BAB I PENDAHULUAN. yaitu sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian nasional telah berkembang dengan pesat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara yaitu sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya serta faktor daya modal. Lalu kita dapat melihat bagaimana kelima faktor tersebut dapat dikelola secara maksimal oleh suatu negara, termasuk perkembangan usaha Koperasi di Indonesia. Sesuai dengan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia ( tercatat bahwa perkembangan Koperasi aktif di seluruh Indonesia dari tahun ke tahun sampai Desember 2014 sebesar Koperasi. Ini menunjukkan peningkatan dari sebelumnya Desember 2013 sebesar 1,8% bahwa perkembangan Koperasi sangat cepat dan dinamis. Kegiatan Koperasi kini sangat berinovasi, tidak hanya menawarkan simpanan dan pinjaman. Dewasa ini Koperasi juga menawarkan pelayanan serba usaha dalam sektor perdagangan maupun jasa. Adapun jenis usaha serba usaha yang sudah dilirik oleh Koperasi adalah Kredit Pensiunan. Kredit pensiun merupakan kredit yang sifatnya untuk konsumtif yang hanya diberikan kepada para pensiunan yang berasal dari lingkungan pensiunan karyawan (PNS, BUMN/BUMD) yang didasari oleh perjanjian kerja sama antara pihak pemberi dana dan pengelola dana pensiun. Adapun yang dimaksud dengan pengolalaan dana pensiun adalah suatu lembaga yang mengelola dana para 1

2 2 pensiunan. Penyaluran kredit pensiun memiliki tingkat keuntungan yang cukup tinggi ditambah keputusan OJK bahwa kredit pensiun mendapatkan pertambahan modal dari pemegang saham PT. Taspen (Persero) dan PT. Pos Indonesia (Persero) sehingga kredit pensiun dianggap cukup menggiurkan oleh lembaga keuangan Indoensia ( Kebutuhan masyarakat akan kredit dan target pertumbuhan bisnis kredit tentu memerlukan konsep proses kredit yang jelas dan sesuai agar kesehatan bisnis dapat terjaga. Dalam memilih lembaga kredit yang tepat, banyak hal yang dipertimbangkan oleh calon nasabah, diantaranya kecepatan, kemudahan, pricing, service dan hal lainnya. Setiap lembaga keuangan memiliki keunggulan dalam setiap hal tersebut, tentunya akan dipilih oleh calon debitur. Strategi bisnis perusahaan yang beragam membuat beberapa perusahaan saling meningkatkan pengendalian internal atau kontrol yang baik agar menjaga kestabilitasan pertumbuhan ekonomi perusahaan dan mampu bersaing antar perusahaan. Koperasi Serba Usaha (KSU) Rizky Abadi adalah salah satu koperasi swasta yang memiliki cabang perusahaan yang tersebar di Indonesia. Salah satu kegiatan utamanya adalah memberikan pinjaman kredit kepada para pensiunan. Kredit pensiun ini merupakan sumber pendapatan terbesar sehingga dalam proses analisis pemberian kredit harus diseleksi dengan baik, teliti dan layak. Tahun 2011 Bank Indonesia selaku bank central, melalui SE No. Nomor 13/6/DPNP (berlaku efektif per 1 Januari 2012), telah menetapkan bobot resiko untuk kategori kredit pensiun sebesar lima puluh persen (50%). Persentase ini berdasarkan pada kriteria dari kredit pensiun itu sendiri yaitu adanya kerjasama

3 3 dengan pihak ketiga antara lembaga pemberi kredit dengan Bank Lain atau BUMN sehingga harus memiliki perjanjian kerjasama yang jelas untuk melakukan pemotongan gaji/pensiun dalam rangka pembayaran angsuran/pelunasan kredit. Selanjutnya yaitu terkait dengan kesesuaian surat keputusan pensiun atau kartu registrasi induk pensiun (KARIP) yang digunakan oleh debitur. Dengan demikian maka berdampak pula pada pelaku kegiatan usaha termasuk koperasi yang tetap menjalankan asas kehati-hatian guna pemberian kredit yang berkualitas ( Peran lembaga perkreditan di bidang pensiunan sangat penting dan dibutuhkan untuk menunjang kegiatan usaha di hari tua. Sehingga banyak juga orang yang memanfaatkan kredit pensiunan ini sebagai ajang untuk tipu-tipu. Seperti pemalsuan Surat Keputusan (SK) Pensiunan sebagai syarat permohonan kredit pensiunan. Hal ini mengakibatkan tingginya nilai non performing loan (NPL) yaitu banyaknya kredit yang tidak dapat membayar secara kontinu pinjaman kreditnya (Galuh Nastiti, 2011). Perusahaan yang terkait kasus kredit pensiunan yaitu kasus yang terjadi di KCP BTPN Ciamis cairkan kredit SK pensiun palsu dengan masa pinjaman selama 10 tahun. Dimana seorang nasabah merasa tertipu karena memberikan SK pensiun kepada AAM (seorang guru). Ternyata semua identitas korban dirubah atau dipalsukan. Sementara itu salah satu bagian di BTPN KCP Ciamis sebagai analis kredit di bank tersebut membenarkan pihak BTPN KCP Ciamis telah memberikan pinjaman kredit tersebut (

