Growth Response of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) Pre Nursery Seedling to Application of Palm Oil Mill Effluent and NPKMg (15:15:6:4) Fertilizer

dokumen-dokumen yang mirip
RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

327. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Tipe Pemotongan Umbi

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

PENGARUH CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN DOSIS PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PEMBIBITAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4.No.4, Desember 2016 (634);

BAHAN METODE PENELITIAN

ISSN Abstract

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

UJI BEBERAPA KONSENTRASI PUPUK CAIR Azolla pinnata PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN AWAL

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam

Gusniwati 1), Helmi Salim 1), Juwita Mandasari 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Mandalo Darat, Jambi

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT AREN ( Arenga pinnata Merr.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR SKRIPSI OLEH : MANAHAN BDP Pemuliaan Tanaman

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP BEBERAPA KOMPOSISI KOMPOS KULIT BUAH KAKAO DENGAN SUBSOIL ULTISOL DAN PUPUK DAUN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

Pemberian Bahan Organik Kompos Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung

Agrium, April 2013 Volume 18 No 1

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BEBERAPA JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH(Allium ascalonicum L.

PEMBERIAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS) DAN NPK TABLET TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Vol 3 No 1. Januari Maret 2014 ISSN :

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH TERHADAP BAHAN ORGANIK Tithonia diversifolia DAN PUPUK SP-36 ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK LIMBAH CAIR BIOGAS DENGAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BIBIT KELAPA SAWIT

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DENGAN PUPUK HAYATI PADA PERBEDAAN VOLUME MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH :

PEMANFAATAN PUPUK BIO-SLURRY PADA JENIS TANAH YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DI PRE-NURSERY

Coressponding author : ABSTRACT

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) pada Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Majemuk

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

570. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No

JurnalAgroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.6.No.1, Januari 2018 (3): 14-19

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Peranan Pupuk Kalsium pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Cair dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

The Growth and Production of Hybrid Corn at Various Manure Cow Mixture and N, P, K, Mg

Effect Of Giving Composted Contains Cow Rumen and NPK Fertilizer On The Palm Oil Seed Growth (Elaeis guineensis Jacq.

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

Pengaruh Penunasan dan Pemberian Pupuk NPK Phonska Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq)

Faktor kedua adalah dosis Dregs (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: DO = Tanpa pemberian dregs DI = 10 g dregs /kg gambut D2 = 20 g dregs /kg gambut

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

Pemanfaatan Limbah Lumpur Padat (Sludge) Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai Alternatif Penyediaan Unsur Hara Di Tanah Ultisol

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

Respons Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Aplikasi Mulsa dan Perbedaan Jarak Tanam

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY AKIBAT PEMBERIAN PUPUK MELALUI DAUN

TANGGAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BIBIT KAKAO

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (560) :

Respons Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae var. acephala)

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

PERTUMBUHAN DAN AKUISISI N, P, K BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SISTEM SINGLE STAGE DENGAN PERLAKUAN MEDIA TANAM LIMBAH KELAPA SAWIT

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SEMANGKA (Citrullus vulgaris Schard.) TERHADAP KONSENTRASI PACLOBUTRAZOL DAN DOSIS PUPUK NPK

Respons Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Zeolit Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4.No.4, Desember 2016 (648);

PENGARUH PEMBERIAN AIR LAUT DAN BEBERAPA BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mayz. L) SKRIPSI.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

PENGARUH PEMBERIAN SLUDGE PABRIK KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (ElaeisguineensisJacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

Shella A.J.W., Kajian Pemberian Pupuk Hijau Eceng Gondok Pada Tanah Gambut Terhadap Pertumbuhan

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

PEMBERIAN KOMPOS TKKS DAN PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap Pemberian Pupuk Organik Asal Pelepah Kelapa Sawit dan Pupuk Majemuk NPK

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (22):

PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID ABSTRAK

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Hibrida Terhadap Pemberian Kompos Limbah Jagung dan Pupuk KCl

III. METODE PENELITIAN

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

Transkripsi:

