KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU 18 28 Juli 09 Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 103, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id
LATAR BELAKANG Rakyat telah memberi mandat secara demokratis kepada SBY-JK untuk memimpin negeri selama lima tahun terakhir ini. Dalam masa pemerintahan SBY-JK ini, rakyat juga berhak menilai, dan didengar aspirasinya. Rakyat ikut menentukan bulat-lonjongnya negeri ini, dan karena itu mencermati pandangan rakyat tentang kepemimpinan nasional dan kinerja pemerintah menjadi penting agar jalannya kekuasaan tidak menyimpang jauh dari keinginan rakyat. Survei opini publik yang dilakukan dengan cara dan metodologi yang benar merupakan salah satu cara sistematis untuk menampilkan opini publik nasional ke permukaan sehingga terjadi komunikasi antara rakyat dan elite politik di Jakarta. Lembaga Survei Indonesia (LSI) melakukan survei ini secara periodik untuk tujuan di atas, dengan fokus kali ini pada preferensi warga terhadap kriteria ideal menteri dan evaluasi atas kinerja pemerintahan SBY-JK menjelang terbentuknya kebinet baru pada Oktober 09. 2
Lanjutan. Mengangkat menteri adalah hak prerogatif presiden. Namun, seorang presiden pasti memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu yang bisa dijadikan landasan oleh presiden dalam membangun kabinet yang kuat dan efisien. Di antaranya, pertama, kapasitas dan profesionalitas serta kecakapan teknis calon menteri, sehingga presiden terpilih mampu membentuk zaken kabinet atau kabinet yang profesional dan memiliki kompetensi, baik secara keilmuan maupun pengalaman dan jam terbang panjang dalam bidang tertentu. Dalam membentuk zaken kabinet atau kabinet ahli, prinsip pertama dan utama adalah meritokrasi atau the right person in the right place. Kedua, dalam membentuk kabinet, presiden terpilih sulit untuk mengabaikan representasi politik dari partai-partai yang mendukungnya untuk mendapatkan dukungan dari parlemen. Akseptabilitas secara politik seringkali diwujudkan dengan menarik nama-nama calon menteri yang disodorkan oleh partai-partai sebagai bagian dari deal-deal politik yang lazim terjadi dalam politik. 3
Lanjutan Evaluasi atas kondisi makro: arah bangsa, politik dan pemerintahan, penegakkan hukum, keamanan dan ketertiban nasional, keadaan ekonomi nasional; kepuasan atas kinerja presiden dan wakil presiden. Latar belakang demografi: jender, kelompok umur, suku-bangsa, daerah, agama, pedesaanperkotaan, pendidikan, dan lain-lain. 4
METODOLOGI Survei opini publik nasional dengan populasi: semua penduduk Indonesia yang punya hak pilih. Sampel: Sampel asal sebanyak 1270 dipilih dengan teknik multistage random sampling. Sampel akhir yang yang dapat dianalisis, respond rate (berhasil diobservasi) sekitar: 1.265 responden (sangat baik). Dengan jumlah sampel ini, dengan memasukan faktor cluster dalam sampling design, margin of error sebesar +/-2,8% pada tingkat kepercayaan 95%. Wawancara dilakukan tatap muka. Kontrol kualitas: % responden yang dipilih secara random dimonitor dan diverifikasi lewat telpon (setelah wawancara selesai, pewawancara lapor ke superviser untuk memastikan telah dilakukan wawancara dengan responden dimaksud); dan % secara random dilakukan spot check/didatangi kembali secara langsung oleh supervisor. Waktu wawancara lapangan 18-28 Juli 09. Survei ini dibiayai sendiri oleh LSI. 5
Prosedur Multistage Random Sampling dalam pemilihan sampel Startifikasi 1 = populasi pemilih dikelompokan menurut provinsi dan masing-masing provinsi diberi kuota sesuai dengan total pemilih di masing-masing provinsi. Starifikasi 2: popuasi pemilih dikelompokan menurut jenis kelamin: % laki-laki, dan % perempuan. Startifikasi 3: populasi pemlih dikelompokan ke dalam kategori yang tinggal di pedesaan (desa, %) dan perkotaan (kelurahan, %). 6
