BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendeskripsian data berisi penyajian data untuk masing-masing aspek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bertujuan untuk menguraikan aspek-aspek fenomena atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keterampilan membaca nyaring dengan pemahaman bacaan siswa kelas II SD

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab1.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Karakteristik materi pembelajaran fisika yang abstrak, menuntut kemampuan

1. Apakah sekolah sudah memiliki sistem informasi secara online? 2. Bagaimana dengan sistem informasi yang sekarang sudah berjalan?

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan

MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA BAGI SISWA KELAS X6 SMAN 1 KARANGRAYUNG SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi dari variabel penelitian didasarkan pada jumlah skor rata-rata jawaban

PERHITUNGAN KUALITAS WEBSITE PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA BERDASARKAN SKOR KRITERIA PENILAIAN IDEAL OLEH PESERTA DIDIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian. SMP Negeri 2 Klaten terletak di Jalan Menjangan no.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penarikan simpulan ini dapat dilakukan setelah dilaksanakannya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. juga teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Penelitian ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan suatu keharusan dalam produktivitas, efektivitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

PERHITUNGAN KUALITAS WEBSITE PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA BERDASARKAN SKOR KRITERIA PENILAIAN IDEAL OLEH REVIEWER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN R = H L + 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPS SMP/MTs DI KECAMATAN PANDAK JURNAL SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. bahasa terbaik yang mengajarkan bahasa Prancis kepada siswa siswinya dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang,

POTRET KOMPETENSI GURU IPA DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) UNTUK PEMBELAJARAN DI TINGKAT SMA JAKARTA PUSAT

Ilham Baharuddin Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu penelitian evaluasi.model evaluasi yang digunakan

BAB V PEMBAHASAN. model pengembangan Research and Development (R&D) yang terdiri dari 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kritis matematika siswa yang terbagi dalam dua kelompok yaitu data kelompok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini pemaparan dari hasil penelitian hubungan kompetensi teori K3

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Perpustakaan SMP N 2 Mertoyudan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dipilih teknik purposive sampling

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

Kemmis & Mc. Taggart (Basrowi, 2008: 26) memandang PTK sebagai

APLIKASI KOMPUTER. Pokok Bahasan : Pengenalan E-Learning. Anggun Puspita Dewi, S.Kom., MM. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Solok tahun ajaran 2016/2017, maka diperoleh data motivasi belajar dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Juli 1983 (29 tahun, 304 hari), usia sekolah yang sudah cukup matang.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: militer, ekonomi-bisnis, sosial, politik, budaya,

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berjumlah 88 orang. Responden diambil sebanyak 20 orang dari

BAB III METODE PENELITIAN. rinci (Nana Syaodih, 2007:287). Penelitian ini menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain The

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui penyebaran angket adalah melakukan perhitungan menggunakan

Paryanto (Dosen Pendidikan Teknik Mesin FT UNY)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN DI SMKN 1 SEYEGAN PASCA SERTIFIKASI GURU JURNAL SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah atas, merupakan salah satu kebijakan pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN

Artikel JEJAK ONLINE PPPPTK MATEMATIKA: E-LEARNING PPPPTK MATEMATIKA Oleh Muda Nurul Khikmawati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. persolan persoalan dalam penelitian ini. Hal hal yang dilakukan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB tahun pelajaran

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PENUGASAN PADA SISWA KELAS X1 SMA NEGERI 1 MARE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Data Skor Motivasi Belajar Peserta Didik

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan di atas peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

BAB IV HASIL PENELITIAN. Statistics. Kinerja Berwujud. N Valid Missing 0 0. Mean Std. Deviation

BAB 4 HASIL PENELITIAN. kepada seluruh Mahasiswa (user) Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengumpulan data. Soal yang digunakan adalah soal yang telah teruji validitasnya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Metro dengan kelas X yang berjumlah 8

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan subyek penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan kelas yang

DESKRIPSI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI TRANSFORMASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mulai dari tenaga, media pembelajaran bahkan kurikulum yang akan digunakan.

Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket uji coba

PETUNJUK PEMANFAATAN KELAS MAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar PKn siswa kelas VIII SMP Negeri se- Kecamatan Playen tahun ajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemahaman mata pelajaran gambar teknik (X 1 ) dan kreativitas (X 2 ) serta

JURNAL SKRIPSI. Oleh Nuryadin Bambang Sutjiroso

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini pengambilan subyek didasarkan pada pertimbangan kelas yang

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan subyek didasarkan pada pertimbangan tertentu, yaitu kelas yang

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kedisiplinan Belajar Untuk memperoleh data tentang pengaruh kedisiplinan belajar peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XI, No. 1, Tahun 2013 Isroah & Sumarsih Halaman 1-12

PENGARUH PENYELENGGARAAN MGMP TIK DAN PARTISIPASI ANGGOTA TERHADAP KINERJA GURU TIK SMP SE- KABUPATEN BANTUL ARTIKEL JURNAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Minat dan Pengetahuan Dasar Pemesinan serta satu variabel terikat

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP PEMBELAJARAN AKTIVITAS AIR DI SMP NEGERI 2 KLATEN

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengembangan Aplikasi E learning dengan Menggunakan PHP Framework Prado BAB 1 PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang telah diperoleh melalui angket, selanjutnya diolah

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Pendeskripsian data berisi penyajian data untuk masing-masing aspek penelitian yang telah diperoleh peneliti tentang tingkat kematangan penerapan e- learning oleh guru matematika di Sekolah Menegah Atas Kota Yogyakarta. Selain tingkat kematangna guru, juga disajikan data tentang ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan e-learning. Berikut ini adalah deskripsi data untuk masing-masing aspek penelitian. 1. Deskripsi Data Kematangan E-Learning Guru Matematika a. Aspek context Perhitungan: Skor ideal tertinggi = Skor ideal terendah = Mean ideal (Mi) = Standar deviasi ideal (SDi) = Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai e-learning maturity guru matematika SMA Kota Yogyakarta dalam aspek context diperoleh skor terendah sebesar 17, skor tertinggi sebesar 48, rata-rata sebesar 36,630, dan standar deviasi sebesar 6,325. Hasil kategorisasi ditunjukkan pada Tabel 10. 71

Tabel 1. Hasil Kategorisasi Penilaian E-Learning Maturity Guru Matematika SMA Kota Yogyakarta dalam Aspek Context No. Rentang Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Sangat rendah 2 3.70 2 Rendah 15 27.78 3 Tinggi 34 62.96 4 Sangat tinggi 3 5.56 Jumlah 54 100 Gambar 4. Berdasarkan hasil kategorisasi tersebut, dapat diperjelas dengan Gambar 1. Diagram E-Learning Maturity Guru Matematika SMA Kota Yogyakarta dalam Aspek Context b. Aspek input Perhitungan: Skor ideal tertinggi = Skor ideal terendah = 72

Mean ideal (Mi) = Standar deviasi ideal (SDi) = Hasil analisis deskriptif manunjukkan bahwa nilai e-learning maturity guru matematika SMA Kota Yogyakarta dalam aspek input diperoleh skor terendah sebesar 13, skor tertinggi sebesar 32, rata-rata sebesar 21,611, dan standar deviasi sebesar 5,378. Hasil kategorisasi ditunjukkan pada Tabel 11. Tabel 2. Hasil Kategorisasi Penilaian E-Learning Maturity Guru Matematika SMA Kota Yogyakarta dalam Aspek Input No. Rentang Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Sangat rendah 20 37.04 2 Rendah 26 48.15 3 Tinggi 8 14.81 4 Sangat tinggi 0 0 Jumlah 54 100 Gambar 5. Berdasarkan hasil kategorisasi tersebut, dapat diperjelas dengan Gambar 2. Diagram E-Learning Maturity Guru Matematika SMA Kota Yogyakarta dalam Aspek Input 73

