Seminar Nasional IENACO ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)

PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NILAI PREDICTED MEAN VOTE (PMV) PADA BANGUNAN DENGAN SISTEM PERKONDISIAN UDARA CAMPURAN (Studi Kasus: Gereja Katedral Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS)

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

Pengaruh Bukaan terhadap Kenyamanan Termal Siswa pada Bangunan SMP N 206 Jakarta Barat

STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT

PENGARUH PEMASANGAN EXHAUST FAN DI RUANG KELAS 3.8 FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA TERHADAP KENYAMANAN THERMAL YANG DIHASILKAN

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

PREDIKSI KENYAMANAN TERMAL DENGAN PMV DI SMK 1 WONOSOBO

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pendingin Ruangan (Air Conditioning) Di Gedung Direktorat Politeknik Negeri Pontianak

STUDI EVALUASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KAMPUS BUKIT JIMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE

Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996

ASPEK KENYAMANAN TERMAL RUANG BELAJAR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH UMUM di WILAYAH KEC.MANDAU

PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

Optimalisasi Kualitas Kenyamanan Thermal di Ruang Kantor dan Aula Islamic Centre UIN SUSKA Riau

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Kenyamanan Termal Ruang Kelas di Sekolah Tingkat SMA Banjarmasin Timur

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, daya kerja) dari sesuatu, kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dimusnahkan, dapat dikonversikan atau berubah dari bentuk

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN TANGERANG

Transfer Termal pada Selubung Bangunan SMPN 1 Plandaan Jombang

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS ANDALAS TUGAS AKHIR. Oleh : DEWI RAHMADANI NO BP

EFEKTIVITAS VENTILASI BAWAH TERHADAP KENYAMANAN DAN PMV (PREDICTED MEAN VOTE) PADA GEREJA KATEDRAL, SEMARANG

PERSEPSI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG LUAR PADA RUANG PUBLIK (STUDI KASUS : TAMAN KOTA I GUSTI NGURAH MADE AGUNG)

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Hermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNSIQ Wonosobo

Perencanaan Ulang Sistem Pengkondisian Udara Pada lantai 1 dan 2 Gedung Surabaya Suite Hotel Di Surabaya

Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Kuliah (Studi Kasus : Ruang Kuliah 303 Jurusan Teknik Mesin UNS) Skripsi

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB V KESIMPULAN UMUM

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

APLIKASI MODUL EVAPORATIVE COOLING AKTIF PADA AC SPLIT 1 PK

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF PADA RUMAH TRADISIONAL SAO PU U DI KAMPUNG WOGO, NUSA TENGGARA TIMUR

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.

PENGEMBANGAN PIRANTI LUNAK PENAKSIRAN BEBAN PENDINGINAN TATA-UDARA BANGUNAN

OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

Potensi Pengembangan Rumah Berkonsep Ergo- Ekologi untuk Daerah Beriklim Tropis

PENGATURAN ULANG ZONING RUANG UNTUK MENGETAHUI EFISIENSI BEBAN AC DAN PENCAHAYAAN PADA SUMMARECON OFFICE, JAKARTA

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DIATAS PANTAI TROPIS LEMBAB Studi Kasus Rumah Atas Pantai Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Jenis Sprayer Terhadap Efektivitas Pendinginan Evaporasi Kontak Langsung

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya

DAFTAR PUSTAKA. W. Arismunandar, Heizo Saito, 1991, Penyegaran Udara, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus

PENGARUH PERUBAHAN PENGATURAN SUHU PENGKONDISI UDARA JENIS TERPISAH (AC SPLIT) TERHADAP RASIO EFISIENSI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

RANCANGAN FASILITAS KERJA AKIBAT PANAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DI PABRIK TAHU. William NIM

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH DENGAN PENGKONDISIAN BUATAN. THERMAL COMFORT Of LECTURE ROOM WITH ARTIFICIAL CONDITIONING

Evaluasi Desain Asrama Siswa dalam Aspek Kenyamanan Termal pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) SMA Negeri Olahraga (SMANOR) Jawa Timur

