BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa usia lanjut merupakan periode terakhir dalam perkembangan kehidupan manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi fisik, psikologis, dan psikososial (Kuntjoro, 2002). Perubahan fisik yang sering muncul di antaranya merasa mudah lelah ketika melakukan pekerjaan, jantung berdebar-debar, kepala pusing, dan kadang-kadang mengalami gangguan tidur, sedangkan gejala psikologis yang sering muncul adalah rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian, timbulnya perasaan kecewa sehingga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang lain. Salah satu problematika psikososial yang dialami pada masa usia lanjut yaitu masa purna tugas atau pensiun. Masa pensiun adalah peristiwa ketika seseorang harus berhenti dari aktivitas bekerja secara formal yang disebabkan oleh bertambahnya usia (Hidayat, 2004). Masa pensiun dapat mempengaruhi konsep diri karena dapat membuat seseorang kehilangan peran (role) dan identitas dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi harga diri mereka (Turner, 1961). Seseorang yang mempunyai konsep diri positif akan mampu mengembangkan sifat percaya diri dan mampu melihat dirinya secara realistik. Oleh karena itu, dengan adanya sifat tersebut para pensiunan mampu bersosialisasi dengan orang lain dan akan mengarah pada penyesuaian diri yang baik di lingkungan sosial. Sebaliknya, seseorang yang mempunyai konsep diri negatif akan merasa rendah diri sehingga menyebabkan 1
2 pensiunan mengalami hambatan dalam proses penyesuaian dirinya di lingkungan baru (Hurlock, 1978). Dengan kata lain, pensiun dapat menyebabkan seseorang kehilangan perannya dalam masyarakat sehingga mempengaruhi statusnya dan dapat mempengaruhi konsep diri menjadi negatif. Menurut Utami (2000), saat seseorang menghadapi masa pensiun, maka ia juga menghadapi datangnya masa tua yaitu menurunnya kesehatan dan kekuatan fisik. Seorang pensiunan dihadapkan pada situasi baru yang belum jelas dan belum pasti, sehingga membuat pensiunan merasa cemas dan membayangkan halhal yang akan terjadi setelah pensiun. Rasa cemas tersebut lambat laun dapat menimbulkan stres. Stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang dapat memicu terjadinya stresor, yang dapat mengancam dan mengganggu seseorang untuk mengendalikannya. Tipe kepribadian A cenderung mengalami stres dibandingkan dengan kepribadian dengan tipe B. beberapa ciri-ciri kepribadian tipe A adalah sering merasa terburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dari satu pekerjaan dalam waktu yang sama, cenderung tidak puas dengan apa yang diraihnya, cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau kondisi yang nonkompetitif, secara emosial tidak stabil dan dapat membangkitkan tingkat stress yang tinggi, begitu juga sebaliknya dengan kepribadian dengan tipe B (Friedman, 1998). Pada penelitian Friedman menyatakan dengan tipe kepribadian A sangat agresif dibandingkan dengan tipe kepribadian B. Selain itu, jumlah wanita dan laki-laki yang masuk kategori tipe A mencapai 60% dari total responden yang diteliti. Orang kota diyakini memiliki
3 peluang lebih besar berkepribadian tipe A, karena stress yang tinggi dan kesibukan yang terus meningkat. Pada kenyataannya, stres dapat benar-benar sangat mempengaruhi hidup seseorang apabila orang tersebut tidak memiliki koping. Usaha untuk mengatasi stres tersebut individu membutuhkan mekanisme pertahanan diri yang disebut koping (Hidayat, 2004). Koping adalah upaya pemecahan masalah yang digunakan seseorang untuk mengelola stres atau kejadian yang dialaminya. Kemampuan koping dengan adaptasi terhadap stres merupakan faktor penentu yang penting dalam kesejahteraan manusia, karena perilaku koping ini juga dapat digunakan sebagai stabiliser yang dapat menolong perilaku seseorang dalam mempertahankan penyesuaian dirinya terhadap perubahan psikososial selama periode stres (Hidayat, 2004). Selain itu, koping juga didefinisikan sebagai cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, dan respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999). Koping dapat bersifat adaptif dan maladaptif. Koping yang adaptif dapat membantu seseorang secara efektif dalam menghadapi keadaan yang tertekan. Koping yang maladaptif dapat menghasilkan distres yang tak perlu untuk dirinya dan orang lain. Perilaku koping merupakan suatu tingkah laku seseorang dalam menghadapi masalah, mengontrol sesuatu yang datang dari luar atau dalam diri seseorang (Lazarus dan Folkman, 1984). Untuk itu diperlukan sebuah strategi koping yang baik agar koping yang dipilih dapat mengurangi bahkan menghilangkan stres yang dihadapi.