c. Aspek process Perhitungan: Skor ideal tertinggi = Skor ideal terendah = Mean ideal (Mi) = Standar deviasi ideal (SDi) = Hasil analisis deskriptif diketahui untuk nilai e-learning maturity guru matematika SMA Kota Yogyakarta dalam aspek process diperoleh skor terendah sebesar 6, skor tertinggi sebesar 18, rata-rata sebesar 10,430, dan standar deviasi sebesar 3,51. Hasil kategorisasi ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 3. Hasil Kategorisasi Penilaian E-Learning Maturity Guru Matematika SMA Kota Yogyakarta dalam Aspek Process No. Rentang Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Sangat rendah 26 48,15 2 Rendah 20 37,04 3 Tinggi 8 14,81 4 Sangat tinggi 0 0 Jumlah 54 100 Berdasarkan hasil kategorisasi tersebut, dapat diperjelas dengan Gambar 6. 74

Gambar 3. Diagram E-Learning Maturity Guru Matematika SMA Kota Yogyakarta dalam Aspek Process d. Aspek product Perhitungan: Skor ideal tertinggi = Skor ideal terendah = Mean ideal (Mi) = Standar deviasi ideal (SDi) = Hasil analisis deskriptif diketahui untuk nilai e-learning maturity guru matematika SMA Kota Yogyakarta dalam aspek product diperoleh skor terendah sebesar 3, skor tertinggi sebesar 10, rata-rata sebesar 7,796, dan standar deviasi sebesar 1,698. Hasil kategorisasi ditunjukkan pada Tabel 13. 75

Tabel 4. Hasil Kategorisasi Penilaian E-Learning Maturity Guru Matematika SMA Kota Yogyakarta dalam Aspek Product No. Rentang Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Sangat rendah 3 5,56 2 Rendah 16 29,63 3 Tinggi 33 61,11 4 Sangat tinggi 2 3,70 Jumlah 54 100 Gambar 7. Berdasarkan hasil kategorisasi tersebut, dapat diperjelas dengan Gambar 4. Diagram E-Learning Maturity Guru Matematika SMA Kota Yogyakarta dalam Aspek Product Berdasarkan deskripsi data pada setiap aspek, diperoleh hasil skor kematangan e-learning guru matematika SMA Kota Yogyakarta sebesar 19,034 yang termasuk dalam kategori rendah. Skor tersebut disajikan pada Tabel 14. 76

Tabel 5. Skor Keseluruhan E-Learning Maturity Guru Matematika SMA Kota Yogyakarta No. Aspek Skor e-learning Kategori 1 Context 36,3 Tinggi 2 Input 21,611 Rendah 3 Process 10,43 Sangat rendah 4 Product 7,796 Tinggi Rata-rata (mean) 19,034 Rendah 2. Deskripsi Data Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung a. Perangkat TIK untuk mendukung pembelajaran berbasis e-learning Perhitungan: Skor ideal tertinggi = Skor ideal terendah = Mean ideal (Mi) = Standar deviasi ideal (SDi) = Hasil analisis deskriptif diketahui untuk nilai perangkat TIK yang mendukung pembelajaran berbasis e-learning SMA Kota Yogyakarta diperoleh skor terendah sebesar 17, skor tertinggi sebesar 24, rata-rata sebesar 20, dan standar deviasi sebesar 2. Hasil kategorisasi ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 6. Hasil Kategorisasi Penilaian Perangkat TIK yang Mendukung Pembelajaran Berbasis E-Learning SMA Kota Yogyakarta No. Rentang Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Sangat rendah 0 0 2 Rendah 0 0 3 Tinggi 1 9,09 4 Sangat tinggi 10 90,91 Jumlah 11 100 77

