BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Rakhman Firdaus, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. dari segi budaya, social maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu organisasi yang

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berakhlak mulia dan mampu menempatkan dirinya dalam situasi apapun. Karakter

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

PENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR SISWAMELALUI TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas akan mewujudkan manusia yang bermutu tinggi, berbudi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, agar dapat menciptakan sumber. peningkatan terhadap kualitas pendidikan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

3. Tata tertib ini wajib ditaati oleh semua siswa selama mereka masih berlajar di SMK. BONAVITA TANGERANG.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

KESADARAN, BUDAYA, DAN GENGSI. Oleh : ANASTASIA EVIRA

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 45 JAKARTA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

MENDIDIK (Educating), MENGINSPIRASI (Inspiring) dan MEMBENTUK (Transforming) Siswa untuk menjadi yang terbaik dalam dunia media

INGAT: DIISI DITANDATANGANI DIKEMBALIKAN KE SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

KODE ETIK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 12 KOTA SERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. adanya para karyawan yang memiliki kedisiplinan yang baik sebagai unsur

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

KEMAMPUAN GURU PKn DALAM MEMBINA KARAKTER SISWA DI SMP NEGERI 16 SIGI. Linda Agustina 1 Jamaludin 2 Hasdin 3 ABSTRAK

TATA TERTIB PESERTA RATAM JURUSAN PGSD TAHUN 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi pelanggaran terhadap peraturan yang berupa tata tertib sekolah

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

PEDOMAN PERILAKU DAN KODE ETIK

2. Tata tertib ini sifatnya mengikat dan wajib ditaati oleh seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. semakin cepat tidak dapat dihindari. Dampak positif dari globalisasi antara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya tata krama kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah ekses negatif yang sangat merisaukan masyarakat. Akses tersebut antara lain semakin maraknya penyimpangan berbagai norma kehidupan agama dan sosial kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk kurang hormat kepada guru dan pegawai sekolah, kurang disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan peraturan, kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan, perkelahian antar pelajar, penggunaan obat terlarang dan lain-lainnya. Masalah ini bilamana tidak segera diatasi akan semakin mengancam kehidupan generasi bangsa khususnya dan tata kehidupan sosial masyarakat pada umumnya. Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 7 dinyatakan bahwa orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya, serta masyarakat 1

2 berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sebagaimana diketahui, bahwa pendidikan budi pekerti secara konsepsional dapat dibagi dalam dua aspek yang dipersepsi dan yang diwujudkan. Telah disepakati bahwa pendidikan budi pekerti yang dipersepsi dan diajarkan dimasukkan dan diintegrasikan kedalam mata pelajaran yang relevan (Pendidikan Agama, PPKn, Bahasa Indonesia). Namun demikian, tujuan akhir adalah bagaimana pendidikan budi pekerti menjadi bagian yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan small community, suatu masyarakat dalam skala kecil sehingga gagasan untuk mewujudkan masyarakat yang taat akan norma perlu diwujudkan dalam tata kehidupan sekolah, yang salah satunya melalui pendidikan budi pekerti yang nyata dilakukan, bukan semata-mata yang dipersepsi. Oleh karena itu, setiap sekolah mulai saat ini perlu mulai memikirkan bagaimana mewujudkan pendidikan budi pekerti agar anak didik betul-betul dapat menerapkan norma dan tata nilai yang sesuai dengan agama dan budaya bangsa. Sekolah merupakan tempat pendidikan setelah lingkungan keluarga. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab besar untuk mencapai tujuan pendidikan. Di sekolah dikembangkan aturan yang berlaku untuk mengatur kedudukan dan peranan seseorang sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Sekolah juga bertugas membentuk kepribadian siswa agar mempunyai kepribadian yang luhur, mulia, serta berdisiplin yang tinggi. Sekolah