4 Strategi koping memiliki dua bentuk utama yaitu strategi koping yang berfokus pada masalah dan strategi koping yang berfokus pada emosi (Lazarus dan Folkman, 1986). Strategi koping yang berfokus pada masalah atau Problem Focused Coping merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres dengan cara menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya stres secara langsung, sedangkan strategi koping yang berfokus pada emosi atau Emotion Focused Coping merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang dirasakannya tidak dengan menghadapi secara langsung tetapi lebih pada usaha untuk mempertahankan keseimbangan afeksinya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di kantor Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) kota Yogyakarta pada bulan Maret 2013, diperoleh data mengenai banyaknya jumlah pensiunan yang terdaftar menjadi anggota PWRI di Kota Yogyakarta. Salah satunya di wilayah Kecamatan Gondokusuman Utara yang mencapai 228 pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tersebar di tiga kelurahan dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mendukung pendapat Abikusno (2005) bahwa Propinsi Yogyakarta memiliki usia harapan hidup tertinggi (usia 60 tahun keatas lebih dari 7%) dibandingkan dengan propinsi lain yaitu sebesar 12,48%. Menurut hasil wawancara dengan beberapa pensiunan di wilayah Kecamatan Gondokusuman Utara didapatkan data bahwa sikap dari masing-masing individu dalam menghadapi masa pensiun berbeda-beda, ada yang masih belum dapat menerima masa pensiunnya dengan senang, tetapi ada juga yang merasa senang
5 karena sudah menerima masa pensiunnya. Hal ini mendukung pendapat Tuckman dan lorge dalam Tamher (2011) bahwa pada waktu menginjak usia pensiun (usia 60 tahun) hanya 20% diantara mereka yang senang dengan datangnya masa pensiun tersebut, sedangkan sisanya sebenarnya masih ingin bekerja. Pensiunan yang berpendapat bahwa dirinya sudah menerima masa pensiunnya dikarenakan dirinya sudah tidak memiliki tanggungan keluarga dan anak-anaknya sudah bekerja, sedangkan pensiunan yang berpendapat bahwa dirinya belum siap menerima masa pensiunnya karena mereka merasa setelah pensiun akan kehilangan peran dan identitas mereka. Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa setelah pensiun mereka tidak memiliki pekerjaan lain dan mereka juga masih mempunyai tanggungan anak yang masih sekolah ataupun kuliah serta mereka merasa sudah tidak berguna lagi bagi keluarganya. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa sesungguhnya masa pensiun adalah situasi yang merupakan stressor bagi pensiunan dan seringkali dianggap sebagai hal yang menakutkan. Pensiunan akan mengalami depresi apabila stressor tersebut tidak di atasi. Oleh karena itu, strategi koping diperlukan pensiunan untuk mengurangi stressor tersebut. Berdasarkan latar belakang dan studi pendahuluan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang Gambaran Tipe Kepribadian dan Strategi Koping Pada Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Anggota Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) di wilayah Kecamatan Gondokusuman Utara, Yogyakarta.
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dapat dibuat yaitu: Bagaimana Gambaran Tipe Kepribadian dan Strategi Koping Pada Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Anggota Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) di wilayah Kecamatan Gondokusuman Utara, Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disusun diatas, didapatkan tujuan penelitian berupa: 1. Tujuan Umum Mengetahui Gambaran Tipe Kepribadian dan Strategi Koping Pada Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Anggota Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) di wilayah Kecamatan Gondokusuman Utara, Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tipe kepribadian responden. b. Mengetahui strategi koping yang digunakan pada pensiunan PNS anggota PWRI di wilayah Kecamatan Gondokusuman Utara, Yogyakarta
7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Keperawatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan untuk dapat memberikan pemecahan masalah yang dihadapi oleh lansia pada masa pensiun, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal. 2. Bagi Penelitian Keperawatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan data tambahan bagi penelitian keperawatan selanjutnya yang ingin melakukan penelitian keperawatan yang terkait dengan stress dan strategi koping pada lansia terhadap masa pensiun. 3. Bagi Pensiunan Sebagai bahan informasi bagi lansia agar dapat menghadapi masa pensiunnya dengan nyaman dan dapat mempersiapkan diri dari stres serta mengatasi dengan strategi koping yang kuat. 4. Bagi Keluarga Diharapkan keluarga dapat mengetahui masalah yang sedang dihadapi para pensiunan, sehingga dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan para pensiunan saat menghadapi perubahan yang terjadi setelah pensiun. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan peneliti belum ada penelitian mengenai gambaran tipe kepribadian dan strategi koping pada pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
