BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebagai negara small open economy yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap serangan krisis global (contagion effect). Dampak krisis global yang dirasakan suatu negara tidak hanya bersumber dari transaksi barang dan jasa (current account) tetapi juga dari transaksi modal (financial account). Melalui transaksi barang dan jasa (current account), krisis bisa saja dirasakan akibat krisis yang terjadi atau melanda negara-negara mitra dagang, pendapatan negara-negara mitra dagang yang menurun dapat menyebabkan penerimaan ekspor negara menjadi rendah. Akibatnya, tidak hanya pendapatan nasional yang mengalami penurunan tetapi juga nilai tukar cenderung mengalami depresiasi karena terjadi penurunan supply dollar yang cukup signifikan di pasar valuta asing. Krisis juga dapat dirasakan melalui transaksi modal (financial account), besarnya aliran modal asing yang masuk ke dalam negeri juga dapat meningkatkan potensi terjadinya krisis, terutama jika aliran modal asing yang masuk tersebut didominasi oleh modal jangka pendek. Hal ini karena aliran modal tersebut secara seketika dapat keluar dari perekonomian domestik. Di sisi lain, jika dilihat berdasarkan karakteristiknya, modal jangka pendek ini sangat sensitif terhadap isu krisis global. Besarnya aliran modal keluar selama periode krisis dapat memperburuk dampak negatif dari krisis global, terutama jika fundamental makroekonomi perekonomian tersebut sangat buruk. 98
Berdasarkan analisis sektor eksternal dan riil perekonomian Indonesia pada BAB IV dapat disimpulkan bahwa fundamental makroekonomi Indonesia saat ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Performa balance of payment Indonesia selama periode pengamatan sangat berfluktuatif dan bahkan sejak tahun 2011:Q3 perkembangannya cenderung memburuk. Buruknya perkembangan balance of payment Indonesia tersebut disebabkan oleh defisit capital account akibat pembengkakan defisit neraca pendapatan primer dan jasa, serta penurunan surplus trade balance. Dalam jangka pendek defisit current account berjalan mungkin dapat dibiayai oleh surplus financial account, namun jika hal ini terus berlanjut, tentu saja dalam jangka panjang sangat membahayakan kelangsungan perekonomian nasional. Mengingat bahwa surplus financial account Indonesia sangat didominasi modal jangka pendek. Di sisi lain, jika diperhatikan pola pergerakannya, financial account Indonesia sangat sensitif terhadap isu krisis, terlihat dari volatilitas pergerakan financial account selama periode krisis yang sangat tinggi. Dari hasil estimasi persamaan capital flows disimpulkan bahwa determinasi capital flows di Indonesia sangat didominasi oleh push factors, di mana koefisien dummy krisis adalah yang paling besar dan diikuti oleh variabel indeks risiko global. Artinya, aliran modal asing di dalam negeri secara dominan sangat dipengaruhi oleh isu krisis. Di sisi lain, potensi capital reversal juga dibayangi oleh kenaikan federal funds rate yang dapat menyebabkan perubahan pola pergerakan aliran modal di pasar finansial global. Selanjutnya, capital reversal dalam jumlah besar dapat menyebabkan negara menghadapi masalah lack of foreign. 99
Lack of foreign currency dapat menyebabkan Indonesia mengalami kesulitan dalam melakukan transaksi dan pembayaran internasional seperti pembiayaan impor dan pembayaran bunga beserta cicilan utang yang jatuh tempo. Pada kondisi tertentu, Indonesia akan terancam gagal bayar, akibatnya kreditur asing melakukan penyetopan pinjaman dan investor asing berhenti berinvestasi di pasar domestik. Sementara, interest rate policy tidak berpengaruh signifikan terhadap aliran modal asing. Dalam jangka pendek, penjualan surat utang negara memang cukup efektif untuk menarik investasi asing ke dalam negeri, namun dalam jangka panjang justru menjadi beban pada neraca pendapatan primer perekonomian. Upaya menarik modal asing masuk ke dalam negeri sangat disaran untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi domestik. Hal ini karena berdasarkan hasil estimasi dapat dilihat bahwa variabel GDPt-1 cukup berpengaruh signifikan terhadap penarikan modal asing ke dalam negeri. Laju pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil dapat menjadi daya tarik bagi investor asing untuk berinvestasi di dalam negeri. Upaya mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang stabil bahkan sangat perlu dilakukan, hal ini karena berdasarkan hasil estimasi dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi pada waktu t justru berpengaruh negatif terhadap capital flows. Artinya, penurunan ekonomi pada waktu t dapat menyebabkan capital reversal pada waktu yang sama. Dari hasil estimasi persamaan GDP dapat disimpulkan bahwa kontribusi investasi asing (capital inflows) terhadap gross domestic product lebih besar dari investasi domestik (PMDN). Konsekuensinya adalah jika terjadi capital reversal 100
