BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Perusahaan dituntut bekerja keras untuk memberikan barang atau jasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun wisatawan asing. Sektor pariwisata menjadi salah satu industri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertajam persaingan yang akhirnya membawa konsekuensi hanya perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertajam persaingan yang akhirnya membawa konsekuensi hanya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang semakin berkembang banyak dipicu oleh semakin banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan teknologi. globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kuliner. Semakin besarnya peluang didalam bisnis kuliner ini membuat terjadinya

BAB I PENDAHULUAN ,68% ,61% ,89% ,8% ,2%

BAB I PENDAHULUAN. perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. itu banyak investor yang merasa perlu untuk berinvestasi di industri tersebut,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan bersaing saja yang dapat bertahan. Persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya menjanjikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah pula aneka ragam kebutuhan barang dan jasa untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik maupun di pasar internasional atau global. Fenomena ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. sumber potensial bagi pemasukan pendapatan suatu daerah. Menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan, oleh karena itu perusahaan perlu mengelola Sumber. perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan membutuhkan inovasi dan kreatifitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Perusahaan dituntut bekerja keras untuk memberikan barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan jaman cafe telah memiliki banyak konsep.

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk kita teliti, terlebih di era globalisasi terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Selama 1 tahun terakhir terjadi kenaikan dan penurunan jumlah konsumen

BAB I PENDAHULUAN. segi kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga. keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang dimulai dari skala kecil seperti warung-warung

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang seksama dan dicermati semua pihak tak terkecuali oleh perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Barat, 2013.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. bisnis untuk bisa tetap eksis di bidang usahanya. Secara umum tujuan dari pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. maksimal guna mempertahankan keberadaan perusahaan di tengah persaingan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cafe merupakan suatu tipe restoran yang biasa menyediakan tempat duduk di dalam dan

1.1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BANDUNG PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara untuk berkunjung. Seiring dengan meningkatnya kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pariwisata yang menarik, maka dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah usaha perhotelan di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi perkembangan dunia bisnis terutama bisnis restoran, dimana bisnis

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan yang mencari laba atau nirlaba. Adanya kegiatan pasar

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Sama halnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang semakin ketat tersebut menyebabkan setiap pengusaha saling berlomba

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan konsumen serta perubahan yang terjadi dalam menempatkan orientasi. kepada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perekonomian Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tersebut yaitu dalam hal perubahan teknologi dan gaya hidup (life

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jumlah Restoran dan Kafe

BAB I PENDAHULUAN. Dampak positif dari globalisasi adalah aksesibilitas informasi dan kemajuan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat saji yang bermerek asing, seperti McDonald, Kentucky Fried Chicken. banyak membidik target pasarnya kalangan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dapat dilihat dari banyak bermunculan tempat-tempat makan, baik yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri pariwisata sebagai bagian dari sektor ekonomi yang merupakan salah satu industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara dengan penduduk yang padat. Jumlah keseluruhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan 1.2 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pada era globalisasi saat ini banyak diminati dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi mempunyai peranan penting dalam mobilisasi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan pada Ngopi Doeloe Cafe

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat terutama pada sektor jasa. Semakin maju suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau pelaku bisnis adalah mempertahankan pelanggannya. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring trend gaya hidup masyarakat sekarang ini, industri kafe dan restoran

Strategi Komunikasi Pemasaran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis merupakan fenomena yang sangat menarik untuk diteliti, terlebih di era globalisasi dalam bidang ekonomi yang semakin terbuka. Hal ini turut membuka peluang bagi setiap perusahaan untuk berkompetisi menjaring konsumen. Perusahaan dituntut bekerja keras untuk memberikan barang atau jasa yang terbaik untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan yang sesuai dengan harapan konsumen. Potensi wisata suatu daerah atau kota menjadi faktor penting dalam perekonomian daerah atau kota itu sendiri, sehingga persaingan bagi setiap perusahaan penyedia barang atau jasa dan masyarakat berusaha untuk mendapatkan ekonomi yang lebih baik melalui perkembangan pariwisata. Kota Bandung merupakan kota terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi, kota Bandung selain mempunyai banyak objek wisata alam maupun objek wisata sejarah. Kota Bandung pun menawarkan pengalaman berwisata yang menarik yaitu wisata belanja pakaian (factory outlet) dan wisata kuliner. Wisata kuliner dipilih para wisatawan karena Bandung dikenal dengan suasana yang sejuk dan tempat yang tepat untuk berwisata kuliner. Bandung banyak menawarkan hidangan hidangan kuliner mulai dari tradisional sampai internasional. Maka dari itu para pelaku bisnis berlomba-lomba membuka usaha di bidang kuliner. Usaha kuliner kota Bandung pun sangat bermacam-macam mulai dari kafe atau coffe shop, restoran, food court, sampai pedagang kaki lima. (http://bandungtourism.com). 1