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery terhadap Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) Growth Response of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) Pre Nursery Seedling to Application of Palm Oil Mill Effluent and NPKMg (15:15:6:4) Fertilizer I Gede Andri Wijaya, Jonatan Ginting*, Haryati Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 2155 *Corresponding author: jonatan@usu.ac.id ABSTRACT Palm oil is one of the major and prime agricultural commodities in Indonesia. Better palm oil seedling growth depend on nutrient and organic matter availability that can be fullfilled by using palm oil mill effluent (POME) and NPKMg (15:15:6:4) fertilizer. The objectives of the research were to study growth response of palm oil pre nursery seedling to aplication of POME and NPKMg (15:15:6:4) fertilizer. The research was held at screen house of Agricultural Faculty USU (± 25 m asl) in April to July 214 using a factorial randomized block design with two factors and three replications. The first factor were POME (; 1.5; 3.; 4.5 l/seedling) and the second factor were NPKMg (15: 15: 6: 4) fertilizer (; 2.5; 5.; 7.5 g/seedling). Data were analyzed with ANOVA and continued with Duncan multiple range test. The Parameters observed were plant height, stem diameter, leaves number, total leaf area, leaves greenness, fresh and dry root and upper part weight. The results obtain were the effect of POME until dose L 2 (3. l/seedling) were increase for all parameters except leaves greenness, fresh and dry root. The effect of NPKMg (15:15:6:4) fertilizer until dose P 2 (5. g/seedling) increase for all parameters except stem diameter. The interaction of these two factors until L 3 P 3 were increase leaves number, leaves greenness, fresh root weight, fresh and dry upper part weight. Keywords: palm oil mill effluent, NPKMg (15:15:6:4) fertilizer, palm oil seedling ABSTRAK Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia. Pertumbuhan bibit kelapa sawit yang lebih baik tergantung pada ketersediaan zat hara dan bahan organik yang dapat dipenuhi oleh pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) dan pupuk NPKMg (15:15:6:4). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery terhadap pemberian LCPKS dan pupuk NPKMg (15:15:6:4). Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada bulan April sampai Juli 214 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan, faktor pertama adalah LCPKS (; 1.5; 3.; 4.5 l/bibit) dan faktor kedua adalah pupuk NPKMg (15:15:6:4) (; 2.5; 5.; 7.5 g/bibit). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, total luas daun, kehijauan daun, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian LCPKS hingga dosis L 2 (3. l/bibit) meningkatkan semua parameter kecuali kehijauan daun, bobot segar dan kering akar. Pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) hingga dosis P 2 (5. g/bibit) meningkatkan semua 4

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 parameter kecuali diameter batang. Interaksi kedua faktor hingga L 3 P 3 meningkatkan jumlah daun, kehijauan daun, bobot segar akar, bobot segar dan kering tajuk. Kata kunci: limbah cair pabrik kelapa sawit, pupuk NPKMg (15:15:6:4), bibit kelapa sawit PENDAHULUAN Dalam perekonomian Indonesia, sektor pertanian dikenal sebagai sektor penting karena berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi. Pada sektor pertanian, subsektor perkebunan memainkan peran penting melalui kontribusinya dalam produk domestik bruto, penerimaan ekspor, penyediaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan. Salah satu tanaman yang mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan adalah kelapa sawit (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 27). Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penghasil minyak nabati yang telah menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit merupakan sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia (Nu man, 29). Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 212 adalah 9.74.621 Ha dengan total produksi 23.521.71 ton CPO, meningkat 1.84% dari produksi di tahun 211 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 213). Meskipun mengalami peningkatan, namun produktivitas kebun kelapa sawit di Indonesia rata-rata hanya mampu menghasilkan 16 ton Tandan Buah Segar (TBS)/ha/tahun, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul bisa mencapai 3 ton TBS/ha/tahun. Produktivitas yang tinggi merupakan impian yang sangat diinginkan oleh para pengusaha kelapa sawit, karena hal tersebut akan meningkatkan keuntungan bagi mereka (Sunarko, 21). Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanaman di perkebunan kelapa sawit yaitu penggunaan bibit yang berkualitas. Selain penggunaan bibit unggul di pembibitan, pemeliharaan bibit juga harus mendapat perhatian terutama yang berkaitan dengan pemupukan. Menurut Winarna dan Sutarta (29), upaya-upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan perlu terus dilakukan agar produktivitas tanaman dapat ditingkatkan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain melalui perbaikan ketepatan pemilihan dan aplikasi pupuk, penggunaan pupuk majemuk serta penggunaan bahan organik sebagai sumber hara. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) merupakan salah satu bahan organik yang mengandung unsur hara cukup tinggi seperti N, P, K, Mg dan Ca. Limbah cair pabrik kelapa sawit berpeluang besar untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit disamping memberikan kelembaban tanah. Pemberian LCPKS dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta dapat meningkatkan status hara tanah. Sementara ditinjau dari kandungan haranya, setiap satu ton limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung hara setara dengan 1.56 kg Urea,.25 kg TSP, 2.5 kg MOP dan 1 kg Kiserit (Putri, 211). Berdasarkan kandungan hara tersebut, terlihat bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan sumber hara N, P, K dan Mg yang cukup tinggi. Aplikasi limbah tersebut merupakan usaha daur ulang sebagian hara yang terangkut melalui panen tandan buah segar kelapa sawit, sehingga akan mengurangi biaya pemupukan yang tergolong tinggi. Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai bahan organik di pembibitan kelapa sawit harus dikombinasikan dengan pupuk anorganik khususnya pupuk majemuk. Walaupun memiliki kandungan unsur hara yang cukup tinggi, biasanya kandungan unsur hara tersebut belum mencukupi kebutuhan 41