Lanjutan Cluster 1: Di masing-masing provinsi ditentukan jumlah pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing-masing provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan secara random sebagai primary sampling unit. Berapa desa atau kelurahan? Tergantung jumlah pemilih di masing-masing provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih 10 pemilih (5 laki-laki, dan 5 perempuan) secara random. Bila di Jawa Barat prosentase pemilih 17%, dan di Gorontalo 1%, maka kalau di Jabar dipilih 17 desa/kelurahan maka di Gorontalo dipilih hanya 1 desa/kelurahan, dst. Cluster 2: Di masing-masing desa terpilih, kemudian didaftar populasi RT atau yang setingkat. Kemudian dipilih secara random 5 RT dengan ketentuan di masing-masing RT akan dipilih secara random dua Keluarga. 7
Lanjutan Cluster 3: Di masing-masing RT terpilih, didaftar populasi keluarga, dan dipilih secara random 2 keluarga. Cluster 4: Di masing-masing keluarga terpilih, kemudian didaftar seluruh anggota keluarga yang punya hak pilih laki-laki atau perempuan, dan kemudian dipilih secara random siapa yang akan menjadi responden di antara mereka. Bila pada keluarga pertama yang dipilih adalah responden perempuan, maka pada keluarga berikutnya harus laki-laki. 8
TEMUAN
PROFILE DEMOGRAFI RESPONDEN KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS JENIS KELAMIN AGAMA LAKI-LAKI.0.0 Islam 87.0 87.0 PEREMPUAN.0.0 Kristen 10.5 10.0 DESA-KOTA Lainnya 2.5 2.0 DESA 59.8 59.0 ETNIS KOTA.2 41.0 Jawa 43.4 41.6 Sunda 15.9 15.4 Melayu 5.4 3.4 Madura 3.2 3.4 Bugis 3.4 2.5 Betawi 1.9 2.5 Minang 2.7 2.7 Lainnya 23.6 28.5 10
DEMOGRAFI NASIONAL KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS PROPINSI PROPINSI NAD 1.7 1.9 BALI 1.5 1.5 SUMATERA UTARA 5.4 5.3 NTB 1.9 2.0 SUMATERA BARAT 1.9 2.1 NTT 1.6 2.0 RIAU 2.1 2.2 KALBAR 1.8 1.9 JAMBI 1.3 1.3 KALTENG 0.9 0.9 SUMATERA SELATAN 3.0 3.2 KALSEL 1.5 1.5 BENGKULU 0.7 0.8 KALTIM 1.4 1.4 LAMPUNG 3.1 3.4 SULUT 1.0 1.0 BANGKA BELITUNG 0.5 0.5 SULTENG 1.0 1.1 KEPULAUAN RIAU 0.7 0.6 SULSEL 3.3 3.5 DKI JAKARTA 4.4 3.5 SULTRA 0.9 0.9 JAWA BARAT 17.2 17.4 GORONTALO 0.4 0.4 JAWA TENGAH 15.0 15.2 SULBAR 0.4 0.5 DI YOGYAKARTA 1.6 1.6 MALUKU 0.6 0.6 JAWA TIMUR 17.0 16.7 MALUKU UTARA 0.4 0.4 BANTEN 4.1 4.1 PUPUA 1.2 0.9 IRJABAR 0.3 0.3 11
Apakah negara kita sekarang sedang bergerak menuju arah yang benar atau arah yang salah? (%) 100 90 80 79 84 85 87 70 30 Apr'09 Mei'09 Jun'09 Jul'09 10 0 10 11 8 7 8 11 6 7 Arah yang benar Arah yang salah Tidak tahu 12
Keadaan penegakan hukum secara nasional sekarang (%) 70 30 10 0 41 30 18 11 59 61 59 54 46 46 48 49 43 41 37 34 34 33 31 26 28 30 23 24 25 26 22 23 22 18 14 14 14 15 15 10 11 6 6 7 7 8 7 7 5 5 5 5 Baik Sedang Buruk Tidak tahu Sep' 05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 Mar'09 Apr'09 Mei'09 Jun'09 Jul'09 13
Keadaan keamanan dan ketertiban secara nasional sekarang (%) 80 70 30 10 0 69 67 59 58 55 57 57 59 55 52 30 31 28 29 24 25 26 26 23 23 18 14 15 11 10 12 10 10 10 10 9 6 3 2 4 3 5 4 5 6 2 2 Baik Sedang Buruk Tidak tahu Sep' 05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 Mar'09 Apr'09 Mei'09 Jul'09 14
70 30 10 0 Kondisi ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu (%) 41 38 29 36 28 23 32 31 32 35 26 29 37 37 53 47 43 38 33 24 22 29 24 22 23 22 23 24 42 28 25 45 32 33 31 27 22 49 24 19 58 21 17 44 26 25 56 51 52 42 38 39 37 31 32 31 30 24 25 25 26 26 27 23 23 21 21 22 18 7 15 10 7 8 5 5 5 5 6 5 5 6 4 4 5 6 6 7 5 5 6 4 4 0 15 Sep '03 Okt '04 Des '04 Apr '05 Ju n '05 Sept '05 Des '05 Sept '06 Des '06 Apr '07 Ju n '07 Sep '07 Des '07 Apr '08 Ju n '08 Sep '08 Okt '08 Des '08 Feb '09 Mar'09 Apr'09 Mei'09 Ju n'09 Ju l'09 Lebih baik Sama Lebih buruk Tidak tahu
