BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan lalu lintas sudah menjadi masalah sehari-hari warga Jakarta. Hal ini disebabkan pertumbuhan jalan dan pertambahan jumlah kendaraan yang tidak seimbang. Kemacetan juga dipicu oleh ketidakpatuhan masyarakat terhadap tata tertib lalu lintas yang berlaku. Masyarakat acap kali melanggar peraturan lalu lintas dengan alasan efisiensi waktu. Masyarakat yang mengendarai kendaraannya dengan ugal-ugalan dan tidak mengindahkan adanya peraturan atau tata tertib lalu lintas yang berlaku akan memicu terjadinya kecelakaan yang tentunya berdampak pada kemacetan disekitarnya 1. Berikut ini merupakan tabel data Ditlantas Polda Metro Jaya terkait jumlah pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di Jakarta periode 2007-2011 : Tahun Jumlah Pelanggaran Jumlah Kecelakaan 2007 633.522 5.154 2008 509.124 6.393 2009 737.426 7.329 2010 720.837 8.235 2011 450.495 3.288 Jan s/d April Sumber : Data Laka Lantas Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya. 1 Tri Tjahjono,dalam Djoko Susilo, Lalu Lintas Jakarta Dari Metropolitan Menuju Megapolitan, Direktorat Lalu Lintas Polda Metropolitan Jakarta Raya, 2006, hal. XIV 1
2 Kecelakaan akibat pelanggaran lalu lintas kini telah pada kondidsi yang memprihatinkan, sehingga perlu ada langkah-langkah nyata untuk mencegahnya. Untuk mengurangi tingkat pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, maka Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya memberlakukan sistem penegakan hukum lalu lintas yang diberi nama ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) atau yang lebih sering disebut Tilang Elektronik. Dengan adanya program baru tersebut, menggambarkan usaha keras Polda Metro Jaya untuk meningkatkan ketertiban berlalu lintas. Sistem penegakan hukum ini bertujuan agar terwujudnya penegakan hukum yang cepat, efektif dan efisien serta lebih transparan, akuntabel dan modern dalam rangka membangun budaya tertib berlalu lintas guna meminimalisir terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh ketidaktertiban para pengguna jalan. Disamping itu program ini juga dimaksudkan untuk mengurangi adanya interaksi, debat, dan lain-lain antara pelanggar lalu lintas dengan polantas serta untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan dalam proses penegakan hukum (damai ditempat) 2. Mekanisme dari program tersebut berupa hasil rekaman data CCTV mengenai tindak pelanggaran lalu lintas yang kemudian dikirimkan ke Traffic Management Centre (TMC) untuk diketahui identitas pelanggar, lalu diproses dan dicetak berupa surat tilang elektronik beserta foto bukti pelanggarannya, kemudian data tersebut dikirim ke alamat pelaku pelanggaran tersebut. 2 Buku Ditlantas Kami Memang Belum Sempurna, Tapi Akan Terus Berusaha
3 Dengan dasar UU Transasksi Elektronik dan UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, maka pihak kepolisian telah berupaya mengadakan sistem untuk efisiensi dan keakuratan pemantauan tindak pelanggaran lalu lintas. Namun hal ini menjadi perdebatan di masyarakat karena jenis tindakan pelanggaran menerobos lampu merah dikenai denda maksimal yang cukup berat. Denda yang diberikan terdiri dari 3 jenis ini yaitu menerobos lampu merah, melanggar stop line, dan melanggar yellow box akan dikenai maksimal Rp 1.500.000. Dalam pemberlakuan suatu program, tentunya harus dibarengi dengan penyosialisasian kepada masyarakat mengenai aturan pada sistem baru tersebut. Penyosialisasian ini merupakan langkah terpenting dalam berlakunya suatu aturan, dengan adanya penyosialisasian tersebut diharapkan kesadaran masyarakat untuk mentaati aturan akan meningkat. Program tilang elektronik ini mulai diberlakukan pada tanggal 4 april 2011 di kawasan perempatan Sarinah Jalan MH Thamrin, namun pemberlakuannya masih dalam tahap uji coba dan sosialisasi. Mulai diberlakukannya sistem tilang elektronik tersebut disambut beragam tanggapan oleh para pengendara yang melintasi Sarinah - Thamrin, Jakarta Pusat. Tanggapan secara positif yang mengatakan cukup bagus sistem tilang elektronik diberlakukan maka para pengendara yang melintas harus hati-hati untuk tidak melanggar. Ada pula yang mengatakan sistem tilang elektronik ini sebagai pencegah adanya praktek Uang Damai yang sering dilakukan oknum kepolisian dengan pelanggar. Tanggapan yang negatif juga turut mewarnai penerapan sistem tilang elektronik diantaranya percuma saja karena dipasang tilang elektronik pun pasti
4 banyak saja pengendara yang melanggar, ada-ada saja sistem tilang elektronik benar-benar tidak efektif malah rakyat dibebani oleh mekanisme yang rumit dan biaya tilang yang besar. 3 Kendati masih menuai pro-kontra dari masyarakat, Ditlantas terus berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui salah satu kegiatan Humas yakni sosialisasi dengan menyampaikan pesan informasi serta memberikan penerangan kepada masyarakat tentang pelayanan masyarakat, kebijakan serta tujuan yang akan dicapai oleh pemerintah dalam melaksanakan program kerja. Sosialisasi merupakan penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan sadar akan fungsi sosialnya sehingga dapat aktif didalam masyarakat. Agar suatu program yang akan disosialisasikan dapat dipahami, maka perlu adanya kemampuan dalam berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pertukaran yang mendalam 4. Komunikasi menjadi kunci utama dalam mewujudkan tercapainya kesamaan pendapat dan tujuan yang sama diantara manusia yang satu dengan yang lainnya. Rintangan dalam mencapai keberhasilan untuk menyatukan pikiran 3 http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2011/04/04/sistem-tilang-elektronik-vs-kedisiplinanmasyarakat-indonesia/ 4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi,PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta,2008, hal.20
