BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian sebagai berikut: 1. Pemahaman resiko kecelakaan yang dimiliki oleh masyarakat Yogyakarta sebanyak 55% diantaranya masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari perilaku berkendara yang melebihi batas kecepatan, menganggap pemeliharaan kendaraan tidak berpengaruh pada resiko kecelakaan yang bisa ditimbulkan serta penggunaan perlengkapan yang tepat saat berkendara. 2. Sebanyak 45% masyarakat Yogyakarta masih kurang tepat dalam menggunakan perlengkapan keselamatan. Penggunaan perlengkapan keselamatan yang masih kurang adalah pentingnya mengecek kelengkapan kendaraan, menyalakan lampu utama pada siang hari dilakukan hanya pada saat ada pemeriksaan, pemakaian baju dan alas kaki yang aman saat berkendara juga masih memerlukan perhatian. Dari hal-hal tersebut diketahui bahwa penggunaan perlengkapan keselamatan tersebut untuk memenuhi kewajiban dan bukan merupakan suatu kebutuhan. 3. Dari responden diperoleh 53% diantaranya masih berperilaku yang tidak memperhitungkan resiko kecelakaan. Sikap berkendara yang 130
131 dilakukan masih banyak terpengaruh norma subyektif dan juga kontrol atas perilaku yang dilakukannya. Hal ini terlihat dari perilaku tidak memakai perlengkapan keselamatan jika jarak perjalanan yang ditempuh dekat. 4. Pemahaman resiko kecelakaan yang dimiliki terbukti secara signifikan berhubungan dengan penggunaan perlengkapan keselamatan. Semakin tinggi pemahaman akan resiko kecelakaan yang ditimbulkan maka akan semakin baik pula penggunaan perlengkapan keselamatannya. Namun, terkadang pengguna sepeda motor menggunakan perlengkapan keselamatan hanya untuk memenuhi kewajiban dan menghindari sanksi yang dikenakan apabila tidak mematuhi peraturan yang berlaku. Koefisien hubungan antara pemahaman resiko kecelakaan dengan penggunan perlengkapan keselamatan adalah sebesar 0,160 dengan uji Kendall Tau serta sebesar 0,228, sedangkan menggunakan uji korelasi Spearman. Uji korelasi dengan menggunakan kedua metode tersebut menunjukkan hasil bahwa hubungan antara pemahaman resiko kecelakaan dengan penggunaan perrlengkapan keselamatan adalah lemah. 5. Pemahaman resiko kecelakaan memiliki hubungan dengan perilaku berkendara. Pada uji Kendall Tau diketahui koefisien korelasi antara pemahaman resiko kecelakaan dengan perilaku berkendara sebesar 0,106 serta menggunakan uji Spearman sebesar 0,146. Hal ini membuktikan bahwa hubungan diantara pemahaman resiko kecelakaan dengan perilaku berkendara adalah lemah. Arah hubunagn antara pemahaman resiko
132 kecelakaan dengan perilaku berkendara adalah positif jadi semakin baik pemahaman akan resiko kecelakaan maka akan semakin baik pula perilaku berkendaranya. Kontrol perilaku juga memegang peranan yang penting dalam pembentukan perilaku, walaupun pemahaman resiko yang dimiliki bagus namun jika kontrol perilakunya buruk maka perilaku yang ditampilkan juga tidak akan bagus. 6. Terdapat beberapa alasan mengapa penggguna sepeda motor tidak menggunakan perlengkapan keselamatan. Beberapa faktor diantaranya adalah faktor pengendara dan faktor kebijakan pemerintah. Beberapa contoh faktor pengendara sendiri adalah masih kurangnya kesadaran akan pentingnya penggunaan perlengkapan keselamatan dalam berkendara, masih adanya pemahaman yang salah terhadap perlengkapan keselamatan itu sendiri. Kebijakan pemerintah juga dianggap menjadi salah satu penyebab masih banyaknya pengguna sepeda motor yang tidak menggunakan perlengkapan keselamatan. Kurangnya perhatian dari instansi terkait dalam memberikan pengarahan dan penyuluhan terhadap masyarakat tentang pentingnya perlengkapan keselamatan dalam berkendara serta masih adanya peraturan yang masih dapat ditawar/dibeli menjadikan banyak orang masih berani melanggar peraturan tersebut. 