BAB II LANDASAN TEORI. kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri. Self - esteem juga dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terhadap dirinya, maka individu dikatakan memiliki self esteem yang rendah (Deaux,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI DAN GAMBARAN DIRI PADA REMAJA PUTRI BERTATO DI SAMARINDA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usia tahun. Dewasa awal ditandai oleh adanya eksperimen dan eksplorasi.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

Self-Esteem (Harga Diri)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB II. Tinjauan Pustaka

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

48 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik seseorang memang dianggap sebagai suatu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

BAB II LANDASAN TEORI. Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki segala keunikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi seorang entertainer, misalnya menjadi seorang bintang film

BAB I PENDAHULUAN. yang kritis karena terjadi peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, yang

Hubungan antara Kepuasan Citra Tubuh dengan Harga Diri pada Laki-Laki yang Melakukan Fitness

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Reliabilitas alat ukur kuesioner self esteem adalah 0,714 artinya reliabilitas tinggi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi

KEBUTUHAN HARGA DIRI DAN KONSEP DIRI NIKEN ANDALASARI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 Universitas Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri

BODY IMAGE MAHASISWA YANG MENGGUNAKAN TATO. Oleh Irianita Jati Winayu. Dibimbing oleh: Sumi Lestari, S.Psi., M.Si Yoyon Supriyono, S.Psi., M.

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

Hubungan Aantara Self-esteem dengan Body Image pada Remaja Awal yang Mengalami Obesitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

JURNAL HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN RASA TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 2 KERTOSONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

ABSTRAK. = -1,66. karena t dari hasil perhitungan (-7,405)< dari t tabel (-1,66) menunjukkan bahwa H 1

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

Hubungan antara Kematangan Emosi dan Happiness pada Remaja Wanita yang Menikah Muda

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh, bagi sebagian orang, menjadi media yang tepat untuk berekspresi dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi,yang menuju dewasa. Selain mejunjukan adanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

A. Latar Belakang Masalah

27 Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI REMAJA YANG MENGIKUTI SEKOLAH MODELLING

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

KATA PENGANTAR..iii. DAFTAR ISI vii. DAFTAR TABEL DAN BAGAN...xii. DAFTAR LAMPIRAN xiii Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self Esteem. Self esteem merupakan cara bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap diri. Evaluasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan sosial ini berpangkal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada penelitian

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Self Esteem (Harga Diri) 2.1.1. Definisi Self Esteem Self - esteem adalah penilaian atau perasaan seseorang mengenai diri sendiri, tolak ukur harga diri kita sebagai manusia, berdasarkan pada kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri. Self - esteem juga dapat dideskripsikan sebagai penghormatan terhadap diri sendiri yang berdasarkan pada keyakinan mengenai apa dan siapa kita sebenarnya (Minchinton, 1993). Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman,self - esteem merupakan suatu penilaian atau evaluasi secara positif atau negatif terhadap dirinya. Jika individu menilai secara positif terhadap dirinya, maka individu dikatakan memiliki self - esteem yang tinggi. Sebaliknya, individu yang menilai secara negatif terhadap dirinya, maka individu dikatakan memiliki self esteem yang rendah(deaux, Dane, & Wrightsman, 1992). Papalia pun menyatakan hal tersebut yaitu apabila individu menerima diri apa adanya maka self - esteem yang dimiliki akan tinggi, sedangkan individu yang menunjukan penghargaan yang buruk terhadap dirinya sehingga tidak mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan akan memiliki self - esteem yang rendah(papalia,1995). Menurut Baron, Byrne, Branscombe, self - esteem menunjukan keseluruhan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, baik postif maupun negatif. Dan Menurut Gecas berasumsi bahwa self - esteem secara keseluruhan menunjuk pada evaluasi diri yang positif (Rosenberg, et al 2003). 6

