BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang memiliki satu

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Stres Berkendara

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB II TATA TERTIB LALU LINTAS BAGI KENDARAAN BERMOTOR. yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB VI PENUTUP. Labuan Bajo Manggarai Barat NTT, maka dapat disimpulkan: 1) Berdasarkan kelengkapan pengendara kendaraan sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB II PENGATURAN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA. A. Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya

PERILAKU PENGGUNA SEPEDA MOTOR DALAM MENGUTAMAKAN KESELAMATAN BERLALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

Skripsi. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan. Pendidikan Strata 1. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I. PENDAHULUAN. mudah dijumpai, dari jalanan Ibukota sampai di daerah-daerah bisa dipastikan ada

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. lalu lintas menjadi pembunuh terbesar ketiga, setelah penyakit jantung koroner

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

MODEL PELUANG KECELAKAAN SEPEDA MOTOR BERDASARKAN KARAKTERISTIK PENGENDARA (Studi Kasus: Surabaya, Malang dan Sragen)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasar AASHTO 2001 dalam Khisty and Kent, persimpangan jalan dapat didefinisikan sebagai daerah umum di

PENELITIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LINTASAN KERETA API

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

Lampiran 1. Kuesioner (Angket) Assalamu alaikumwr. Wb.

BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

Transkripsi:

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian sebagai berikut: 1. Pemahaman resiko kecelakaan yang dimiliki oleh masyarakat Yogyakarta sebanyak 55% diantaranya masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari perilaku berkendara yang melebihi batas kecepatan, menganggap pemeliharaan kendaraan tidak berpengaruh pada resiko kecelakaan yang bisa ditimbulkan serta penggunaan perlengkapan yang tepat saat berkendara. 2. Sebanyak 45% masyarakat Yogyakarta masih kurang tepat dalam menggunakan perlengkapan keselamatan. Penggunaan perlengkapan keselamatan yang masih kurang adalah pentingnya mengecek kelengkapan kendaraan, menyalakan lampu utama pada siang hari dilakukan hanya pada saat ada pemeriksaan, pemakaian baju dan alas kaki yang aman saat berkendara juga masih memerlukan perhatian. Dari hal-hal tersebut diketahui bahwa penggunaan perlengkapan keselamatan tersebut untuk memenuhi kewajiban dan bukan merupakan suatu kebutuhan. 3. Dari responden diperoleh 53% diantaranya masih berperilaku yang tidak memperhitungkan resiko kecelakaan. Sikap berkendara yang 130

131 dilakukan masih banyak terpengaruh norma subyektif dan juga kontrol atas perilaku yang dilakukannya. Hal ini terlihat dari perilaku tidak memakai perlengkapan keselamatan jika jarak perjalanan yang ditempuh dekat. 4. Pemahaman resiko kecelakaan yang dimiliki terbukti secara signifikan berhubungan dengan penggunaan perlengkapan keselamatan. Semakin tinggi pemahaman akan resiko kecelakaan yang ditimbulkan maka akan semakin baik pula penggunaan perlengkapan keselamatannya. Namun, terkadang pengguna sepeda motor menggunakan perlengkapan keselamatan hanya untuk memenuhi kewajiban dan menghindari sanksi yang dikenakan apabila tidak mematuhi peraturan yang berlaku. Koefisien hubungan antara pemahaman resiko kecelakaan dengan penggunan perlengkapan keselamatan adalah sebesar 0,160 dengan uji Kendall Tau serta sebesar 0,228, sedangkan menggunakan uji korelasi Spearman. Uji korelasi dengan menggunakan kedua metode tersebut menunjukkan hasil bahwa hubungan antara pemahaman resiko kecelakaan dengan penggunaan perrlengkapan keselamatan adalah lemah. 5. Pemahaman resiko kecelakaan memiliki hubungan dengan perilaku berkendara. Pada uji Kendall Tau diketahui koefisien korelasi antara pemahaman resiko kecelakaan dengan perilaku berkendara sebesar 0,106 serta menggunakan uji Spearman sebesar 0,146. Hal ini membuktikan bahwa hubungan diantara pemahaman resiko kecelakaan dengan perilaku berkendara adalah lemah. Arah hubunagn antara pemahaman resiko