7. Berbagai permasalahan yang muncul dapat ditangani dengan menyebarkan tanggung jawab kepada semua pihak. Strategi komunikasi dan berbagai rencana kegiatan disusun untuk mendukung program guna menangani permasalahan yang ada. Pendekatan yang digunakan untuk penanganan
133 permasalahan dengan pendekatan 3E yaitu education, engineering, dan enforcement sebab permasalahan perilaku pengguna sepeda motor terkait resiko kecelakaan sangat kompleks, sehingga penanganan permasalahannya tidak dapat berdiri sendiri. 8. Pendekatan engineering ini meliputi lingkungan sekitar pengguna jalan yang secara fisik direkayasa untuk membuat pengguna sepeda motor dapat berkendara dengan aman. Pendekatan enforcement menggunakan program pengembangan dengan kerangka kebijakan, kerangka regulasi, dan kerangka institusi. Pendekatan education dengan pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat. Pendidikan sekolah memiliki dua target yaitu memberikan awareness kepada para peserta didik tentang resiko kecelakaan atas penggunaan sepeda motor dan mendominasi pikiran peserta didik dengan konsep resiko kecelakaan. Pendidikan masyarakat antara lain dengan melibatkan media massa, kelompok-kelompok masyarakat dan mengangkat topik kampanye dari masyarakat. B. Saran 1. Saran teoritis a) Perlu dilakukan pengembangan alat ukur dan metode untuk memperoleh data penelitian mengenai resiko kecelakaan terkait penggunaan perlengkapan keselamatan. b) Peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan cara pengambilan data untuk memperoleh lebih banyak informasi.
134 c) Peneliti selanjutnya juga perlu mengembangkan penelitian dengan menambahkan variabel-variabel lain, sehingga dapat diketahui variabel lain yang dapat memprediksi perilaku dan penggunaan perlengkapan keselamatan. d) Penelitian selanjutnya dapat menggunakan teori-teori psikologi lainnya dalam upaya meningkatkan pemahaman resiko kecelakaan dan keselamatan berlalu lintas. 2. Saran praktis a) Upaya pertama yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman resiko kecelakaan adalah pendidikan dan pelatihan (education). Pendidikan dan pelatihan ini dilakukan secara keseluruhan oleh semua pihak, baik pendidikan orang tua, pendidikan sekolah (di dalam ruangan maupun di luar ruangan) dan pendidikan masyarakat. b) Aspek teknis dengan perekayasaan lingkungan perlu dilakukan untuk memaksa pengguna sepeda motor selalu taat aturan dan mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan di jalan. Beberapa contoh pendekatan engineering adalah pembangunan Zona Selamat Sekolah (ZoSS), penempatan rambu lalu lintas yang tepat, marka jalan yang dipasang sesuai kebutuhan, serta pemanfaatan teknologi yang tepat. c) Diperlukan pula program-program untuk mempertegas dna menguatkan keyakinan masyarakat tentang manfaat dan kosekuensi serta pemberian contoh dari pihak/aparat yang berwenang. Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar hasil pendidikan dan pelatihan yang telah dilakukan tetap
135 dirasakan hasilnya serta perekayasaan teknis yang telah dilaksanakan dapat tetap menjaga keselamatan pengguna sepeda motor dengan. Hal ini merupakan alasan masih diperlukan tindakan penegakkan hukum (enforcement) melalui kerangka kebijakan, kerangka regulasi dan kerangkainstitusi.