3 menjadi sarana yang penting dalam memupuk sikap disiplin siswa. Disiplin merupakan bagian dari solusi yang mampu menjadikan norma-norma aturan dapat teraplikasi secara benar dan tepat sasaran, sehingga proses pendidikan dan pengajaran di sekolah menjadi kondusif. Peran sekolah dalam membentuk disiplin siswa menjadi kebutuhan pokok bagi sekolah yang mendambakan kemajuan. Sekolah yang selalu menegakkan disiplin kepada siswanya maka akan mampu menjadi sekolah yang berkualitas. Sikap disiplin harus dilakukan dengan terbiasa, anak akan melakukan aktifitasnya sesuai dengan aturan yang ada sehingga perilaku menyimpang dapat dikurangi. Kedisiplinan dapat memberi kenyamanan pada siswa dan guru serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar serta perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar. Untuk dapat membentuk disiplin siswa dibutuhkan kerjasama yang baik antara guru, siswa dan lingkungan sekolah. Tata tertib merupakan salah satu cara untuk membentuk disiplin siswa. Tata tertib merupakan pedoman bagi sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman dan tertib sehingga pembelajaran terhindar dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Penegakan tata tertib di sekolah sangat penting dilakukan. Hal ini dikarenakan dengan melakukan implementasi tata tertib di sekolah dapat mengurangi tindakan-tindakan negatif dari siswa seperti terlambat datang sekolah atau kebiasaan membolos. Melakukan penegakan disiplin yang ketat melalui implementasi tata tertib dapat menjadikan siswa untuk terbiasa bersikap disiplin sehingga pelanggaran-pelanggaran di sekolah dapat dikurangi. Oleh karena itu,

4 sekolah harus menjalankan tata tertib dengan konsisten baik dari guru maupun siswa sehingga mampu meningkatkan kualitas tingkah laku siswa. Selain itu, orang tua selalu memikirkan cara yang tepat untuk menerapkan sikap disiplin bagi anaknya sejak usia dini sampai usia sekolah. Anak-anak diarahkan untuk belajar mengenai hal-hal yang baik, yang merupakan persiapan bagi masa depannya, sikap disiplin yang tertanam pada anak akan membuat mereka lebih berkonsentrasi belajar, sehingga anak-anak tersebut berhasil di dalam sekolah. Sikap disiplin tumbuh bukan merupakan peristiwa mendadak yang terjadi seketika. Sikap disiplin tumbuh secara bertahap sedikit demi sedikit. Selain itu, sikap disiplin yang dibawa dari rumah akan sangat menentukan warna disiplin siswa di sekolah. Rasa senang melihat keberhasilan anak dan kekecewaan melihat sikap anak yang buruk merupakan hal yang paling efektif dalam menerapkan disiplin pada anak. Lingkungan sekolah menerapkan sikap disiplin dilakukan dengan adanya pemberlakuan tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah berlaku bagi semua siswa di sekolah itu. Guru merupakan orang tua di sekolah bagi semua siswa. Oleh karena guru sangat berperan sekali dalam keberhasilan membentuk perilaku siswa-siswi. Melalui tata tertib harus berusaha mampu menerapkan sikap disiplin pada setiap anak didiknya. Guru yang realistis, menyadari ada kalanya membuat konsekuensi bagi pelanggar tata tertib sekolah. Tidak semua tata tertib akan diikuti dengan baik apabila tidak ada kemauan dengan pihak siswa untuk mematuhinya. Kesediaan siswa untuk mematuhi atau mengingkari tata tertib tersebut sangat dipengaruhi

