PENGETAHUAN METAKOGNISI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LIMIT

dokumen-dokumen yang mirip
PELIBATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA. Oleh: Mustamin Anggo (Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Kendari)

IDENTIFIKASI AKTIVITAS KARAKTERISTIK METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAAN KIMIA

METAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA (STUDI KASUS PADA SISWA SMP BERDASARKAN GENDER)

BAB II KAJIAN TEORI. didefinisikan sebagai pemikiran tentang pemikiran (thinking about

Norma I. M. J. et al., Analisis Pengetahuan Metakognisi Siswa...

Profil Metakognisi Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Open-Ended (Studi Kasus Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa )

Metakognisi dan Usaha Mengatasi Kesulitan dalam Memecahkan Masalah Matematika Kontekstual

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS PENGETAHUAN METAKOGNITIF UNTUK MEMPERSIAPKAN GENERASI ABAD KE-21

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

IDENTIFIKASI PENGETAHUAN METAKOGNISI CALON GURU FISIKA

AKTIVITAS METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH PEMBUKTIAN LANGSUNG DITINJAU DARI GENDER DAN KEMAMPUAN MATEMATIKA GATUT ISWAHYUDI*)

METAKOGNISI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA PENGEMBANGANNYA?

PEMANFAATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMA * Theresia Kriswianti Nugrahaningsih**

PENELUSURAN PERILAKU METAKOGNITIF MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

المفتوح العضوية المفتوح العضوية

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA

Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Masalah Kontekstual

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL

PROSIDING ISBN :

IDENTIFIKASI POLA KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMAN 18 SURABAYA

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNISI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROFIL METAKOGNISI SISWA SMA KELAS X

EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI. Kata kunci: Efikasi, metakognisi dan penyelesaian masalah.

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA DENGAN MELIBATKAN KETERAMPILAN METAKOGNISI

DIAGNOSA KESULITAN METACOGNITIVE AWARENESS TERHADAP PROSES PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

2016 PENERAPAN PEND EKATAN METAKOGNITIF D ALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA

Karina Siti Putrianingsih et al., Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa... Karina Siti Putrianingsih, Hobri, Toto' Bara Setiawan

METAKOGNISI SISWA SMA KELAS AKSELERASI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Nurfauziah Siregar FTIK, IAIN Padangsidimpuan

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

Mega Teguh Budiarto Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,

AKTIVITAS METAKOGNISI SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

AKTIVITAS METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GENDER SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI METODE THINK PAIR SQUARE DAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS X

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI MIA 4 SMAN 1 MENGANTI GRESIK

PERILAKU METAKOGNISI BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA

ANALISIS METAKOGNISI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH DALAM MATERI KAIDAH PENCACAHAN PADA SISWA KELAS XII IPS I MAN I KUBU RAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA: PENGETAHUAN AWAL, APRESIASI MATEMATIKA, DAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS

AKTIVITAS METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS V SD N 03 SINGOSARI TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika sejatinya dipandang sebagai alat untuk mengembangkan cara

Universitas Muhammadiyah Surakarta 1) 2) Kata Kunci: memantau dan mengevaluasi; merencana; metakognitif

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF BERBASIS PEMECAHAN MASALAH KONTEKTUAL MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BALIKPAPAN

2013 PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK

PROFIL METAKOGNISI MAHASISWA PEREMPUAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BANGUN DATAR DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF

OLEH: NILA ANGGRENI E1M

Peranan Metakognitif dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

a. Apakah sains? b. Jenis pengetahuan 1) declartive 2) contextul 3) procedural c. Tujuan sains di SD Page 1 of 12

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

KEMAMPUAN METAKOGNISI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII B MTS MADANI ALAUDDIN PAOPAO KABUPATEN GOWA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Permendiknas No. 22 (Departemen Pendidikan Nasional RI,

HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan bagian yang integral dari pembelajaran matematika.