Self - esteem merupakan hasil penilaian yang dilakukannya dan perlakuan orang lain terhadap dirinya dan menunjukan sejauh mana individu memiliki rasa percaya diri serta mampu berhasil dan berguna (Gufron dalam Khalid, 2011). Self - esteem adalah suatu konsep penting dan populer, baik dalam ilmu sosial maupun kehidupan sehari-hari. Branden menjelaskan bahwa tanpa dibekali self - esteem yang sehat, individu akan mengalami kesulitan untuk mengatasi tantangan hidup maupun untuk merasakan berbagai kebahagiaan dalam hidupnya (Branden dalam Khalid, 2011). Branden juga mengatakan bahwa self - esteem mengandung nilai keberlangsungan hidup (Survival Value) yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Hal ini memungkinkan self - esteem mampu memberikan sumbangan bermakna bagi proses kehidupan individu selanjutnya, maupun bagi perkembangan pribadi yang normal dan sehat (Branden dalam Khalid, 2011). 2.1.2 Aspek-Aspek Self Esteem Menurut RosenbergSelf esteem memiliki dua aspek, yaitu penerimaan diri dan penghormatan diri (Rosenberg,2003). Kedua aspek tersebut memiliki 5 dimensi yaitu dimensi akademik, sosial, emosional, keluarga, dan fisik. Dimensi akademik mengacu pada persepsi individu terhadap kualitas pendidikan individu, dimensi sosial mengacu pada persepsi individu terhadap hubungan sosial individu, dimensi emosional merupakan keterlibatan individu terhadap emosi individu, dimensi keluarga mengacu pada keterlibatan individu dalam partisipasi dan integrasi di dalam keluarga, dan dimensi fisik yang mengacu pada persepsi 7

individu terhadap kondisi fisik individu (Rosenberg dalam Rahmania & Yuniar, 2012). 2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self - Esteem 1. Faktor Jenis Kelamin Menurut Ancook, dkk bahwa wanita selalu merasa harga dirinya lebih rendah dari pada pria seperti perasaan kurang mampu, atau merasa harus dilindungi. Pendapat tersebut sama dengan penelitian dari Coopersmith (1967) yang membuktikan bahwa harga diri wanita lebih rendah dari pada harga diri pria (Coopersmith dalam Khalid, 2011). 2. Intelegensi Individu dengan harga diri tinggi akan mencapai prestasi akademik yang tinggi dari pada individu dengan harga diri rendah. Selanjutnya dikatakan dengan harga diri tinggi memiliki skor intelegensi yang lebih baik, taraf aspirasi lebih baik, dan selalu berusaha keras (Coopersmith dalam Khalid, 2011). 3. Kondisi Fisik Coopersmith menemukan adanya hubungan yang konsisten antara daya tarik fisik dan tinggi badan dengan harga diri. Individu dengan kondisi fisik yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang menarik (Coopersmith, 1967). 4. Lingkungan Keluarga Coopersmithberpendapat bahwa perilaku adil, pemberian kesempatan untuk aktif, dan mendidik yang demokratis akan membuat anak mendapat 8

harga diri yang tinggi (Coopersmith, 1967). Berkenaan dengan hal tersebut. Savarysependapat bahwa keluarga berperan dalam menentukan perkembangan harga diri anak. Orang tua yang sering memberikan hukuman dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa tidak berharga (Savary, 1994). 5. Lingkungan Sosial Menurut Coopersmith ada beberapa ubahan dalam harga diri yang dapat dijelaskan melalui konsep-konsep kesuksesan, nilai, aspirasi, dan mekanisme pertahanan diri. Kesuksesan tersebut dapat timbul melalui pengalaman dalam lingkungan, kesuksesan dalam bidang tertentu, kompetisi, dan nilai kebaikan (Coopersmith, 1967). 2.2. Body Image 2.2.1. Definisi Body Image Citra atau image sebagai gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk. Tubuh adalah keseluruhan jasad manusia yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut (Kamus Bahasa Indonesia dalam Chairiah 2012). Body image adalah penilaian seseorang tentang ukuran tubuh, penampilan, dan fungsi setiap bagian tubuhnya (Kozier, 2004). Duffy dan Atwater menyatakan bahwa body image adalah mental image mengenai tubuh seseorang, bagaimana perasaan seseorang tentang tubuhnya, bagaimana kepuasaan dan ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya (Duffy dan Atwater, 2005). Marina juga menyatakan bahwa seseorang yang memiliki body image yang positif adalah orang yang penilaian diri (self worth) dan kepercayaan dirinya (self esteem) baik (Marina, 1997). Dengan memiliki body image yang positif 9