5 diantara orang-orang dalam industri, perburuhan, pendidikan, komunitas dan pemerintah harus diatasi dengan komunikasi yang lebih efektif 5. Pengaruh komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi didalam diri penerima karena menerima pesan-pesan dari suatu sumber. Adapun perubahan perubahan yang dimaksud diantaranya perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku nyata.komunikasi dikatakan efektif apabila mampu menghasilkan efek- efek atau perubahan sebagai yang diharapkan oleh sumber seperti pengetahuan, sikap dan perilaku, atau ketiganya. Perubahan perubahan dipihak penerima ini diketahui dari tanggapan- tanggapan yang diberikan penerima sebagai umpan balik. 6. Komunikasi memiliki peranan penting dalam menjalankan beragam kegiatan organisasi, karena komunikasi merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan suatu program. Apabila komunikasi itu berjalan dengan baik dan dilakukan secara berkesinambungan, maka tidak menutup kemungkinan program yang akan atau yang sedang dilaksanakan akan tercapai sesuai tujuan organisasi. Keefektifan komunikasi tidak saja ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi, tetapi juga dapat ditentukan oleh diri si komunikator itu sendiri, dimana seorang komunikator diharapkan mampu menyampaikan pesan atau informasi yang mudah dimengerti dan dipahami khalayak. Dalam menjalankan kegiatan sosialisasi, dibutuhkan adanya komunikasi yang intensif, persuasif, dan berkesinambungan saat memberikan informasi agar tercapai kesepakatan bagi komunikator dengan komunikan. serta perlu adanya tim 5 H. Frazier Moore. Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hal 85 6 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, PT.Grasindo,2000, hal. 39
6 yang solid, karena itu merupakan sebuah bentuk jalinan antara masyarakat dengan organisasi. Sosialisasi ini diperlukan agar masyarakat lebih mengerti dan memahami permasalahan mengenai kecelakaan dan kemacetan lalu lintas khususnya di DKI Jakarta. Dalam mengkomunikasikan sosialisasi program Tilang Elektronik ini, yang bertindak sebagai komunikator adalah Divisi Pendidikan Masyarakat Dan Rekayasa Lalu Lintas (DIKYASA) Polda Metro Jaya. Divisi ini menjalankan fungsi layaknya profesi Humas namun tetap dalam ranah Kepolisian Direktorat Lalu Lintas yang fungsinya yaitu melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung, menjalin hubungan baik dengan stakeholders, memberikan penyuluhan kepada masyarakat, memberikan penerangan terkait kebijakan program lalu lintas. 7 Menurut Edward L. Bernay, terdapat tiga fungsi utama humas yaitu Memberikan penerangan kepada masyarakat, Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung, Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya 8. Sehingga penting untuk menerapkan kegiatan sosialisasi guna mendukung aktivitas utama manajemen. Mengingat program tilang elektronik tidak begitu saja dapat diterima masyarakat, maka Dikyasa perlu membuat program-program yang terkoordinir dan terencana agar tujuan komunikasi yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan baik. Perlu adanya pembentukan strategi komunikasi agar pesan yang 7 Wawancara Kasubdit Dikyasa 8 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi Dan Aplikasi. Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2005, hal.18
7 disampaikan kepada masyarakat dapat dipahami. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil penelitian mengenai Strategi Komunikasi Divisi Pendidikan Masyarakat Dan Rekayasa (DIKYASA) Polda Metro Jaya Dalam Menyosialisasikan Program Tilang Elektronik Wilayah Jakarta Pusat. Periodisasi penelitian ini adalah bulan Mei- Oktober 2011, alasannya karena program tersebut mulai di uji cobakan pada awal bulan April 2011, sehingga penulis ingin melihat program tersebut selama 6 bulan pertama program dijalankan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin merumuskan permasalahan mengenai Bagaimana Strategi Komunikasi Divisi Pendidikan Masyarakat Dan Rekayasa (DIKYASA) Polda Metro Jaya Dalam Menyosialisasikan Program Tilang Elektronik Wilayah Jakarta Pusat? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Strategi Komunikasi Divisi Pendidikan Masyarakat Dan Rekayasa (DIKYASA) Polda Metro Jaya Dalam Menyosialisasikan Program Tilang Elektronik Wilayah Jakarta Pusat. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada ilmu komunikasi dan dapat menyumbang suatu masukan baru bagi pengembangan ilmiah mengenai strategi komunikasi sehingga berguna untuk memperluas wawasan dalam bidang ilmu komunikasi.
8 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Diharapkan bermanfaat bagi instansi sebagai masukan dan evaluasi dalam menjalankan strategi komunikasi kepada masyarakat dan menjaga citra kepolisian khususnya direktorat lalu lintas polda metro jaya. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang komunikasi serta melatih kemampuan berfikir secara sistematis.