Evaluasi Kenyamanan Termal pada Ruang Kelas Pondok Pesantren Daar el-huda di Kabupaten Tangerang

I. PENDAHULUAN. fungsi dan luas ruangan serta intensitas penerangannya.

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

HEAT INSULATION THERMAL COMFORT DESIGN CONSULTATION. Canisius College Sport Hall

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL DAN RANCANGAN PERBAIKAN RUANG KELAS GUNA MENDUKUNG PROSES BELAJAR TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN UDARA TERHADAP TIGKAT KENYAMANAN TERMAL DI RUANG KULIAH

Pengaruh Green Roof terhadap Kenyamanan Termal Bangunan Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia

Transkripsi:

INVESTIGASI SETING AIR CONDITIONING (AC) PADA USAHA PENINGKATAN KENYAMANAN THERMAL DAN HEMAT ENERGI DI KELAS Sugiono* 1, Ishardita P.Tama 2,Wisnu W 3, Lydia D.R. Suweda 4 Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya JalanMT. Haryono 167, Malang, 65145, Indonesia *E-mail: sugiono_ub@ub.ac.id Abstrak Thermal comfort pada manusia dan energy saving menjadi sesuatu yang menarik untuk terus dikaji pada dekade terakhir ini. Salah satunya adalah pemanfaatan energi yang efektif dan efisien pada ruang kelas di Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya, Malang. Berdasarkan hasil survei awal didapatkan keluhan pengaturan suhu yang terlalu panas ataupun terlalu dingin yang dapat menyebabkan masalah pada kenyamanan. Oleh karena itu tujuan dari paper ini adalah untuk menentukan setting temperature AC ruang kelas yang terbaik bagi penggunanya. Riset dimulai dengan studi literature tentang thermal comfort, heat transfer dan produktifitas kerja manusia. Metode Predicted Mean Vote (PMV) index dan Predicted Percentage of Dissatisfied (PPD) digunakan untuk mengevaluasi level kenyamanan penghuninya. Isian kuesioner digunakan untuk menilai seberapa besar perasaan nyaman yang dialami oleh sampel pada ruang kelas setelah menerima beberapa perubahan kondisi udara akibat setting AC yang berbeda beda. Berdasarkan penelitian diketahui pengaturan temperatur AC terbaik adalah 26 o C untuk Kelas Kategori A, 24 o C Kategori B, 22 o C Kategori C dan D serta 26 o C untuk Kelas Kategori E. Terhitung energi yang dibutuhkan adalah 17226.3 BTU/h, 18339.9 BTU/h, 19884.5 BTU/h, 19489.3 BTU/h dan 16831.1 BTU/h.Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa pengaturan temperature rata rata dapat menurunkan kebutuhan energi lebih rendah dari kondisi existing. Kata Kunci: Classroom, Thermal Comfort, PMV, PPD, Energy saving 1. PENDAHULUAN Kenyamanan panas dibutuhkan oleh tubuh manusia agar dapat beraktivitas dengan baik. Kenyamanan termal bergantung pada kondisi iklim dilokasi penelitian seperti radiasi matahari, suhu, kelembapan uadar dan kecepatan angin (Talarosha B, 2005). Di Kota Malang telah terjadi peningkatan 118suhu yang cukup signifikan. Tahun 1997 temperatur Kota Malang berkisar 23,4 o C dan akhir tahun 2006 menjadi 24,2 o C. Temperatur tertinggi pada musim kemarau terjadi pada bulan Oktober dan November 2006 yaitu 33,5 o C. Sedangkan 2008 menjadi 33,9 o C. Pada tahun 2013 sampai 2015 temperatur Kota Malang mencapai titik 34,2 o C. Data ini berasal dari alat pengukur kondisi iklim di Karangploso (UB) dan Lanud Abd.Saleh. Kenaikan 118suhu di Kota Malang berdampak terhadap kenyamanan termal masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di Kota Malang. Tidak terkecuali mahasiswa yang melakukan kegiatan perkuliahan di dalam ruang kelas, dikarenakan kenyamanan termal pada saat kegiatan belajar mengajar dapat mempengaruhi hasil belajar individu (Susanti dkk., 2013). Kenyamanan termal dan kualitas udara yang baik dapat berdampak positif pada kesehatan juga dapat meningkatkan konsentrasi dan kinerja belajar. Sedangkan keadaan termal yang kurang baik dapat menyebabkan terganggunya kosentrasi dan cepat lelah. Dengan pentingnya kenyamanan termal, maka sebagian besar instansi menggunakan air conditioner (AC) untuk menangani tingginya suhu dari luar ruangan. Namun pengaturan temperature AC yang terlalu rendah justru akan memberikan dampak negative selain rasa kaku pada bagian tubuh tertentu, berkurangnya konsentrasi, mengantuk juga dapat berdampak pada konsumsi 118energi. Penggunaan energi listrik dalam pengoperasian AC dan penerangan pada suatu bangunan adalah sebesar 60% - 80% dari penggunaan energi listrik total gedung (Soegijanto, 1999). Jurusan Teknik Industri Fakutas Teknik Universitas Brawijaya memiliki 118suhu ruang kelas yang seluruhnya dilengkapi fasilitas AC untuk menunjang kenyamanan mahasiswa. Untuk melihat respon sensasi termal yang dirasakan mahasiswa terhadap keadaan di dalam ruang kelas maka disebar kuesioner awal (gambar 1). Berdasarkan hasil rekapitulasi diketahui bahwa 118