itu, seseorang akan memiliki kepuasan citra tubuh (body image satisfaction) yang tinggi. Body image satisfaction adalah derajat kepuasan individu terhadap karakteristik bagian-bagian tubuh maupun tubuh secara keseluruhan (Mintz &Betz dalam Marina, 1997). Orang yang memiliki body image positif akan cenderung merasa puas terhadap kondisi tubuhnya, memiliki harga diri yang tinggi, penerimaan jati diri yang tinggi, rasa percaya diri dan kepeduliannya terhadap kondisi badan dan kesehatannya sendiri, serta adanya kepercayaan diri ketika menjalin hubungan dengan orang lain. sedangkan orang yang memiliki body image yang negatif akan cenderung merasa tidak puas atau malu terhadap kondisi tubuhnya sehingga tidak jarang menimbulkan depresi, memiliki harga diri yang rendah atau bahkan merasa dirinya tidak berharga (Guslingga, 2006). Body image merupakan bagian dari konsep diri. Merupakan hal pokok dalam konsep diri. Body image harus realitis karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya. Konsep diri positif menunjukkan harapan diri orang tersebut untuk sukses dalam hidup termasuk penerimaan dari aspek negatif dari diri sendiri sebagai bagian diri seseorang. Orang tersebut menghadapi hidup secara terbuka dan realistis (Stuart & Sundeen dalam Chairiah, 2012). 2.2.2. Komponen Body Image Cash (2002) menegaskan ada 6 komponen Body image, yaitu : 10

1. Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai penampilan fisiknya secara keseluruhan. 2. Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai ukuran dan bentuk tubuhnya. 3. Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai berat badannya. 4. Perasaan mengenai menarik atau tidak menariknya fisik seseorang. 5. Perasaan saat ini tentang seseorang terlihat relatif bagaimana seseorang biasanya merasa. 6. Evaluasi dari satu penampilan relatif rata-rata orang terlihat. 2.2.3. Faktor yang mempengaruhi Body Image, antara lain: 1. Jenis Kelamin Cash menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor yang paling penting dalam citra tubuh seseorang (Cash, 2001). 2. Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal adalah seseorang cenderung membandingkan dirinuya dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk bagaimana perasaannya terhadap penampilan fisik. Hal ini yang sering membuat seseorang cemas terhadap dirinya (Rosen dalam Cash & Pruzinky, 2002).. Rosen dan koleganya menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya(rosen dalam Cash & Pruzinky, 2002). 11

2.3. Tato 2.3.1. Definisi Tato Tato yang merupakan suatu produkdari kegiatan menggambar pada kulit tubuhdengan menggunakan alat sejenis jarum ataubenda dipertajam yang terbuat dari flora(olong dalam Agustin, 2008).Pada awalnya tato dianggap sebagaimomok atau sesuatu yang tabu tapi sekarangsudah dimiliki oleh banyak orang Tidakhanya dimiliki oleh orang dewasa, remajapun sekarang sudah banyak memiliki tato(olong dalam Agustin, 2008). 2.3.2. Motivasi Mentato Diri Menurut Olong terdapatberbagai macam faktor yang memotivasiseseorang untuk mentato tubuhnya yangsemakin marak dalam masyarakat, yaitu: 1. Tato sebagai alat untuk mencerminkan kebebasan. Dengan adanya tato, modifikasi tubuhmerupakan suatu bentuk penegasankebebasan menentukan diri sebagai individu yang merdeka terhadapberbagai aturan dan kontrol. 2. Tato merupakan ajang ekspresi kaum muda. Tato mengandung pemaknaan ekspresidiri yang dilakukan secara sengaja dansadar. 3. Tato dimiliki seseorang karena untuk mengikuti sang idola. Karena tergila-gila dan mengidolakansosok San Cai (kekasihnya Tao MingShe dalam sinetron Meteor Garden),banyak remaja putri yamg memutuskanuntuk mentato tubuhnya. 12

4. Tato bukan merupakan tindakan penyiksaan diri. Dengan ditemukannya peralatan canggih untuk mentato diri dapatmeminimalkan rasa sakit ketika tatosedang diukir sehingga munculpandangan bahwa tato bukanmerupakan tindakan penyiksaan diri. 5. Adanya teknik penghilangan tato. Karakter permanen tato kini telah dapatdiatasi dengan teknik penghilangan, danatau karakter permanen tato dapatdigantikan dengan tato temporer. 2.4 Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain: Hasil penelitian Firda Narotahma Sahri (2016) yang berjudul hubungan antara body image dengan self esteem pada wanita dewasa awal pengguna skincare, Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya suatu hubungan antara body image dengan self esteem yaitu dengan hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,234 dengan p value = 0,008 < 0,01 yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara body image dengan self esteem pada wanita dewasa awal pengguna skincare.hasil penelitian Galuh Henggaryadi, M. Fakhrurrozi, M.Psi, (2008), yang berjudul the relationship between body image and self-esteem in adolescent men taking exercise. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya suatu hubungan antara body image dengan self esteem yaitu berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson, diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,481 dengan signifikansi 0,00 (p<0,01). Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara body image dengan harga diri pada remaja pria yang mengikuti latihan finess/kebugaran. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi ada hubungan antara body image dengan harga diri adalah diterima.hasil penelitian Victoria Nurvita & Muryantinah Mulyo 13