132 kecelakaan dengan perilaku berkendara adalah positif jadi semakin baik pemahaman akan resiko kecelakaan maka akan semakin baik pula perilaku berkendaranya. Kontrol perilaku juga memegang peranan yang penting dalam pembentukan perilaku, walaupun pemahaman resiko yang dimiliki bagus namun jika kontrol perilakunya buruk maka perilaku yang ditampilkan juga tidak akan bagus. 6. Terdapat beberapa alasan mengapa penggguna sepeda motor tidak menggunakan perlengkapan keselamatan. Beberapa faktor diantaranya adalah faktor pengendara dan faktor kebijakan pemerintah. Beberapa contoh faktor pengendara sendiri adalah masih kurangnya kesadaran akan pentingnya penggunaan perlengkapan keselamatan dalam berkendara, masih adanya pemahaman yang salah terhadap perlengkapan keselamatan itu sendiri. Kebijakan pemerintah juga dianggap menjadi salah satu penyebab masih banyaknya pengguna sepeda motor yang tidak menggunakan perlengkapan keselamatan. Kurangnya perhatian dari instansi terkait dalam memberikan pengarahan dan penyuluhan terhadap masyarakat tentang pentingnya perlengkapan keselamatan dalam berkendara serta masih adanya peraturan yang masih dapat ditawar/dibeli menjadikan banyak orang masih berani melanggar peraturan tersebut. 7. Berbagai permasalahan yang muncul dapat ditangani dengan menyebarkan tanggung jawab kepada semua pihak. Strategi komunikasi dan berbagai rencana kegiatan disusun untuk mendukung program guna menangani permasalahan yang ada. Pendekatan yang digunakan untuk penanganan

133 permasalahan dengan pendekatan 3E yaitu education, engineering, dan enforcement sebab permasalahan perilaku pengguna sepeda motor terkait resiko kecelakaan sangat kompleks, sehingga penanganan permasalahannya tidak dapat berdiri sendiri. 8. Pendekatan engineering ini meliputi lingkungan sekitar pengguna jalan yang secara fisik direkayasa untuk membuat pengguna sepeda motor dapat berkendara dengan aman. Pendekatan enforcement menggunakan program pengembangan dengan kerangka kebijakan, kerangka regulasi, dan kerangka institusi. Pendekatan education dengan pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat. Pendidikan sekolah memiliki dua target yaitu memberikan awareness kepada para peserta didik tentang resiko kecelakaan atas penggunaan sepeda motor dan mendominasi pikiran peserta didik dengan konsep resiko kecelakaan. Pendidikan masyarakat antara lain dengan melibatkan media massa, kelompok-kelompok masyarakat dan mengangkat topik kampanye dari masyarakat. B. Saran 1. Saran teoritis a) Perlu dilakukan pengembangan alat ukur dan metode untuk memperoleh data penelitian mengenai resiko kecelakaan terkait penggunaan perlengkapan keselamatan. b) Peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan cara pengambilan data untuk memperoleh lebih banyak informasi.

134 c) Peneliti selanjutnya juga perlu mengembangkan penelitian dengan menambahkan variabel-variabel lain, sehingga dapat diketahui variabel lain yang dapat memprediksi perilaku dan penggunaan perlengkapan keselamatan. d) Penelitian selanjutnya dapat menggunakan teori-teori psikologi lainnya dalam upaya meningkatkan pemahaman resiko kecelakaan dan keselamatan berlalu lintas. 2. Saran praktis a) Upaya pertama yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman resiko kecelakaan adalah pendidikan dan pelatihan (education). Pendidikan dan pelatihan ini dilakukan secara keseluruhan oleh semua pihak, baik pendidikan orang tua, pendidikan sekolah (di dalam ruangan maupun di luar ruangan) dan pendidikan masyarakat. b) Aspek teknis dengan perekayasaan lingkungan perlu dilakukan untuk memaksa pengguna sepeda motor selalu taat aturan dan mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan di jalan. Beberapa contoh pendekatan engineering adalah pembangunan Zona Selamat Sekolah (ZoSS), penempatan rambu lalu lintas yang tepat, marka jalan yang dipasang sesuai kebutuhan, serta pemanfaatan teknologi yang tepat. c) Diperlukan pula program-program untuk mempertegas dna menguatkan keyakinan masyarakat tentang manfaat dan kosekuensi serta pemberian contoh dari pihak/aparat yang berwenang. Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar hasil pendidikan dan pelatihan yang telah dilakukan tetap

135 dirasakan hasilnya serta perekayasaan teknis yang telah dilaksanakan dapat tetap menjaga keselamatan pengguna sepeda motor dengan. Hal ini merupakan alasan masih diperlukan tindakan penegakkan hukum (enforcement) melalui kerangka kebijakan, kerangka regulasi dan kerangkainstitusi.