pengaturan 119suhu dan kecepatan fan AC pada setiap ruang kelas berbeda - beda yaitu berkisar antara 18 o C sampai 24 o C. Dari 105 mahasiswa yang merupakan responden acak sebanyak 59 mahasiswa (56,19%) merasa nyaman berada di dalam ruang kelas dengan keadaan temperatur demikian, sedangkan 45 mahasiswa (42,86%) merasa kurang nyaman, dan 1 mahasiswa (0,95%) merasa tidak nyaman. Gambar 1. Sensasi Termal yang dirasakan mahasiswa pada seting AC yang berbeda Berdasarkan keadaan tersebut, maka selanjutnya akan dicari tingkat pengaturan suhu AC yang dapat mencakup optimal thermal comfort mahasiswa di dalam ruang kelas dengan menggunakan metode Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage of Dissatisfaction (PPD). Nilai PMV dapat menunjukan tingkat kenyaman termal yang dirasakan individu pada kondisi termal tertentu. Nilai PMV yang baik adalah mendekati nilai 0, dimana nilai 0 ini merepresentasikan keadaan netral (tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas). Sedangkan PPD dapat menunjukan prosentase individu yang merasa kurang nyaman pada kondisi termal tertentu, semakin kecil PPD berarti prosentase individu yang tidak nyaman juga semakin kecil. Sehingga dari PMV dan PPD ini akan dilihat respon dari individu terhadap pengaturan 119suhu AC, sehingga dapat diketahui pengaturan suhu AC yang memberikan nilai PMV dan PPD terbaik. Kemudian dapat dihitung suhu yang dibutuhkan dalam pengoperasian AC sesuai dengan rekomendasi. 2. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental, dimana peneliti menggunakan data primer yang diambil dari penelitian eksperimen. Studi literatur dilakukan sebagai langkah pertama dalam penelitian ini. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan secara langsung dari permasalahan yang diteliti. Terdapat beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui kondisi permasalahan yang diteliti yaitu: interview, brainstorming, observasi, dokumentasi dan eksperimen. Selanjutnya dilakukan identifikasi masalah berdasarkan studi lapangan terhadap objek penelitian yaitu kenyamanan termal mahasiswa dalam ruang kelas di Jurusan Teknik Industri, UB. Pada tahap ini terdapat beberapa data yang dibutuhkan yaitu: kuesioner kenyamanan termal, temperatur ruangan ( o C), kecepatan angin (m/s), kelembapan relatif (%), ukuran ruangan dan ukuran jendela. Selanjutnya akan dilakukan beberapa pengolahan data yaitu: rekapitulasi data kuesioner, perhitungan clothing insulation (clo), metabolic rate (met), PMV, PPD dan Cooling Load Temperature Difference (CLTD). Langkah langkah pengumpulan data disusun sebagai berikut: 1. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengklasifikasikan jam mata kuliah yang ditunjukan pada tabel 1. Setiap kelas akan diambil nilai temperature luar gedung di sekitar kelas (T e 119