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 bibit kelapa sawit kecuali diberikan dalam jumlah yang banyak. Selain itu, hara yang dikandungnya tidak segera tersedia bagi tanaman akibat lambatnya proses dekomposisi. Oleh sebab itu, kombinasi pemberian LCPKS dan pupuk majemuk merupakan pilihan yang sangat baik, dimana kebutuhan tanaman dapat segera terpenuhi oleh pupuk majemuk sementara LCPKS dapat menyediakan unsur hara secara perlahan dalam jangka panjang. Penggunaan pupuk majemuk (NPKMg) di pembibitan sangat dianjurkan pada pembibitan tanaman tahunan seperti kelapa sawit karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan mutu bibit. Menurut Mangoensokarjo (27), jika dibandingkan dengan pupuk tunggal, maka pupuk majemuk memiliki berbagai keunggulan antara lain: dapat mensuplai berbagai unsur hara dalam satu kali aplikasi untuk mencukupi secara cepat kebutuhan hara tanaman, ketersediaan haranya berangsur-angsur yang menjamin efektifnya serapan unsur hara tanah oleh tanaman, kehilangan unsur hara akibat penguapan dan pencucian sangat rendah. Lebih lanjut Damanik et al. (211) menyatakan bahwa keuntungan penggunaan pupuk majemuk (NPKMg) terutama menghemat biaya aplikasi, transportasi dan penyimpanan pupuk. Walaupun limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki potensi untuk digunakan sebagai pupuk alternatif pengganti sebagian pupuk anorganik, namun informasi mengenai aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg di pre nursery masih relatif terbatas. Oleh sebab itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang respons pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery terhadap pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4). BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kecambah kelapa sawit Tenera (DxP) PPKS Medan varietas Yangambi, limbah cair pabrik kelapa sawit yang diambil dari kolam aerobik terakhir (Pond IV), pupuk NPKMg (15:15:6:4), tanah subsoil, polybag ukuran 1 kg (15 cm x 22 cm), pelepah sawit, bambu, kawat, insektisida berbahan aktif deltametrin dan fungisida dengan bahan aktif propineb. Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, klorofil meter, jangka sorong digital, oven, kalkulator, meteran, jeriken 3 liter, piring plastik, ember, hand sprayer, gelas ukur, gembor, cangkul, ayakan 1 mesh, kertas label perlakuan, penggaris, format data, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama: Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (L) terdiri dari 4 taraf yaitu: L = l/bibit, L 1 = 1.5 l/bibit, L 2 = 3. l/bibit, L 3 = 4.5 l/bibit. Faktor kedua: Pupuk NPKMg (15:15:6:4) (P) terdiri dari 4 taraf yaitu: P = g/bibit, P 1 = 2.5 g/bibit, P 2 = 5. g/bibit, P 3 = 7.5 g/bibit. Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan areal pembibitan dilakukan dengan membersihkan serta meratakan lahan yang digunakan sebagai tempat penelitian seluas 13.2 x 2.7 m. Persiapan media tanam dilakukan dengan mengayak media tanam dengan ayakan 1 mesh kemudian dimasukkan dalam polybag ukuran 15 x 22 cm. Penanaman kecambah diawali dengan menyiram media kemudian menanam satu kecambah per polybag. Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit dilakukan secara bertahap dalam 2 kali aplikasi mulai dari penanaman kecambah sampai bibit berumur 6 Minggu Setelah Tanam (MST). Aplikasi pupuk NPKMg (15:15:6:4) juga dilakukan bertahap mulai bibit berumur 4-7 MST. Pemeliharaan yang meliputi penyiraman, pengendalian gulma serta pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai kondisi dilapangan. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit (cm), diameter batang (mm), jumlah daun (helai), total luas daun (cm 2 ), kehijauan daun (unit/.71 cm 2 ), bobot segar tajuk (g), bobot segar akar (g), bobot kering tajuk (g) dan bobot kering akar (g). Pengamatan tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun dilakukan 42

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 saat bibit berumur 6 MST dengan interval dua berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit minggu sampai bibit berumur 14 MST, 14 MST. Pemberian pupuk NPKMg sedangkan pengamatan parameter lainnya dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit 14 MST. Interaksi kedua perlakuan bibit berumur 14 MST. berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 14 MST. Rataan tinggi bibit 14 MST pada HASIL DAN PEMBAHASAN berbagai dosis pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) Tinggi Bibit (cm) dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit Tabel 1. Rataan tinggi bibit 14 MST pada berbagai dosis pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) Limbah cair pabrik kelapa sawit (l/bibit) Pupuk NPKMg (15:15:6:4) (g/bibit) Rataan P = P 1 = 2.5 P 2 = 5. P 3 = 7.5...cm...... 14 MST L = 25.27 e 29.7 abc 26.23 cde 26.67 cde 26.81 b L 1 = 1.5 28.58 a-d 3.62 a 3.3 ab 27.22 cde 29.18 a L 2 = 3. 28.63 a-d 25.61 de 27.41 b-e 27.59 b-e 27.31 b L 3 = 4.5 26.89 cde 27.36 b-e 27.93 a-e 24.79 e 26.74 b Rataan 27.34 28.16 27.97 26.57 27.51 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris, kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%. Hubungan pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dengan tinggi bibit 14 MST dapat dilihat pada Gambar 1. Tinggi bibit (cm) 29.5 29 28.5 28 27.5 27 26.5 26 L Ŷ =,273x 3-2,174x 2 + 4,226x + 26,8; R² =.99; y maks = 29,21 pada x = 1,27; y min = 26,36 pada x = 4,9 1.5 L 1 3L 2 4.5 L 3 Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit Gambar 1. Hubungan pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dengan tinggi bibit 14 MST. Hubungan dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) dan tinggi bibit 14 MST pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit (L) dapat dilihat pada Gambar 2. 43

