BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting bagi umat manusia. Pangan juga tak lepas dari kaitannya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

BAB I PENDAHULUAN. Gadjah Mada University Press, 2007), hlm Abdul Rohman dan Sumantri, Analisis Makanan, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

Assalamu alaikum Wr. Wb. BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP) Disusun oleh : Devi Diyas Sari ( )

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Gambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan Penemuan Formalin dalam Ikan yang beredar di Provinsi NTT. Nike Frans

ABSTRAK ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN FORMALIN PADA BEBERAPA BAHAN MAKANAN YANG BEREDAR DI PASAR RAYA PADANG DAN SEKITARNYA

PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIPERJUAL BELKAN DI PUSAT PASAR SAMBU MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan uji laboratorium yang dilakukan di Laboratorium

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia

ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO. Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1

Total. Warung/ Kios. Pedagang Kaki Lima

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein nabati dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola hidup sehat masyarakat sangat terdukung oleh adanya makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

PELATIHAN PEMBUATAN CHITOSAN DARI LIMBAH UDANG SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI UNTUK MEMPERLAMA DAYA SIMPAN PADA MAKANAN DI KELURAHAN PUCANGSAWIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

I. PENDAHULUAN. dan peningkatan rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia. Meningkatnya

I. Data Umum 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis kelamin : 4. Lama berjualan : 5. Tingkat pendidikan : a. SD b. SLTP c. SMA d.

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menjaga keseimbangan ekosistem perairan (Komarawidjaja, 2005).

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDA ACEH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

INTISARI ANALISA KUALITATIF FORMALIN PADA IKAN ASIN BAWAL DAN EBI DENGAN METODE ASAM KROMATOFAT DI PASAR INDRA SARI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel Uji Daya Hambat Infusa Rimpang Kunyit Terhadap E. coli dan Vibrio sp. Pada Ikan Kerapu Lumpur

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

BAB I PENDAHULUAN. Warna Makanan, peraturan tentang Penggunaan Pemanis Buatan. 2. memanfaatkan zat aditif sintesis yang dibuat dari zat-zat kimia.

I. PENDAHULUAN. Keamanan produk perikanan merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dalam

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB. Diasuh oleh para Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Apakah Pantangan Makanan Ibu Hamil?

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang penting dari ilmu sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung berhubungan dengan suplay makanan manusia. Hal ini disadari sejak awal sejarah kehidupan manusia dimana usaha pengawetan makanan telah dilakukan, seperti: penggaraman, pengawetan dengan penambahan gula, pengasapan dan sebagainya. (1) Menurut Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat menganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. (2) Di Indonesia, Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI No. 033 Tahun 2012 adalah asam borat atau boraks, asam salisilat, diethylpyrocarbonate,dulcin, potassium chlorate, cloramphenicol, minyak sayur terbrominasi, nitrofurazon, dan formaldehid. (3) Faktor utama penyebab penggunaan formalin pada makanan adalah tingkat pengetahuan konsumen yang rendah mengenai bahan pengawet, daya awet makanan yang dihasilkan lebih bagus, dan harga murah tanpa mengindahkan kualitas.sulitnya membedakan makanan biasa dengan makanan dengan penambahan formalin, juga menjadi salah satu pendorong perilaku konsumen tersebut. Deteksi formalin secara akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan bahan-bahan kimia, yaitu melalui uji formalin.berdasarkan pengawasan terhadap pangan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, makanan yang