8 Adapun beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ariasti (2005) dengan judul Strategi Koping dalam Menghadapi Perubahan Peran dan Fungsi Ekonomi Setelah Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil di Wilayah Kerja Puskesmas Clolo Kelurahan Kadipiro Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah semua pensiunan Pegawai Negeri Sipil di Wilayah Kerja Puskesmas Clolo, Kelurahan Kadipiro, Surakarta. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan diskusi kelompok terarah (DKT) dan wawancara mendalam (indepth interview). Hasil penelitian ini adalah responden menerapkan mekanisme koping yang berfokus emosi dan mekanisme koping berfokus pada masalah. Responden yang menerapkan mekanisme koping berfokus pada emosi, yaitu dengan penerimaan; kembali keajaran agama; dan pengalihan; sedangkan responden yang menerapkan mekanisme koping yang berfokus pada masalah mempunyai ciri kehati-hatian; tindakan instrumental; dan negosiasi dalam menghadapi perubahan peran dan ekonomi setelah pensiun. Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tempat penelitian, pada penelitian Ariasti (2005) di Wilayah Kerja Puskesmas Clolo Kelurahan Kadipiro Surakarta, sedangkan peneliti di Wilayah Kecamatan Gondokusuman Utara, Yogyakarta. Selain itu, perbedaan juga terdapat pada metode penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Ariasti menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan peneliti
9 menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik yang digunakan oleh Ariasti adalah probability sampling atau purposive sampling, sedangkan peneliti menggunakan teknik proporsi dan random. Instrumen penelitian yang digunakan oleh Ariasti adalah dengan diskusi kelompok terarah (DKT) dan wawancara mendalam, sedangkan peneliti menggunakan kuesioner strategi koping yaitu Ways of Coping dari Folkman dan Lazarus yang telah dimodifikasi. Persamaanya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah subjek penelitian, yaitu pensiunan PNS. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Tesiria (2010) dengan judul Hubungan Antara Tipe Kepribadian dengan Kecemasan Menghadapi Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil di Wilayah Kerja Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode analisis korelatif dengan pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah semua PNS di wilayah kerja pemerintah daerah Kabupaten Sleman. Data penelitian ini diperoleh dengan pengisian kuesioner. Analisis data menggunakan test coeficient contingensi. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara tipe kepribadian dengan tingkat kecemasan PNS dalam menghadapi pensiun di wilayah kerja pemerintah daerah Kabupaten Sleman. Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada jenis penelitian. Jenis penelitian pada penelitian Tesiria adalah analisis korelatif, sedangkan jenis penelitian ini adalah deskriptif. Analisis data yang digunakan oleh Tesiria menggunakan cara test coeficient contingensi, sedangkan peneliti menggunakan analisis isi (content analysis). Persamaannya dengan penelitian
10 yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada subjek penelitian, yaitu pensiunan PNS. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Efendi (2008) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping pada Penderita Hipertensi di Dusun Bakalan dan Jumeneng Kidul Desa Sumberadi Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah semua warga Dusun Bakalan dan Jumeneng Kidul, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman yang menderita penyakit hipertensi. Data penelitian ini diperoleh dengan pengisian kuesioner. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tingkat pengetahuan hipertensi dan instrumen Ways of Coping Lazarus yang dikembangkan Aldwin and Revenson (1987) untuk menilai strategi koping. Analisis data menggunakan uji beda mean, uji korelasi, dan regresi. Hasil penelitian ini adalah faktor tingkat pengetahuan mempengaruhi strategi koping PFC dan EFC, sedangkan tingkat penghasilan mempengaruhi strategi koping PFC. Faktor yang dominan adalah tingkat pengetahuan. Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada subjek penelitian. Subjek penelitian pada penelitian Efendi adalah penderita hipertensi di Dusun Bakalan dan Jumeneng Kidul, Sumberadi, Mlati, Sleman, sedangkan subjek penelitian ini adalah pensiunan PNS anggota PWRI di wilayah Kecamatan Gondokusuman Utara, Yogyakarta. Kemudian teknik sampling, pada penelitian Efendi menggunakan purposive sampling, sedangkan peneliti menggunakan teknik proporsi dan random. Analisis data yang digunakan
11 oleh Efendi adalah menggunakan cara uji beda mean, uji korelasi, dan regresi, sedangkan peneliti menggunakan analisis isi (content analysis). Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada instrumen penelitian, instrumen penelitian pada Efendi adalah Ways of Coping Lazarus yang dikembangkan Aldwin and Revenson (1987) untuk menilai strategi koping. 4. Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Abikusno N. ( 2005 ) dengan judul Model Pendekatan Bio- Psiko- Sosial Pada Masa Pensiun.