70 30 10 0 Kondisi ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu (%) 41 29 28 23 31 26 29 53 47 43 42 32 38 37 37 24 33 22 29 28 23 58 49 45 44 38 39 37 32 31 31 32 31 30 27 24 25 17 42 27 51 52 21 21 56 18 16 Sep '03 Okt '04 Des '04 Apr '05 Ju n '05 Sept '05 Des '05 Sept '06 Des '06 Apr '07 Ju n '07 Sep '07 Des '07 Apr '08 Ju n '08 Sep '08 Okt '08 Des '08 Feb '09 Mar'09 Apr'09 Mei'09 Ju n'09 Ju l'09 Lebih baik Lebih buruk
Evaluasi atas kinerja Presiden: Puas dengan kinerja Presiden dan Wakil Presiden (%) 80 80 77 SBY JK 80 80 79 85 70 30 69 64 65 59 71 65 63 58 58 56 56 55 52 53 54 67 67 63 64 61 62 54 55 56 58 56 53 54 49 49 51 51 48 45 39 56 49 63 55 69 70 74 58 56 59 58 65 63 17 Nov'04 Des'004 Mar'05 Jun'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Jun'06 Sep'06 Nov' 06 Des'06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 Mar'09 Apr'09 Mei'09 Jun'09 Jul'09
Kinerja pemerintah dalam menanggulangi masalah Korupsi: Baik atau sangat baik (%) 90 80 70 65 55 45 56 63 77 80 78 79 80 84 30 10 0 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 Mar'09 Mei'09 Jun'09 Jul'09 18
Kerja pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah berikut Baik atau Sangat Baik, (%) 70 59 56 30 33 27 29 32 24 24 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Jul'09 10 0 Mengurangi kemiskinan Mengurangi pengangguran 19
Kinerja pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan: Baik atau sangat baik (%) 100 90 88 85 80 70 75 79 80 69 70 67 74 70 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Jul'09 Pendidikan Kesehatan
KRITERIA MENTERI Temuan Survei Juli 09 21
KRITERIA MENTERI Sebentar lagi presiden terpilih akan memilih menteri-menteri sebagai pembantunya dalam pemerintahan lima tahun ke depan. Mana di antara kriteria paling penting yang harus dimiliki oleh seorang menteri? Harus orang yang dinilai paling mampu atau bahkan ahli untuk bidang-bidang terkait dengan kementeriannya apapun latar belakang partai, agama, maupun daerahnya 78.3 Profesional Harus mewakili daerah-daerah di Indonesia secara seimbang. 6.9 Harus berasal dari partai politik atau orang partai. Harus berasal dari organisasi sosial kemasyarakatan 4.1 4.0 Perwakilan Kelompok tertentu Harus mewakili kelompok-kelompok agama secara seimbang. 3.1 Tidak tahu/jawab 3.5 0 10 30 70 80 90 22
KRITERIA MENTERI by Gender 90 80 70 80.3 76.3 30 10 0 Profesional 17.5 18.8 Perwakilan kelompok tertentu Laki-laki Perempuan 2.1 4.9 Tidak tahu/tidak jawab 23
KRITERIA MENTERI by Desa-Kota 90 80 70 73.7 85.2 30 10 0 Profesional 22.7 11.5 Perwakilan kelompok tertentu Pedesaan Perkotaan 3.7 3.4 Tidak tahu/tidak jawab 24
KRITERIA MENTERI by Usia 90 80 86 76 80 78 77 70 30 10 0 12 23 16 16 3 1 4 2 7 Profesional Perwakilan kelompok tertentu Tidak tahu/tidak jawab <=19 tahun -29 tahun 30-39 tahun -49 tahun >= tahun 25
KRITERIA MENTERI by Tingkat Pendidikan 1 100 80 70 77 91 98 0 Profesional 24 22 9 Perwakilan kelompok tertentu 2 7 1 1 0 Tidak tahu/tidak jawab <=SD SLTP SLTA Kuliah 26
KRITERIA MENTERI by Pekerjaan 100 90 80 70 74 91 78 30 10 0 21 9 17 5 0 5 Profesional Perwakilan kelompok tertentu Tidak tahu/tidak jawab Petani/peternak/nelayan Pegawai (Swasta/PNS/Guru/dosen) Lainnya 27
KRITERIA MENTERI by Tingkat Pendapatan Responden 100 90 80 70 69 78 86 30 10 0 23 12 8 2 2 Profesional Perwakilan kelompok tertentu Tidak tahu/tidak jawab < Rp. 0.000 Rp. 0.000 - Rp. 999.000 >= Rp. 1.000.000 28
KRITERIA MENTERI by Wilayah 90 80 70 85 8076 80 76 76 77 64 SUMATERA DKI+BANTEN JABAR 30 10 0 33 14 17 21 19 19 22 13 1 3 2 7 5 6 4 2 JATENG+DIY JATIM+BALI SULAWESI KALIMANTAN LAINNYA Profesional Perwakilan kelompok tertentu Tidak tahu/tidak jawab 29
