Cetakan pertama, mei Diterbitkan melalui:

dokumen-dokumen yang mirip
Ayu Prameswary. Jazz. Hujan. Pierre. fortherosebooks

IQBAL AR. Nyanyian. Sebuah Kumpulan Puisi. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com NYANYIAN. Oleh: IQBAL AR. Copyright 2018 by IQBAL AR

Budi Mulyanto. Hati Bicara

Musim Semi Merah. Dyaz Afryanto

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Yang Mencinta dalam Diam

DIAN TRIA YUNITA TULISAN HATI. Penerbit Nulisbuku

bab 2 satuan pengukuran waktu tema makanan dan kesehatan

RINDU. Puguh Prasetyo ~ 1

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

131313GAGAK. Oleh: Zahratul Wahdati. Aku ingin mengirim burung gagak ke rumahmu, Nek.

Kumpulan Prosa Vyna,

ANTOLOGI. Kopi Tubruk

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

1. Aku Ingin ke Bandung

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

CINTA SEMU (PUTIH ABU-ABU)

Kumpulan Cerpen proyek menulis. Kasih tak sampai. Buku 6

Penantian Terakhir. Susi Retno Juwita. Penerbit Nulisbuku.com

Puguh Dwiputro. kumpulan puisi & rangkaian kata Ganjilku Tergenapi. Penerbit Media Gressika Publishing

Belasan kota kudatangi untuk menjadi tempat pelarianku. Kuharap di sana bisa kutemukan kedamaian atau cinta yang lain selainmu.

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

Sepotong Matahari dan Awan untuk Ibu* :ibuku

Hanya Lima. Penulis: Boy Candra, Dkk Copyright 2012 by Boy Candra. Desain Sampul: (Nuzula Fildzah) Editor: (Nuzula Fildzah)

Ruang Rinduku. Part 1: 1

pelajaran 9 energi tahukah kamu apa itu energi 119

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

MUARA HATI. Sedikit rasa curiga yang sempat terlihat dari matanya, kini hilang tak bersisa. Terlebih saat

Alifia atau Alisa (2)

Kumpulan Cerita Pendek. Sebening Hati Dewi. Syifa Enwa, Aisyah Lsety, Sunu RH, dkk

hmm. Kakak adalah anak laki-laki satu-satunya. Sementara saya adalah anak perempuan satu-satunya. Kami hanya dua bersaudara tapi tidak satu pun kedama

Penerbit Lintang Fajar

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

Kodokhitamputih Dkk. #Cintaitu. Penerbit Kodok Hitam Putih. Nulisbuku.com. Bekerjasama dengan

Ini tepat tengah malam, Tepat saat aku merasa sendiri, Hanya aku dan hening, Tenggelam bersama aksara-aksara yang kutulisakan,

CATATAN KECIL MASA SEKOLAH. dan cerita-cerita lainnya

NADIA AKU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Dar Almady. Almady s List: Puisi Senandung Jangkrik. Bagian 2

Getar Rasa... Ada getar rasa yang hadir entah datang dari mana

Kaki Langit. Bulan dan Matahari

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

SAAT TERJADI KONFLIK

AMINAH. udah hampir setengah jam Aminah mengurung

Terkadang ia adalah aku. Terkadang juga kamu. Ya, kamu, Jend!

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

UJIAN TENGAH SEMESTER PERANCANGAN FILM KARTUN

HARDI ALUNAZA SD. Toga Wisuda Untuk Ibu. (Kumpulan Cerpen)

TEGAR PURNAMA SELURUHMU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

AKU AKAN MATI HARI INI

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

Ariesty Kartika. Kerangka Jiwa

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Bergman Siahaan. Lamunan Sang Rakyat. Kumpulan Cerpen. Penerbit Saturana

semoga hujan turun tepat waktu

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari

Tiga Judul Tentang Langit. Tentang Awan. Linda Astri D. W.

Bagian: 1 Merindu Rindu

LINTASAN. Ridwanderful. Lemonnizerpress. Karena hidup bagaikan sebuah lintasan cerita, memilih satu jalan untuk dilalui..

[ Indonesia Indonesian

Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira

Someone! Susi Retno Juwita. Penerbit Nulisbuku.com

Kisah Tentangmu. Sebuah kumpulan kisah-kisah tentangmu.. Zhie & Dilla

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

Anam Rufisa. Catatan Anak Kelinci. Penerbit. Ana Monica Rufisa

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu

TERPERANGKAP. merakitkata.blogspot.com

SELEMBAR SURAT CINTA UNTUK ZAHRA. Malam yang Indah * * *

Kamu adalah alasan untuk setiap waktu yang berputar dari tempat ini.