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 Tinggi bibit (cm) 32 3 28 26 24 L 3 = tn L = tn Ŷ L1 = -.4x 3 -.158x 2 + 1.239x + 28.57; R² =.99; y maks = 3.79 pada x = 3.37 L 2 L 1 22 2 P Ŷ L 2 = -.68x3 +.91x 2-3.32x + 28.63; R² =.99; y maks = 28.31 pada x = 6.57; y min = 25.59 pada x = 2.26 2.5 P 1 5P 2 7.5 P 3 Dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) Gambar 2. Hubungan dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) dan tinggi bibit 14 MST pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit (L). Hubungan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan tinggi bibit 14 MST pada pemberian berbagai dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) (P) dapat dilihat pada Gambar 3. 34 32 Ŷ P =,657x 3-4,419x 2 + 6,186x + 29,6; R² =.99; maks = 31,53 pada x =,86; y min = 24,71 pada x = 3,61 y m Tinggi bibit (cm) 3 28 26 24 22 2 L Ŷ P 1 = -,561x 2 + 2,855x + 25,33; R² =,98; y maks = 28,96 pada x = 2,54 P 2 = tn P 3 = tn 1.5 L 1 3L 2 4.5 L 3 Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit P P 1 Gambar 3. Hubungan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan tinggi bibit 14 MST pada pemberian berbagai dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) (P). Diameter Batang (mm) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyataa terhadap diameter batang 14 MST. Pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh nyata terhadap diameter batang 14 MST. Interaksi pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang. Rataan diameter batang 14 MST pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) dapat dilihat pada Tabel 2. 44

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 Tabel 2. Rataan diameter batang 14 sawit dan pupuk NPKMg Limbah cair pabrik kelapa sawit (l/bibit) 14 MST L = 7.23 L 1 = 1.5 8.2 L 2 = 3. 8.72 L 3 = 4.5 7.15 Rataan 7.83 ab Keterangan: Angka yang diikuti notasi yan menurut Uji Jarak Berganda Dun MST pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa (15:15:6:4) Pupuk NPKMg (15:15:6:4) (g/bibit) P = P 1 = 2.5 P 2 = 5. P 3 = 7.5...mm...... 8.46 7.67 7.61 9.43 8.27 7.82 7.94 7.84 7.7 7.87 7.54 6.96 8.42 a 7.83 ab 7.52 b ng sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan ncan pada taraf α = 5%. Rataan 7.74 bc 8.43 a 8.5 ab 7.38 c 7.9 berbeda tidak nyata Hubungan pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dengan diameter batang 14 MST dapat dilihat pada Gambar 4. 8.6 Diameter batang (mm) 8.2 7.8 7.4 Ŷ = -.15x 2 +.58x + 7.782; R² =.95; y maks = 8.34 pada x = 1.93 7 L 1.5 L 1 3L 2 4.5 L 3 Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit Gambar 4. Hubungan pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dengan diameter batang 14 MST. Hubungan pemberian berbagai dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) dengan diameter batang 14 MST dapat dilihat pada Gambar 5. 45

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 8.6 Diameter batang (mm) 8.2 7.8 7.4 Ŷ = -.36x 2 +.212x + 7.898; R² =.74; y maks = 8.21 pada x = 2.94 7 P 2.5 P 1 P5 2 7.5 P 3 Dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) Gambar 5. Hubungan pemberian berbagai dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) dengan diameter batang 14 MST. Jumlah Daun (helai) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 14 MST, pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun 14 MST. Interaksi pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun 14 MST. Rataan jumlah daun 14 MST pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan jumlah daun 14 MST pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) Limbah cair pabrik kelapa sawit (l/bibit) 14 MST L = 3.44 L 1 = 1.5 4.11 L 2 = 3. 4. L 3 = 4.5 3.67 Rataan 3.81 Pupuk NPKMg (15:15:6:4) (g/bibit) P = P 1 = 2.5 P 2 = 5. P 3 = 7.5...helai...... 3.78 3.67 3.78 4.22 4.33 4.22 4. 4. 3.78 4.11 3.67 3.78 4.3 3.92 3.89 Rataan 3.67 b 4.22 a 3.94 ab 3.81 b Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris, kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5% Hubungan pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dengan jumlah daun 14 MST dapat dilihat pada Gambar 6. 3.91 46

