BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

I. PENDAHULUAN. mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, karena memang

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

STANDAR PROSES PENDIDIKANDASAR DAN MENENGAH BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Iklim perkembangan teknologi zaman yang begitu melesat serta

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan keterampilan. masalah yang merupakan fokus dalam pembelajaran matematika.

Pelaksanaan pembelajaran KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT P2TK PENDIDIKAN DASAR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22.TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Implementasai kurikulum 2013 di Indonesia sangat diharapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI BERMEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUAL KELAS XI POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC LEARNING ( STUDI PENDAHULUAN DI SMPN KAB.TANAH DATAR)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

I. PENDAHULUAN. melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

Kelompok Materi: Pokok

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENYUSUNAN BAHAN AJAR MODUL PERMBELAJARAN TEKS SASTRA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menurut data dari PISA (Programe of International Student

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Siti Fatimah Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahmad Wahyudi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR KELAS VII C SMP NEGERI 1 KUSAN HILIR DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ismi Nurlatifah, 2014

2016 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran untuk menambah wawasan di suatu bidang. Kompetensi

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KAJIAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI. (Artikel) Oleh ELIYANA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menciptakan pembelajaran kimia yang diharapkan dapat memenuhi standar pendidikan Nasional maka diperlukan laboratorium yang mendukung terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4). Melalui pembelajaran kimia berbasis laboratorium peserta didik dapat; 1) belajar melakukan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses sains, 2) dapat melatih keterampilan berfikir ilmiah, 3) dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, 4) dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah. Hal ini sejalan dengan peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang standart proses yang menyebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar tujuan pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas ketercapaian kompetensi lulusan. 1

2 Ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana. Juga merupakan produk yang berupa fakta, teori, prinsip dan hukum. Temuan saintis dan proses kerja ilmiah dalam menganalisis gejala-gejala alam. Dalam ilmu kimia sumber belajar yang sangat penting adalah laboratorium kimia. Laboratorium menjadi bagian yang tak terpisahkan ketika mempelajari kimia (Susilowati, 2013: 1). Dimana sumber belajar dipahami sebagai perangkat, bahan, peralatan, pengaturan dan orang dimana peserta didik dapat berinteraksi dengannya yang bertujuan untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja (Janustenki dan Molenda, 2013). Sejalan dengan itu sumber belajar adalah sumber-sumber yang mendukung belajar termasuk sistem penunjang, materi dan lingkungan peserta didik. (Arsyad, 2014 : 12) Laboratorium merupakan tempat untuk melihat, mencoba, menguji, dan menilai konsep-konsep sains yang dipelajari hingga peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sains, laboratorium merupakan jantung dari kegiatan pembelajaran sains khususnya pembelajaran kimia. (Wiratma, 2014: 426). Belajar kimia yang hanya dilakukan didalam kelas dengan metode ceramah, diskusi, latihan soal, tanya jawab, dan hanya mendengarkan penjelasan, kurang bermakna tanpa disertai dengan melakukan kegiatan sains yang sebagian besar dilaksanakan di laboratorium. Melalui kegiatan laboratorium peserta didik dapat mengkaji kebenaran konsep yang dipelajari secara teoritis melalui analisis kritis berdasarkan kemampuan intelektualnya. Pembelajaran di laboratorium di harapkan dapat

3 mengurangi banyaknya miskonsepsi pada pemahaman peserta didik, maka dari itu sangat perlu guru kimia untuk lebih mengutamakan pembelajaran kimia berbasis laboratorium. Pembelajaran berbasis laboratorium juga dapat melatih keterampilan kerja ilmiah peserta didik. Pembelajaran di laboratorium diharapkan dapat: (1) mengembangkan keterampilan peserta didik dalam pengamatan, pencatatan data, pengukuran dan memanipulasi alat yang diperlukan serta pembuatan alat-alat sederhana, (2) melatih peserta didik bekerja dengan teliti, cermat dalam mencatat, serta menyusun hasil percobaan secara jelas dan objektif/jujur. (3) melatih peserta didik bekerja secara teliti dan cermat serta mengenal batas-batas kemampuannya dalam pengukuran-pengukuran, (4) mengembangkan kekuatan penalaran peserta didik secara kritis, (5) memperdalam pengetahuan inquiri dan pemahaman terhadap cara pemecahan masalah, (6) mengembangkan sikap ilmiah, (7) Memahami, memperdalam, dan menghayati IPA yang dipelajarinya, (8) Dapat mendesain dan melaksanakan percobaan lebih lanjut dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana, (9) Dapat menyusun laporan praktikum dan mampu mempresentasikannya.(wiratma, 2014 : 428) Kenyataan di lapangan banyak guru IPA khususnya guru kimia kurang menggunakan laboratorium dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, sehingga banyaknya terjadi miskonsepsi dalam pemahaman konsep konsep kimia. Para guru kimia sesungguhnya menyadari bahwa praktikum kimia untuk pendalaman materi kimia sangat penting, dan sangat dibutuhkan oleh peserta didik agar peserta didik memiliki pengalaman yang langsung berhadapan dengan

