I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Objek penelitian pada penelitian ini adalah return saham perusahaan sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Manajer keuangan perlu memperhatikan tiga dimensi aliran kas : (1) besar

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. emiten dan tempat terjadinya kegiatan investasi. Secara konsep, investasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah disamping mengarahkan dana dari masyarakat agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

II. LANDASAN TEORI. dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan masing-masing sebesar 3,2 persen dan 3,0 persen.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. lurus dengan risiko yang diperoleh. Return setiap jenis asset akan dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. investasi bagi para pemilik modal atau investor (Adji, Suwerli dan Suratno,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri properti saat ini sangat pesat. Kurang lebih 5 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan

BAB I PENDAHULUAN. investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu perusahaan diharapkan dapat terus berkembang. Sementara pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini berkembang pesat, terlebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko investasi. Pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara,

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk penggalangan dana publik. Bagi investor, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. yang melakukan investasi disebut sebagai investor (Salim, 2010: 223). Investasi

PENDAHULUAN. seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain (Amin, 2012). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan. kekayaan pemegang saham. Melihat bahwa kekayaan pemegang saham

I. PENDAHULUAN. keuntungan di masa yang akan datang. Hal ini juga di dukung dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. kisaran 6% per tahun (sumber : Selain itu salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah untuk mendapatkan dana dari masyarakat yang dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. laba ditahan (retained earning). Sedangkan sumber pembiayaan yang lain, berasal

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, perusahaan melakukan kegiatan ekonomi tanpa batas

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cepat setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh melemahnya nilai

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penghasilan dan peningkatan nilai investasi Husnan (2000).

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Selain itu juga penanaman modal atau investasi adalah

1.1 Latar Belakang Masalah

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di suatu Negara bisa menjadi acuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia mengalami krisis moneter yang sempat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal, para investor perlu melakukan kegiatan untuk menilai atas saham.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan ini mendorong para pelaku bisnis untuk mencari solusi yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penyimpangan yang sering disebut ketidakpastian (uncertainty).

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

earnings per share (EPS), dan volume perdagangan] terhadap risiko sistematis

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan

BAB 1 PENDAHULAN. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal (capital market)

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor properti merupakan sektor yang menarik mengingat sektor ini sangat ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan dengan peningkatan populasi masyarakat Indonesia. Sektor properti merupakan sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan pertahun tertinggi (year to date %) dibandingkan dengan sektor lainnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu mencapai 46.14 persen pada 22 November 2014. Semakin besar tingkat pertumbuhan yang dihasilkan maka semakin besar tingkat return dan risiko yang dihadapi oleh investor untuk menanamkan modalnya pada sektor ini. Model yang digunakan untuk menganalisis return terkait dengan risiko diantaranya yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Selama ini model CAPM mendapatkan kritik dari professor Stephen Ross yang mempertanyakan keabsahan dari asumsi-asumsi CAPM yang tidak realistis. Pada tahun 1976, Ross mengembangkan model alternatif yang sepenuhnya berdasarkan dari konsep arbitase, sehingga disebut teori penetapan harga arbitrase. Secara sederhana, arbitrase merupakan pembelian dan penjualan berkesinambungan dari sekuritas pada dua harga yang berbeda di dua pasar yang berbeda (Fabozzi, 1999).