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 4.3 Jumlah daun (helai) 4.1 3.9 3.7 Ŷ = -.77x 2 +.356x + 3.715; R² =.72; y maks = 4.12 pada x = 2.31 3.5 L 1.5 L 1 3L 2 4.5 L 3 Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit Gambar 6. Hubungan pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dengan jumlah daun 14 MST. Total Luas Daun (cm 2 ) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap total luas daun, pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun. Interaksi pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh nyata terhadap total luas daun. Rataan total luas daun pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan total luas daun padaa pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) Limbah cair pabrik kelapa sawit Pupuk NPKMg (15:15:6:4) (g/bibit) Rataan (l/bibit) P = P 1 = 2.5 P 2 = 5. P 3 = 7.5...cm... L = 111.57 e 167.11 a-d 141.2 b-e 142.81 b-e 14.63 b L 1 = 1.5 146.64 b-e 19.76 a 168.34 abc 15.96 b-e 164.18 a L 2 = 3. 174.41 ab 128.45 de 157.41 a-e 152.87 b-e 153.29 ab L 3 = 4.5 134.94 cde 149.58 b-e 153.89 b-e 111.18 e 137.4 b Rataan 141.89 158.98 155.17 139.46 148.87 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris, kolom atau kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5% Hubungan pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dengann total luas daun dapat dilihat pada Gambar 7. 47

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 17 Total luas daun (cm²) 16 15 14 13 Ŷ = -4.381x 2 + 18.34x + 142.1; R² =.9; y maks = 161.29 pada x = 2.9 12 L 1.5 L 1 L3 2 4.5 L 3 Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit Gambar 7. Hubungan pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dengan total luas daun. Hubungan dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) dan total luas daun pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit (L) dapat dilihat pada Gambar 8. Total luas daun (cm²) 215 18 145 11 75 4 P Gambar 8. Hubungan dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) dan total luas daun pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit (L). Hubungan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan total luas daun pada pemberian berbagai dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) (P) dapat dilihat pada Gambar 9. 215 Ŷ L 1 =.763x 3-11.5x 2 + 4.5x + 146.6; R² =.99; y maks = 19.7 pada x = 2.46; y min = 15.15 pada x = 7.2 Ŷ L = -2.149x 2 + 18.82x + 117.; R² =.61; y maks = 158.2 pada x = 4.37 L 2 = tn L 3 = tn 2.5 P 1 P5 2 7.5 P 3 Dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) L 1 L Total luas daun (cm²) 18 145 11 75 Ŷ P = -8.282x 2 + 43.79x + 18.5; R² =.91; y maks = 166.38 pada x = 2.64 Ŷ P 3 = -5.537x 2 + 18.72x + 14.9; R² =.93; y maks = 156.72 pada x = 1.69 P 1 = tn P P 3 4 L P 2 = tn 1.5 L 1 3L 2 4.5 Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit L 3 48

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 Gambar 9. Hubungan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan total luas daun berbagai dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) (P). pada pemberian Bobot Kering Tajuk (g) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk. Interaksi pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk. Rataan bobot kering tajuk pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 5. Rataan bobot kering tajuk pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) Limbah cair pabrik kelapa sawit (l/bibit) L = 1.29 L 1 = 1.5 1.61 L 2 = 3. 1.97 L 3 = 4.5 1.47 Rataan 1.59 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yan Uji Jarak Berganda Duncan p Hubungan pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dengan bobot kering tajuk dapat dilihat pada Gambar 1 2 Pupuk NPKMg (15:15:6:4) (g/bibit) P = P 1 = 2.5 P 2 = 5. P 3 = 7.5...g...... 1.89 1.48 1.63 2.7 2.2 1.73 1.33 1.62 1.6 1.67 1.44 1.31 1.74 1.64 1.57 ng sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda t pada taraf α = 5% Rataan 1.58 b 1.86 a 1.63 ab 1.47 b 1.63 tidak nyata menurut Bobot kering tajuk (g) 1.8 1.6 1.4 1.2 Ŷ = -.48x 2 +.183x + 1.65; R² =.78; y maks = 1.77 pada x = 1.9 1 L 1.5 L 1 3L 2 4.5 L 3 Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit Gambar 1. Hubungan pemberian kering tajuk. berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dengan bobot 49