4 alam/zat yang sesungguhnya. Pembelajaran kimia yang dianggap peserta didik materi pelajaran abstraks dengan pembelajaran di laboratorium menjadi lebih realistis. Banyak guru mengeluh terkait dengan pembelajaran kimia di laboratorium, Sebagian besar guru kimia sangat jarang melakukan praktikum kimia, sebagaimana tuntutan kurikulum dengan berbagai alasan. Tiga alasan utama yang disampaikan oleh guru yaitu: 1) peralatan dan bahan kimia sangat terbatas, 2) tidak adanya tenaga laboran, dan 3) terkait dengan sistem evaluasi ujian akhir, banyak guru beranggapan bahwa untuk menjawab soal ujian akhir bagi peserta didik, lebih efektif dengan cara latihan soal-soal saja tanpa pemahaman konsep nyata yang di dapat dari pengalaman praktikum di laboratorium. Padahal banyak soal-soal ujian nasional yang di kembangkan berdasarkan pengalaman laboratorium. Guru beranggapan bahwa pembelajaran dengan praktikum di laboratorium cukup merepotkan dan memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Karena kurangya pembelajaran yang menggunakan laboratorium menimbulkan nilai ujian nasional kimia rata-rata di SMA Negeri 1 Mejayan Kabupaten Madiun pada umumnya masih rendah. Perolehan ujian nasional tahun pelajaran 2015/2016 dan 2016/2017 baru mendapatkan predikat C (data hasil UNAS tahun ajaran 2015/2016 dan 2016/2017 terlampir). Ilmu kimia sebagai bagian dari sains memiliki karakterisitik yang dibangun dengan mengedepankan eksperimen sebagai media/cara untuk memperoleh pengetahuan, kemudian dikembangkan atas dasar pengamatan, pencarian, dan pembuktian (Pusat Kurikulum, 2003: 7). Sesuai dengan prinsip pembelajaran pada

5 kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: peserta didik diberitahu menjadi peserta didik mencari tahu, guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar, pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran kompetensi, pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu, pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran yang jawaban yang kebenarannya multi dimensi, pembelajaran verbalisme menjadi ketrampilan aplikatif, peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskils) dan keterampilan mental (softskills), pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pebelajar sepanjang hayat, peserta didik yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani), pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat, (pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran, dan pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Standar isi IPA, Insih Wilujeng (2012: 4-7) merekomendasikan, bahwa guru kimia harus memahami dan mengemukakan pengetahuan kimia dan praktik kimia secara aktual. Guru kimia dapat menghubungkan dan menginterpretasikan

6 konsep konsep, ide-ide kimia dan mengaplikasikannya di lapangan. Guru kimia harus dapat melakukan penyelidikan ilmiah. Parameter persiapan guru kimia yang memiliki standar isi, harus menunjukkan bahwa guru kimia harus: (a) Memahami dan berhasil menyampaikan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum kimia pada peserta didik serta membuat keterkaitan dalam aplikasi di lapangan, (b) Memahami dan berhasil menyampaikan kesatuan konsep kimia pada peserta didik, (c) Memahami dan berhasil menyampaikan aplikasi kimia dalam bidang teknologi dan kepentingan personal peserta didik, (d) Memahami masalah dan berhasil merancang, melaksanakan, membuat laporan serta mengevaluasi pelaksanaan praktikum kimia. Dari parameter di atas maka sangat penting kompetensi guru kimia dalam mengemas pembelajaran kimia dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, tidak hanya di lakukan di ruang kelas, tetapi pembelajaran akan lebih bermakna jika pembelajaran itu dilaksanakan di laboratorium. Sejalan dengan pendapat Burner (Priansa : 2014) bahwa mengajar hendaknya diarahkan pada menolong para peserta didik untuk memperoleh penghayatan struktur suatu bidang studi. Dengan struktur dimaksudkan konsep-konsep dasar dan prinsipprinsip bisa saling berhubungan. Metode mengajar hendaknya dapat mengarah pada masalah dan para peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan penyelidikan sendiri, menguji hipotesis yang mereka ajukan dan melakukan penemuan-penemuan (inquiry), dapat memecahkan masalah sendiri (problem Based Learning), dan dapat

7 menyelesaikan suatu project (project Based Learning ) sesuai dengan modelmodel pembelajaran yang dikembangkan dalam kurikulum 2013. Menurut Hamruni (2011: 3) secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inquiry dimulai dari: (1) Orientasi langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive, (2) merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki, (3) mengajukan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji, (4) mengumpulkan data aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan, (5) menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data, (6) membuat kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Kegiatan praktikum yang dilakukan di laboratorium merupakan metode yang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan peserta didik dalam belajar kimia, peserta didik dapat mempelajari kimia dengan mengamati secara langsung gejala-gejala ataupun proses proses kimia, dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah yang ada melalui metode ilmiah dan sebagainya keefektifan pemanfaatan laboratorium (Rahmiyati, 2008: 91). Pendidikan sebagai standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, dan