Tabel 1. Pengelompokan jam kuliah di Teknik Industri, UB No Kelas Jam Kuliah Te ( o C) 1 A 07.30 09.10 dan 07.30 10.00 29 o C 2 B 10.10 11.50 dan 10.10 12.40 30.1 o C 3 C 12.00 13.40, 12.00 14.30 dan 13.00 14.40 32.4 o C 4 D 13.40 15.20, 13.40 16.10, 14.40 16.20, 14.40 17.10 dan 14.45 17.15 31.3 o C 5 E 16.20 18.00 27.9 o C 2. Temperatur yang digunakan untuk diterapkan saat pengambilan data adalah 18 o C, 20 o C, 22 o C, 24 o C, dan 26 o C. 3. Pengukuran keadaan termal dilakukan pada 9 titik di dalam ruang kelas yang ditunjukan pada gambar 2. Pengukuran keadaan termal dilakukan setiap 15 menit selama jam mata kuliah berlangsung. Dan pengukuran pada masing-masing titik dilakukan selama 1 menit. Dikarenakan responden dalam posisi duduk, maka pengukuran dilakukan pada ketinggian 1.1 meter dari permukaan lantai (ASHRAE, 2004). 4. Penyebaran kuesioner kenyamanan termal di akhir jam mata kuliah kepada seluruh peserta mata kuliah. Papan Papan 1 2 3 1 2 3 4 5 6 4 5 6 7 8 9 7 8 9 (a) Gambar 2. Titik Pengambilan Data pada Ruang Kelas (a) Layout A(b) Layout B 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Batas nyaman untuk keadaan termal ruang kelas pada penelitian ini adalah dengan nilai PMV sebesar -1 < PMV < +1 dan nilai PPD 25%. Standar ini berlaku untuk pengukuran nilai PMV dan PPD berdasarkan pengukuran keadaan termal maupun persepsi individu berdasarkan kusioner. Penilaian terhadap clothing insulation dan metabolic rate berdasarkan aktivitas dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengolahan data dengan metode PMV dan PPD. Diasumsikan mahasiswa menggunakan pakaian umum perkuliahan seperti pada umumnya yang ditunjukan pada Gambar 3. Penilaian metabolic rate berdasarkan kegiatan yang dilakukan mahasiswa ketika di dalam kelas yaitu duduk, mendengarkan dosen mengajar serta mencatat hal-hal yang dianggap penting terkait mata kuliah yang diajarkan. Dengan demikian neurut Stanton dkk (2005) maka nilai metabolic rate pada penelitian ini adalah sebesar 1.0 met atau setara dengan 58.2 W/m 2. (b) 120