Chip L. Tari, Nukhbah Shalihah, Alda Ningrum dkk. Stories Of CHANGE. Penerbit Gia Book Community

KAU YANG HIDUP DALAM KATA-KATA

Berlari. Nurlaeli Umar

PATI AGNI Antologi Kematian

Yarica Eryana. Destiny. Penerbit HKS

Kisah Tanpa Cerita. Yura K. Shaira. novel. Penerbit PT Elex Media Komputindo

Seseorang yang sedang di landa kebingungan itu mendadak tak dapat lagi mengungkapkan kata dalam hati ketika menyadari betapa ia sedang merasakan

Mulai Halaman 20. Oleh: Azizah Nur Fitriana dan Jaenal Jalalludin

Suzy melangkahkan kaki memasuki lift gedung tempatnya bekerja. Beberapa orang wanita yang tidak ia kenal akrab mengikutinya dari belakang.

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

MENGGENGGAM ASA NURANI Sebuah Novel. Kurnia Amirullah

Suatu hari, saat liburan semester pertama mereka pergi ke sebuah pantai. Disana mereka menghabiskan waktu hanya bertiga saja. ``Aku mau menuliskan

Di Pantai Pasir Putih

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

Larantuka. Mungkin sekembalinya pagi Kita akan bertemu pada tepian lautmu

Tak Ada Malaikat di Jakarta

cinta seringkali lebih mudah didefinisi dengan air mata... Aku Bukan Pergi, Tapi Menjelma Jadi Rindu dan Berkelana di Hatimu.

PROLOG. Terbangun di tempat yang aku tidak mengenalnya bukanlah impianku.

Untuk Speakers, Okky Avianty, Januari-02. dan keponakan paling kepo sedunia. -Deniz Rausan Fikri.

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

41 A. Menyampaikan Pesan Pendek

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

Sang Pangeran. Kinanti 1

Transkripsi:

MENUNGGU #1 Oleh: NBC Padang Copyright 2012 by NBC Padang Penerbit NulisBuku www.nulisbuku.com Desain Sampul: @dsuperboy Editor : @Zafride Ilustrator : @dsuperboy Cetakan pertama, mei 2012 Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com

Pengantar Akhirnya setelah sekian lama menunggu, dan menunggu projek pertama @NBCPadang kelar juga. Asik Terima kasih Allah swt, NulisBuku.com, buat pendiri NBCPadang, buat abang editor @zafride, Pengurus dan buat anak-anak NBCPadang yang selalu semangat dalam menyelesaikan proses pembuatan buku menunggu #1 ini. semoga nanti akan lahir lagi karya-karya terbaiknya. Dan yang paling penting, buat Kontributor projek menunggu ini. tanpa kalian mungkin buku ini tak aka n ada. Tetap semangat dalam menulis. Dan akhirnya, Terimalah persembahan #1 kamii @NBCPadang. Buku : menunggu #1. Karena banyaknya tulisan yang masuk, untuk buku menuggu di buat dalam 2 edisi, jadi sabar ya buat yang belum masuk buku #1. Tunggu di buku : menunggu #2 Salam hangat 2 @NBCPadang

Daftar Isi Menunggu #1 1. 12 -Rahmi Septiari 2. Aku Ingin Seperti Kupu-Kupu - @chie_mochie 3. Aku Menunggumu, Itu Bukan Kata Peterpan @Liikaa_sp 4. Aku Tetap Menunggu - @harovansi 5. Arti Menunggu - Dyah Ayu Nurinda Shabrina 6. Berakhir Indah - @GanzHW 7. Buat Arum - @Nurshanadi 8. Bukan Akhir Penantian Tiwi - @elsamarthen 9. Buku Bekas - Farisa Novia 10. Dari Balik Jendela - @kakaakin 11. Delayed On The Flight - @theosaeri 12. Dermaga Sepi - Fanny YS-fannyniez 13. Di Terminal Purabaya - Tomy M Saragih 14. Di Titik Nol Mimpi - @ila_rizky 15. Fase - @sintiaastarina 16. Gerimis, Luka Di Ujung September - Fanny YS-fannyniez 17. Gw Sayang Ama Loe -Irvani utami-irvani28 3