2 Banyaknya wisatawan lokal dan wisatawan asing yang datang ke kota Bandung tiap harinya membuat berbisnis di kota ini sangatlah menguntungkan dan sangat potensial. Hal ini berdampak pada makin banyaknya para pelaku usaha yang terus berinovasi dan membuat ide ide baru yang bertujan untuk menarik para konsumennya. Dalam kurun lima tahun terakhir pertumbuhan perekonomian kota Bandung terus meningkat. Peningkatan tersebut secara signifikan dikontribusi oleh sektor ekonomi kreatif beserta sektor-sektor pendukung lainnya. Sektor perdagangan, hotel, dan kafe berperan memberikan kontribusi paling besar terhadap perekonomian kota Bandung. Berikut adalah kontribusi berbagai sektor bagi perekonomian kota Bandung tahun 2012 : 6.30% 0.20% Pertanian 12% 40.80% 24.20% 2.30% 4.90% Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel,dan Kafe Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Gambar 1.1 Kontribusi Berbagai Sektor Bagi Perekonomian Kota Bandung Sumber : Rancangan Pembangunan Kota Bandung 2014-2018 (perpustakaan.bappenas.go.id) Gambar 1.1 pada halaman sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat tujuh sektor yang berkontribusi bagi perekonomian kota Bandung. Kontribusi terbesar bagi perekonomian kota Bandung didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan kafe yaitu sebesar 40,8%. Sektor perdagangan, hotel, dan kafe memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian kota Bandung tercermin dari banyaknya

3 jenis usaha seperti distro, clothing, dan kuliner yang membuat kota Bandung dijadikan sebagai kota destinasi wisata belanja serta wisata kuliner. Wisata kuliner di kota Bandung kini terus berkembang secara variatif. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya jenis kafe yang menyuguhkan berbagai pilihan jenis makanan. Banyaknya jumlah kafe di kota Bandung menyebabkan persaingan yang semakin ketat serta menuntut setiap pelaku bisnis kuliner untuk menjadi penyedia jasa yang baik agar dapat menguasai pangsa pasar dan mengoptimalkan profit perusahaan. Bisnis kuliner yang meliputi usaha jasa makanan dan minuman diatur dalam Peraturan Daerah kota Bandung nomor 7 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan kepariwisataan. Peraturan tersebuat tertuang dalam pasal 18 yang menjelaskan bahwa usaha jasa makanan dan minuman merupakan usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan penyajiannya. Usaha jasa makanan dan minuman yang dimaksud meliputi : restoran, rumah makan, restoran waralaba, bar di hotel berbintang, kafe, pusat penjualan makanan dan minuman, jasa boga, dan usaha jasa makanan dan minuman lainnya yang ditetapkan oleh walikota (www.kemendagri.go.id). Berikut adalah data jumlah restoran dan rumah makan di kota Bandung tahun 2014-2015 : Tabel 1.1 Jumlah Restoran dan Kafé di Kota Bandung Tahun 2014-2015 No Tahun Jumlah Restoran dan Kafe 1 2014 432 2 2015 653 Sumber : Kota Bandung Dalam Angka, 2015 (bandungkota.bps.go.id)

4 Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah usaha kafé di kota Bandung tahun 2014 tercatat sebanyak 432 pelaku usaha dan mengalami peningkatan sebesar 51,2% pada tahun 2015 menjadi 653 pelaku usaha. Diketahui terdapat 6 jenis restoran dan rumah makan di kota Bandung yang menawarkan beragam jenis makanan. Jenis restoran dan rumah makan tersebut diantaranya Sundanese cuisine, Indonesian cuisine, Asian cuisine, European and western cuisine, bar and cafe, dan fast food. Salah satu jenis kafé yang sedang popular di kalangan anak muda kota Bandung belakangan ini adalah kafé kopi, yang merupakan salah satu jenis tempat yang sesuai untuk kalangan anak muda. Kopi yang berasal dari berbagai daerah ini memang menjadi tempat yang cukup popular setidaknya dalam 1-2 tahun terakhir. Hal tersebut dapat dilihat dari munculnya berbagai kafe, maupun kedai yang menjual berbagai macam kopi dan makanan di kota Bandung. Menu yang ditawarkan oleh kafé sendiri sebenarnya diadaptasi dari daerah lain, namun disajikan dengan gaya berbeda. Umumnya kopi disajikan dengan air panas dan gula dengan berbagai tambahan pelengkap. Untuk menarik minat pelanggan, banyak pelaku bisnis yang menciptakan kopi dengan citarasa lokal. Kota Bandung memiliki beberapa tempat kafé. Berikut adalah daftar kafé beserta peringkatnya dari 1173 kafé di kota Bandung menurut survei trip advisor Indonesia Tahun 2015:

5 No Tempat Kafé di Bandung Tabel 1.2 Daftar Tempat Kafe Beserta Peringkatnya di Kota Bandung Tahun 2015 Lokasi Peringkat Kafe (Rating Berdasarkan Makanan, Pelayanan, Nilai, dan Suasana) 1 Ngopi Doeloe Jl. Ranggamalela No 74 58 2 Caffe Bene Jl Ir HDjuanda No 155 163 3 Two Hans Full Jl. Sukajadi No 206 234 4 Kopi Progo Jl. Progo No 22 247 5 Jack Runner Jl. Ciumbuleuit No 42 293 Roastery 6 Kopi Anjis Jl. Bengawan No 34 312 7 Blue Doors Jl. Gandapura No 61 583 8 Rumah Kopi Jl. Terusan Ranca 609 Kembar No 9 9 Cups Coffee & Jl. Trunojoyo No 25 673 Kitchen 10 Kopi Panggang Jl. Ir H Djuanda No 391 695 11 Yellow Truck Jl. Linggawastu No 11 721 Sumber : www.tripadvisorindonesia.com Berdasarkan tabel 1.2 di atas, peringkat pertama ditempati oleh Ngopi Doeloe dan di posisi terakhir ditempati oleh Yellow Truck Kafe. Peringkat tersebut dinilai berdasarkan jenis kopi dan makanan yang ditawarkan, pelayanan yang diberikan, nilai dari pelanggan, dan suasana kafe. Yellow Truck Kafe berada pada peringkat paling kecil dibandingkan dengan kafe lainnya yaitu berada di peringkat 721 dari 1173 kafé yang ada di kota Bandung tahun 2015 menurut survei trip advisor Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa peringkat kafe masih berada di bawah kafe yang sejenis. Yellow Truck Kafé didirikan pada tanggal 1 Juni 2010 dan salah satunya berlokasi di Jalan Linggawastu No 11 Bandung. Kafe menyajikan produk makanan dan minuman kopi dengan menu andalan yang telah dipilih menjadi menu yang terbaik. Terdapat tiga cabang yaitu Jl. Linggawastu No11, Jl. Garuda

6 No. 66, dan Jl. Sunda No. 65. Berikut data mengenai konsumen yang bertransaksi di tiga gerai cabang tersebut. Tabel 1.3 Data Transaksi Yellow Truck di Kota Bandung tahun 2015 No Cafe cabang kota Bandung Jumlah 1 Jl. Sunda No. 65 173.700 2 Jl. Garuda No. 66 185.400 3 Jl. Linggawastu No. 11 151.200 Sumber: Yellow Truck Kafe Berdasarkan Tabel 1.3 diatas terdapat jumlah transaksi di 3 cabang Yellow Truck Kafe Kota Bandung. Dapat dilihat gerai yang terdapat di Jl. Linggawastu yang terdapat jumlah transaksi lebih rendah dengan jumlah 151.200 orang yang bertransaksi diantara dua cabang lainnya. Maka dari itu peneliti meneliti di Yellow Truck Kafe Jl. Linggawastu karena tempatnya yang kurang strategis dibandingkan dua cabang lainnya. Kafe merupakan salah satu yang menyajikan berbagai macam kopi dan terdiri dari 14 pegawai. Tingkat penjualan nya berfluktuasi dan cenderung menurun sejak tahun 2014 hingga awal tahun 2015. Tahun pertama hingga tahun ke dua kafe berdiri, kafe ini tidak pernah sepi dikunjungi pelanggannya. Konsumen bersedia mengantri dalam waktu yang lama hanya untuk menikmati kopi dan makanan yang ditawarkan. Akhir-akhir ini kafe cenderung mengalami penurunan penjualan dikarenakan semakin banyaknya bisnis atau usaha kafe sejenis. Pada halaman selanjutnya akan peneliti tampilkan data mengenai tingkat penjualan kafe tahun 2014 hingga semester pertama tahun 2015.