Gambar 8. Berdasarkan hasil kategorisasi tersebut, dapat diperjelas dengan Gambar 5. Diagram Ketersediaan Perangkat TIK SMA Kota Yogyakarta b. Infrastruktur jaringan Perhitungan: Skor ideal tertinggi = Skor ideal terendah = Mean ideal (Mi) = Standar deviasi ideal (SDi) = Hasil analisis deskriptif diketahui untuk nilai perangkat infrastruktur jaringan SMA Kota Yogyakarta diperoleh skor terendah sebesar 12, skor tertinggi sebesar 12, rata-rata sebesar 12, dan standar deviasi sebesar 0. Hasil kategorisasi ditunjukkan pada Tabel 16. 78

Tabel 7. Hasil Kategorisasi Penilaian Infrastruktur Jaringan SMA Kota Yogyakarta No. Rentang Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Sangat rendah 0 0 2 Rendah 0 0 3 Tinggi 0 0 4 Sangat tinggi 11 100 Jumlah 11 100 Gambar 9. Berdasarkan hasil kategorisasi tersebut, dapat diperjelas dengan Gambar 6. Diagram Ketersediaan Infrastruktur Jaringan SMA Kota Yogyakarta c. Ruang laboratorium komputer Perhitungan: Skor ideal tertinggi = Skor ideal terendah = Mean ideal (Mi) = Standar deviasi ideal (SDi) = 79

Hasil analisis deskriptif diketahui untuk nilai ruang laboratorium komputer SMA Kota Yogyakarta diperoleh skor terendah sebesar 15, skor tertinggi sebesar 19, rata-rata sebesar 17,636, dan standar deviasi sebesar 1,027. Hasil kategorisasi ditunjukkan pada Tabel 17. Tabel 8. Hasil Kategorisasi Penilaian Ruang Laboratorium SMA Kota Yogyakarta No. Rentang Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 Sangat rendah 0 0 2 Rendah 0 0 3 Tinggi 0 0 4 Sangat tinggi 11 100 Jumlah 11 100 Gambar 10. Berdasarkan hasil kategorisasi tersebut, dapat diperjelas dengan Gambar 7. Diagram Ketersediaan Ruang Laboratorium Komputer SMA Kota Yogyakarta 80

Berdasarkan deskripsi data pada setiap komponen, diperoleh hasil skor sarana dan prasarana pendukung pembelajaran berbasis e-learning SMA Kota Yogyakarta sebesar 16,54 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Skor tersebut disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Skor Keseluruhan Sarana dan Prasarana untuk Mendukung Pembelajaran Berbasis E-Learning No. Komponen Skor Kategori 1 Perangkat TIK 20 Sangat tinggi 2 Infrastruktur jaringan 12 Sangat tinggi 3 Laboratorium 17,636 Sangat tinggi Rata-rata (mean) 16,54 Sangat tinggi B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Kematangan E-Learning Guru Matematika a. Aspek context Kematangan e-learning guru matematika dari aspek context memperoleh rata-rata sebesar 36,630 dari skor maksimal 56. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 62,96%. Skor tersebut menunjukkan bahwa guru matematika telah mampu menerapkan pembelajaran berbasis e-learning. Berdasarkan data yang telah diperoleh, guru matematika SMA Kota Yogyakarta telah mengetahui tujuan dan manfaat pembelajaran berbasis e- learning dengan baik. Namun belum dapat menerapkannya dengan baik. Aspek context kematangan e-learning guru matematika akan lebih baik lagi jika guru meningkatkan kemampuan TIK-nya dengan rutin mengikuti 81

pelatihan/workshop mengenai pembelajaran matematika berbasis e- learning. Selain guru, sekolah atau pemerintah perlu memberikan dorongan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan TIK-nya. Dorongan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan/workshop secara rutin atau memfasilitasi guru untuk mengikuti pelatihan/workshop. b. Aspek input Kematangan e-learning guru matematika dari aspek input memperoleh rata-rata sebesar 21,611 dari skor maksimal 44. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori rendah dengan persentase sebesar 48,15%. Skor tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan konten e-learning yang dilakukan oleh guru matematika kurang baik. Berdasarkan data yang telah diperoleh, banyak guru matematika SMA Kota Yogyakarta belum memanfaatkan fitur layanan aplikasi online assessment. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran seperti pengumpulan tugas, pengumuman nilai, dan tes/ulangan harian masih dilakukan secara manual. Peningkatan aspek input dilakukan dengan meningkatkan kemampuan guru matematika dalam menyusun konten e-learning. Setiap guru memiliki kesempatan untuk menggunggah bahan ajar di situs e- learning. Namun, kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan oleh guru 82

