BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara udara yang kotor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit (Protozoa)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia


BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.

C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

Proses Penularan Penyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

Global Warming. Kelompok 10

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA Jl Selamanik No. 16 A Banjarnegara Telp(fax) e_mail :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41/1999 dan Undang-Undang No. 19/2004

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Fauna Anopheles di Desa Buayan dan Ayah di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

Anti Nyamuk Bakar dan Kampanye Rumah Bebas Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGESAHAN TESIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENYAKlT DAN VEKTOR MALARIA DI INDONESIA HISWANI. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

KUESIONER. Hari/Tanggal : Waktu : Pukul... s/d... No. Responden : 1. Nama (inisial) : 2. Umur :

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK AEDES, ANOPHELES, DAN CULEX

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas. Di Indonesia, penyakit malaria ditemukan tersebar luas di seluruh pulau dengan derajat dan berat infeksi yang bervariasi. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui vektor gigitan nyamuk Anopheles. Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di dunia kurang lebih terdapat 400 spesies yang sudah dikenali, 100 diantaranya mempunyai kemampuan untuk menularkan malaria dan 30-40 merupakan host dari parasit Plasmodium yang merupakan penyebab malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat 24 spesies nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria. Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi jenis nyamuk Anopheles yang berperan dalam penularan penyakit malaria di daerah tertentu. Peran nyamuk Anopheles sebagai vektor sangat penting karena bila mengandung stadium gametosit kemudian mengigitit manusia maka manusia dapat terinfeksi. Oleh karena itu mengenali sifat-sifat umum nyamuk Anopheles sp menjadi penting untuk diketahui. Hal ini berkaitan dengan kepentingan kita dalam mengendalikan populasi nyamuk yang secara langsung dapat mengurangi kejadian penyakit malaria. Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor serta untuk memberi informasi mengenai nyamuk Anopheles, spesies Anopheles, distribusi geografik, bionomik, siklus hidup dan upaya pengendalian. 1

BAB II PEMBAHASAN A. Klasifikasi Nyamuk Anopheles Nyamuk Anopheles sp adalah adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Nyamuk Anopheles memiliki tubuh yang langsing dan 6 kaki panjang serta memiliki sayap yang bersisik. Penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang lainnya terdiri dari beberapa urutan yaitu sebagai berikut : Phylum : Arthropoda Classis : Hexapoda / Insecta Sub Classis : Pterigota Ordo : Diptera Familia : Culicidae Sub Famili : Anophellinae Genus : Anopheles B. Spesies Anopheles Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria di Indonesia antara lain : a. Anopheles sundauicus Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh tumbuhan enteromopha, chetomorphadengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 meter dari permukaan air laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 meter. b. Anopheles aconitus Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian. Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung pada ketinggian 400 1000 meter 2

dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vektor pada daerah daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. c. Anopheles barbirostris Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit. d. Anopheles kochi Spesies ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau, kubangan, dan sawah yang siap ditanami. e. Anopheles maculatus Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian 1600 meter diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari. f. Anopheles subpictus Spesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi dua spesies yaitu : 1) Anopheles subpictus subpictus Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang kadang ditemukan dalam air payau dengan kadar garam tinggi. 2) Anopheles subpictus malayensis Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik ditemukan pada air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan dan parit. g. Anopheles balabacensis Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada 3

genangan air bekas tapak binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti. C. Distribusi Geografik Penularan malaria secara ilmiah berlangsung melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Hanya spesies nyamuk Anopheles tertentu yang mampu menularkan penyakit malaria dan spesies tersebut disebut sebagai vektor. Lebih dari 400 spesies Anopheles didunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria. Penyebaran geografik vektor malaria di Indonesia adalah sebagai berikut: o An. Aitkenii: ditemukan di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An. Umbrosus: terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An. Beazai : pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An. Letifer : terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan o An.roperi : Sumatera dan Kalimantan o An.Barbirostris : terdapat di Irian Jaya, Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An.vanus : di temukan di pulau Kalimantan dan Sulawesi o An.bancrofti : terdapat di pulau Irian Jaya o An.sinensis : di pulau Sumatera o An.nigerrimus : di temukan di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An.kochi : Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An.tesselatus : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An.leucosphyrus : terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan o An.balabacensis : terdapat di Jawa, dan Kalimantan o An.punctulatus : saat ini hanya terdapat di Irian Jaya 4

