SNI METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Mekanisme : Air limbah diolah dengan aliran kontinyu Pengolahan lumpur dioperasikan tanpa resirkulasi

Cara uji kelarutan aspal

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Oleh : Putri Paramita ( )

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

Stabilisasi. B.8. Pengendalian Kualitas Air Limbah dan Evaluasi Kinerja Kolam

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

Proses Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Dalam Pengolahan Limbah

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

BAB III Metodologi Penelitian

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB IV METODE PENELITIAN

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 9 KOLAM (PONDS) DAN LAGOON

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan permukiman, perdagangan, perkantoran, perindustrian dan lainnya.

Cara uji kelarutan aspal

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

Transkripsi:

SNI 19-6447-2000 METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF

DAFTAR ISI Daftar isi 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Pengertian 4. Hal-Hal Yang Diuji Pada Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif 5. Ketentuan Umum 6. Metode Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif 7. Jumlah Pengujian Terhadap Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif 8. Pencatatan Hasil Pengujian Lampiran A Daftar Istilah Lampiran B Tabel Contoh Pencatatan Hasil Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif

Metode pengujian kinerja instalasi pengolah lumpur aktif 1. Ruang Lingkup Standar ini meliputi item yang diperiksa dan metode-metode yang berhubungan dengan kinerja tangki aerasi, tangki presipitasi dan lainnya dari standar pengolahan lumpur aktif. Digunakan untuk memisahkan benda tersuspensi dan benda terlarut yang sukar mengendap menjadi hasil olahan lumpur yang mudah mengendap, dengan pencampuran air buangan dan lumpur aktif yang merupakan agregat mikro organik aerobik melalui absorpsi bio-kimia; oksidasi atau asimilasi. 2. Acuan 1. JIS B 7512- Steel Tape Measures 2. JIS B 7522- Textile Measuring Tapes 3. JIS B 8530- Glossary of Terms for Pollution Control Equipment 4. JIS K 0094- Sampling Methods for Industrial Water and Industrial Waste Water 5. JIS K 0102- Testing Methods for Industrial Waste Water 6. JIS R 2572- Testing Methods for Water Content of High Aluminious Plastic Refractories and Fireclay Plastic Refractories 7. JIS R 3505- Volumetric Glassware 8. JIS Z 8761- Method of Flow Measurement by Float Type Area Flowmeters 9. JIS Z 8762- Measurement of Fluid Flow by Means of Orifice Plates and Nozzles 10. JIS Z 8763- Measurement of Fluid Flow by Means of Venturi Tubes 11. JIS Z 8764- Method of Flow Measurement by Electromagnetic Flow meters 12. JIS Z 8765- Method of Flow Measurement by Turbine Meters 13. JIS K 0102 metode pengujian Timah 14. SNI 06-2413-1991 metode pengujian ph 15. SNI 06-2503-1991 metode pengujian Residu Tersuspensi 16. SNI 06-2504-1991 metode pengujian Nilai KOB 17. SNI 06-2479-1991 metode pengujian Nilai COD 18. SNI 06-2484-1991 metode pengujian Ion Amonium 19. SNI 06-2480-1991 metode pengujian Ion Nitrit 20. SNI 06-2483-1991 metode pengujian Ion Nitrat 21. SNI 06-2466-1991 metode pengujian Nitrogen Organik 22. SNI OG-2524-1991 metode pengujian Ion Fosfat 23. SNI 06-2466-1991 metode pengujian Cadmium 24. SNI OG-2523-1991 metode pengujian Besi 3. Pengertian Pada standar ini, pengertian yang dipakai mengacu pada JIS B 8530, TIS K 0102, dan ketentuan di bawah ini: 1) MLSS adalah Campuran residu tersuspensi dalam lumpur cair di dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif; 2) MLVSS adalah Residu terurai dalam lumpur cair di dalam tangki aerasi pengolah lumpur aktif; 3) Laju Pengendapan Lumpur Aktif (SV 30 ), adalah prosentase relatif antara volume dari endapan lumpur yang terbentuk setelah lumpur aktif didiamkan di dalam gelas ukur berkapasitas 1 liter selama 30 menit, dinyatakan dalam persen terhadap volume lumpur cair; 4) MLDO adalah Campuran Oksigen terlarut dalam lumpur cair di dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif; 5) Laju Penggunaan Oksigen adalah Konsentrasi oksigen terlarut (mg O/liter), per