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septe Oktober Nove Desem 7 300,000,000 250,000,000 200,000,000 150,000,000 100,000,000 50,000,000 252,102,520 219,515,309 156,454,649 222,779,020 Penjualan Tahun 2014 Penjualan Tahun 2015 0 Gambar 1.2 Penjualan Yellow Truck Kafé Bandung Tahun 2014 Juni 2015 Sumber : Data Internal Yellow Truck Kafé Tahun 2014-2015 Gambar 1.2 di atas menunjukkan bahwa penjualan Yellow Truck Kafé Bandung pada tahun 2014 mengalami fluktuasi dan cenderung menurun pada awal tahun 2016. Hal ini menandakan rendahnya keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian di kafe tersebut. Dari data-data yang disajikan menunjukan bahwa ada permasalahan keputusan pembelian yang membuat target yang ditetapkan oleh perusahaan tidak tercapai. Diidentifikasi terdapat banyak variabel-variabel yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian. Untuk lebih meyakinkan variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian di Yellow Truck Kafe mengenai rendahnya keputusan pembelian yang berdampak pada menurunnya tingkat penjualan, maka peneliti melakukan penelitian pendahuluan dengan cara membagikan kuesioner kepada 30 responden yang berkunjung ke kafe tersebut. Hasil penelitian pendahuluan mengenai keputusan pembelian konsumen akan peneliti disajikan pada halaman selanjutnya.

8 Keputusan Pembelian Tabel 1.3 Penelitian Pendahuluan Mengenai Keputusan Pembelian di Yellow Truck Kafé Bandung Tahun 2016 Dimensi Pertanyaan SS S CS TS STS Jumlah Pemilihan produk/ jasa Waktu Pembelian Jumlah Pembelian Metode Pembayaran Anda membeli produk di Yellow Truck Kafe karena menyediakan banyak variasi produk Anda membeli produk di Yellow Truck Kafe karena kualitas produk yang ditawarkan baik Anda datang ke Yellow Truck Kafe 1 sampai 2 minggu sekali Anda datang ke Yellow Truck Kafe lebih dari 2 minggu sekali Anda membeli produk di Yellow Truck Kafe dengan jumlah / kuantitas yang banyak Anda membeli produk di Yellow Truck Kafe lebih dari satu jenis (misalnya roti dan makanan ringan) Anda memilih Yellow Truck Kafe karena metode pembayaran yang mudah Pembayaran via credit dan debit card di Yellow Truck Kafe mudah dilakukan Sumber : Hasil Pengolahan Kuesioner oleh peneliti, Oktober 2016 2 7 13 8-30 5 11 7 7-30 - 6 4 18 2 30-10 6 13 1 30-4 7 14 5 30-12 9 9-30 8 14 5 2 1 30 6 13 9 2-30 Berdasarkan tabel 1.3 di atas mengenai penelitian pendahuluan tentang keputusan pembelian konsumen di Yellow Truck Kafé Bandung, diperoleh informasi bahwa keputusan pembelian konsumen pada aspek pemilihan produk/jasa, sebanyak 13 orang cukup setuju dan 8 orang tidak setuju bahwa mereka membeli produk karena banyaknya variasi produk yang ditawarkan. Berdasarkan waktu pembelian, sebanyak 4 orang cukup setuju, 18 orang tidak setuju, dan 2 orang sangat tidak setuju bahwa mereka datang ke kafe 1 sampai 2 minggu sekali. Pada aspek jumlah pembelian, sebanyak 7 orang cukup setuju, 14 orang tidak setuju, dan 5 orang sangat tidak setuju bahwa mereka membeli produk

9 dengan jumlah atau kuantitas yang banyak. Penelitian pendahuluan tersebut menggambarkan bahwa keputusan pembelian konsumen rendah. Melihat penyebab fenomena yang terjadi, penulis juga melakukan penelitian pendahuluan dengan cara membagikan kuesioner kepada 30 responden yang berkunjung ke kafe tersebut. Penelitian pendahuluan tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan menyebabkan keputusan pembelian konsumen yang berdampak pada menurunnya tingkat penjualan. Faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen diantaranya adalah bauran pemasaran. Yellow Truck Kafé adalah usaha yang bergerak di bidang jasa yang tidak hanya menjual produk tetapi juga memberikan service kepada kosumen dalam proses pembelian produk. Hasil penelitian pendahuluan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 1.4 Penelitian Pendahuluan Mengenai Bauran Pemasaran Jasa Yellow Truck Kafe Bandung Tahun 2016 No Dimensi Pertanyaan SS S CS TS STS Total Yellow Truck Kafe menawarkan banyak pilihan menu baru yang beragam. - 7 15 8-30 2 1 Product 3 Price Place Anda mengenal dengan baik produk yang ditawarkan Yellow Truck Kafe. Harga yang ditawarkan Yellow Truck Kafe relatif terjangkau. Harga dari menu yang ditawarkan sesuai dengan rasa dari makanan dan minuman yang tersedia. 1 11 14 4-30 7 23 - - - 30-4 23-3 30 Lokasi Yellow Truck Kafe mudah dijangkau dan strategis 4 19 6 1-30 Lokasi Yellow Truck Kafe dapat dilihat dengan jelas dari jarak pandang normal. 3 16 10 1-30