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 Bobot Kering Akar (g) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar. Interaksi pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar. Rataan bobot kering akar pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan bobot kering akar pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) Limbah cair pabrik kelapa sawit (l/bibit) L =.67 L 1 = 1.5.84 L 2 = 3..88 L 3 = 4.5.77 Rataan.79 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yan Uji Jarak Berganda Duncan pad Hubungan pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dengan bobot kering akar dapat dilihat pada Gambar 11. 1 Pupuk NPKMg (15:15:6:4) (g/bibit) P = P 1 = 2.5 P 2 = 5. P 3 = 7.5...g.......91.72.85.95.97.91.61.83.73.85.72.65.83.81.78 ng sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda t da taraf α = 5% Rataan.79 b.92 a.76 b.75 b.8 tidak nyata menurut Bobot kering akar (g).8.6.4 Ŷ = -.16x 2 +.54x +.87; R² =.47; y maks =.85 pada x = 1.68.2 L 1.5 L 1 3L 2 4.5 L 3 Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit Gambar 11. Hubungan pemberian kering akar. berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dengan bobot 41

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 14 MST (Tabel 1), diameter batang 14 MST (Tabel 2), jumlah daun 14 MST (Tabel 3), total luas daun (Tabel 4), bobot kering tajuk (Tabel 5) dan bobot kering akar (Tabel 6). Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit dan diameter batang 14 MST. Tinggi bibit tertinggi terdapat pada perlakuan L 1 (29.18 cm) dan terendah pada L 3 (26.74 cm). Diameter batang terbesar terdapat pada perlakuan L 1 (8.43 mm) dan terkecil pada L 3 (7.38 mm). Limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai bahan organik selain berperan dalam memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah juga mempengaruhi ketersediaan hara yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan tanaman seperti pertumbuhan tinggi dan diameter batang pada tanaman. Limbah cair pabrik kelapa sawit diketahui mengandung unsur hara seperti N, P, K dan Ca yang cukup tinggi. Unsur hara yang terkandung dalam limbah cair pabrik kelapa sawit seperti nitrogen, kalium dan kalsium berperan penting dalam proses pembelahan dan pemanjangan sel, mendorong proses pembentukan sel-sel baru serta berperan dalam meningkatkan ketebalan dinding sel. Hal ini sesuai dengan literatur Foth (1994) yang menyatakan bahwa kalium mempunyai pengaruh dalam meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga meningkatkan ketebalan dinding sel dan kekuatan batang. Pembesaran lingkar batang tidak terlepas dari aktivitas sel-sel meristem dalam tumbuhan, Damanik et al. (211) menyatakan bahwa kalium dan kalsium berperan mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik pada tumbuhan, sehingga dalam hal ini pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit mampu secara nyata meningkatkan tinggi bibit dan diameter batang. Lebih lanjut dijelaskan oleh Rahardjo (29), bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki komposisi yang cukup kaya akan unsur hara N, P dan K, maka limbah cair tersebut mempunyai potensi yang baik untuk menggantikan ataupun melengkapi peran pupuk anorganik. Selain kalium, nitrogen juga diperlukan dalam proses pembelahan sel karena diketahui bahwa beberapa senyawa kimia dalam tumbuhan mengandung nitrogen. Tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 14 MST dan total luas daun. Jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan L 1 (4.22 helai) dan paling sedikit pada L (3.67 helai). Total luas daun terbesar terdapat pada perlakuan L 1 (164.18 cm 2 ) dan terkecil pada L 3 (137.4 cm 2 ). Pengaruh nyata pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit terhadap jumlah daun dan total luas daun bibit kelapa sawit disebabkan karena pemberian limbah cair pabrik kelapa menjamin ketersediaan unsur hara N, P, K, Mg yang dapat merangsang pertumbuhan daun. Loebis dan Tobing (1989) menyatakan bahwa limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit mengandung unsur hara yang tinggi seperti N, P, K, Mg dan Ca, sehingga limbah cair tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit. Mangoensoekarjo dan Semangun (23) menyatakan bahwa sebagian besar senyawa-senyawa kimia dalam tumbuhan seperti protein, alkaloid, klorofil dan lain-lain mengandung nitrogen. Klorofil merupakan alat terjadinya proses fotosintesis. Didukung pula oleh pernyataan Suwandi dan Chan (1982) yang menyatakan bahwa unsur N menyebabkan perkembangan permukaan luas daun yang lebih cepat, sedangkan unsur P, K, Mg dan Ca berperan dalam menunjang pertumbuhan lebar daun. Tabel 5 dan 6 menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Bobot kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan L 1 (1.86 g) dan terendah pada L 3 (1.47 g). Bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan L 1 (.92 g) dan terendah pada (.75 g). Penambahan bahan organik berupa limbah cair pabrik kelapa sawit menyebabkan 411