2 Seperti halnya CAPM, APT menggambarkan hubungan antara risiko dan return, tetapi dengan menggunakan asumsi dan prosedur yang berbeda. Estimasi return harapan dari suatu sekuritas dengan menggunakan APT, tidak terlalu dipengaruhi portofolio pasar seperti hanya dalam CAPM. Pada CAPM, portofolio pasar sangat berpengaruh karena diasumsikan bahwa risiko yang relevan adalah risiko sistematis yang diukur dengan beta (menunjukkan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar). Sedangkan pada APT, return sekuritas tidak hanya dipengaruhi oleh portofolio pasar karena adanya asumsi bahwa return harapan dari suatu sekuritas bisa dipengaruhi oleh beberapa sumber risiko lainnya (Tandelilin, 2010). Model APT adalah teori yang relatif baru sehingga literatur keuangan terus menguji keabsahannya. Model APT tidak menjelaskan berapa banyak faktor risiko yang relevan dalam mempengaruhi return saham sehingga sampai saat ini para peneliti terus mencari faktor-faktor risiko tersebut. Beberapa penelitian empiris seperti penelitian Chen, Roll dan Ross (1986) mengungkapkan bahwa faktor risiko yang relevan dalam mempengaruhi return bersumber dari faktor makro ekonomi. Connor dan Korajczyk (1988) mengungkapkan bahwa untuk mengidentifikasi faktor risiko yang relevan dilakukan dengan menggunakan factor analysis sedangkan Fama dan French (1993) mengungkapkan bahwa faktor risiko yang relevan dalam mempengaruhi return terdiri dari tiga faktor berupa faktor pasar secara keseluruhan, faktor yang berhubungan dengan ukuran perusahaan atau firm size seperti market equity, leverage dan earning/price (E/P) dan book to market equity.

3 Beberapa penelitian terdahulu mengenai penerapan teori Arbitrage Pricing Theory (APT) menggunakan faktor-faktor risiko berdasarkan penelitian empiris yang telah ada. Beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian Ramadan (2012) menggunakan enam variabel pembentuk model APT di Amman Stock Exchange (ASE). Variabel-variabel tersebut terdiri dari empat variabel makro ekonomi yaitu suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar, dan premi risiko dan dua variabel market indicators yaitu dividend yield dan produktivitas industri. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Gul dan Khan (2013) yang menggunakan variabel makro ekonomi berupa jumlah uang beredar, suku bunga, produksi industri, dan kurs. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini mencoba untuk menganalisis return saham perusahaan sektor properti di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2013 dengan menggunakan model Arbitrage Pricing Theory (APT) dan menggunakan faktor-faktor risiko yang dianggap relevan dalam mempengaruhi return saham. Pemilihan faktor-faktor risiko dalam penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu mengenai penerapan teori Arbitrage Pricing Theory (APT). Dalam penelitian ini, akan digunakan tiga variabel makro ekonomi berupa suku bunga Bank Indonesia (BI rate), kurs valuta asing (USD) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Subrahmanyam (2010) menjelaskan bahwa selama kurun waktu 25 tahun terakhir, lebih dari 50 variabel telah digunakan dalam memprediksi return saham. Gambaran keseluruhan penelitian tersebut dinilai keruh, hal tersebut disebabkan oleh begitu banyaknya variabel prediksi yang digunakan tanpa pemahaman

4 tentang struktur korelasi antar variabel dan keengganan untuk mengontrol seperangkat variabel yang digunakan. Penentuan variabel prediksi tersebut dipengaruhi oleh motivasi diantaranya yaitu (Subrahmanyam, 2010): (1) pelaku informal pasar seperti para peneliti, (2) motivasi teori berdasarkan risk-return (RR) varian model seperti pada paradigma CAPM dan APT, (3) perilaku bias investor (overreaction/underreaction) dan (4) friksi pasar. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini mencoba menggunakan variabel kontrol berupa rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan berupa rasio profitabilitas yang diwakili oleh Return on Assets (ROA) dan rasio solvabilitas yang diwakili oleh Debt to Equity Ratio (DER). Return on Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) merupakan variabel diluar dari variabel yang selama ini digunakan di dalam beberapa penelitian terdahulu mengenai penerapan teori Arbitrage Pricing Theory (APT) sehingga variabel tersebut dijadikan sebagai variabel kontrol. Tujuan dari penggunaan variabel kontrol dalam penelitian yaitu sebagai respon dari penelitian Subrahmanyam (2010) yang bertujuan untuk mengendalikan agar hubungan yang terjadi pada variabel dependen murni dipengaruhi oleh variabel independen dan bukan oleh faktor-faktor lain. Pemilihan variabel kontrol mengacu pada penelitian Haugen dan Baker (1996) yang menyatakan bahwa faktor-faktor dalam menjelaskan pengembalian sekuritas dapat dikategorikan menjadi risk factors, liquidity factors, factors indicating price level, factor indicating growth potential, technical factors dan sector variables. Menurut Haugen dan Baker (1996) Return on Assets (ROA) dikategorikan sebagai factor indicating growth potential sedangkan Debt to Equity Ratio (DER)