10 4 Promotion 5 People 6 Process 7 Physical Evidance Iklan (brosur, internet, dan poster) yang dipakai Yellow Truck Kafe menarik minat anda. Yellow Truck Kafe sering melakukan promosi penjualan (kupon, voucher, bazar, dan pameran dagang) Yellow Truck Kafe sering melakukan sponsorship pada acara-acara tertentu. Anda datang ke Yellow Truck Kafe karena rekomendasi dari teman. Karyawan Yellow Truck Kafe selalu berpenampilan rapih dan menarik. Karyawan Yellow Truck Kafe mampu memberikan informasi yang jelas kepada anda. Karyawan Yellow Truck Kafe selalu memberikan pelayanan dengan ramah Proses pemesanan di Yellow Truck Kafe sangat cepat. Proses penyajian makanan dan minuman tertata sesuai dengan gambar yang tersedia dalam buku menu. Lingkungan Yellow Truck Kafe bersih dan nyaman. Tata letak dan desain interior Yellow Truck Kafe unik, nyaman,dan menarik. Sumber : Hasil pengolahan kuesioner oleh peneliti Oktober 2016 5 15 10 - - 30 14 13 3 - - 30-9 21 - - 30 6 19 3 2-30 1 14 12 3-30 1 20 9 - - 30-23 4 3-30 - 10 16 4-30 - 16 12 2-30 - 14 11 5-30 - 9 16 5-30 Pada tabel 1.4 di atas berdasarkan hasil kuesioner pendahuluan yang dilakukan peneliti mengenai bauran pemasaran jasa di Yellow Truck Kafé, diperoleh informasi bahwa pada aspek produk sebanyak 15 orang responden menyatakan cukup setuju dan 8 orang tidak setuju menawarkan banyak pilihan menu yang beragam. Hal ini juga diperkuat dalam wawancara langsung dengan pemilik kafe yang mengatakan bahwa kafe tersebut telat melakukan inovasi pada produk-produk yang ditawarkan. Jumlah produk yang ditawarkan dari mulai kafe

11 tersebut berdiri hingga saat ini belum ada penambahan yang dilakukan sehingga konsumen mulai merasa jenuh dengan produk yang ditawarkan. Selain itu pada aspek harga sebanyak 23 orang responden menyatakan cukup setuju, dan 3 orang menyatakan sangat tidak setuju bahwa harga yang ditetapkan menarik minat konsumen. Tidak seperti awal kemunculan kafe berdiri yang sangat gencar dengan harga yang relatif terjangkau, saat ini konsumennya berkurang karena harga nya yang mahal. Faktor kualitas produk dan harga diduga mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian yang mengakibatkan penjualan mengalami penurunan. Pemahaman keputusan pembelian konsumen adalah tentang bagaimana individu, kelompok, atau organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan tidak menggunakan barang atau jasa. Keputusan pembelian konsumen diawali oleh keinginan membeli yang timbul karena terdapat berbagai faktor yang berpengaruh seperti keluarga, harga yang diinginkan, informasi yang diberikan, dan keuntungan atau manfaat yang bisa diperoleh dari produk atau jasa. Ketika konsumen melakukan pembelian, banyak faktor situasional yang bisa mempengaruhi keputusan pembeliannya. Keputusan pembelian juga merupakan tahap dimana konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada dalam kumpulan pilihan dan memutuskan melakukan pembelian atas merek atau produk yang paling disukai atau yang paling sesuai. Keputusan pembelian didefinisikan oleh Kotler & Keller (2013:192), In the evaluation stage, the consumer forms preferences among the brands in the choice and may also form an intention to buy the most preferred