5 oleh konsekuensi atau akibatnya, baik positif maupun negatif. Sebagaimana diketahui, bahwa dalam proses pendidikan, hadiah dan hukuman merupakan akibat dari pematuhan dan pengingkaran terhadap tata tertib dan keduanya itu dikategorikan sebagai proses pendidikan. Disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Untuk itu, guru memerlukan pemahaman tentang landasan ilmu kependidikan dan keguruan, sebab dewasa ini rendahnya sopan santun dan rendahnya disiplin dalam proses pendidikan, yang dilakukan oleh peserta didik. Sekolah merupakan tempat atau lembaga pendidikan yang mana siswa bukan saja hanya belajar mengenai ilmu tetapi juga diwajibkan harus mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah demi membangun akhlak siswa dan memiliki karakter sebagaimana disebut sebagai siswa yang taat dan siswa yang disiplin. Setiap sekolah tentu memiliki peraturan demi terciptanya sikap disiplin siswa khususnya dalam sekolah tersebut,namun jika dilihat kenyataannya siswa belum sepenuhnya mematuhi tata tertib sekolah tersebut. Sebaliknya sebagian siswa masih tidak peduli dengan aturan tersebut, malah siswa tersebut beranggapan lebih baik dihukum atau diberi sanksi oleh Bapak/Ibu Guru yang ada disekolah dari pada mematuhi aturan yang telah dibuat oleh pihak sekolah. Sebagian siswa jika dilihat pada kenyataannya, siswa terpengaruh oleh kemajuan zaman modern sekarang ini, siswa tersebut tidak merasa puas jika tidak melakukan kehendak sendiri, misalnya dalam berpakaian seragam sekolah. Seharusnya siswa tersebut harus mengikuti aturan yang telah dibuat bahwa dalam

6 memakai seragam sekolah, baju tidak diperbolehkan sempit, celana tidak di potong, tidak memakai kaos kaki secara sembarangan, selain itu dalam hal penampilan siswa masih banyak yang memiliki rambut gondrong atau panjang khususnya bagi laki-laki dan wanita juga masih banyak yang melanggar aturan seperti halnya dalam berpakaian juga. Selain itu tata tertib sekolah yang tidak ditaati maraknya penggunaan HP ( handphone) di kelas pada saat kegiatan belajar mengajar, tidak melaksanakan tugas piket di kelas dengan baik atau membersihkan ruangan kelas serta masalah yang sering berulang kali terjadi ialah masalah pembayaran uang sekolah yang tidak pada waktunya dilunasi, jika masalah tersebut kebiasaan dilakukan oleh siswa maka sikap disiplin siswa akan semakikn menurun. Sehubungan dengan rendahnya disiplin dalam menaati tata tertib sekolah juga akan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan, maka timbul pula pertanyaan lain, yaitu: Apakah tata tertib sekolah berpengaruh dalam meningkatkan rendahnya sikap disiplin tersebut? Dari latar belakang di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang : Pengaruh penerapan tata tertib sekolah terhadap tingkat kedisiplinan Siswa di SMA Swasta Mardi Lestari Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas, maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan yaitu: 1. Rendahnya pemahaman siswa terhadap peraturan tata tertib sekolah 2. Rendahnya peran penerapan tata tertib sekolah terhadap disiplin

7 3. Tugas pihak sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa melalui penerapan tata tertib sekolah 4. Pengawasan pihak sekolah dari kedisiplinan siswa dalam mematuhi peraturan tata tertib di sekolah C. Batasan Masalah Melihat banyaknya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi, maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji. Penulis hanya memusatkan masalah pada: rendahnya penerapan tata tertib sekolah terhadap disiplin siswa. D. Rumusan Masalah Menurut Suryabrata (2009:17) mengatakan bahwa: setelah masalah diidentifikasi, dipilih, maka perlu dirumuskan. Perumusan ini penting, karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah pengaruh yang signifikan dari penerapan tata tertib sekolah terhadap sikap disiplin siswa SMA Swasta Mardi Lestari Medan? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mempunyai pengaruh yang besar dalam komponen penelitian lainnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan tata tertib sekolah terhadap sikap disiplin siswa di SMA Swasta Mardi Lestari Medan

8 E. Manfaat Penelitian. 1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai tata tertib dan disiplin 2. Bagi pembaca, untuk mengajak para pembaca dalam melaksanakan tata tertib dan disiplin 3. Bagi siswa SMA Swasta Mardi Lestari Medan, dapat memberikan inspirasi atau masukan terhadap siswa untuk mematuhi tata tertib sekolah dan meningkatkan kedisiplinan di Sekolah. 4. Bagi masyarakat, dapat memberikan pengetahuan dan dapat meningkatkan kesadaran pentingnya penerapan peraturan tata tertib yang ada demi terciptanya sikap disiplin. 5. Bagi guru, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan budaya tertib siswa di sekolah