secara maksimal. Tidak jarang guru matematika hanya menggunakan bahan ajar yang telah diunggah oleh guru lain. Selain menyusun konten, peningkatan aspek input juga dilakukan dengan meningkatkan kemampuan guru matematika dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran yang berbasis e-learning. Evaluasi dapat berupa pengumpulan tugas maupun tes/ulangan yang dilakukan secara serempak atau yang telah ditentukan tenggang waktu pelaksanaannya. c. Aspek process Kematangan e-learning guru matematika dari aspek process memperoleh rata-rata sebesar 10,430 dari skor maksimal 24. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori sangat rendah dengan persentase sebesar 48,15%. Skor tersebut menunjukkan bahwa transaksi dan pemanfaatan fitur-fitur dalam situs e-learning yang dilakukan oleh guru matematika sangat buruk. Berdasarkan data yang telah diperoleh, banyak guru yang belum menerapkan pembelajaran berbasis e-learning ketika jam pelajaran sekolah. Selain itu, penerapan pembelajaran berbasis e-learning di luar jam pelajaran sekolah juga jarang dilakukan oleh guru meskipun skor yang diperoleh lebih tinggi daripada penerapan ketika jam pelajaran. Pengelolaan e-learning melalui komputer, laptop, atau smartphone juga jarang dilakukan oleh guru. 83

Guru matematika SMA Kota Yogyakarta belum memanfaatkan fiturfitur layanan aplikasi yang tersedia di situs e-learning secara maksimal. Fitur-fitur tersebut adalah online learning, online assessment, forum dan chat, latihan soal, recording grades dan lain-lain. Sangat sedikit guru yang menggunakan fasilitas chatting dan forum diskusi untuk berdiskusi dengan guru lain atau peserta didik. Bagi guru matematika, diskusi hanya dapat berlangsung dengan tatap muka secara langsung. Transaksi dalam menerapkan pembelajaran berbasis e-learning yang dilakukan oleh guru matematika masih sebatas di luar jam pelajaran sekolah. Seharusnya guru dapat menerapkan pembelajaran berbasis e- learning ketika jam pelajaran sekolah dengan sangat baik karena sarana dan prasarana yang mendukung telah tersedia secara lengkap di sekolah. Selain itu, pemanfaatan fitur-fitur di situs e-learning harus dimanfaatkan secara maksimal supaya pembelajaran dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. d. Aspek product Kematangan e-learning guru matematika dari aspek product memperoleh rata-rata sebesar 7,796 dari skor maksimal 12. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 61,11%. Skor tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika berbasis e-learning memiliki pengaruh yang baik. 84

Meskipun aspek input dan process termasuk dalam kategori rendah dan sangat rendah, guru matematika menyadari bahwa pembelajaran berbasis e-learning memberikan pengaruh yang baik bagi guru maupun bagi peserta didik. Pengaruh bagi guru yaitu pembelajaran berbasis e- learning dapat membantu guru dalam membantu penguasaan materi peserta didik. Sedangkan pengaruhnya bagi peserta didik yaitu dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar peserta didik. Secara keseluruhan, kematangan e-learning guru matematika SMA Kota Yogyakarta memperoleh rata-rata sebesar 19,034. Skor tersebut termasuk dalam kategori rendah yang berarti bahwa kematangan e-learning yang dimiliki oleh guru matematika SMA Kota Yogyakarta kurang baik. Guru belum memanfaatkan fitur-fitur yang ada di situs e-learning secara maksimal sehingga penerapan pembelajaran berbasis e-learning belum dapat berjalan sesuai yang diinginkan. 2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung a. Perangkat TIK Perangkat TIK yang mendukung pembelajaran berbasis e-learning di SMA Yogyakarta memperoleh rata-rata sebesar 20 dari nilai maksimal sebesar 24. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 90,91%. Skor tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan perangkat keras TIK yang mendukung pembelajaran berbasis TIK di SMA Yogyakarta sangat baik. 85