(a) (b) Gambar 3. Pakaian Perkuliahan, (a) Perempuan (b) Laki-laki Perhitungan berdasarkan keadaan termal menggunakan dua cara yaitu dengan persamaan rumus PMV dan PMV calculator. Sebagai contoh mengukur pada titik 1 pengaturan temperatur AC 18 o C untuk kelas kategori A dengan temperatur udara = 21.2 o C, rata-rata temperatur radian = 21.2 o C, kecepatan angin = 0.00 m/s, Clothing insulation = 0.60 clo dan Metabolic rate = 1.0 met. Berdasarkan rumus yang ditulis dalam buku karangan Stanton dkk (2005) nilai PMV dan PPD dapat dihitung sebagai berikut: PMV = (0.303e 0.036M 0.028) + {(M W) 3.05x10 3 x[5733 6.99 (M W) p a ] 0.42x[(M W) 58.15] 1.7x10 5 M(5867 p a ) 0.0014M(34 t a ) 3.96x10 8 f cl x[(t cl + 273) 4 (MRT + 273) 4 ] f cl h c (t cl t a )} = (0.303 2.718 0.036 58.2 ) + 0.028 {(58.2 0) 3.05x10 3 x[5733 6.99 (58.2 0) 60.9] 0.42x[(58.2 0) 58.15] 1.7x10 5 58.2(5867 60.9) 0.0014 58.2(34 21.2) 3.96x10 8 1.109x[(37.2 + 273) 4 (21.2 + 273) 4 ] 1.109 4.1(37.2 21.2)} = -1.41 PPD = 100 95 e (0,03353 PMV4 +0,2179 PMV 2 ) = 100 95 2.718 (0,03353 ( 1.41)4 +0,2179 ( 1.41) 2 ) = 0.46 = 46% Gambar 4 merupakan tampilan dari thermal comfort tool yang merupakan PMV Calculator yang digunakan pada pengolahan data pada titik 1 pengaturan temperatur AC 18 o C untuk kelas kategori A. Berdasarkan perhitungan dengan dua cara di atas didapatkan hasil perhitungan PMV calculator dan persamaan adalah sama. Nilai PMV sebesar -1.41 dan nilai PPD sebesar 46%,dan titik tersebut berada pada zona sedikit dingin (slightly cool). Perhitungan PMV dan PPD dilakukan terhadap seluruh titik di ruang kelas. 121

Gambar 4. Thermal Comfort Tool pada Calculator PMV Sebelum dilakukan perhitungan PMV dan PPD berdasarkan kuesioner, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian dilakukan menggunakan software SPSS 21. Apabila nilai pearson correlation> 0.3 maka pertanyaan pada kuesioner tersebut dapat dikatakan valid (Blumandan Allan G., 2012). Kuesioner dikatakan reliabel ketika nilai cronbach s alpha > 0.6. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa kuesioner valid dan reliabel, selanjutnya dilakukan perhitungan nilai PMV dan PPD dari kuesioner kenyamanan termal. Tabel 2 merupakan contoh hasil perhitungan PMV dan PPD dari kuesioner. Tabel 2. Nilai PMV PPD Pengaturan Temperatur 18 o C Berdasarkan Kuesioner Kode Skala Sensasi Termal -3-2 -1 0 +1 +2 +3 PMV PPD A18 7 12 6 4 0 0 0-1.76 66% B18 8 15 5 1 0 0 0-2.03 79% C18 2 8 10 11 3 0 0-0.85 29% D18 1 6 11 11 2 0 0-0.77 23% E18 8 14 10 4 0 0 0-1.72 61% Berdasarkan perhitungan seluruh PMV/ PPD kuesioner pada seluruh kelas, terdapat variasi sensasi termal yang dirasakan oleh mahasiswa yang membentuk suatu pola kenyamanan sesuai dengan jam mata kuliah. Kelas Kategori A dan E merasakan sensasi termal yang cenderung dingin. Hal ini dapat disebabkan oleh intensitas cahaya matahari masuk dalam kelas belum terlalu banyak. Berbeda dengan kelas kategori B, C dan D dimana sensasi termal yang dirasakan cenderung hangat karena intensitas cahaya matahari terik masuk dalam kelas sehingga berpengaruh terhadap keadaan di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan keadaan kenyamanan termal optimal bagi mahasiswa berdasarkan standar ASHRAE maupun persepsi individu dari mahasiswa, maka dipilih pengaturan temperatur AC dengan kombinasi standar ASHRAE dan kuesioner yang memiliki nilai PPD terkecil. Tabel 3 menunjukan rekomendasi pengaturan temperatur AC untuk masing-masing kategori kelas. Tabel 3. Rekomendasi Pengaturan Temperatur AC Pada Kelas No Jam Mata Kuliah Rekomendasi 1 Kelas Kategori A 26 o C 2 Kelas Kategori B 24 o C 3 Kelas Kategori C 22 o C 4 Kelas Kategori D 22 o C 5 Kelas Kategori E 26 o C 122