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Strategi Metakognisi pada Cooperative Learning Tipe STAD untuk Melihat Perkembangan Metakognisi Siswa pada Materi Elastisitas

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Analisis Pemahaman Mahasiswa Terhadap Konsep Limit Fungsi di Satu Titik (Studi Kasus pada Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNM)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif.

Aktivitas Metakognisi Mahasiswa Calon Guru Matematika dalam Pemecahan Masalah Terbuka

Siti Sholichah dan Bambang Sugiarto

mengungkapkan gagasan-gagasan matematis secara tulisan atau lisan, menggunakan pendekatan bahasa matematis untuk menyatakan informasi matematis, mengg

Analisis Penerapan Trigonometri Menggunakan Media Klinometer Terhadap Strategi Pemecahan Masalah

Binur Panjaitan Universitas HKBP Nommensen. Abstract. I. Pendahuluan

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

IDENTIFIKASI KESALAHAN MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DALAM GEOMETRI

KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO

TEACHING READING BY COMBINING CLICK AND CLUNK AND 3H (HERE, HIDDEN, IN THE HEAD) STRATEGY AT SENIOR HIGH SCHOOL. Oleh : *) NUR ANISA

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MAHASISWA DALAM MATA KULIAH PROGRAM LINIER

PROFIL BERPIKIR SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

P 25 Learning Mathematics To Grow Metacognitive Ability In Understanding And Mathematic Problems Solving On Limit

PENGGUNAAN SOFTWARE CABRI PADA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI DIMENSI TIGA KELAS X SMA

DESKRIPSI ASIMILASI DAN AKOMODASI MAHASISWA BERKEMAMPUAN SEDANG DALAM BELAJAR ELLIPS, HIPERBOLA, DAN PARABOLA

METAKOGNISI. Wahyu Rahardjo

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNISI PADA PEMBELAJARAN KALOR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH

PROSES METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS VII SMP

METAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Penerapan Pembelajaran Matematika Kolaboratif dengan Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa Kelas XI

PROFIL METAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL BERDASARKAN GAYA KOGNITIF

Pengkategorian Kesadaran Metakognitif Mahasiswa pada Pembelajaran Aljabar Linier di AMIKOM Mataram

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KIMIA PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI IPA

STUDI KASUS: KARAKTERISTIK ANTISIPASI EKSPLORATIF

Oleh : RISKA DWI JAYANTI Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Strategi Metakognisi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN NEWMAN S ERROR ANALYSIS PADA SISWA KELAS VIII SMPN 27 PADANG

By SRI SISWANTI NIM

PROFIL METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN BERDASARKAN GAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF

Proses Metakognisi Siswa dalam Pemecahan Masalah Aljabar Berdasarkan Taksonomi SOLO

ANALISIS KESALAHAN PENGOLAHAN MATEMATIKA DALAM MENYELESAIAKAN MASALAH LINGKARAN

Bagaimana Cara Guru Matematika Meningkatkan Kecakapan Mengenal Diri Sendiri Para Siswa? Fadjar Shadiq

EKSPLORASI PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI TINGKAT KONEKSI MATEMATIS YANG DIBANGUN OLEH MAHASISWA STKIP YPUP MAKASSAR. Nurfaida Tasni * ABSTRACT

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hilman Imadul Umam, 2013

Kiki Dewi Rahmawati et al., Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa... Kata kunci: kemampuan metakognisi, metakognisi, penyelesaian masalah, polya.