8 standar penilaian pendidikan. Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Kompetensi psikomotor menjadi penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran kimia di SMA. Karena pada kurikulum 2013 kompetensi psikomotor terdapat dalam kompetensi inti yang keempat. Selain itu Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian menyatakan bahwa pendidik menilai kompetensi psikomotor melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Dalam pembelajaran laboratorium guru harus dapat melakukan penilaian test praktikum. Dalam implementasi kurikulum 2013 sesuai permendikbud No. 81A tahun (2013), dengan menekankan pendekatan scientific, maka pengelolaan pembelajaran kimia berbasis laboratorium sangatlah penting dan mendesak untuk dilaksanakan oleh guru-guru pengampu mata pelajaran kimia di SMA. Pengelolaan pembelajaran kimia berbasis laboratorium meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan tenaga laboran serta solusinya. Pembelajaran kimia berbasis laboratorium sangat penting karena sesuai tuntutan kurikulum 2013 dengan pendekatan scientific dengan langkah-langkah pokok: (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan informasi, (4) mengasosiasi, dan (5) mengkomunikasikan.

9 B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada, Bagaimana pengelolaan pembelajaran kimia berbasis laboratorium?. Fokus tersebut dirinci menjadi 4 sub fokus. 1. Perencanaan pembelajaran kimia berbasis laboratorium 2. Strategi pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis laboratorium 3. Penilaian (assessment) pembelajaran kimia berbasis laboratoriuman 4. Kendala-kendala yang dihadapi guru dan tenaga laboran dalam pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis laboratorium beserta solusinya. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki 4 tujuan: 1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran kimia berbasis laboratorium di SMA Negeri 1 Mejayan 2. Mendeskripsikan strategi pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis laboratorium di SMA Negeri 1 Mejayan 3. Mendeskripsikan penilaian (assesment) pembelajaran kimia berbasis laboratorium di SMA Negeri 1 Mejayan. 4. Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi guru dan tenaga laboran dalam pembelajaran berbasis laboratorium beserta solusinya di SMA Negeri 1 Mejayan.

10 D. Manfaat Penelitian Sebagai studi ilmiah studi ini memberikan sumbangan konseptual utamanya untuk guru guru kimia dalam meningkatkan kompetensi profesional dalam pengelolaan pembelajaran kimia berbasis laboratorium. Pemanfaatan laboratorium kimia yang efektif akan dapat meningkatkan keberhasilan kegiatan pembelajaran kimia. Dalam memanfaatkan laboratorium melibatkan aspek-aspek kemampuan guru dalam menggunakan alat dan bahan, ketersediaan/kelengkapan sarana prasarana laboratorium dan teknis pengelolaan yang efektif. Pemanfaatan laboratorium juga akan berjalan baik jika didukung oleh sikap/penerimaan siswa yang baik terhadap pola pembelajaran kimia menggunakan laboratorium. Untuk peserta didik pembelajaran di laboratorium diharapkan dapat memberikan keterampilan dalam melakukan kerja laboratorium. Dengan kerja laboratorium peserta didik di latih agar disiplin, jujur, tanggung jawab, menjaga kebersihan, dapat bekerjasama. Diharapkan siswa terampil memasang alat, mengukur dengan teliti, cermat, berhati hati dalam bekerja, mampu mengatasi bahaya yang timbul dari paparan zat kimia berbahaya. Kegiatan praktikum yang dilakukan di laboratorium merupakan metode yang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar kimia, siswa dapat mempelajari kimia dengan mengamati secara langsung gejala-gejala ataupun proses proses kimia, dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah yang ada melalui metode ilmiah dan sebagainya.

11 a. Manfaat Teoretis. Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi profesional guru kimia dalam proses pembelajaran kimia di laboratorium. Di antaranya dapat meningkatkan kompetensi guru dalam membuat perencanaan pembelajaran kimia berbasis laboratorium, meningkatkan kompetensi guru dalam membuat strategi pelaksanaan pembelajaran kimia di laboratorium, meningkatkan kompetensi guru kimia dalam penyususnan instrument penilaian berbasis laboratorium kimia, dan meningkatkan kompetensi guru dan tenaga laboran dalam mengatasi kendala-kendala pembelajaran kimia di laboratorium. Bagi peneliti, dapat digunakan acuan untuk pengembangan penelitian pengelolaan pembelajaran kimia berbasis laboratorium lebih lanjut. b. Manfaat Praktis Pada tataran praktis, studi ini memberikan sumbangan kepada satuan pendidikan SMA Negeri 1 mejayan. 1. Khususnya bagi kepala sekolah, wakasek, guru dan tenaga laboran untuk dapat mendukung dan meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis laboratorium. 2. Diantaranya sebagai bahan evaluasi bagi kepala sekolah untukmeningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran kimia berbasis laboratorium. 3. Untuk memaksimalkan pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran kimia. 4. Sebagai masukan untuk kepala sekolah dalam pengelolaan laboratorium kimia, utamanya dalam mengatasi kendala-kendala dalam proses pembelajaran kimia.