menggunakan formalin sebagai bahan pengawet antara lain dijumpai pada produk ikan segar, ikan asin, mie basah, ayam potong dan tahu. (4) Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, di samping itu nilai biologisnya mencapai 90 persen, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna. Ikan merupakan komoditi ekspor yang mudah mengalami pembusukan dibandingkan produk daging, buah dan sayuran. Proses pengolahan ikan secara tradisional memegang peranan penting bagi di Indonesia khususnya bagi nelayan tradisional. Hampir 50 % hasil tangkapan ikan diolah secara tradisional dan ikan asin merupakan salah satu produk olahan ikan secara tradisional yang banyak dikonsumsi masyarakat. Pengasinan ikan adalah salah satu cara pengawetan ikan agar tidak mengalami kebusukan oleh bakteri pembusuk dengan menambahkan garam 15-20 % pada ikan segar atau ikan setengah basah. (5) Keberadaaan makanan yang tidak sehat meresahkan masyarakat. Makanan yang dicurigai menggunakan bahan berbahaya dari tahun 2013 ke 2014 mengalami peningkatan sebanyak 7,86% menjadi 15,06%. Bahaya dari konsumsi ikan asin saat ini adalah digunakannya senyawa kimia formalin dalam proses pengawetan ikan segar. (6) Penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia, penggunaan formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas. Yakni, 66% dari total 786 sampel. Sementara mie basah menempati posisi kedua dengan 57%. Tahu dan bakso berada diurutan berikutnya yaitu 16% dan 15%. (4) Sumatera Barat merupakan daerah dengan wilayah garis pantai yang cukup panjang serta berbatasan langsung dengan samudera hinida, hal ini pun mendukung tingginya potensi hasil kekayaan laut, khususnya berupa ikan. Berdasarkan data yang diperoleh oleh Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, Ikan merupakan penyumbang

sumber protein nomor 2 setelah padi-padian di wilayah Sumatera Barat. (7) Kota Padang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat, terletak di pesisir pantai bagian Barat dengan luas keseluruhan Kota Padang adalah 694,96Km 2. Kota padang mempunyai garis pantai sepanjang ±84 Km dan luas kewenangan pengelolaan perairan ±72.000 Ha dan 19 Pulau-pulau kecil. Secara fisik administratif ada 6 kecamatan yang bersentuhan lansung dengan pantai yaitu : Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Wilayah pesisir, laut dan Pulau-pulau kecil ini mempunyai potensi sumber daya alam antara lain perikanan, hutan bakau, dan terumbu karang. Kota padang memiliki 14 pasar dengan jumlah penjual ikan asinnya terdiri dari 103 pedagang. (8) Penelitian terkait bahan pengawet yang dilarang inisudah dilakukan dibeberapa universitas, sebagai contoh yang dilakukan di Universitas Negeri Semarang. Adapun hasil yang diperoleh cukup mengejutkan, penelitian yang dilakukan di Universitas Negeri Semarang ditemukan 9 dari 41 sampel ikan asin yang terdapat di pasar tradisional kota semarang positif mengandung formalin. Di Universitas andalas pun dulunya sudah pernah dilakukan penelitian terkait hal serupa, namun sudah cukup lama yaitu pada tahun 2007 sehingga butuh adanya pembaharuan informasi terkait penelitian tentang penggunaan formalin pada ikan asin ini. Penelitian ini pun dilakukan terhadap beberapa jenis sampel yaitu tahu, bakso, mie basah, kerupuk, ikan kering (ikan asin), dan ikan tuna yang masingmasing diambil 3 sampel untuk diuji. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan dari 18 sampel yang diteliti ditemukan satu sampel dengan hasil positif yaitu pada ikan tuna dan sisanya bebas formalin.selain itu, ada beberapa penelitian terbaru yang dilakukan oleh mahasiswa FK Unand berkaitan hal diatas, yakni terkait