4 4 Kasus ini telah menyiratkan bahwa saat pengajuan pinjaman ke bank atau lembaga keuangan, apakah pihak bank atau lembaga keuangan tidak meneliti terlebih dahulu data-data nasabah yang tertera sehingga bisa tertipu serta bagaimana pengendalian internal yang ada pada bank atau lembaga keuangan tersebut sehingga menimbulkan resiko seperti itu. Kejadian tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan untuk bekerja secara professional dalam memberikan kredit dengan cara teliti dalam memeriksa informasi yang diperoleh dari calon nasabah agar dapat memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan yang tepat nantinya. Namun dalam kenyataanya, banyak perusahaan yang kurang teliti dalam memeriksa data-data calon nasabah. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan kredit pensiunan dan adanya kasus pemalsuan syarat pengajuan kredit. Hal tersebut mengharuskan lembaga keuangan kredit melakukan seleksi dengan baik agar menjaga kualitas pemberian kredit. Agar proses pemberian kredit dapat berjalan dengan baik maka harus melaksanakan prinsip kehati-hatian. Maka salah satu kriteria yang dikembangkan yaitu bagaimana mempercepat dan mempermudah proses pengajuan kredit dengan tetap menjaga pengendalian internal pemberian kredit perusahaan. Keputusan pemberian kredit dilakukan oleh pihak yang berwewenang mengambil keputusan salah satunya yaitu kantor pusat memberikan keputusan permohonan fasilitas kredit yang dilakukan oleh bagian kredit atau cabang setelah mengadakan penilaian permohonan fasilitas kredit yang diusulkan. Ini dimaksudkan agar adanya proses seleksi dan analisa kredit yang komprehensif

5 5 untuk menyaring kredit yang masuk dan diharapkan menjadi kredit dengan kualitas yang bagus (Suyatno, Chalik, Sukada, Yunianti, & Marala, 2007 : 76). Permasalahan yang sering dikeluhkan nasabah yaitu terkait keterbatasan akses dan biaya tinggi dalam memperoleh layanan perbankan atau lembaga keuangan, akibat keterbatasan jaringan dalam cakupan geografis yang luas. Untuk itu lembaga layanan jasa kredit mengoptimalkan layanan teknologi informasi dan komunikasi guna memperluas cakupan layanan keuangan. Hal ini juga didukung oleh OJK sebagai upaya layanan yang berkualitas ( Menurut Aviliani, pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), mengatakan bahwa dalam 20 tahun ke depan, jumlah penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas akan jauh lebih banyak dan komposisi kredit pensiunan diperkirakan masih menjadi penopang utama dalam pemberian kredit. Bayangkan saja jika penyaluran kredit tinggi, volume data transaksi kredit juga semakin besar, untuk mengendalikan pemberian kredit agar terhindar dari resiko kredit maka harus adanya integrasi dengan pihak yang berwenang mengotorisasi pemberian kredit ( Agar dapat menopang volume data transaksi kredit tanpa meninggalkan bisnis kredit pensiun ini. Lembaga keuangan dituntut dapat melakukan penilaian untuk calon nasabah dengan cepat, tepat, akurat dan bebas resiko. Menurut (Kuncoro, 2012) bahwa pelayanan yang cepat, mudah, akurat dan diterima merupakan harapan masyarakat, demikian pula dengan pemberian kredit untuk calon nasabah.

6 6 Pemberian kredit kepada calon nasabah dapat ditinjau dari faktor yang mempengaruhi yaitu sistem informasi. Dengan sistem informasi memadai maka diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat, handal, cepat dan diterima guna menjamin keputusan pemberian pemberian kredit dan mampu mencegah terjadinya kesalahan yang dapat merugikan pihak pemberi kredit serta mencegah terjadinya pemberian kredit yang tidak sehat (Febrianty : 2010) Menurut hasil wawancara ke pimpinan unit KSU Rizky Abadi, pada saat belum diterapkannya sistem informasi kredit pensiun kondisi administrasi pemberian kredit adalah : 1. Pelayanan kredit di kantor cabang masih lama karena dilakukan secara manual dan masih dilakukan oleh beberapa bagian yang berbeda sehingga perlu biaya yang besar untuk setiap bagian. 2. Market kredit seperti kantor pelayanan cabang dan jumlah nasabah tidak luas karena belum adanya integrasi monitoring dari pusat atau pihak manajemen. 3. Keterbatasan pengolahan data kredit, karena tempat penyimpanan data kredit yang tidak rapi. Data kredit hanya mengandalkan fisik, excel dan juga berpengaruh karena perusahaan tidak dapat menyimpan volume data yang besar. 4. Keputusan pemberian kredit harus menunggu lama dan tidak langsung bisa dianalisa dalam waktu yang cepat. Hal ini membuat perusahaan membutuhkan waktu tunggu antara data pengajuan dengan penilaian tim analisa keputusan kredit

