan kesukaan berdasar uji inderawi oleh sejumlah panelis sangat sulit untuk mendapatkan penilaian yang objektif, yang berlaku umum. Dari penilaian panelis yang diperoleh dari penampakan keseluruhan sohun instan ini sudah dapat diterima. Perlakuan yang paling disukai oleh panelis secara keseluruhan yaitu perlakuan rasio suspensi 1:1,4 waktu pengukusan 20 menit (SI4). Sohun instan pada perlakuan waktu pengukusan 25 menit (SI5 dan SI6) lebih berwarna kuning kecoklatan jika dibandingkan dengan sohun instan pada perlakuan waktu pengukusan 15 dan 20 menit. Hal ini disebabkan karena pada sohun instan perlakuan waktu pengukusan 25 menit tersebut, sohun instan mengalami waktu pengukusan yang lebih lama dibandingkan sohun instan dengan waktu pengukusan 15 dan 20 menit, sehingga lamanya pengukusan ini dapat berpengaruh terhadap warna sohun yang dihasilkan. Penampakan keseluruhan sohun instan untuk semua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) Sohun instan (b) Sohun instan (c) Sohun instan perlakuan SI1 perlakuan SI2 perlakuan SI3 (d) Sohun instan (e) Sohun instan (f) Sohun instan perlakuan SI4 perlakuan SI5 perlakuan SI6 Gambar 5. Sohun instan berbagai perlakuan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sohun instan yang dihasilkan dengan rasio suspensi pati sagu/air yang berbeda serta waktu pengukusan yang berbeda sesuai perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat kekerasan, kelengketan dan penerimaan keseluruhan, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kekenyalan sohun instan. Perlakuan SI1 (waktu pengukusan 15 menit, rasio suspensi pati sagu/air 1:1,2) menghasilkan sohun instan dengan mutu yang baik jika dilihat dari semua aspek penilaian. Saran Sohun instan yang dihasilkan masih berwarna kuning kecoklatan sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk penampakan keseluruhan sohun instan.

DAFTAR PUSTAKA Adebowale, K.O., B.I. Olu-Owolabi, E.K. Olawumi dan O.S. Lawal. 2005. Functional properties of native physically and chemically modified breadfruit (Artocarpus artilis) starch. J. Industrial Crops and Products, 21, 343-351. Collado, L.S. dan Corke, H. 1999. Heat Moisture Treatment effect on sweet potato starches differing in amylose content. Food chemistry, 65, 339-346. Collado, L.S., L.B. Mabesa, C.G. Oates dan H. Corke. 2001. Bihon-type of noodles from heat moisture treated sweet potato starch. J. Food Sci. 66(4): 604-609. Hatorangan, E.F. 2007. Pengaruh perlakuan konsentrasi nacl, kadar air dan passing terhadap mutu fisik mi basah jagung yang diproduksi dengan menggunakan ekstruder ulir pemasak dan pencetak. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lestari, O.A. 2009. Karakterisasi sifat fisikokimia dan evaluasi nilai gizi biologis mi jagung kering yang disubstitusi tepung jagung termodifikasi. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Purwani, E.Y., Widianingrum, R. Thahrir dan Muslich. 2006. Effect of moisture treatment of sago starch on its noodle quality. Indonesian Journal of Agricultural Science 7 (1): 8-14. Rahim, A. 2007. Pengaruh cara pengolahan Instant Starch Noodle dari pati aren terhadap sifat fisikokima dan sensoris. Tesis (tidak dipublikasikan) Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Rianto, B.F. 2006. Desain proses pembuatan dan formulasi mi basah berbahan baku tepung jagung. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Srichuwong, S., T.C. Sunarti, T. Mishima, N. Isono dan M. Hisamatsu. 2005. Starches from different botanical sources II : contribution of starch structure to swelling and pasting properties. Carbohydrate Polymers, 62, 25-34. Tam, L.M., H. Corke, W.T. Tan, J. Li, dan L.S. Collado. 2004. Production of bihon-type noodle from maize starch differing in amylosa content. J Cereal Chemistry. 81(4):475-480. Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.