o An.farauti : di temukan di Irian Jaya o An.koliensis : Irian Jaya o An.aconitus : terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An.minimus : di temukan Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An.flavirostris : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An.sundaicus : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An.subpictus : Irian Jaya, Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An.annularis : Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi o An.maculatus : Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi D. Bionomi a. Perilaku saat menghisap darah dan mekanisme penularan penyakit. Hanya nyamuk betina yang sering menghisap darah. Nyamuk Anopheles sering menghisap darah diluar rumah dan suka menggigit diwaktu senja sampai dini hari (Eksofagik) serta mempunyai jarak terbang sejauh 1,6 Km sampai dengan 2 Km. Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung Gametosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik. Sporozoit adalah bentuk infektif. Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara yaitu : - Alamiah (Natural Infaction) Bila orang sehat digigit nyamuk malaria yang telah terinfeksi oleh plasmodium. Pada saat mengigit sporozoit yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia. Kemudian orang sehat menjadi sakit dan dalam tubuhnya terjadi siklus hidup parasit malaria - Induksi (Induced) Bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk dalam badan manusia melalui darah, misalnya transfusi, 5

suntikan, atau secara kongenital (bayi baru lahir mendapat infeksi dari ibu yang menderita malaria melalui darah placenta), atau secara sengaja untuk pengobatan berbagai penyakit (sebelum perang dunia ke 2) demam yang timbul dapat menunjang pengobatan berbagai penyakit seperti sindrom nefrotik b. Perilaku pada waktu hinggap dan beristirahat Nyamuk Anopheles lebih suka menghinggap dibatangbatang rumput, dialam atau luar rumah (Eksofilik) yaitu tempattempat lembab, terlindung dari sinar matahari dan gelap. c. Perilaku pada saat berkembang biak (Breeding Place) Nyamuk Anopheles dapat berkembang biak ditempattempat yang airnya menggenang seperti Sawah, Irigasi yang bagian tepinya banyak ditumbuhi rumput dan tidak begitu deras airnya. E. Siklus Hidup Anopheles Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup yang termasuk dalam metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat stage/fase pupa. Lama siklus hidup dipengaruhi kondisi lingkungan, seperti : suhu, adanya zat kimia atau biologis di tempat hidup. Siklus hidup nyamuk Anopheles secara umum terdiri dari : 1. Telur Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan 50-200 buah telur. Telur langsung diletakkan di air dan terpisah (tidak bergabung menjadi satu). Telur ini menetas dalam 2-3 hari (pada daerah beriklim dingin bisa menetas dalam 2-3 minggu) Gambar 1. Telur Anopheles 6

2. Larva Larva terbagi dalam 4 instar dan salah satu ciri khas yang membedakan dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva saat istirahat adalah sejajar di dengan permukaan perairan, karena mereka tidak mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari, dan hidup dengan memakan algae, bakteri dan mikroorganisme lainnyayang terdapat dipermukaan. Gambar 2. Larva Anopheles 3. Pupa (kepompong) Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa. Gambar 3. Pupa Anopheles 4. Dewasa Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya sebagai sumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu, sedangkan nyamuk betina bisa mencapai 7

sebulan. Perkawinan terjadi setelah beberapa hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari Nyamuk Anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging. Gambar 4. Nyamuk Anopheles Gambar 5. Nyamuk Anopheles Jantan (kiri) dan Betina (kanan) Beberapa faktor lingkungan dan faktor geografi serta meteorologi di Indonesia sangat berperan dan menguntungkan dalam tumbuhnya nyamuk sebagai vektor dan transmisi dalam penularan malaria, sebagai berikut : a. Suhu Suhu mempengaruhi tingkat multifikasi dalam tubuh nyamuk ( Reiter, 2001), demikian juga dengan perubahan iklim yang akan mempengaruhi pola penularan malaria. Kecepatan perkembangan nyamuk tergantung dari kecepatan proses metabolisma yang diatur oleh suhu. Oleh karenanya kejadian biologis 8