4 18. Haruskah Aku Menunggu - @cacachochooll 19. HEY! - @winnyluf 20. Ijinkan Aku Menunggu - @charleenaline 21. Jiwa Yang Kosong - @adit_ceren 22. Kamu... - @dsuperboy 23. Kapal Kertas - @penuliscemen 24. Karena Satu Hal - @rulachubby 25. Kau Dan Segelas Susu Kebekuanmu - @damaulli

12 Rahmi Septiari sudahkah pukul dua belas malam? yang tidur akan dibangunkan maka laki-laki bergalembong hitam, matanya dingin melihat jauh ke batas langit. dan suaranya pun berkuai*) Untuk pertama kali kudengar suaranya. Dengan jubah hitam dan kemenyan, ia lengkingkan suaranya, menyampaikan larik-larik itu. Larik-larik pada bait yang panjang. Sepanjang tatapanku padanya. Magis menurut mereka. Tapi romantis menurutku. Entah romantis dari sisi mananya, namun bagiku terasa indah. Aneh memang aku ini. Setelah mendengarnya, tiba-tiba aku ingin berbaju dan bergincu merah. Lalu berdiri di jendela, menunggu seseorang menjemputku. Dan aku sangat ingin dialah seseorang itu. Dia, yang membacakan puisi itu. Aku tak begitu memahami makna larik-larik yang dia bacakan. Dan aku lebih tak mengerti lagi dengan judulnya. Tapi yang kutangkap larik-larik itu seperti mantra. Ya, sebuah mantra. Aku juga tak tahu, mengapa tiba-tiba aku begitu ingin dia mengambil hatiku. Mungkinkah mantra-mantra itu telah sampai 5

pada yang ia tuju? Atau aku sendiri lah meminta mantra itu? *** Selamat pagi, sebatang rokok dan secangkir kopi**) Begitulah pesan yang kuterima setiap pagi setelah hari itu. Hari, setelah kau membacakan puisi itu. Sebaris kalimat yang indah, dan lagi-lagi romantis, menurutku. Meskipun aku tak merokok dan hanya sesekali minum kopi, namun pesan singkat itulah yang beberapa waktu belakangan ini telah membuat semangat pagiku terjaga. Bila pesan itu sudah sampai di telepon genggamku, tubuhku akan segera tiba di kamar mandi untuk mewangikan diri. Tidak seperti biasanya, tubuhku terlalu sering bertarik ulur dengan tempat tidur. Akupun menjadi pengangum Sondri BS sebab setiap hari kau kirimkan puisi-puisinya yang inspiratif menurutku. Kau membuatku mengidolakan Iyut Fitra karena kau selalu membawakan puisi-puisi naratifnya pada setiap pertunjukanmu. Dan kaulah yang menyebabkan aku mencoba membolak-balikkan kata untuk membalas pesanmu, tapi tak pernah selesai. Sejak hari itu malam terasa begitu panjang. Namun aku begitu setia menunggui malam nan panjang itu hingga bulan lelah bersinar. Berharap sesuatu akan datang. Ya, sesuatu. Sesuatu yang telah kau sampaikan pada pertunjukan itu. 6

Inginku, kau menyampaikannya dengan kalimatmu sendiri. Bukan lewat Iyut Fitra atau Sondri BS. Tidak dengan pertunjukan puisi, tapi dengan pertunjukan keberanianmu. Sebab aku bukan orang yang puitis. Aku tidak tahu bagaimana merangkai kata untuk membalas pesanmu. Aku ingin kau mendengar suara dan memahami tatapan mataku ketika aku menjawabnya. Akupun ingin mendengar bagaimana suaramu ketika kau mengungkapkan perasaamu. Aku ingin mengukur kedalaman tatapanmu ketika kau tuturkan kalimat-kalimatmu. Sekali lagi, aku ingin kalimatmu, bukan Sondri BS, bukan Iyut Fitra. Tunggulah. Bulan 12, hari ke 12, pukul 12 malam. Tunggulah. Begitu pesan yang kuterima darimu, dua hari yang lalu. Kini, pukul 12 malam, hari ke 12, bulan 12 itu telah datang. Bajuku telah berganti merah. Merah telah memenuhi pipiku. Lebih-lebih lagi hatiku, merahnya bertambah pekat. Langit kelam. Lingkaran bulan belum sempurna. Hembusan angin tak bisa dibilang lembut. Dengan baju tebal, aku berdiri di jendela yang setengah terbuka, menghadang dingin yang mencoba menelusup ke kamarku. Aku menunggu. Sudahkah pukul duabelas malam? Sudah. Kujawab sendiri pertanyaanku. Sudahkah pukul duabelas malam? Sudah, lewat sepuluh menit tepatnya. Tanya jawab itu kuulangi. Sudahkah pukul duabelas 7

