BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman, 1996; Teronen dkk., 1997). Di Asia dan Afrika prevalensi dan intensitas penyakit periodontal terlihat lebih tinggi daripada di Eropa, Amerika dan Australia. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki urutan kedua utama yang masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Periodontitis merupakan penyakit yang kompleks dan tidak memiliki satu etiologi. Umumnya periodontitis digambarkan sebagai penyakit kronis yang ditandai dengan rusaknya jaringan pendukung gigi dan respon inflamasi karena ketidakseimbangan antara biofilm mikroba pada gigi dan sel inang (Carvalho dkk., 2013). Sebagai penyakit inflamasi kronis, periodontitis merupakan penyakit gigi yang paling sering ditemukan. Penyakit ini merupakan hasil dari interaksi antara biofilm mikroba dan respon tubuh pada jaringan ikat gingiva yang berakibat pada perdarahan gingiva, pembentukan poket periodontal, destruksi jaringan ikat, dan resorpsi tulang alveolar yang dapat menyebabkan tanggalnya gigi (Demirer dkk., 2012). Periodontitis merupakan sebab utama tanggalnya gigi pada orang dewasa (Pihlstrom dan Michalowicz, 2005). Simvastatin atau inhibitor 3-hidroksi-3-metil-glutaril-co-enzim A (HMG- CoA) reduktase merupakan obat penurun kolesterol yang umum digunakan dan 1
2 dapat menghambat biosintesis kolesterol (Yazawa dkk., 2005). Penemuan statin merupakan sebuah revolusi pada perawatan hiperkolesterolemia. Statin merupakan agen hipolipidemik yang paling sering digunakan karena keefektifannya dalam pengurangan kadar kolesterol dalam darah, tolerabilitas yang sangat baik, dan aman (Maron dkk., 2000). Keuntungan statin tidak hanya berpusat dalam pengurangan kadar kolesterol dalam darah tetapi juga dapat menghambat metabolisme mevalonat. Jalur mevalonat menyebabkan produksi isoprenoid yang penting untuk beberapa fungsi seluler, penghambatan HMG-Coa reduktase dapat menyebabkan beberapa efek pleiotropik termasuk efek antioksidan, efek anti-inflamasi, penghambatan proliferasi sel, efek antikariogenik pada hewan, efek antikoagulan, dan aksi anabolik pada jaringan tulang (Calixto dkk., 2011). Simvastatin telah terbukti dapat meningkatkan densitas dan kekuatan tulang. Selain itu, penelitian in vivo juga telah dilakukan dan terbukti dapat membantu pembentukan tulang pasca ekstraksi gigi pada tikus (Zhang dkk., 2014). Hasil studi menunjukkan bahwa statin meningkatkan ekspresi bone morphogenetic protein (BMP)-2 dan vascular endothelial growth factor (VEGF) yang merupakan faktor osteoanabolik yang penting, serta menghambat osteoklastogenesis (Calixto dkk., 2011). Berdasarkan penemuan diatas, dapat dinyatakan bahwa statin mungkin memiliki efek menguntungkan dalam perawatan kerusakan tulang akibat periodontitis. Mundy dkk. (1999) menunjukkan bahwa beberapa statin terutama simvastatin dan lovastatin dapat menstimulasi pembentukan tulang ketika
3 diinjeksi secara subkutan pada tulang tikus serta meningkatkan ekspresi BMP-2 mrna di osteoblas. Yazawa dkk. (2005) meneliti sel ligamentum periodontal secara in vitro untuk melihat diferensiasi dan proliferasinya dan telah diamati bahwa simvastatin meningkatkan proliferasi sel setelah 24 jam. Beberapa studi telah dilakukan untuk mengetahui efek pemberian statin secara sistemik pada penyembuhan tulang dan hasilnya positif. Pemberian statin secara sistemik dengan dosis tinggi dapat berisiko kegagalan hati, penyakit ginjal, dan rhabdomyolisis (Guyton, 2006). Hal tersebut mendorong peneliti lain untuk mempelajari efek pemberian statin secara lokal. Salah satu indikator penting pada regenerasi tulang adalah pembentukan sel osteoblas pada tulang. Osteoblas merupakan sel yang berfungsi mensintesis komponen organik matriks tulang, yakni kolagen tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein. Osteoblas terletak pada permukaan jaringan tulang, berdampingan menyeruapai epitel selapis. Jika osteoblas aktif dalam proses pembuatan matriks, maka osteoblas akan terbentuk kuboid hingga silindris dengan sitoplasma basofil. Jika aktivitas sintesis telah berkurang, maka osteoblas akan menunjukkan bentuk gepeng serta sifat basofilia pada sitoplasmanya berkurang (Junquiera dkk., 1998). Osteoblas merupakan sel yang mensistesis dan mensekresi matriks organik tulang dengan osifikasi langsung dari matriks oleh pensekresian gelembunggelembung kecil matriks (20-250 nm) yang mengandung alkalin-fosfatase dan faktor-faktor inisiasi kalsifikasi lainnya (Telser dkk., 2007). Osteoblas merupakan sebuah parameter baku yang dapat dijadikan acuan proses penyembuhan dan regenerasi tulang. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan mengevaluasi
4 pengaruh aplikasi simvastatin secara topikal terhadap jumlah osteoblas tulang alveolar dalam proses penyembuhan periodontitis. B. Perumusan Masalah Apakah aplikasi simvastatin secara topikal dapat meningkatkan jumlah osteoblas tulang alveolar dalam proses penyembuhan periodontitis? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penyembuhan tulang alveolar dengan simvastatin pernah dilakukan oleh Maciel-Oliveira (2011) yang berjudul Regenerasi Awal Tulang Alveolar Tikus Setelah Aplikasi Simvastatin Secara Topikal. Pada penelitian tersebut kerusakan tulang alveolar dibuat dengan pembedahan sementara pada penelitian ini, kerusakan tulang alveolar akibat periodontitis. Di Indonesia, penelitian mengenai simvastatin pernah dilakukan oleh Bayusentono (2007) dengan judul Pengaruh Simvastatin Terhadap Peningkatan Aktivitas Osteoblas pada Tikus Tuboovariektomi. Perbedaannya adalah dalam penelitian ini yang diteliti adalah jumlah osteoblas tulang alveolar pada proses penyembuhan periodontitis di tikus. Selain itu, penelitian mengenai pembentukan tulang alveolar yang mengalami periodontitis pernah dilakukan oleh Demirer dkk. (2012) dengan judul Pengaruh Asam Borat Terhadap Periodontitis dan Kerusakan Tulang Alveolar pada Tikus. Penelitian tersebut menggunakan bahan yang berbeda yaitu asam borat terhadap penyembuhan periodontitis.
5 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi simvastatin secara topikal terhadap jumlah osteoblas tulang alveolar dalam proses penyembuhan periodontitis. E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi dalam bentuk data mengenai pengaruh simvastatin dalam proses penyembuhan periodontitis pada tikus Sprague dawley dengan jumlah osteoblas sebagai parameter baku penyembuhan tulang alveolar. 2. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan terkait penggunaan simvastatin untuk mempercepat regenerasi tulang, khususnya tulang alveolar. 3. Sebagai dasar penelitian selanjutnya terkait dengan penggunaan simvastatin di bidang kesehatan.