tertentu seperti lamanya masa pradewasa, kecepatan pencernaan darah yang dihisap dan pematangan indung telur, frekuensi mengambil makanan atau menggigit, berbeda-beda menurut suhu (Busnia, 2006). Peningkatan suhu akan mempengaruhi perubahan bionomik atau perilaku menggigit dari populasi nyamuk, angka gigitan rata-rata yang meningkat (biting rate), kegiatan reproduksi nyamuk berubah yang ditandai dengan perkembangbiakan nyamuk semakin cepat, masa kematangan parasit dalam nyamuk akan semakin pendek. Secara teori suhu yang tinggi menyebabkan transmisi nyamuk meningkat, kemungkinan ini dikarenakan berkurangnya masa inkubasi (Mouchet, 1998). Sebagian besar serangga, seperti nyamuk bersifat poikilotermik. Perbedaan suhu tubuh serangga tergantung pada suhu lingkungan. Pada suhu yang panas cenderung mendorong laju pertumbuhan dan perkembangan nyamuk. Pada kisaran menguntungkan jika suhu meningkat maka akan mempercepat metabolisma nyamuk, sehingga meningkatkan laju pertumbuhan dan perkembangannya (Jepson, 1947 dalam Jean-Marc, 2004). Serangga memiliki waktu fisiologis yaitu jumlah panas yang dibutuhkan bagi nyamuk untuk menyelesaikan perkembangannya, karena itu masalah pemberantasan malaria di daerah daerah tropik lebih banyak mengalami tantangan dibandingkan dengan di daerah daerah yang bersuhu lebih dingin (Kiszewski, et al., 2003). Pada dasarnya semua spesies Anopheles, memerlukan suhu antara 21 0 C- 32 o C, tetapi suhu yang optimum adalah 28 0 C untuk perkembangannya. Pada jenis Plasmodium falciparum terjadinya transmisinya pada suhu 20 0 C atau dalam kisaran 25 0 C 30 0 C, itu sebabnya Plasmodium falciparum sangat menyukai didaerah tropik. Di daerah Eropa lebih dominan jenis Plasmodium vivax pada suhu 16 0 C ( Hoshen and Andrew, 2004). Suhu 18 C merupakan suhu yang paling rendah dibutuhkan jentik nyamuk di daerah tropis. Pada suhu dibawah 18 0 C atau di atas 34 0 C, tidak dijumpai adanya pertumbuhan nyamuk (Bayoh, 2003 dan Carnevale, 2004). b. Kelembaban Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Sistem pernafasan pada nyamuk menggunakan 9

pipa udara yang disebut trachea dengan lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk yang disebut spiracle. Adanya spiracle yang terbuka tanpa ada mekanisme pengaturnya, pada waktu kelembaban rendah akan menyebabkan penguapan air dari dalam tubuh nyamuk yang dapat mengakibatkan keringnya cairan pada tubuh nyamuk. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan. Kebutuhan kelembaban yang tinggi juga mempengaruhi nyamuk untuk mencari tempat yang lembab basah diluar rumah sebagai tempat hinggap istirahat pada siang hari, oleh karena kelembaban yang tinggi tidak terdapat didalam rumah kecuali di daerah-daerah tertentu.pada kelembaban kurang dari 60 % umur nyamuk akan menjadi pendek sehingga tidak cukup untuk siklus pertumbuhan parasit didalam tubuh nyamuk. c. Curah Hujan Hujan akan mempengaruhi naiknya kelembaban dan menambah jumlah tempat perkembangbiakan (breeding places). Curah hujan yang lebat menyebabkan bersihnya tempat perkembangbiakan vektor oleh karena jentiknya hanyut dan mati. Kejadian penyakit yang ditularkan nyamuk biasanya meninggi beberapa waktu sebelum musim hujan atau setelah hujan. Pengaruh hujan berbeda-beda menurut banyaknya hujan dan keadaan fisik daerah. Terlalu banyak hujan akan menyebabkan banjir, menyebabkan berpindahnya perkembangbiakan vector akan berkurang, tetapi keadaan ini akan segera pulih cukup bila keadaan kembali normal. Curah hujan yang cukup dengan jangka waktu lama akan memperbesar kesempatan nyamuk untuk berkembang biak secara optimal. d. Ketinggian Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah, hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 200 m jarang ada transmisi malaria. Hal ini bisa berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh El nino. 10

Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m diatas permukaan laut. e. Angin Angin sangat mempengaruhi terbang nyamuk. Bila kecepatan angin 11 14 meter per detik atau 25 31 mil per jam akan menghambat penerbangan nyamuk. Secara langsung angin akan mempengaruhi penguapan (evaporasi) air dan suhu udara (konveksi). Dalam keadaan udara tenang mungkin suhu nyamuk ada beberapa fraksi atau derajat lebih tinggi dari suhu lingkungan, bila ada angin evaporasi baik dan juga konveksi baik maka suhu nyamuk akan turun beberapa fraksi atau derajat lebih rendah dari suhu lingkungan. f. Sinar matahari Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbedabeda. Anopheles sundaicus lebih suka perairan payau yang berlumut yang terkena sinar matahari langsung, An. hyracanus spp dan An. puntulatus spp lebih menyukai tempat terbuka sedangkan An. barbirostris dapat hidup baik di tempat teduh maupun kena sinar matahari. g. Arus air Anopheles barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis / mengalir lambat, sedangkan An. minimus menyukai aliran air yang deras dan An.letifer menyukai air tenang. F. Pengendalian Nyamuk Anopheles Dewasa ini banyak sekali metode pengendalian vektor dan binatang pengganggu yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dari berbagai metode yang telah dikenal dapat dikelompokkan sebagai berikut : - Pengendalian dengan cara menghindari/mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles. (Fisik) a. Penggunaan kawat kasa pada ventilasi. 11

Dimana keadaan rumah ventilasi udara dipasangi atau tidak dipasangi kawat kasa ini berfungsi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah. b. Menggunakan kelambu pada waktu tidur. Kebiasaan menggunakan kelambu pada tempat yang biasa di pergunakan sebagai tempat tidur dan di gunakan sesuai dengan tata cara penggunaan kelambu untuk tempat tidur dan waktu penggunaan kelambu saat jam aktif nyamuk mencari darah. c. Menggunakan zat penolak (Repellent) Untuk kebiasaan penggunaan repellent yang digunakan pada saat atau waktu nyamuk menggigit atau pada waktu akan tidur malam atau pada waktu lain di malam hari. - Pengendalian Cara Biologi. Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya (predator) atau dengan menggunakan protozoa, jamur dan beberapa jenis bakteri serta jenis-jenis nematoda. - Pengendalian dengan cara pengelolaan lingkungan (Environmental management). Dalam pengendalian dengan cara pengelolaan lingkungan dikenal dua cara yaitu : 1. Manipulasi Lingkungan (bersifat sementara) Manipulasi lingkungan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak menguntungkan bagi vektor untuk berkembang biak di tempat perindukannya. Misalnya membersihkan tumbuhan ganggang atau lumut di lagun akan mengubah lagun tersebut menjadi tidak baik untuk perkembangan nyamuk. Bentuk kegiatan manipulasi lingkungan dapat dilakukan dalam bentuk antara lain : - Pembuatan saluran penghubung 12

Nyamuk diketahui dapat berkembang biak dengan baik di air. Kalau air payau ini diubah menjadi tidak asin, maka nyamuk tersebut tidak akan berkembang biak. Hal ini dilakukan dengan cara membuat saluran penghubung antara genangan air payau dengan air laut. - Pengaturan pengairan dan penanaman/pencegahan penebangan pohon di tempat perindukan. Anopheles aconitus dapat berkembang biak dengan baik dipersawahan. Pengairan secara berkala akan efektif dalam pengendalian nyamuk ini. Hutan yang dibabat untuk lokasi transmigrasi dan atau keperluan lainnya merupakan cara efektif untuk memberantas An. balabancensis. Tetapi sebaiknya hutan bakau ditepi pantai yang dibabat untuk pembuatan tambak udang, bila tambak udang ini tidak terpelihara dengan baik akan menyebabkan tempat tersebut menjadi tempat perindukan yang sangat ideal bagi vektor. 2. Modifikasi Lingkungan (bersifat permanen) Modifikasi lingkungan adalah setiap kegiatan modifikasi fisik yang permanen terhadap tanah, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak baik kualitas lingkungan hidup manusia. Bentuk kegiatan modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan dalam pengendalian vektor malaria sebagai berikut : - Penimbunan genangan air Tempat perindukan nyamuk yang berupa genangan air dapat ditimbun dengan tanah, pasir dan koral. - Pengeringan atau pengaliran Pengeringan dilakukan dengan menggali parit, pada umumnya diperlukan kedalaman yang lebih dari 50 cm. - Penanaman pohon Penanaman pohon pada daerah genangan air dapat berfungsi untuk proses pengeringan. Pohon yang dapat tumbuh dengan cepat dan 13