12 brand. Sedangkan menurut Ujang Sumarwan (2011:377) keputusan pembelian adalah Bagaimana konsumen memutuskan alternatif pilihan yang akan dipilih, serta meliputi keputusan mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana cara membayarnya. Menurut Kotler dan Keller (2013:183) terdapat enam sub keputusan pembelian yang dilakukan konsumen, yaitu : pilihan produk, pilihan merek, pemilihan tempat penyalur, jumlah pembelian atau kuantitas, waktu pembelian, dan metode pembayaran. Salah satu unsur kunci dalam persaingan diantara pelaku usaha adalah tersedianya kuallitas produk yang disediakan dan ditawarkan kepada konsumen. Para pelaku usaha harus membuat keputusan yang tepat mengenai kualitas produk yang dijual. Dengan adanya kualitas produk dalam arti produk yang lengkap dengan adanya ukuran, kualitas, dan ketersediaan produk setiap saat. Selain kualitas produk, harga juga merupakan salah satu faktor yang disinyalir mempengaruhi tingkat keputusan pembelian konsumen. Pada definisi di atas, peneliti sampai pada pemahaman jika harga dapat memberikan informasi yang membujuk konsumen dengan tujuan untuk menimbulkan terjadinya penjualan terhadap barang atau jasa. Terjadinya penjualan tersebut pasti melalui keputusan pembelian konsumen, sehingga harga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap suatu barang atau jasa. Hubungan harga terhadap keputusan pembelian diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Antyadika (2012), dimana harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.

13 Penjelasan di atas menunjukkan bahwa faktor kualitas produk dan harga dikatakan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Hubungan kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Bonaventura Efrian Antyadika (2012), dimana kualits produk dan harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menjadikan permasalahan yang terjadi sebagai topik penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Survei Pada Konsumen Yellow Truck Kafé Bandung) 1.2. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini. 1.2.1. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pemaparan dari latar belakang di atas, permasalahan yang teridentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Adanya penurunan transaksi pada Yellow Truck Kafe Bandung. 2. Adanya penurunan penjualan 5 bulan terakhir pada Yellow Truck Kafe Bandung. 3. Ketatnya persaingan di antara kafe sejenis.

14 4. Peringkat Yellow Truck Kafe berada di posisi paling terakhir dibandingkan tempat kafe sejenis. 5. Produk yang ditawarkan terkesan monoton dan kurang menarik perhatian konsumen. 6. Harga Yellow Truck Kafe mahal dibanding dengan kafe sejenis. 1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai kualitas produk di Yellow Truck Kafé Bandung. 2. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai harga di Yellow Truck Kafé Bandung. 3. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai keputusan pembelian konsumen di Yellow Truck Kafé Bandung. 4. Seberapa besar pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian konsumen baik secara parsial maupun simultan di Yellow Truck Kafé Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Tanggapan konsumen mengenai kualitas produk di Yellow Truck Kafé Bandung. 2. Tanggapan konsumen mengenai harga di Yellow Truck Kafé Bandung.

15 3. Tanggapan konsumen mengenai keputusan pembelian di Yellow Truck Kafé Bandung. 4. Besarnya pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian konsumen baik secara parsial maupun simultan di Yellow Truck Kafé Bandung. 1.3. Kegunaan Penelitian Penelitian ini digunakan dengan harapan akan menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pemasaran, selain itu penulis juga berharap dengan melakukan penelitian ini akan memperoleh hasil yang dapat memberikan manfaat terutama: 1.4.1 Kegunaan Akademis 1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap literatur manajemen pemasaran mengenai pengembangan teori yang berkaitan dengan Kualitas Produk, Harga dan Keputusan Pembelian Konsumen. 2. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam penelitian selanjutnya. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis a. Mengetahui bagaimana tata cara kerja di Yellow Truck Kafe Bandung.

16 b. Gambaran tentang penerapan kualitas produk yang dilakukan pihak Yellow Truck Kafe Bandung. c. Gambaran tentang penerapan harga yang di tetapkan pihak Yellow Truck Kafe Bandung d. Mengetahui tingkat keputusan pembelian konsumen pada Yellow Truck Kafe Bandung. 2. Bagi Yellow Truck Kafe Bandung Penelitian ini akan menghasilkan suatu kesimpulan dan saran-saran terhadap masalah yang dihadapi perusahaan sebagai suatu masukan dan bahan pertimbangan dalam kualitas produk, harga, terhadap keputusan pembelian konsumen. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk memperkaya cara berfikir dan sebagai bahan referensi tambahan untuk penelitian ilmiah yang akan dilakukan.