BAB II LANDASAN TEORI. adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

dokumen-dokumen yang mirip
JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke

BAB I PENDAHULAN. dikatakan sebagai jantung perekonomian negara. Kegiatan ekonomi suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB 1 PENDAHULUAN. metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Memiliki luas total sekitar 350,54 km².

Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di DIY (Jiwa)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ikhwan Al-Shafa, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III LANDASAN TEORI. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman atau kredit. Bank berperan sebagai perantara antara pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank (Fifke:2013).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian

investasi. Dalam hal ini kredit investasi merupakan bantuan yang diberikan oleh

Perancangan Sistem Informasi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

I. PENDAHULUAN. dunia perbankan semakin ketat. Tantangan di dunia perbankan akan semakin sulit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai software telah menjanjikan berbagai transaksi bisnis dan penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. dukungan dari sistem keuangan yang sehat dan stabil. Perkembangan. Menurut Undang-undang tentang perbankan, yaitu UU Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengeluarkan produk pemberian kredit untuk keperluan konsumtif.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bagi perusahaan keuangan khususnya perbankan, permodalan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Perbankan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI. mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud). Sistem pengendalian yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BRI SYARIAH KC GUBENG SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB III METODE PENELITIAN. Probolinggo yaitu pada Bank Rakyat Indonesia. Tbk Cabang Probolinggo Unit

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk - bentuk lainnya dalam

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan-kegiatan ekonomi

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

dapat diperoleh dengan dana kredit yang ditawarkan oleh bank.

BAB I PENDAHULUAN. (DMC) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan produk

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta. memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam

SEKURITISASI ASET : SURAT UTANG KOPERASI. Kemenkop dan UKM

BAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai jasa yang ditawarkan. Menurut Undang-undang Rl

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan bank pada masa sekarang memegang peranan penting, karena

KEBIJAKAN ESTIMASI NILAI AGUNAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BOGOR ANGGANA CENDIKIA

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan dalam checking antara kinerja dan target yang telah ditentukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap munculnya peluang peluang diberbagai bidang usaha yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2.2 Debitur dan Kreditur Menurut Undang-undang no 37 tahun 2004 tentang penundaan kewajiban pembayaran utang, debitur adalah pihak yang berhutang ke pihak lain, biasanya dengan menerima sesuatu dari kreditur yang dijanjikan debitur untuk dibayar kembali pada masa yang akan datang. Pemberian pinjaman kadang memerlukan juga jaminan atau agunan dari pihak debitur. Jika seorang debitur gagal membayar pada tenggat waktu yang dijanjikan, suatu proses koleksi formal dapat dilakukan yang kadang mengizinkan penyitaan harta milik debitur untuk memaksa pembayaran. Menurut Undang-undang no 37 tahun 2004 tentang penundaan kewajiban pembayaran utang, kreditur adalah pihak (perorangan, organisasi, perusahaan atau pemerintah) yang memiliki tagihan kepada pihak lain (pihak kedua) atas properti atau layanan jasa yang diberikannya (biasanya dalam bentuk kontrak atau perjanjian) dimana diperjanjikan bahwa pihak kedua tersebut akan mengembalikan properti yang nilainya sama atau jasa. Pihak kedua ini disebut 6

7 sebagai peminjam atau yang berhutang. Secara singkat dapat dikatakan pihak yang memberikan kredit atau pinjaman kepada pihak lainnya. Terminologi kreditur ini sering digunakan pada dunia keuangan khususnya merujuk pada pinjaman jangka pendek, obligasi jangka panjang, dan hak tanggungan. 2.3 Non Performing Loan Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008, non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut: RasioNPL = (Total NPL / Total Kredit )x 100% Misalnya suatu bank mengalami kredit bermasalah sebesar 50 dengan total kredit sebesar 1000, sehingga rasio NPL bank tersebut adalah 5% (50 / 1000 = 0.05). 2.4 Monitoring Menurut Suryana (2011:2), Monitoring adalah suatu proses yang ditujukan untuk memperoleh fakta, data dan informasi tentang pelaksanaan program, apakah proses pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Proses dasar dalam monitoring meliputi tiga tahap yaitu

8 menetapkan standar pelaksanaan, pengukuran pelaksanaan, dan menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana. Menurut Dunn (2003:3), Monitoring mempunyai empat fungsi, yaitu: 1. Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan administrator, staf dan semua yang terlibat mengikuti standar dan prosedur yang telah ditetapkan. 2. Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dari layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu (target) telah mencapai mereka. 3. Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu menghitung hasil perubahan sosial dan masyarakat sebagai akibat implementasi kebijaksanaan sesudah periode waktu tertentu. 4. Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa antara perencanaan dan pelaksanaannya tidak cocok. Umumnya, output monitoring berupa progress report proses. Output tersebut diukur secara deskriptif maupun non-deskriptif. Output Monitoring bertujuan untuk mengetahui kesesuaian proses telah berjalan. Output monitoring berguna pada perbaikan mekanisme proses / kegiatan dimana monitoring dilakukan. Sistem monitoring mempunyai beberapa standar krtiteria sistem monitoring yang efektif. Menurut Anonymous (2013:25), sistem monitoring yang efektif yaitu: 1. Sederhana dan mudah dimengerti (user-friendly)