penggunaan formalin pada tahu. Dari 18 sampel yang diteliti ditemukan 17 sampel dengan hasil positif. (8) Berdasarkan kejadian diatas maka terdapat kemungkinan bahwa formalin digunakan sebagai bahan pengawet ikan asin yang dijual di Kota Padang, menimbang pada penelitian sebelumnya tidak ditemukan adanya formalin pada tahun lalu pada penelitian ini sudah ditemukan.hal ini menunjukkan adanya kemungkinan serupa yang dapat terjadi pada ikan asin. Selain itu, pada survey yang dilakukan peneliti ke lapangan terlihat beberapa ikan asin yang dijual di Pasar Raya memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan ciri-ciri ikan asin yang menggunakan formalin, diantaranya tidak rusak sampai lebih dari satu bulan pada suhu kamar (25 0 C), bersih cerah, tidak berbau khas ikan asin dan tidak dihinggapi lalat. (8) Ikan sangat dihargai baik dalam bentuk segar dan kering. Ikan merupakan sumber protein hewani yang tinggi. Ikan terdiri dari ikan air tawar dan ikan laut. Ikan mengandung 18% protein terdiri dari asam-asam amino esensial yang tidak rusak pada waktu pemasakan. Harganya pun relatif murah dibandingkan dengan daging. (6) Meskipun ikan asin sangat memasyarakat, ternyata pengetahuan masyarakat mengenai ikan asin yang aman dan baik untuk dikonsumsi masih kurang. Yang paling ramai dibicarakan di media massa akhir-akhir ini adalah keracunan makanan karena penggunaan zat kimia berbahaya, seperti formalin dan boraks dalam makanan. Formalin yang dicampurkan pada makanan dapat menjadi racun bagi tubuh karena sebenarnya bukan merupakan bahan tambahan makanan. (9) Kondisi keamanan pangan yang baik akan menghasilkan manusia yang lebih sehat, lebih produktif, menurunkan kasus-kasus penyakit asal pangan (foodborne disease) dan menurunkan beban biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk kasus atau wabah penyakit asal pangan. (10)

Dalam penjualan ikan asin yang diduga mengandung formalin terdapat faktor perilaku penjual ikan asin yang dapat mempengaruhi masih adanya ikan asin yang dicurigai mengandung formalin di pasaran.faktor perilaku tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yakni faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat.faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor predisposisi antara lain pengetahuan dan sikap. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. Sedangkan sikap merupakan kompenen yang penting dalam melakukan tindakan. (11) Berdasarkan penelitian yang dilakukan Habsah, faktor yang terkait penjualan makanan berformalin pada makanan adalah pengetahuan dari pedagang yang menjual makanan tersebut. Kurangnya pengetahuan terkait bahan tambahan pangan (BTP) akan cenderung membuat kebiasaan manjual makanan yang mengandung BTP yang tidak baik. Faktor yang sama juga diteliti oleh Permanasari, didapatkan hasil 56,67% pengetahuan pedagang kurang, 53,3% memiliki sikap negatif, dan 50% terbukti melakukan praktik perdagangan makanan berformalin. (11) Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku penjual ikan asin terhadap food safety di Kota Padang. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan komitmen pemerintah pada penjual ikan asin terhadap food safety di Kota Padang?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan, sikap, dan komitmen pemerintah pada penjual ikan asin tentang ikan asin dan keberadaan formalin dalam ikan asin di kota padang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi food safety pada penjual ikan asin di Pasar Kota padang 2. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan penjual ikan asin yang ada di pasar Kota Padang tentang ciri ikan asin berformalin dan dampak formalin yang ada di ikan asin bagi kesehatan. 3. Mengetahui distribusi frekuensi sikap penjual ikan asin terhadap informasi bahaya formalin dipasar kota padang. 4. Mengetahui distribusi frekuensi komitmen pemerintah pada penjual ikan asin mengenai ikan asin berformalin di pasar Kota Padang. 5. Mengetahui hubungan pengetahuan penjual ikan asin dengan dengan food safety di pasar Kota Padang. 6. Mengetahui hubungan sikap penjual ikan asin dengan dengan food safety di pasar Kota Padang. 7. Mengetahui sikap komitmen pemerintah pada penjual ikan asin dengan dengan food safety di pasar Kota Padang.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan mengenai bahaya formalin sebagai bahan tambahan pangan. 2. Sebagai masukan bagi BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), Dinas Kesehatan Kota Padang dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam hal petahumbinaan dan pengawasan penggunaan bahan tambahan pangan pada makanan. 3. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah Kota Padang tentang keamanan pangan di daerah tersebut 4. Sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di seluruh pasar yang berada di Kota Padang. Subjek penelitian ini adalah pedagang/penjual ikan asin tersebar di 14 pasar Kota Padang.Penelitian ini untuk mengidentifikasi keberadaan formalin pada ikan asin dan melihat distribusi frekuensi pengetahuan, sikap, dan komitmen pemerintah pada penjual ikan asin terhadap food safety di Kota Padang.Food safety yang diteliti adalah ikan asin yang mengandung formalin.