satuan waktu (jam), dari lumpur cair di dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif; 6) Koefisien Laju Penggunaan Oksigen adalah Laju penggunaan oksigen terlarut per unit konsentrasi (mg/liter) dari MLSS dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif; 7) Lumpur Resirkulasi adalah Penambahan endapan lumpur cair yang telah diendapkan dalam tangki pengendapan, ke dalam tangki aerasi; 8) Laju Lumpur Resirkulasi adalah Perbandingan relatif antara debit lumpur resirkulasi cair dengan debit air, yang dinyatakan dalam prosentase; 9) Faktor Pengali Gas Umpan adalah Faktor pengali debit udara atau gas yang mengandung oksigen yang dialirkan ke dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif relatif, terhadap debit air limbah yang masuk; 10) Beban KOB adalah Persyaratan umum beban KOB-MLSS atau beban volumetrik KOB; 11) Beban KOB-MLSS adalah Massa BOD yang mengalir masuk per unit massa (kg) dalam tangki aerasi pengolah lumpur aktif (kg/hari); 12) Beban Volumetrik KOB adalah Massa aliran KOB yang masuk per volume efektif (m) tangki aerasi pengolah lumpur aktif; 13) Usia Lumpur adalah Massa MLSS (kg) dalam tangki aerasi per unit massa (kg/hari) dari zat padat tersuspensi yang mengalir ke dalam pengolahan lumpur aktif; 14) Indeks Volumetrik Licnbah (SVI - sludge volumetric index) adalah Volume 1 gr MLSS yang dinyatakan dalam unit (ml) untuk lumpur cair yang telah didiamkan selama 30 menit dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif; 15) Beban Permukaan adalah Debit air limbah yang masuk ke dalam pengolahan lumpur aktif per luas permukaan yang efektif pada tangki pengendapan. 4. Hal-Hal Yang Diuji Pada Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif Hal-hal yang perlu diuji pada instalasi pengolahan lumpur aktif harus yang dipilih sesuai dengan rincian di bawah ini : 1) Suhu air limbah pada inlet dan air olahan pada outlet instalasi pengolahan lumpur aktif; 2) Debit air limbah pada inlet dan air olahan pada outlet instalasi pengolahan lumpur aktif; 3) Debit lumpur resirkulasi cair pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 4) Debit udara atau gas yang mengandung oksigen untuk aerasi pada tangki aerasi instalasi pengolahan lumpur aktif; 5) Kualitas air pada air limbah di inlet dan air olahan pada outlet instalasi pengolahan lumpur aktif; 6) Keadaan lumpur cair dan lumpur resirkulasi cair pada tangki aerasi instalasi pengolahan lumpur aktif; 7) Laju lumpur resirkulasi pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 8) Faktor pengali penambahan gas umpan pada instalasi instalasi pengolahan lumpur aktif; 9) Beban KOB pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 10) Umur lumpur pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 11) Koefisien laju penggunaan oksigen pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 12) Indeks volumetrik lumpur (SVI) pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 13) Beban permukaan pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 14) Jumlah penggunaan daya pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 15) Jumlah lumpur yang timbul dari instalasi pengolahan lumpur aktif. 5. Ketentuan Umum Pengujian masing-masing bagian terdapat pada bagian 3 di atas harus dilaksanakan pada saat pengolah lumpur aktif, aliran air limbah yang masuk dan air