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 tersedianya unsur hara seperti N, P, K dan Mg yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan bahan kering tanaman, sehingga berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dan akar. Bangun (21) menyatakan bahwa walaupun komposisi bahan organik sangat kecil pada tanah ideal yaitu 5% namun, bahan organik justru menjadi faktor kunci berlangsungnya dinamika kehidupan dalam tanah karena memiliki peran multifungsi yaitu mampu merubah sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga tanah dapat dikelola menuju kondisi yang ideal bagi tanaman. Lebih lanjut Suwandi dan Chan (1982) menyatakan bahwa bahan organik dapat digunakan untuk meningkatkan metabolisme tanaman, dimana penyerapan unsur hara yang berasal dari pupuk akan lebih efektif karena meningkatnya daya dukung tanah akibat penambahan bahan organik dalam tanah. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman akan lebih baik sehingga dapat meningkatkan berat basah dan berat kering tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit tertinggi yaitu pada perlakuan L 3 (4.5 l/bibit) cenderung menekan pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery. Kondisi media tanam sub soil ultisol yang terbatas, disertai dengan kadar liat yang cukup tinggi dalam tanah tersebut menyebabkan terjadinya kondisi genangan pada media tanam setiap kali dilakukan pengaplikasian LCPKS sebanyak 225 ml. Genangan yang terjadi pada media tanam tersebut menyebabkan respirasi pada bagian akar menjadi terganggu dan akan terjadi proses respirasi anaerob. Akibatnya, tanaman akan menderita karena kekurangan oksigen dan akhirnya proses metabolisme secara keseluruhan akan terganggu. Hal ini sesuai dengan literatur Dewi (29) yang menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit untuk tumbuh dengan sehat tidak boleh tergenang karena akan menghambat pertumbuhannya. Selain itu, Holidi (214) juga menyatakan bahwa kelapa sawit merupakan organisme aerobik dan membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup, dengan demikian jika kondisi tergenang maka tanaman akan menderita karena kekurangan oksigen. Bila sebagian tanaman tergenang seperti akar maka proses metabolisme tanaman secara keseluruhan akan terganggu. Pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh nyata terhadap diameter batang 14 MST (Tabel 2). Diameter batang terbesar terdapat pada perlakuan P 1 (8.42 mm) dan terkecil pada P 3 (7.52 mm). Pengaruh nyata pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) terhadap diameter batang dapat dipahami karena tingginya kandungan unsur hara nitrogen dan fosfor dalam pupuk tersebut. Ketersediaan kedua unsur tersebut berperan sangat penting dalam proses pembelahan sel sehingga dapat membantu meningkatkan pertumbuhan diameter batang bibit kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan literatur Suwandi dan Chan (1982) yang menyatakan bahwa unsur nitrogen berperan dalam meningkatkan perkembangan batang baik secara vertikal maupun horizontal. Mangoensoekarjo (27) menambahkan bahwa ketersediaan unsur fosfor akan memperkuat pertumbuhan batang, pada tanaman kelapa sawit kekahatan fosfor dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pelepah pendek dan batang tumbuh meruncing. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter, sedangkan pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Hasil analisis tanah yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan N, P, K dan Mg dalam tanah masih cukup tinggi. Kandungan unsur hara dari dalam tanah dan limbah cair pabrik kelapa sawit diduga telah mampu mencukupi kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan bibit, sehingga tanggap bibit terhadap pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) menjadi kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Foth (1994) yang menyatakan bahwa tanggap tanaman terhadap pupuk akan berkaitan dengan jumlah hara yang dapat digunakan dalam tanah. Ketersediaan unsur hara yang dapat dipertukarkan pada umumnya adalah indikasi 412