Kelas Kategori A dan Kelas Kategori E direkomendasikan menggunakan pengaturan temperatur AC sebesar 26 o C yang akan menghasilkan temperatur ruangan sebesar 26.2 o C, dengan pengaturan temperatur AC demikian akan menghasilkan nilai PPD untuk Kelas Kategori A dan E berdasarkan standar ASHRAE sebesar 10%. Sedangkan untuk Kelas Kategori B direkomendasikan menggunakan pengaturan temperatur AC 24 o C yang nantinya temperatur ini akan menghasilkan temperatur ruangan sebesar 24.4 o C, dimana akan dihasilkan nilai PPD berdasarkan standar ASHRAE sebesar 6%. Untuk Kelas Kategori C dan D direkomendasikan menggunakan temperatur AC sebesar 22 o C. Dengan pengaturan tersebut akan didapatkan temperatur ruangan berkisar 23.2 o C untuk Kelas Kategori C dan 23.5 o C untuk Kelas Kategori D. Keadaan ini akan menghasilkan nilai PPD untuk Kelas Kategori C sebesar 15% berdasarkan standar ASHRAE. Dan untuk Kelas Kategori D didapatkan nilai PPD berdasarkan standar ASHRAE sebesar 11%. Rekomendasi ini merupakan hasil kombinasi nilai PPD terkecil berdasarkan standar ASHRAE 4. KESIMPULAN 1. Penelitian ini telah berhasil menunjukkan bagaimana penggunaan PMV dan PPD untuk mengevaluasi dan meperbaiki kenyamanan termal penghuni ruangan kelas. PMV didasarkan pada pengukurun temperature, mean radian temperature, kelembaban relative, kecepatan angin, metabolism dan insulasi pakaian. Sedangkan PPD didasarkan pada persepsi panas yang dirasakan oleh pengguna ruangan kelas. 2. Dalam penelitian ini jam mata kuliah diklasifikasikan menjadi 5 kategori yaitu Kategori A, B, C, D dan E. Untuk Kelas Kategori A dan E direkomendasikan menggunakan pengaturan temperatur AC sebesar 26 o C. Sedangkan untuk Kelas Kategori B direkomendasikan menggunakan pengaturan temperatur AC 24 o C yang akan menghasilkan temperatur ruangan sebesar 24.4 o C. Untuk Kelas Kategori C dan D direkomendasikan menggunakan temperatur AC sebesar 22 o C. Akan didapatkan temperatur ruangan berkisar 23.2 o C untuk Kelas Kategori C dan 23.5 o C untuk Kelas Kategori D. DAFTAR PUSTAKA Talarosha,B..2005. Menciptakan Kenyamanan Thermal dalam Bangunan, Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3. Susanti, Lusi dan Nike Aulia. 2013. Evaluasi kenyamanan termal ruang sekolah SMA negeri di kota Padang. Jurnal Optimasi Sistem Industri. 12 (1): 310-316. Soegijanto, 1999. Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau dari Aspek Fisika Bangunan. Jakarta: DekDikBud Adler, Rachel F dan Fich Raquel Benbunan. 2012. Juggling on a High Wire: Multitasking Effects on Performance. International Journal of Human-Computer Studies70: 156-168. ANSI/ASHRAE Standard 55-2004. 2004. Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy, Copyright 2004 American Society of Heating, Refrigerating and Air- Conditioning Engineers. Inc. 1791 Tullie Circle NE Atlanta, GA 30329, ISSN 1041-2336:1-26 Bluman, Allan G. 2012. Elementary Statistics: A Step by Step Approach, Eighth Edition. USA: McGraw-Hill. Stanton et.al. (2005). Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. CRC Press 123