limbah olahan telah stabil. Apabila ada yang pengolahan yang terputus-putus, maka pengujian harus dilaksanakan minimal lebih lama dari satu periode. 6. Metode Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif 6.1. Metode Pengukuran Suhu Air Limbah dan Air Olahan Suhu air limbah dan air-olahan diukur pada titik pengukuran masing-masing sesuai dengan metode pengujian Suhu Air sesuai SNI 06-2413-199. 6.2. Metode Pengukuran Debit Air Limbah dan Air Olahan Debit air limbah clan air olahan diukur sesuai dengan rincian butir 8. Pengukuran Debit JIS K 0094, JIS Z 8761, JIS Z 8762, JIS Z 8763, JIS Z 8764, atau JIS Z 8765 6.3. Metode Pengukuran Debit Lumpur Resirkulasi Debit lumpur resirkulasi cair diukur sesuai dengan rincian butir 8. Pengukuran Debit JIS K 0094, JIS Z 8761, JIS Z 8762, JIS Z 8763, JIS Z 8764, atau JIS Z 8765. 6.4. Metode Pengukuran Debit Udara Atau Gas Yang Mengandung Oksigen Debit udara atau gas yang mengandung oksigen diukur sesuai dengan JIS Z 8761, JIS Z 8762, atau.1is Z 8763. 6.5. Metode Pengujian Kualitas Air Pada Air Limbah dan Air Olahan Kualitas air limbah dan air olahan diuji sesuai dengan metode pengujian ph (SNI 06-2413-1991), Residu Tersuspensi (SNI 06-2503-1991), Nilai KOB (SNI 06-2504- 1991), Nilai COD (SNI 06-2479-1991), Ion Amonium (SNI 06-2484-1991), Ion Nitrit (SNI 06-2480-1991), lon Nitrat (SNI 06-2483-1991), Nitrogen Organik (SNI 06-2466- 1991), Ion Fosfat (SNI 06-2524-1991), Timah (JIS K 0102), Cadmium (SNI 06-2466- 1991), dan Besi (SNI 06-2523-1991). 6.6. Metode Pengujian Keadaan Lumpur Cair pada Tangki Aerasi dan Lumpur Resirkulasi. Keadaan di dalam tangki aerasi pengolah lumpur aktif, MLSS, laju pengendapan limbah olahan (SV 30 ), MLDO, laju penggunaan oksigen, dan sebagainya, harus diukur. Posisi pengukuran disesuaikan dengan ukuran tangki aerasi, tipe aerasi, kemampuan aerasi, inlet air limbah, outlet air limbah yang telah diolah, dan sebagainya, diambil posisi horisontal yang sesuai, dan pada masing-masing posisi ditempatkan dua atau tiga titik ke arah vertikal seperti di permukaan, lapisan tengah, lapisan dalam, clan sebagainya. Contoh air dapat diambil dari tipe Heyroth, tipe pompa, dsb. Pada tipe pompa, karena contoh air di permukaan sulit diambil, maka bila diperlukan contoh air permukaan, air tersebut boleh diambil dengan menggunakan gayung atau alat lain yang sejenis. MLDO diukur tepat pada titik pengukuran di dalam tangki dengan metode pengujian Oksigen Terlarut sesuai dengan SNI 06-2425-1991. Untuk lumpur resirkulasi, MLSS, MLVSS, dan SV 3O, diukur berdasarkan : 6.6.1 MLSS ; Mengukur MLSS sesuai dengan Residu Tersuspensi (SNI 06-2413-1991). 6.6.2 MLVSS ; Mengukur MLVSS sesuai dengan Residu Terurai ( SNI-06-2413-1991). 6.6.3 Laju Pengendapan Lumpur Aktif (SV3 ) ; Untuk laju pengendapan lumpur aktif (SV 30 ), ambil lumpur aktif cair dicampur dengan lumpur diam sebanyak 1 Liter ke dalam gelas ukur 1 liter ( JIS R 3505 ), diamkan,selama 30 menit, setelah itu segera lihat jumlah endapan (a ml), dan hitung berdasarkan rumus di bawah ini : SV 30 = (a / 1000) x 100 = a/ 10 Dimana : SV 30 : adalah laju pengendapan Lumpur Aktif (%) A : adalah jumlah endapan setelah didiamkan selama 30 menit (ml) 6.6.4 MLDO ; Untuk MLDO Oksigen Terlarut (SNI 06-2424-1991). 6.6.5 Laju Penggunaan Oksigeri ; Dari penyimpanan MLDO, laju penggunaan oksigen dapat diperoleh dari limbah olahan berdasarkan ketentuan di bawah ini :

