I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kemudahan komunikasi, peningkatan status perekonomian masyarakat, serta peningkatan pengetahuan sebagai hasil pembangunan nasional di segala bidang telah menyebabkan masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, ramah, serta sanggup memenuhi kebutuhan masyarakat. Suatu jasa layanan kesehatan dapat dikatakan bermutu apabila memiliki sumber daya manusia yang berkualitas (Rachmandani dan Sampurnomo, 2010). Layanan radiologi kedokteran gigi merupakan pelayanan kesehatan gigi yang sering digunakan sebagai pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis penyakit gigi dan mulut melalui teknik pencitraan suatu objek dengan pemaparan radiasi mesin sinar X (Whaites, 2007). Teknik pencitraan layanan radiologi membutuhkan sumber daya manusia sebagai petugas radiografer untuk melaksanakan pelayanan. Petugas radiografer harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain memiliki pengetahuan dasar tentang komponen-komponen yang bekerja menghasilkan radiasi ionisasi pada pemaparan sinar X, bertanggung jawab terhadap dosis radiasi yang diterima oleh pasien, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk dapat memberikan interpretasi secara tepat pada radiograf. Radiograf adalah salah satu alat klinis yang digunakan untuk mendeteksi lesi dan penting dalam menegakkan diagnosis. Radiograf memungkinkan pemeriksaan visual struktur mulut yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (White dan Pharoah, 2009). 1
2 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 357/MENKES/PER/V/2006 tentang registrasi dan izin kerja, radiografer berkewajiban untuk menghormati hak pasien, menyimpan rahasia pasien, melindungi pasien dari bahaya radiasi, melakukan pencatatan pelayanan radiologi dengan baik dan menjelaskan prosedur pelayanan radiografi yang akan diterima pasien, karena pasien memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang pelayanan yang akan diterimanya dengan bahasa yang sama dan dapat dimengerti melalui komunikasi (Potter dan Perry, 2009). Thomson dan Johnson (2014) menyatakan bahwa seorang radiografer harus memiliki komunikasi yang baik untuk dapat memposisikan pasien secara tepat, menempatkan film rontgen di dalam mulut dengan benar, dan memberikan penjelasan mengenai bahaya paparan sinar X yang akan diterima pasien. Elemen-elemen penting komunikasi yang harus dimiliki petugas layanan kesehatan antara lain kemampuan mendengarkan pasien, kemampuan mengumpulkan informasi, kemampuan memberikan informasi, kemampuan memahami pasien, dan kemampuan mengedukasi pasien (Duffy dkk., 2004). Petugas layanan kesehatan diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar dapat meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan pasien terhadap pelayanan yang diberikan (Raz dan Fadlon, 2006). Greenberg dkk. (2007) menjelaskan bahwa komunikasi yang baik dapat melindungi petugas layanan kesehatan dari tuduhan malpraktik. DiBiasi dkk. (2001) menyatakan bahwa komunikasi yang baik berhubungan dengan hasil pelayanan kesehatan yang memuaskan dan dapat mengurangi kesalahan dalam
3 memberikan prosedur pelayanan. Kualitas komunikasi yang dimiliki oleh seorang radiografer diharapkan mampu memberikan kepuasan tersendiri bagi pasien (Octavia dan Anwar, 2012). Kepuasan pasien merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk mengamati kualitas layanan kesehatan. Pengukuran tingkat kepuasan pasien dilakukan sejalan dengan sudut pandang pasien terhadap kualitas komunikasi petugas layanan kesehatan (Otani, 2009). Kepuasan pasien merupakan gabungan dari persepsi dan penilaian pasien. Persepsi merupakan kepercayaan pasien terhadap suatu peristiwa yang menggambarkan kebenaran yang terjadi. Penilaian merupakan penghargaan yang diberikan pasien terhadap suatu peristiwa yang digambarkan melalui pertimbangan khusus seperti harapan, kebutuhan dan keinginan pasien (Richard, 1998). Pasien dapat mengukur tingkat kepuasannya terhadap kualitas komunikasi petugas layanan kesehatan dengan membandingkan persepsi dan harapannya (Alfianasari, 2010). Grayson dkk. (2015) menyatakan bahwa terdapat empat dimensi pengukur tingkat kepuasan pasien, antara lain kemampuan petugas dalam mengawali dan mengakhiri pertemuan (open-ended-ness), empati petugas layanan kesehatan (empathy), kepercayaan pasien terhadap kemampuan petugas (abilities), dan kepuasan pasien terhadap interaksi yang terjadi dengan petugas (general satisfaction). Faktor-faktor diatas berpotensi dalam memberikan petunjuk letak
4 permasalahan yang terjadi apabila salah satu faktor memperoleh nilai kepuasan yang buruk. B. Rumusan masalah Apakah terdapat hubungan tingkat kepuasan pasien dengan kualitas komunikasi pada pelayanan radiografi kedokteran gigi? C. Keaslian penelitian Penelitian berjudul A Questionnaire Identifying Four Key Components of Patient Satisfaction With Physician Communication mengenai identifikasi komponen-komponen kepuasan pasien terhadap komunikasi dokter (Grayson dkk., 2015). Terdapat pula penelitian berjudul patient-physician communication: why and how mengenai bagaimana cara tenaga klinis berkomunikasi dengan pasien (Travaline dkk., 2005). Penelitian ini berbeda dengan penelitian Grayson dkk. (2015) dan penelitian Travaline dkk. (2005). Penelitian ini meneliti hubungan kualitas komunikasi radiografer terhadap tingkat kepuasan pasien dalam layanan radiografi kedokteran gigi RSGM Prof. Soedomo FKG UGM. Peneliti mengadopsi empat komponen kepuasan pasien terhadap komunikasi dokter pada penelitan Grayson dkk. (2015) untuk dipakai menjadi sumber acuan pengambilan data kuesioner tingkat kepuasan pasien, sedangkan melalui penelitian Travaline dkk. (2005), peneliti mengadopsi beberapa aspek komunikasi yang berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasein. Sepengetahuan penulis, penelitian tentang tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas komunikasi pada layanan radiologi kedokteran gigi belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penulis hendak meneliti tentang perbedaan
5 tingkat kepuasan setiap pasien terhadap kualitas komunikasi pada layanan radiologi kedokteran gigi. D. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas komunikasi pada pelayanan radiografi kedokteran gigi. E. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan akan didapat dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat keilmuan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya, terutama bagi penelitian tentang komunikasi pada layanan radiologi kedokteran gigi. 2. Manfaat aplikatif dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan kepada pimpinan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo FKG UGM tentang mutu pelayanan kesehatan, khususnya di Instalasi radiologi kedokteran gigi sehingga nantinya dapat dilakukan peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang lebih maksimal melalui peningkatan kualitas komunikasi petugas layanan kesehatan khususnya di Satuan Medik Fungsional Radiologi Dentomaksilofasial RSGM Prof. Soedomo FKG UGM.