malam? Belum, masih setengah satu malam. Sudahkah pukul duabelas malam? Sudah jauh terlewat atau masih terlalu jauh? Tabir hitam itu masih membentang. Angin masih tak bersahabat. Sedangkan aku masih berdiri di jendela. Ada yang datang, tapi bukan sesuatu yang kutunggu. Ada yang menghampiriku, namun bukan kau. Gelisah, kecewa, dan penat. Merekalah yang menemuiku. Aku memaki dalam hati sebab kesal yang teramat sangat. Aku tidak marah, kecewa lebih tepatnya. Sebab sia-sia rasanya aku membelalakkan mata hanya untuk menunggu. Percuma rasanya aku menghitung tanggal, menunggu dengan tak sabar kedatangan malam ini. Tak ada guna aku menerka-nerka apa yang akan terjadi padaku malam ini. Haruskah aku menunggu sampai fajar? Ketidurankah? Kau lupa memasang alarm? Ataukah kau terlalu asyik memutar gasing, hingga lupa pada janjimu? Atau gasingmu telah terpelanting? Jika ya, tetap tak ada apa-apa. Tak ada yang datang. Tak ada yang melintas. Tak tercium aroma kembang. Yang ada hanya aroma lelah tubuhku karena terlalu lama menunggu. Menunggu kedatanganmu. Menunggu kalimatmu. *** Aku seseorang yang pendiam. Sangat pendiam menurut orang-orang di sekitarku. Kuakui itu. Aku selalu bersikap dingin kapan pun, kepada siapa pun. 8

Beku, begitu istilah hiperbola mereka. Pendapat orangorang itu kubenarkan. Tak perlu kau tahu, mengapa aku sangat pendiam. Tak usah kau tahu mengapa aku begitu dingin. Yang kau perlu tahu adalah kebekuan itu sebentar lagi akan runtuh sebab ada nyala membara yang sedang menjilat-jilat dinding-dinding es itu. Aku laki-laki pengecut (mungkin kau menilaiku begitu). Memang, aku pengecut. Kuakui itu. Tak berani bertemu apalagi berbicara langsung denganmu. Tapi setidaknya kau tak perlu penasaran seperti apa suaraku, sebab aku suka membaca puisi, dan kau adalah penonton yang selalu duduk di bangku terdepan. Menatapku tanpa jeda, meskipun hanya tatapan dingin yang bisa kubalaskan padamu. Aku tak tahu bagaimana mengungkapkannya padamu. Aku tak tahu kalimat apa yang mesti kusampaikan agar kau mengerti. Sehingga kukirimkan saja puisi-puisi Sondri BS. Berharap kau suka puisinya dan paham apa maksudku mengirimkannya padamu. Tak terhitung lagi, sudah berapa banyak kalimatkalimat Sondri BS yang kukirimkan padamu. Sampaisampai aku berpikir untuk meminta Sondri BS agar menerbitkan kembali kumpulan puisinya yang baru. Namun kau tak pernah membalas. Setiap saat aku menunggu jawabanmu. Balaslah. Sebab hampir putus asa aku menunggu. Adakah kau tunggu pukul duabelas malam itu? Kau terimakah pesanku? Sudahkah kau baca? Aku 9

berharap kau segera membaca dan membalasnya. Sebab pesan itu berisi kalimat istimewa. Tak lagi puisi Sondri BS, tapi sepotong puisi Robby WR; perahu, perahu kertas merah itu hendak kulayarkan bersama denganmu***). Balaslah segera, sebab bulan telah kembali beristirahat. Dan aku juga ingin seperti bulan, sejenak melelapkan mata. Sebelumnya aku berdo a, semoga ketika terbangun nanti telah kuterima pesanmu: bawalah jantung, hati, dan diriku berlayar bersama perahu kertas merahmu! Semoga. Gajah 6, Februari 2012 *** *) Sirompak Taeh, puisi Iyut Fitra **) Negeri Lelucon, puisi Sondri BS ***) Perahu, Perahu Kertas Merah, puisi Robby WR 10