1) Peralatan (1) Botol bertutup asah dengan kapasitas ± 3 liter. (2) Botol bersaluran di bawah dengan kapasitas ± 3 liter, dengan 5 lubang saluran. (3) Peralatan Difusi Gas ; Alat yang didalamnya terdapat piring difusi gas yang kecil, piring berlubang atau bola berlubang dengan ukuran yang sesuai (agar dapat dimasukkan ke dalam botol bersaluran bawah ) yang diletakkan di ujung tabung gelas yang berdiameter ± 7,5 mm. (4) Botol Persiapan; Botol kaca dengan tutup asah yang berkapasitas ± 250 ml. 2) Cara Pengerjaan (1) Masukkan 3 liter lumpur cair dari tangki aerasi ke dalam botol bertutup asah (2) Biarkan selama 10-20 menit untuk proses pengendapan. (3) Masukkan cairan supernatant ke dalarn botol bersaluran di bawah dengan menggunakan siphon. (4) aerasi selama 5-10 menit dengan menggunakan alat difusi gas sehingga jumlah oksigen terlarut menjadi 5 mg/liter atau lebih. (5) Tambahkan lumpur yang sebelumnya telah diendapkan sambil diaduk-aduk agar tercampur merata, (6) isikan campuran bersamaan ke dalam botol yang telah disiapkan dari botol yang bercabang saluran 5 dan tutup rapat untuk dipergunakan sebagai bahan yang akan dperiksa. (7) kocok botol sampel sesekali agar bahan-bahan yang terdapat di dalamnya tidak mengendap. (8) Ukur MLDO pada masing-masing botol dilakukan pada waktu tertentu, misalnya setelah 0, 3, 5, 10, 15, sampai 20 menit. (9) buat grafik penurunan MLDO dari sampel yang telah diambil dengan MLDO (mg/liter) sebagai ordinat dan waktu sebagai absis, sehingga jumlah penggunaan oksigen (mg/liter) per unit waktu (jam) dalam tangki aerasi dapat diketahui. Catatan : Apabila MLDO dalam lumpur tidak kurang dari 5 mg/liter, maka pengujian dapat segera dilakukan. 6.7 Metode Pengukuran Laju Lumpur Resirkulasi Laju lumpur resirkulasi dapat diperoleh dari debit lumpur resirkulasi dan debit air limbah yang masuk, sesuai dengan rumus sebagai berikut: R 1 = (a 1 / b 2 ) x 100 R 1 : adalah laju lumpur resirkulasi (%) a 1 : adalah debit lumpur resirkulasi (m 3 /jam) : adalah debit air limbah yang masuk (m 3 /jam) b 2 6.8 Metode Pengukuran Faktor Perkalian Gas Umpan Faktor perkalian gas dapat diperoleh dari debit udara atau gas yang mengandung oksigen yang ditambahkan ke dalam tangki aerasi clan debit air limbah yang masuk, sesuai dengan rumus sebagai berikut: R 2 : adalah faktor perkalian gas R 2 = a 2 / b 2