5 dikategorikan sebagai risk factors di luar dari beta pasar dan beta APT. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut adalah : Apakah terdapat pengaruh antara suku bunga Bank Indonesia (BI rate), kurs valuta asing (USD) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap return saham sektor properti di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2013? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh suku bunga Bank Indonesia (BI rate), kurs valuta asing (USD) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap return saham sektor properti di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai pertimbangan keputusan bagi para investor atau masyarakat umum untuk melakukan investasi pada saham sektor properti dengan mempertimbangkan variabel yang digunakan. Manfaat lain dari penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi atau referensi yang dapat dijadikan perbandingan untuk melakukan penelitian sejenis dimasa mendatang.

6 1.5 Kerangka Penelitian Variabel makro ekonomi yang digunakan pada penelitian ini berupa suku bunga Bank Indonesia (BI rate), kurs valuta asing (USD) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pemilihan variabel makro ekonomi tersebut mengacu pada beberapa penelitian terdahulu mengenai penerapan teori Arbitrage Pricing Theory (APT). Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) dipilih mengingat perubahan BI rate dapat memberikan dampak negatif atau positif terhadap setiap emiten. Kenaikan BI rate dapat meningkatkan beban bunga kredit dan menaikkan suku bunga deposito. Peningkatan beban bunga kredit dapat menurunkan laba bersih perusahaan sedangkan peningkatan suku bunga deposito dapat mendorong investor beralih dari pasar saham ke deposito karena memberikan return lebih tinggi. Sebaliknya, penurunan beban bunga kredit atau pinjaman dan tingkat bunga deposito akan menaikkan harga saham di pasar dan laba bersih perusahaan sehingga mendorong harga saham meningkat (Samsul, 2006). Kurs valuta asing (USD) dipilih mengingat perubahan kurs valuta asing dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap setiap emiten. Kenaikan kurs USD yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dolar sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara itu, emiten berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs USD tersebut. Ini berarti harga saham emiten yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek, sementara emiten yang terkena dampak positif akan meningkat harga

7 sahamnya (Samsul, 2006). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipilih mengingat IHSG merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar atau bursa secara keseluruhan dan kinerja pasar modal dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja ekonomi dan mencerminkan apa yang akan terjadi dalam perekonomian secara makro. Pengetahuan mengenai korelasi antara perubahan harga suatu jenis saham dan perubahan indeks harga pasar (IHSG) sangat penting untuk mengetahui risiko dari jenis saham terhadap risiko pasar atau biasa disebut dengan beta saham (Samsul, 2006). Penelitian ini mencoba menggunakan variabel kontrol berupa rasio keuangan yaitu rasio profitabilitas yang diwakili oleh Return on Assets (ROA) dan rasio solvabilitas yang diwakili oleh Debt to Equity Ratio (DER). Return on Assets (ROA) dipilih mengingat profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen (Sartono, 2001). Sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) dipilih mengingat penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas, dilain pihak, utang yang tinggi juga akan meningkatkan risiko (Hanafi, 2004). Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

8 Variabel Independen Variabel Kontrol Makro Ekonomi: Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) Kurs valuta asing (USD) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Rasio Profitabilitas: Return on Assets (ROA) Rasio Solvabilitas : Debt to Equity Ratio (DER) Return saham perusahaan sektor properti di BEI periode 2009-2013 Analisis Model Arbitrage Pricing Theory (APT) 1.6 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 = suku bunga Bank Indonesia (BI rate) berpengaruh signifikan terhadap return saham. H2 = kurs valuta asing (USD) berpengaruh signifikan terhadap return saham. H3 = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh signifikan terhadap return saham.