9 Monitoring harus dirancang dengan sederhana namun tepat sasaran. Konsep yang digunakan adalah singkat, jelas, dan padat. Singkat berarti sederhana, jelas berarti mudah dimengerti, dan padat berarti bermakna (berbobot). 2. Fokus pada beberapa indikator utama Indikator diartikan sebagai titik kritis dari suatu scope tertentu. Banyaknya indikator pelaku dan obyek monitoring tidak fokus. Hal ini berdampak pada pelaksanaan sistem tidak terarah. Maka itu, fokus diarahkan pada indikator utama yang benar benar mewakili bagian yang dipantau. 3. Perencanaan matang terhadap aspek aspek tenis Tujuan perancangan sistem adalah aplikasi teknis yang terarah dan terstruktur. Maka itu, perencanaan aspek teknis terkait harus dipersiapkan secara matang. Aspek teknis dapat menggunakan pedoman 5W1H, meliputi apa, mengapa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana pelaksanaan sistem monitoring. 4. Prosedur pengumpulan dan penggalian data Selain itu, data yang didapatkan dalam pelaksanaan monitoring pada ongoing process harus memiliki prosedur tepat dan sesuai. Hal ini digunakan untuk kemudahan pelaksanaan proses masuk dan keluarnya data. Prosedur yang tepat akan menghindari proses input dan output data yang salah (tidak akurat). Proses monitoring dapat dilihat sebagai satu fungsi (Mencari data, mengumpulkan data, dan menganalisis). Menurut Mellin (2004:11), Monitoring adalah sebuah proses utama yang dilakukan untuk pengumpulan data dimana data yang diterima atau didapat (Observasi) berasal dari objek yang di-monitoring, dan

10 kemudian menyimpan data data tersebut kedalam sebuah database, penyimpanan tersebut dapat dikatakan dengan filtered event log. Filtered event log ini merupakan bagian dari sebuah history data sehingga tidak ada sebuah pengamatan terhadap data yang sudah disimpan tidak digunakan, meskipun data history tersebut sudah lama tersimpan maka data tersebut juga masih bisa digunakan untuk keputusan saat ini dan masa datang. Jika sebuah proses monitoring menerima data atau informasi dari sebuah objek yang di-monitoring, maka proses tersebut dapat dinamakan sebagai push protocol. Sebaliknya jika proses monitoring tersebut mengambil data dari objek yang di-monitoring maka hal tersebut dinamakan dengan pull protocol. Dalam proses monitoring menunjukkan bahwa tidak ada proses analisa dalam proses. Monitoring melakukan semua proses analisa, sedangkan dalam proses adalah keduanya dimana monitoring melakukan setidaknya beberapa proses analisa. Sistem monitoring kinerja sangat diperlukan untuk meningkatkan serta mempertahankan tingkat kinerja yang bermutu. Melalui monitoring akan dipantau penyimpangan penyimpangan yang terjadi, penyimpangan harus dikelola dengan baik oleh manager untuk diluruskan kembali agar kegiatan yang dilakukan sesuai dengan standar. Monitoring sangat diperlukan dalam suatu sistem manajemen dan hasilnya merupakan feedback bagi manajemen untuk lebih meningkatkan rencana operasional serta mengambil langkah-langkah tindakan korektif. Oleh karena itu manajer hendaknya memiliki sistem monitoring sehingga feedback atau

11 penyimpangan yang terjadi akan dapat dikelola dengan tepat, cepat dan dapat dilakukan upaya perbaikan dengan segera. 2.5 Monitoring debitur dan npl Li Hao (2003), bank dengan kekuatan monitoring lebih besar dan bank berisiko (memiliki rasio modal rendah) akan cenderung meng-ekstrak rente lebih tinggi. Kekuatan monitoring bank terkait secara positif dengan spread pinjaman. Rasio non performing loan (NPL) menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola problem pinjaman. Dengan demikian, semakin tinggi rasio NPL mengindikasi buruknya kualitas kredit bank dan besarnya resiko kredit yang dihadapi bank semakin besar dan berdampak pada pendapatan bank (Nasser,2003). Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008, monitoring debitur oleh bank mendasarkan pengumpulan informasi status kredit setelah debitur melewati proses sesudah pinjaman diberikan. Setelah infomasi dikumpulkan proses berikutnya yaitu menghitung indikator kinerja debitur, menghitung perbandingan tingkat npl, dan menghitung pencapaian target npl. Indikator yang digunakan untuk mengukur variable tersebut adalah : 1. Persentase kinerja debitur : merupakan acuan utama monitoring debitur tentang pengukuran efektivitas spread pinjaman semua debitur. Ukuran ini ditulis dalam bentuk persentase yang rumusnya yaitu : Tingkat Kinerja debitur = Total debitur lancar/total debitur * 100% + Total debitur dpk/total debitur * 80% + Total debitur kl/total debitur * 60% + Total debitur dir/total debitur * 25% +