membutuhkan air sangat cocok digunakan. Salah satu jenis pohon yaitu pohon kayu putih. Pohon tersebut mampu menyerap air dan menguap lewat daun-daunnya dalam jumlah yang besar. Untuk keuntungan lain dari penanaman kembali hutan bakau di daerah pantai akan mempunyai kontribusi besar dalam rangka menurunkan populasi jenti nyamuk Anopheles sp. Hal ini disebabkan karena keberadaan pohon bakau dipinggir pantai akan mengundang ikanikan sebagai habitatnya. Ikan yang berada dibawah pohon bakau akan memakan jentik-jentik nyamuk sehingga populasinya akan turun secara drastic. Dengan demikian jentik-jentik tersebut tidak akan berkembang menjadi nyamuk dewasa. - Pengendalian Dengan Cara Kimia (Chemical Control). Pengendalian dengan cara kimia (Chemical Control) ini disebut juga pengendalian dengan menggunakan pestisida. Pestisida adalah suatu zat kimia yang dapat membunuh vektor dan binatang pengganggu. Disamping pengendalian secara langsung kepada vektor, pengendalian secara kimiawi juga bisa dilakukan terhadap tanaman yang menunjang kehidupan vektor dan binatang penggangu dengan menggunakan herbisida. Penggunaan pestisida untuk mengendalikan vektor dan binatang pengganggu memang sangat efektif tetapi dapat menimbulkan masalah yang serius karena dapat merugikan manusia dan lingkungannya. 14

BAB III PENUTUP Simpulan Nyamuk Anopheles sp adalah adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Nyamuk Anopheles memiliki tubuh yang langsing dan 6 kaki panjang serta memiliki sayap yang bersisik. Penularan malaria secara ilmiah berlangsung melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Hanya spesies nyamuk Anopheles tertentu yang mampu menularkan penyakit malaria dan spesies tersebut disebut sebagai vektor. Lebih dari 400 spesies Anopheles didunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria. Nyamuk Anopheles sering menghisap darah diluar rumah dan suka menggigit diwaktu senja sampai dini hari (Eksofagik) serta mempunyai jarak terbang sejauh 1,6 Km sampai dengan 2 Km. Nyamuk Anopheles lebih suka menghinggap dibatang-batang rumput, dialam atau luar rumah (Eksofilik) yaitu tempat-tempat lembab, terlindung dari sinar matahari dan gelap. Nyamuk Anopheles dapat berkembang biak ditempat-tempat yang airnya menggenang seperti Sawah, Irigasi yang bagian tepinya banyak ditumbuhi rumput dan tidak begitu deras airnya. Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup yang termasuk dalam metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat stage/fase pupa. Siklus hidup nyamuk tersebut secara umum terdiri dari telur, larva, pupa dan dewasa. Saran Upaya pengendalian nyamuk Anopheles sepatutnya dapat dilakukan guna mencegah dan melindungi diri dari risiko tertular malaria. Upaya yang dapat dilakukan seperti penggunaan kawat kasa pada ventilasi, menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan Repellent hingga pengendalian dengan merubah lingkungan (Environmental Modification) serta manipulasi lingkungan. 15

DAFTAR PUSTAKA http://www.slideshare.net/ariniutami/identifikasi-nyamuk http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/anopheles.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20312/4/chapter%20ii.pdf Ambarningrum, Trisnowati Budi. Nyamuk Anopheles sp Sebagai Vektor Penyakit Malaria. F.Biologi Unsoed. 16