Handayani (2015), yang berjudul hubungan aantara self-esteemdengan body imagepada remaja awal yang mengalami obesitas.hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya suatu hubungan antara body image dengan self esteem yaitu dengan hasil analisis data menunjukkan taraf siginifikansi sebesar 0,00 yang berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara variabel self-esteem dan variabel body image. Besar koefisien korelasi antar dua variabel adalah 0,855 yang menunjukkan hubunganpositif antar dua variabel.hasil penelitian Dahlia Nur Permata Sari (2012), yang berjudul hubungan antara body image dan self esteem pada dewasa awal tuna daksa. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya suatu hubungan antara body image dengan self esteem yaitu berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui terdapat hubungan antara body image dan self esteem dengan nilai r 0.400 dan signifikansi 0.014 (p<0.05), yang menunjukan bahwa hipotesis diterima, yang artinya terdapat hubungan yang positif antara body image dan self esteem pada dewasa awal tuna daksa. Semakin positif body image yang dimiliki dewasa awal tuna daksa maka akan semakin tinggi pula self esteem yang dimiliki, begitu juga sebaliknya, semakin negatif body image yang dimiliki dewasa awal tuna daksa maka akan semakin rendah pula self esteem yang dimiliki. Dan hasil penelitian Venny Margaret Karim (2011), yang berjudul hubungan antara body image dan self esteem pada remaja perempuan yang mengikuti aktivitas aerobik di pusat kebugaran "x" di kota bandung. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya suatu hubungan antara body image dengan self esteem. Berdasarkan hasil pengolahan statistik melalui uji korelasi Rank Spearman diperoleh hasil adanya hubungan antara body image dan self esteem (rs = 0,461) pada remaja perempuan yang mengikuti aktivitas aerobik di pusat kebugaran X di kota Bandung. 14

Berdasarkan dari pembahasan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan para peneliti sebelumnya dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara body image dan self esteem karena keadaan fisik memunculkan belief system utama bagi responden dalam menilai dirinya sehingga self esteem dapat dijelaskan oleh body image. Dan hal ini juga dapat diartikan bahwa semakin tinggi self-esteem, maka body image yang dimiliki semakin positif pula. 2.3 Kerangka Pemikiran Tubuh adalah bagian utama dalam penampilan fisik setiap manusia dan merupakan cermin diri dari semua manusia yang mendambakan penampilan fisik yang menarik. Dalam kehidupan sosial, bentuk tubuh menjadi representasi diri yang pertama dan paling mudah terlihat. Hal ini menyebabkan orang kemudian menjadi terdorong untuk memiliki tubuh yang ideal (Breakey, 1997). Memiliki bentuk fisik yang baik akan menimbulkan kepuasan dalam diri terhadap tubuhnya. Semakin positif body image yang dimiliki maka akan semakin tinggi pula self esteem yang dimiliki, begitu juga sebaliknya, semakin negatif body image yang dimiliki maka akan semakin rendah pula self esteem yang dimiliki (Sari, 2012). Maka kerangka berfikkir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 15

Body Image(Cash, 2001) Self Esteem (Rosenberg, 1965) Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai penampilan fisiknya secara keseluruhan. Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai ukuran dan bentuk tubuhnya. Kepuasan dan ketidakpuasan seseorang mengenai berat badanya. Perasaan mengenai menarik atau tidak menariknya fisik seseorang. Perasaan saat ini tentang seseorang terlihat relatif bagaimana seseorang biasanya merasa, dan penerimaan diri dan penghormatan diri Evaluasi dari satu penampilan relatif bagaimana rata-rata orang terlihat. 2.5 Hipotesis 16

H 0 ; ρ = Tidak terdapat hubungan antara body image dengan self esteem pada pengguna tato di studio tato Jakarta. Ha ; ρ 0 : Terdapat hubungan antara body image dengan self esteem pada pengguna tato di studio tato Jakarta. 17