Kesimpulan Secara umum, semakin banyak warga yang menilai negara Indonesia sekarang ini sedang bergerak menuju ke arah yang benar. Namun demikian, tingkat kepuasan publik terhadap penegakan hukum cenderung menurun. Hal ini mungkin karena belakangan muncul kasus-kasus yang melibatkan perseteruan antara penegak hukum, yakni KPK-Polri. Bahkan, salah satu pimpinan KPK, Antasari Azhar, diberitakan secara gencar terlibat dalam kasus pembunuhan. Juga muncul kasus-kasus hukum yang mendapat coverage luas seperti Prita. Demikian pula evaluasi publik terhadap keadaan keamanan dan ketertiban secara nasional. Secara umum, tren kepuasan terhadap keamanan dan ketertiban juga cenderung menurun. Pada saat survei sedang berlangsung, terjadi Bom Marriot dan Rizt Carlton pada 17 Juli 09. Terjadinya serangan terorisme yang menjadi topik utama berita di media-media itu membuat persepsi publik terhadap situasi keamanan dan ketertiban menjadi menurun. 30
Kesimpulan Sebaliknya, tren kepuasan terhadap ekonomi nasional cenderung meningkat. Evaluasi sosiotropik warga menunjukkan membaiknya persepsi terhadap ekonomi nasional dibanding tahun lalu. Sejalan dengan meningkatnya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja SBY, peningkatan kepuasan juga terjadi dalam penilaian publik atas kinerja pemerintah di sejumlah sektor penting. Di bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat, peningkatan kinerja pemerintah di mata publik terjadi dalam penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Menurut BPS, jumlah pengangguran secara umum mengalami penurunan, baik dalam persentase maupun secara absolut. BPS menunjukkan bahwa jumlah persentase pengangguran terus menurun dari 9.86 persen dari angkatan kerja pada 04 menjadi 8,14 persen dari angkatan kerja pada 09. Secara absolut, jumlah pengangguran turun dari 10,25 juta orang pada 04 menjadi 9,26 juta orang pada 09. 31
Kesimpulan Demikian pula penilaian publik di bidang pendidikan dan kesehatan secara umum juga makin positif. Sosialisasi masif program-program pemerintah di bidang pendidikan, i.e sekolah gratis untuk tingkat pendidikan dasar 9 tahun, Bantuan Operasional Sekolah dll, dan di bidang kesehatan i.e Jankesmas dll, membuat persepsi publik terhadap kinerja pemerintah di dua bidang tersebut mengalami peningkatan. Di bidang pemberantasan korupsi, relatif tidak ada perubahan atau stabil. Tapi secara umum persepsi positif atas kinerja pemerintah dalam pemberantasan korupsi masih tinggi. Semua ini merupakan sumber dari meningkatnya kepuasan publik atas kinerja presiden, dan sumber dari tingginya elektoral publik yang memungkinkan SBY menang dalam satu putaran dalam pilpres kemarin. 32
Kesimpulan Sebagian besar masyarakat mengidealkan kabinet mendatang diisi dari kalangan profesional. Publik menilai bahwa profesionalitas, kapasitas, dan kompetensi serta pengalaman seseorang, terlepas dari apapun latar belakang politik, agama dan daerah, merupakan faktor yang lebih penting untuk dipertimbang menjadi menteri. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia berharap SBY yang terpilih sebagai presiden mampu membentuk zaken kabinet. Hanya sebagian kecil dari warga yang mengharapkan menteri sebaiknya mewakili dari kelompok tertentu, baik berdasarkan keterwakilan parpol, daerah, agama, maupun ormas. Dilihat dari karakteristik demografi, laki-laki, warga yang berdomisili di perkotaan, kalangan berpendidikan menengah ke atas, middle-upper class, dan mereka yang berprofesi pegawai (PNS/dosen/guru) cenderung memilih kalangan profesional untuk menjadi menteri. 33
TERIMA KASIH 34