7 7 5. Resiko kredit dalam hal pengendalian internal pemberian kredit masih lemah dikarenakan informasi dalam data pengajuan kredit belum bisa dibuktikan keakuratan dan kehandalannya. 6. Laporan pemberian kredit kepada pihak manajemen tidak tepat waktu dan informasi segala kegiatan kredit tidak dapat disajikan secara aktual sehingga menyulitkan pihak manajemen dalam mengambil keputusan dengan cepat. Seiring dengan hal tersebut, perlu dibuatnya suatu alat agar pengendalian internal perusahaan berjalan secara efektif yaitu dengan sistem sistem informasi kredit pensiun. Sistem Informasi adalah susunan dari orang-orang, kegiatan, data, jaringan (Network), dan teknologi yang diintegrasikan sedemikian rupa dengan tujuan untuk mendukung dan memperbaiki operasi sehari-hari perusahaan serta untuk memenuhi kebutuhan informasi baik untuk pengambilan keputusan maupun pemecahan masalah para manajer. Sistem informasi ini juga terlihat dengan diterapkannya sistem informasi debitur di berbagai lembaga keuangan. Peraturan Bank Indonesia menegaskan maksud dan tujuan penerapan sistem informasi ini untuk membantu Pelapor dalam memperlancar proses penyediaan dana, mempermudah penerapan manajemen resiko dan membantu dalam melakukan identifikasi kualitas debitur untuk pemenuhan ketentuan yang berlaku (Perbankan Indonesia, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh La Ane (2011), yang berjudul Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi dalam Menunjang Aktivitas Pengendalian Internal Pemberian Kredit menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi berpengaruh secara positif signifikan terhadap aktivitas pengendalian internal pemberian

8 8 kredit. Hal ini ditunjukkan dengan setiap pertambahan satu satuan maka akan disesuaikan dengan pertambahan nilai pada sistem informasi akuntansi dan terdapat sisanya yang dijelaskan oleh variable lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Ninus Kurniadi (2014), menyatakan bahwa keandalan sistem informasi akuntansi pemberian kredit modal kerja dalam meminimalisir resiko kredit sudah bisa diandalkan. Hal ini didukung oleh komponen sistem pengendalian internal yang terdiri dari: (1) Lingkungan pengendalian, (2) Penaksiran resiko, (3) Aktivitas pengendalian dan komunikasi, (4) Informasi dan (5) Pemantauan. Sehingga dapat digambarkan bahwa penerapan pengendalian internal pemberian kredit sudah efektif karena didukung oleh sistem informasi akuntansi. Maka dari itu menunjuk pada hasil fenomena dan penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian mengenai Pengaruh Sistem Informasi Kredit Pensiun Terhadap Efektivitas Pengendalian Internal Pemberian Kredit (Studi Kasus pada Koperasi Serba Usaha Rizky Abadi Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah Penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem informasi kredit pensiun di KSU Rizky Abadi Bandung. 2. Bagaimana efektifitas pengendalian internal pemberian kredit di KSU Rizky Abadi Bandung.

9 9 3. Seberapa besar pengaruh sistem informasi kredit pensiun terhadap efektivitas pengendalian internal pemberian kredit di KSU Rizky Abadi Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan kajian yang mendalam mengenai penerapan sistem informasi dalam kredit pensiun yang diwujudkan dengan efektivitas pengendalian internal pemberian kredit dan tujuan dilaksanakan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai kememadaian sistem informasi kredit pensiun di KSU Rizky Abadi Bandung. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai efektivitas pengendalian internal pemberian kredit pensiun di KSU Rizky Abadi Bandung. 3. Untuk menguji besarnya pengaruh sistem informasi kredit pensiun terhadap efektivitas pengendalian internal pemberian kredit pensiun di KSU Rizky Abadi Bandung. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian serta studi literature yang telah dilakukan diharapkan dapat berguna bagi : 1. Penulis 1) Untuk mendapatkan kaitan antara teori dengan penerapannya dalam praktik lapangan atau dengan pelaksanaan sebenarnya. 2) Penelitian ini dijadikan pengalaman yang berharga untuk memperluas wawasan dan pengetahuan.

10 10 2. Perusahaan 1) Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu gambaran yang lebih baik bagi perusahaan akan pentingnya sistem informasi kredit pensiun dalam menunjang efektivitas pengendalian internal pemberian kredit 2) Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam perbaikan bila seandainya ada hal-hal yang perlu diperbaiki, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan efektif dan efesien. 3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi ilmiah dan juga menjadikan sebagai bahan perbandingan serta bahan kepustakaan guna menambah pengetahuan dan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh sistem informasi kredit pensiun terhadap efektivitas pengendalian internal pemberian kredit. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Koperasi Serba Usaha (KSU) Rizky Abadi Kota Bandung yang berlokasi di Jalan Cisaranten Kulon IV No. 55 Bandung. Sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Juli 2015.