Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL Oleh GWL-INA FORUM NASIONAL IV JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN Kupang, 6 September 2013
Apa itu GWL dan GWL-INA GWL adalah gay, waria dan lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki lainnya (lelaki biseksual) GWL-INA adalah jaringan gay, waria dan lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki lainnya di Indonesia GWL-INA merupakan sebuah jaringan organisasiorganisasi berbasis komunitas gay, waria dan LSL lain di 28 propinsi dengan 71 organisasi anggota Fokus saat ini, penguatan sistem komunitas agar dapat terlibat secara lebih bermakna dalam penanggulangan HIV
Anggota GWL-INA Keanggotaan GWL-INA 2013 30 25 24 26 20 21 16 15 14 10 7 10 9 7 5 5 1 2 0 SUMATRA - KALIMANTAN JAWA INDONESIA TIMUR TOTAL Org Gay Org Waria Org Gay & Waria
Fokus Isu Anggota Fokus Isu Anggota 4% 96% Isu HIV Isu SRHR
Perkembangan epidemi HIV: Prevalensi HIV (%) pada populasi kunci, 2007-2011 Populasi kunci 2007 2011 Arah perkembangan Penasun 52,4 42,4 Menurun 19,1% WPS Tak Lgs 4 3,1 Menurun 22,5% WPS Langsung 9,8 9,3 Menurun, sedikit 5,1% Waria 24,3 23,2 Menurun, sedikit 4,5% LSL 5,3 12,4 Meningkat, > 2x 134% Pria risti 0,1 0,7 Meningkat, 7x 600% Perubahan (%) Catatan: Angka 2007 dan 2011 dibandingkan dari kota yang sama Sumber: Laporan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2007 & 2011, Kemkes RI 5
IMS di Indonesia Prevalensi Sifilis pada Populasi Risti (STBP 2011) Prevalensi Sifilis pada Populasi Risti (STBP 2007 & 2011)
Grafik5: Prevalensi HIV Menurut Kelompok Responden Tahun 2007 dan 2011* * Data 2007 dan 2011 membandingkan pada lokasi yang sama
Persentase AIDS Menurut Faktor Risiko 1987 Maret 2013 0.2 2.7 2.4 16.4 18.0 Penasun Heteroseksual Biseksual 0.6 Homoseksual 59.8 Dari ibu ke anak Darah donor dan produk darah lainnya Tidak diketahui
Kondisi pada GWL Sulit memperkirakan besarnya populasi dan cenderung tidak diperhitungkan Stigma dan diskriminasi tinggi baik internal komunitas maupun eksternal (stakeholder dan masyarakat) Adanya kebijakan-kebijakan yang tidak kondusif (misal kriminalisasi kondom dan kriminalisasi homoseksual) Angka kasus STI tinggi Angka penularan HIV yang meningkat cepat Kasus pada kelompok muda (dibawah 24 tahun) terus meningkat
Kondisi pada GWL Penggunaan media berbasis tekhnologi mengurangi kesempatan untuk melakukan pertemuan (tatap muka) termasuk penjangkauan dengan masyarakat, perkembangan, pemberdayaan dan tindakan Perilaku dengan resiko tinggi yang berkelanjutan Kurangnya layanan IMS yang bersahabat dan komprehensif Ketersediaan kondom dan pelicin berbahan dasar air yang tidak konsisten Kurang pahamnya komunitas atas hak kesehatan seksual
Program IMS bagian 4 Pilar PMTS di Indonesia Perubahan Perilaku Berisiko Promosi dan Distribusi Kondom yang Berkesinambungan Lingkungan yang Kondusif Layanan IMS dan HIV AIDS yang Layak Intervensi Perubahan Perilaku Ketersediaan Kondom di Klinik IMS dan Outlet Kondom Kemitraan dan Keterlibatan Sektor Terkait Capacity building Populasi Risiko Tinggi Kemenkes dan KPA Kemenkes, KPA, PKBI, NU, LSM Klinik IMS di Kelompok Risiko Tinggi dan Non Risiko Tinggi
Seharusnya lebih dari itu Penanggulangan HIV bukan hanya dengan pendekatan penyakit Meningkatkan penerimaan diri dan menguatkan konsep diri justru akan membangun landasan yang kuat untuk mempertahankan hidup sehat Mendorong penerimaan masyarakat atas keberagaman seksual akan mengurangi stigma dan diskriminasi Menguatkan sistem komunitas dan pelibatan lebih bermakna terutama dari kelompok muda Penggunaan strategi komunikasi yang lebih baru dengan tidak melupakan strategi lama sesuai karakteristik
Strategi Peningkatan kapasitas komunitas agar lebih terlibat dalam pembuatan kebijakan Perlu adanya strategi yang tepat yang sesuai dengan karakteristik sub komunitas dan kondisi geografis Perlu adanya kebijakan-kebijakan yang kondusif dan tidak mengkriminalkan homoseksual Peningkatan kualitas layanan yang bersahabat dan satu atap Menjadikan komunitas sebagai solusi dan bukan sebagai masalah
Terima kasih