tentu saja akan berdampak buruk terhadap kinerja perekonomian nasional. Kemampuan modal perekonomian secara tiba-tiba mengalami penurunan. Aktivitas sektor-sektor ekonomi yang menjadi tempat singgahnya investasi asing terancam berhenti beroperasi. Dari hasil estimasi juga dapat disimpulkan bahwa konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap GDP Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari besaran koefisien determinasi HC (1,665). Selain itu, jika dilihat besaran rasio konsumsi rumah tangga terhadap GDP adalah lebih besar dari 0,5. Artinya, sedikitnya 50 persen GDP Indonesia ditopang oleh kekuatan konsumsi rumah tangga. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar seharusnya dapat menopang kestabilan perekonomian nasional jika pemerintah dapat menjaga stabilitas harga yang secara signifikan sangat berpengaruh pada daya beli masyarakat. Pada saat krisis global tahun 2008, kuartal II, ekspor dan impor Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar, masing-masing sebesar 15,7 persen dan 23,9 persen. Namun, pada saat yang sama pertumbuhan ekonomi nasional tetap tumbuh sebesar 4 persen. Hal ini disebabkan oleh dukungan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang meningkat sebesar 4,8 persen dan dibantu oleh pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 17 persen (BPS, 2009). Sebaliknya, jika pemerintah tidak berhasil menjaga tingkat harga dan daya beli masyarakat, tentu saja pertumbuhan ekonomi dapat mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2012:Q4 pertumbuhan konsumsi rumah menurun -3,583 persen dan pada saat yang sama pertumbuhan ekonomi menurun - 2,247 persen. 101
5.2 Saran Dari hasil analisis dan pembahasan, beberapa saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa aliran investasi asing Indonesia sangat sensitif terhadap isu krisis. Hal tersebut dibuktikan oleh tingkat volatilitasnya yang meningkat secara signifikan saat terjadi krisis. Volatilitas investasi asing yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa investasi asing dalam negeri dengan sangat mudah keluar-masuk perekonomian domestik, sehingga pemerintah perlu menerapkan kebijakan capital control melalui pengaturan lalu lintas modal khususnya modal swasta jangka pendek seperti mounth holding period. Upaya menahan capital reversal juga dapat dilakukan dengan cara menerapkan blanked guarantee untuk mengurangi kepanikan para investor saat terjadi krisis. Penerapan mounth holding period yang lebih panjang terhadap modal asing berjangka pendek bertujuan untuk menahan capital reversal jika sewaktuwaktu terjadi krisis, modal jangka pendek tersebut tidak langsung terbang dari perekonomian domestik. Hal ini tentu saja sangat baik untuk meredam dampak krisis global dan memberi waktu yang cukup bagi otoritas untuk memikirkan kebijakan yang tepat untuk meredam krisis. Kebijakan capital control juga dapat dilakukan dengan cara menerapkan selective capital control. Pemerintah harus mampu mengontrol dengan baik jumlah investasi jangka pendek yang masuk ke dalam negeri, sebab aliran masuk investasi 102
jangka pendek yang terlalu besar di dalam perekonomian justru meningkatkan potensi dan dampak dari krisis global. b. Dari hasil estimasi persamaan capital flows disimpulkan bahwa capital flows di Indonesia sangat didominasi oleh external factors (Dummy krisis, indeks risiko global, dan federal funds rate) atau faktor yang berada di luar kontrol pemerintah. Sehingga, sangat disarankan bagi pemerintah agar dapat menjaga risk dan return investasi pada level yang menarik. Selain itu, pemerintah juga harus mampu membangun dan menjaga confidance investor asing terhadap perekonomian Indonesia dengan cara memperkuat fundamental makroekonomi dan stabilitas pertumbuhan ekonomi. hal tersebut perlu dilakukan karena kontribusi investasi asing terhadap GDP jauh lebih besar dari pada kontribusi investasi domestik. c. Besarnya kontribusi investasi asing terhadap kinerja perekonomian domestik tentu saja sangat baik. Namun, dalam jangka panjang seharusnya perekonomian nasional dapat mandiri dengan modal domestiknya. Hal tersebut perlu dilakukan karena dalam jangka panjang, investasi asing dalam jumlah besar justru akan menjadi beban bagi perekonomian akibat pembayaran bunga pinjaman dan return investasi yang menjadi beban pada neraca pendapatan primer. d. Besarnya kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap GDP Indonesia seharusnya dapat menjadi kekuatan ekonomi nasional. Sebagai bukti, pada saat krisis global tahun 2008, kuartal II, ekspor dan impor Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar, masing-masing sebesar 15,7 103
persen dan 23,9 persen. Namun, pada saat yang sama pertumbuhan ekonomi nasional tetap tumbuh sebesar 4 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang meningkat sebesar 4,8 persen dan dibantu oleh pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 17 persen (BPS, 2009). Sehingga, Pemerintah harus mampu menjaga kemampuan daya beli masyarakat agar tidak terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. 104