Tidak tersedianya smartboard di SMA menjadi penyebab utama perangkat TIK tidak mencapai nilai maksimal. Hanya tiga dari sebelas sekolah yang memiliki smartboard, yaitu SMAN 2 Yogyakarta, SMAN 7 Yogyakarta, dan SMAN 11 Yogyakarta. Smartboard yang dimiliki juga hanya satu buah di masing-masing sekolah tersebut dan diletakkan di laboratorium komputer. b. Infrastruktur jaringan Infrastuktur jaringan untuk mendukung pembelajaran berbasis e- learning memperoleh rata-rata sebesar 12 dari nilai maksimal sebesar 12. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 100%. Skor tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan infrastuktur jaringan untuk mendukung pembelajaran berbasis TIK di SMA Yogyakarta sangat baik. Seluruh SMAN telah memiliki infrastuktur jaringan yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis e-learning. c. Laboratorium komputer Laboratorium komputer yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembelajaran berbasis e-learning memperoleh rata-rata sebesar 15 dari nilai maksimal sebesar 19. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 100%. Skor tersebut 86

menunjukkan bahwa laboratorium komputer yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran berbasis e-learning di SMA Kota Yogyakarta sangat baik. Luas ruangan laboratorium yang tidak memenuhi standar menjadi penyebab utama laboratorium komputer tidak mencapai nilai maksimal. Hanya tiga dari sebelas sekolah yang memiliki luas ruang laboratorium sesuai ketentuan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, yaitu SMAN 2 Yogyakarta, SMAN 7 Yogyakarta, dan SMAN 11 Yogyakarta. Selain luas ruang laboratorium yang tidak sesuai ketentuan, ada tiga sekolah yang tidak memiliki papan tulis di ruang laboratorium, yaitu SMAN 2 Yogyakarta, SMAN 7 Yogyakarta, dan SMAN 10 Yogyakarta. Secara keseluruhan, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran berbasis e-learning SMA Kota Yogyakarta memperoleh rata-rata sebesar 16,54. Skor tersebut termasuk dalam kategori sangat tinggi yang berarti bahwa ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran berbasis e- learning SMA Kota Yogyakarta sangat baik. Aset yang dimiliki tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Karena sekolah akan rugi jika aset besar tersebut hanya dimanfaatkan pada batas minimalnya. Berdasarkan pembahasan, diperoleh tingkat kematangan e-learning guru matematika berada pada tingkat rendah sedangkan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana pendukungnya berada pada tingkat sangat tinggi. Terjadi kesenjangan (gap) antara dua komponen tersebut. Untuk itu, perlu adanya perbaikan terhadap kualitas SDM (sumber daya manusia) dalam hal kemampuan TIK guru khususnya 87

guru matematika agar pembelajaran berbasis e-learning dapat berjalan seperti yang telah direncanakan. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilakukan secara cermat tahap demi tahap sebagaimana diilustrasi pada laporan secara keseluruhan. Namun, pelaksanaan penelitian ini masih mengandung keterbatasan. Keterbatasan ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi pengguna hasil penelitian maupun peneliti lain yang akan mengkaji permasalahan yang sejenis. Adapun keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain: 1) Pengukuran kematangan hanya diukur melalui angket ke guru bukan melalui tes kematangan e-learning guru matematika. 2) Sampel yang digunakan tidak dikelompokkan terlebih dahulu, guru yang menerapkan pembelajaran berbasis e-learning dan yang belum menerapkan. 3) Tidak dilakukan pengecekan secara langsung bahwa guru menerapkan pembelajaran berbasis e-learning. 88