a 2 b 2 : adalah debit udara (m 3 /jam) : adalah debit air limbah yang masuk (m 3 /jam) 6.9 Metode Pengukuran Beban 6.9.1 Beban KOB-MLSS. Beban KOB-MLSS dapat diperoleh dari konsentrasi KOB pada aliran-masuk air, debit air yang mengalir masuk, konsentrasi MLSS di dalam tangki aerasi dan volume efektif dari tangki aerasi, sesuai dengan rumus berikut : L 1 = (a 3 x Q) / (b 3 x V) L 1 : adalah beban BOD-MLSS [kg BOD/(kg MLSS.hari)] a 3 : adalah konsentrasi BOD pada aliran-masuk air (mg/liter) b 3 : adalah konsentrasi MLSS di dalam tangki aerasi (mg/liter) Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m 3 /hari) V : adalah volume efektif tangki aerasi (m 3 ) Volume efektif tangki acrasi dapat diperoleh dengan cara pengukuran dengan alat ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau disesuaikan dengan gambar rancang bangun. 6.9.2 Beban BOD-Volumetrik, Beban BOD-Volumetrik dapat diperoleh dari konsentrasi BOD pada aliran-air masuk, debit air yang masuk, dan volume efektif dari tangki aerasi, sesuai rumus berikut: L 2 = (a 3 X Q) / (1000 X V) L 2 : adalah beban KOB-Volumetric [kg KOB/(m ;.hari)] a 3 : adalah konsentrasi KOB pada aliran- air masuk (mg/liter) Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m 3 /hari) V : adalah volume efektif tangki aerasi (m) Volume efektif tangki aerasi dapat diperoleh dengan cara pengukuran dengan alat ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau disesuaikan dengan gambar rancanga bangun. 6.10 Metode Pengukuran Usia Lumpur Usia lumpur dapat ditentukan dari konsentrasi MLSS di tangki aerasi, volume efektif tangki aerasi, konsentrasi residu tersuspensi dalam air yang masuk, dan debit air yang masuk, sesuai rumus berikut : T = (b 3 xv) / (cxq) T : adalah usia lumpur (hari) b 3 : adalah konsentrasi MLSS di dalam tangki aerasi (mg/liter) c : adalah konsentrasi residu tersuspensi dalam air yang masuk (mg/liter) Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m 3 /hari) V : adalah volume efektif tangki aerasi (m 3 ) Volume efektif tangki aerasi dapat diperoleh dengan cara pengukuran dengan alat ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau disesuaikan dengan gambar rancang bangun.

6.11 Metode Pengukuran Koefisien Laju Penggunaan Oksigen Koefisien Laju Penggunaan Oksigen dapat diperoleh dari laju penggunaan oksigen dan konsentrasi MLSS dari contoh yang sama, sesuai dengan rumus berikut : U 1 = (a 4 x 1000) / b 4 U 1 : adalah koefisien laju penggunaan oksigen [mg O/(g MLSS.jam)] a 4 : adalah laju penggunaan oksigen [mg O/(I.jam)] : adalah konsentrasi MLSS (mg/liter) b 4 6.12 Metode Pengujian Indeks Voltunetrik Lumpur Indeks volumetrik lumpur dapat diperoleh dari laju pengendapan dari lumpur yang telah diolah (SV,.) dan konsentrasi MLSS contoh yang sama, sesuai dengan rumus berikut : SVI = (a 5 x 1000) / b 4 SVI : adalah indeks lumpur volumetrik (ml/g) a 5 : adalah laju pengendapan lumpur olahan ml/l : adalah konsentrasi MLSS (mg/liter) b 4 6.13 Metode Pengukuran Beban Permukaan Beban permukaan dapat diperoleh dari debit air yang masuk instalasi pengolahan lumpur, dan luas permukaan efektif dari tangki pengendapan, sesuai dengan rumus berikut : U 2 = Q / S U 2 : adalah beban luas permukaan air [m 3 /(m 2.hari)] Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m 3 /hari) S : adalah luas pemukaan efektif tangki pengendapan (m 3 ) Luas permukaan efektif tangki pengendapan dapat diperoleh dengan cara pengukuran dengan alat ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau disesuaikan dengan gambar rancang bangun. 6.14 Metode Pengukuran Penggunaan Daya Dari Pengolah Lumpur Aktif Jumlah daya yang dipergunakan oleh pengolah lumpur aktif dapat diperoleh dengan menggunakan dinamometer terpadu dari sumber daya seluruh perlengkapan tersebut. 6.15 Metode Pengujian Jumlah Lumpur Yang Dihasilkan Dari Pengolah lumpur aktif Jumlah lumpur yang dihasilkan dari pengolah lumpur aktif dapat diperoleh dengan cara mengukur volume lumpur yang ada dalarn tangki penyimpanan, dengan mengukur laju kadar air dari lumpur sesuai JIS R 2572. 7. Jumlah Pengujian Terhadap Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif Dari sejumlah pengujian yang dilakukan pada setiap item, sedikitnya dilakukan tiga kali pengujian dalam satu hari dengan selang waktu yang cocok pada saat pengoperasian. Apabila ditemukan suatu ketidak-tepatan, jumlah pengujian harus ditambah sedemikian rupa sehingga kandungan sebenarnya dari perubahan tersebut dapat dipastikan. 8. Pencatatan Hasil Pengujian Hasil yang diperoleh dari pengujian dengan metode yang disebut di atas harus