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 yang baik adanya unsur hara yang dapat digunakan. Makin banyak kandungan suatu unsur hara yang dapat dipertukarkan dalam tanah, makin sedikit tanaman akan memberikan tanggapan terhadap unsur hara tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tampak adanya peningkatan pertumbuhan yang lebih baik pada taraf perlakuan P 1 dengan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) sebanyak 2.5 g/bibit, namun selanjutnya semakin tinggi taraf pupuk NPKMg (15:15:6:4) yang diberikan justru pertumbuhan bibit cenderung menurun. Hal ini didukung oleh pernyataan Thomas dan Hardon (1968) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk pada bibit sangat jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan, namun jika pemberian berlebihan akan berpengaruh menekan pertumbuhan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Agustina (199) yang menyatakan penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis, maka hasil justru menurun. Interaksi pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 14 MST (Tabel 1) dan total luas daun (Tabel 4). Tinggi bibit tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan L 1 P 1 (3.62 cm) dan terendah pada L 3 P 3 (24.79 cm). Total luas daun terbesar terdapat pada kombinasi perlakuan L 1 P 1 (19.76 cm 2 ) sedangkan total luas daun terkecil terdapat pada kombinasi perlakuan L 3 P 3 (111.18 cm 2 ). Pengaruh nyata interaksi limbah cair pabrik kelapa sawit dengan pupuk NPKMg (15:15:6:4) terhadap tinggi bibit dan total luas daun disebabkan oleh membaiknya kondisi media tanam akibat penambahan bahan organik berupa limbah cair pabrik kelapa sawit. Bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Kondisi tanah yang baik menyebabkan penyerapan pupuk oleh tanaman menjadi lebih efektif sehingga dapat mendukung pertumbuhan termasuk pertambahan tinggi tanaman. Suwandi dan Chan (1982) menyatakan bahwa kombinasi pupuk kimia dengan bahan organik dapat digunakan untuk meningkatkan metabolisme tanaman, dimana penyerapan unsur hara yang berasal dari pupuk akan lebih efektif karena meningkatnya daya dukung tanah akibat penambahan bahan organik dalam tanah. Rahardjo (29) menambahkan bahwa, komposisi limbah cair pabrik kelapa sawit cukup kaya akan unsur hara (N, P dan K). Limbah cair tersebut mempunyai potensi yang baik untuk menggantikan ataupun melengkapi peran pupuk anorganik. Dengan pemanfaatan limbah cair tersebut untuk keperluan pemupukan, maka dengan sendirinya jumlah limbah cair yang masih harus diolah juga akan berkurang, sehingga akan mengurangi waktu untuk pengolahan limbah dan menurunkan biaya pengolahan limbah sekitar 5-6%. Pemberian bahan organik seperti limbah cair pabrik kelapa sawit mampu meningkatkan efektivitas pemupukan karena dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah. Peningkatan kapasitas tukar kation dalam tanah diduga mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman yang berasal dari kedua kombinasi perlakuan khususnya hara N, P, K dan Mg. Unsur hara tersebut sangat berperan dalam pertumbuhan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Winarna dan Sutarta (29) yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas tukar kation tanah adalah dengan aplikasi bahan organik, mengingat tingginya kapasitas tukar kation bahan organik yang dapat mencapai 8 me/1 g. Selain meningkatkan ph tanah, bahan organik juga berperan memperbaiki struktur tanah yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan tanaman. Suwandi dan Chan (1982) menyatakan bahwa unsur N menyebabkan perkembangan permukaan daun yang lebih cepat. Sedangkan unsur P, K, Mg juga berperan dalam menunjang pertumbuhan lebar daun. 413

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 SIMPULAN Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit hingga dosis L 2 (3. l/bibit) meningkatkan tinggi bibit 14 MST, diameter batang 14 MST, jumlah daun 14 MST, total luas daun dan bobot kering tajuk. Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit terbaik diperoleh dari perlakuan L 1 (1.5 l/bibit). Pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) hingga dosis P 2 (5. g/bibit) meningkatkan tinggi bibit 14 MST, jumlah daun 14 MST, total luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Dosis pupuk NPKMg (15:15:6:4) terbaik diperoleh dari perlakuan P 1 (2.5 g/bibit). Interaksi pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dengan pupuk NPKMg (15:15:6:4) hingga L 3 P 3 meningkatkan jumlah daun 14 MST dan bobot kering tajuk namun, kombinasi perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan L 1 P 1 yaitu limbah cair pabrik kelapa sawit sebanyak 1.5 l/bibit dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) 2.5 g/bibit. DAFTAR PUSTAKA Agustina, L. 199. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit, Edisi Kedua. Jakarta. Bangun, A.M. 21. Pengaruh Beberapa Kombinasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dengan Pupuk NPKMg 12-12-17-2 terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Pembibitan Utama. Skripsi. Universitas Andalas. Padang. Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin dan H. Hanum. 211. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan. Dewi, N. 29. Respon Bibit Kelapa Sawit terhadap Lama Penggenangan dan Pupuk Pelengkap Cair. Agronobis. 1(1):117-129. Direktorat Jenderal Perkebunan. 213. Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 28-212.http://www.pertanian.go.id [29 Januari 214]. Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. Holidi, Hermanto dan D. Irawanto. 214. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Media Gambut pada Berbagai Tinggi Muka Air. Prosiding. Seminar Nasional Lahan Suboptimal 214. 26-27 September 214. Palembang. hal. 112-118. Loebis, B dan P. L. Tobing. 1989. Potensi Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Bul. Perkeb. PPKS. 2(1):49-56. Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 23. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Mangoensoekarjo, S. 27. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Nu man, M. 29. Pengelolaan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Putri, R.E. 211. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Limbah Cair Kelapa Sawit terhadap Beberapa Sifat Tanah Oxisol dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glicine max (L) Merril). Skripsi. Universitas Andalas. Padang. Rahardjo, P.N. 29. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. J. Tek. Ling. 1(1):9-18. Sunarko. 21. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistim Kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta. Swandi dan F. Chan. 1982. Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit yang Telah 414

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 Menghasilkan dalam Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) oleh Lubis, A. U, A. Jamin, S. Wahyuni dan IR. Harahap. Pusat Penelitian Marihat Pematang Siantar. Medan. Hal 191 21. Thomas, R.L dan J.J. Hardon.1986. Breeding and Selection of The Oil Palm in Malaya. Oleagineux. 23:85-9. Winarna dan E. S. Sutarta. 29. Upaya Peningkatan Efisiensi Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit. Prosiding. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 29. 28-3 Mei 29. Jakarta. hal.177-192. 415