12 Total debitur macer/total debitur * 0% Tingkat Kinerja Debitur (%) >70 40 s/d 70 10 s/d 40 < 10 Skor 3 2 1 0 Baik Cukup Buruk Sangat buruk 2. Persentase perbandingan npl : merupakan acuan untuk mengukur kesehatan kredit dan bagaimana kondisi kredit perdua bulannya. Rumusnya yaitu: Persentase Dimana : NPL (Non performing loan) = Total kredit bermasalah TN = Total sisa hutang debitur NPL TD = Total sisa hutang semua debitur Setelah menghitung persentase npl pada setiap bulan, maka Rumus perbandingan: Jika n1 => n2, maka npl membaik Jika n1 < n2, maka npl memburuk Dimana : n1 = bulan ke 1 n2 = bulan ke 2 3. Persentase pencapaian target npl : merupakan acuan monitoring yang terakhir yang membandingkan total npl dan target npl. Rumusnya yaitu :

13 RasioNPL = (Total NPL / Total Kredit )x 100% Dari uraian rumus tersebut, maka perbandingan kinerjanya dijelaskan sebagai berikut: a. Jika npl memenuhi target yang ditentukan, maka npl yang diperoleh mencapai target. b. Jika npl tidak memenuhi target yang ditentukan, maka npl yang diperoleh kurang dari target. c. Jika hasil npl melebihi target yang ditentukan, maka npl yang diperoleh lebih dari target. 2.6 Kinerja Menurut Rivai & Basri (2004:14), Kinerja adalah hasil seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Kinerja mempunyai 3 komponen penting yaitu tujuan, ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. Yang kedua yaitu ukuran dibutuhkan untuk menentukan apakah seorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan. Yang ketiga yaitu penilaian atau pengukuran kinerja secara regular yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang ingin dicapai.

14 2.7 Pengukuran Kinerja Menurut Rivai & Basri (2004:17), Sistem pengukuran kinerja suatu perusahaan adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer menilai pencapaian suatu strategi bisa melalui alat ukur finansial maupun non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian perusahaan karena pengukuran kinerja dapat diperkuat dengan menetapkan sistem reward dan punishment. Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja perusahaan dimana ukuran kinerja ini nantinya dapat digunakan untuk membantu perusahaan berfokus pada tujuan dan sasaran program kerja dapat tercapai. Ukuran kinerja suatu perusahaan digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuat keputusan. Ukuran kinerja suatu perusahaan juga dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban kepada atasan dan memperbaiki komunikasi. Menurut Maskell (1991:6), terdapat tujuh kriteria yang sebaiknya dipenuhi oleh perusahaan dalam merancang sistem pengukuran kinerja yang baru agar dapat menjadi perusahaan kelas dunia. Ketujuh kriteria tersebut adalah: 1. Sistem pengukuran kinerja yang dirancang hendaknya berkaitan langsung dengan strategi yang diterapkan perusahaan. 2. Variabel-variabel sebaiknya diukur menggunakan ukuran-ukuran non finansial. 3. Sistem pengukuran kinerja yang dirancang harus fleksibel dan dapat bervariasi tergantung dari lokasi perusahaan. Bahkan untuk satu jenis perusahaan yang terletak pada geografis yang berlainan, sistem pengukuran kinerja yang dirancang sebaiknya juga berbeda sesuai dengan konteksnya masing-masing.

15 4. Sistem pengukuran kinerja yang dirancang harus bersifat dinamis, selalu diperbarui seiring dengan perubahan waktu. 5. Sistem pengukuran kinerja yang dirancang harus sesederhana mungkin dan mudah dioperasikan. 6. Dalam sistem manajemen kinerja tersebut harus dimungkinkan adanya umpan balik (feedback) yang cepat bagi operator dan manajer yang bertanggung jawab agar dapat diambil tindakan sesegera mungkin dalam pelaksanaan proses perbaikan. 7. Sistem pengukuran kinerja yang dirancang harus ditujukan pada proses perbaikan bukan sekedar pemantauan. 2.8 Definisi Sistem Informasi Menurut Hartono (2001:11), Sistem informasi merupakan suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan. Jadi, pengertian Sistem informasi adalah suatu sistem terintegrasi yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya. Selain itu, Sistem informasi adalah sebuah sistem terintegrasi atau sistem manusiamesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi manajemen dalam suatu organisasi. 2.9 Definisi Sistem Informasi Manajemen Menurut O Brien (2007:706), Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah

16 suatu sistem terpadu yang menyediakan informasi untuk mendukung kegiatan operasional, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari suatu organisasi. SIM merupakan kombinasi yang teratur antara people, hardware, software, communication network dan data resources (kelima unsur ini disebut komponen sistem informasi) yang mengumpulkan, merubah dan menyebarkan informasi dalam organisasi. Jadi, Sistem Informasi Manajemen merupakan sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan manajemen. Sistem informasi manajeman digambarkan sebagai sebuah bangunan piramida dimana lapisan dasarnya terdiri dari informasi, penjelasan transaksi, penjelasan status, dan sebagainya.