disusun dalam bentuk baku sebagai berikut : (Contoh pencatatan dapat dilihat pada tabel terlampir). 1) Tanggal dan waktu pengujian 2) Kondisi cuaca 3) Kondisi objek yang diuji (1) Jenis air limbah yang diuji (2) Jenis dan ukuran pengolah lumpur aktif (3) Keadaan peralatan pengolah lumpur aktif (4) Posisi dan jumlah titik pengujian 4) Keadaan air limbah dan air limbah olahan di inlet dan outlet (1) Debit air limbah (2) Temperatur air limbah (3) Kualitas air limbah (4) Debit air olahan (5) Suhu air olahan (6) Kualitas air olahan 5) Kondisi lumpur cair di tangki aerasi Keadaan lumpur cair di tangki aerasi 6) Kondisi lumpur cair resirkulasi (1) Debit lumpur cair resirkulasi (2) Keadaan lumpur cair resirkulasi 7) Kondisi pengolahan air limbah Laju pemindahan komponen olahan 8) Jumlah daya yang dipergunakan 9) Kondisi lumpur yang dihasilkan Jumlah lumpur yang dihasilkan 10) Lain-lain (1) Laju lumpur resirkulasi (2) Jumlah gas umpan (3) Faktor pengali gas umpan (4) Beban BOD-MLSS (5) Beban volumetrik BOD (6) Usia Lumpur (7) Koefisien laju kebutuhan oksigen (8) Indeks volumetrik lumpur (9) Beban permukaan

Lampiran A Daftar Istilah MLSS : Campuran Cairan dengan residu tesuspensi MLVSS : Campuran Cairan dengan Residu terurai MLDO : Campuran cairan dengan oksigen terlarut Supernatant : Cairan yang berada di atas endapan Inlet : Tempat aliran masuk Outlet : Tempat aliran keluar

Lampiran B Tabel. Contoh Pencatatan Hasil Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif Nama peralatan : Tanggal pengujian : Nama petugas penguji : Kondisi cuaca : Kondisi objek yang diuji Cuaca kemarin temperatur udara C Cuaca hari ini temperatur udara C Jenis air limbah Jenis dan ukuran peralatan pengolah lumpur aktif (panjang x lebar x tinggi atau diameter x tinggi : mm) Keadaan peralatan yang digunakan Posisi dan jumlah titik pengujian Satuan Spesifikasi Hasil Uji Ket. 1 2 3 Waktu Pengujian Temperatur air C Jumlah air limbah m 3 /jam Air Ph - Limbah Zat padat mg/liter Kualitas air BOD mg/liter COD Mn mg/liter Temperatur air C Jumlah air olahan m 3 /jam Air ph - Limbah Zat padat mg/liter Olahan Kualitas air BOD mg/liter COD Mn mg/liter Campuran lumpur dan SV 30 % cairan dalam tangki aerasi MLSS mg/liter Lumpur resirkulasi laju aliran m 3 /jam MLSS mg/liter Zat padat % Tingkat Pemindahan tersuspensi Komponen objek olahan BOD % Jumlah daya terpakai kwh Lumpur yang Dihasilkan Laju kg/jam Kandungan air % Lumpur resirkulasi % Gas Umpan m 3 /jam Faktor pengali Gas Umpan (standard 0 C, 101 kpa (760 mmhg) Beban BOD-MLSS kg/kg/hari Beban BOD-volumetrik kg/m 3 /hari Usia Lumpur hari Tingkat koefisien Oksigen terkonsunnsi mg/g/jam Indeks lumpur volumetrik ml/g Beban permukaan m 3 /m 2 /jam