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika memiliki kontribusi yang cukup besar dalam

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGETAHUAN METAKOGNISI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LIMIT Pathuddin 1 Mahasiswa S3 Universitas Negeri Surabaya 1 pathuddinsapa@yahoo.co.id 1 Pemecahan masalah limit kegiatan untuk mencari jalan keluar dari suatu masalah limit yang ingin diselesaikan, namun tidak segera dapat ditemukan cara penyelesainnya, sehingga peserta didik dalam menyelesakan masalah limit perlu melibatkan pengetahuan metakognisinya. Pengetahuan metakognisi dalam memecahkan masalah limit dapat berupa pengetahuan pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural dan pengetahuan kondisional. Kata Kunci: Pengetahuan metakognisi, Masalah limit 1. Pendahuluan Materi limit merupakan salah satu konsep dasar dalam kalkulus yang diajarkan kepada mahasiswa di perguruan tinggi khususnya pada program studi pendidikan matematika. Sebagai konsep dasar kalkulus, kemampuan pemecahan masalah limit diperlukan untuk membangun pemahaman tentang konsep dasar kalkulus. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah limit oleh mahasiswa mutlak diperlukan agar konsep-konsep yang dilandasi oleh konsep limit juga dapat dipahami dengan baik oleh mahasiswa. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata kuliah kalkulus pada program studi S1 pendidikan matematika fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Tadulako, masih banyak mahasiswa sebagai calon guru matematika yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah limit dan kurang mampu menggunakan konsep limit dalam memecahkan masalah kekontinuan, turunan, dan integral. Sebagai contoh ketika mahasiswa diminta menyelesaikan lim x 1 x3 1 x 1, masih banyak yang menjawab 0/0. Langkah-langkah pemecahan masalah matematika yang banyak dirujuk adalah pentahapan oleh Polya (1973), yang mengemukakan empat tahapan penting yang perlu dilakukan yaitu: 1. Memahami masalah, meliputi memahami berbagai hal yang ada pada masalah seperti apa yang tidak diketahui, apa saja data yang tersedia, apa syaratsyaratnya, dan sebagainya. 2. Memikirkan rencana, meliputi berbagai usaha untuk menemukan hubungan masalah dengan masalah lainnya atau hubungan antara data dengan hal yang tidak diketahui, dan sebagainya. Pada akhirnya seseorang harus memilih suatu rencana pemecahan. 3. Melaksanakan rencana, termasuk memeriksa Halaman 50 dari 896

Pathuddin setiap langkah pemecahan, apakah langkah yang dilakukan sudah benar atau dapatkah dibuktikan bahwa langkah tersebut benar. 4. Melihat kembali, meliputi pengujian terhadap pemecahan yang dihasilkan. Tahapan pemecahan masalah yang dikemukakan Polya telah menjadi dasar bagi pengembangan strategi metakognitif, dan telah banyak dirujuk oleh para peneliti pendidikan, khususnya pendidikan matematika. Pada pelaksanaannya, aktivitas dan keterampilan tersebut dapat dicirikan oleh karakteristik metakognisi sebagaimana dikemukakan Buron (Chrobak, 1999), bahwa metakognisi memiliki empat karakteristik, yaitu: (1) mengetahui tujuan yang ingin dicapai melalui proses berpikir secara sungguhsungguh, (2) memilih strategi untuk mencapai tujuan, (3) mengamati proses pengembangan pengetahuan diri sendiri, untuk melihat apakah strategi yang dipilih sudah tepat, (4) mengevaluasi hasil untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai. Pelibatan metakognisi dalam memecahkan masalah adalah hal yang sangat menarik untuk dikaji. Hal ini sesuai dengan penelitian Keiichi (2000) menyatakan bahwa: metakognisi memainkan peranan penting dalam menyelesaikan masalah dan seseorang lebih terampil memecahkan masalah jika mereka melibatkan pengetahuan metakognisi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka lembaga pendidikan yang menciptakan tenaga pengajar atau guru harus dapat menciptakan guru yang mampu memecahkan masalah dengan melibatkan keterampilan dan pengetahuan metakognisinya. Schoenfeld (Gama, 2004:34) mengungkapkan bahwa: there are three distinct aspects of metacognition that are relevant in the learning of mathematics: knowledge, beliefs (and intuitions), and self-regulation. 1. The metacognitive knowledge component relevant for problem solving is one s knowledge of one s own thought processes. Schoenfeld affirms that one s approach to a task and one s understanding of how to solve that task are affected by the extent to which one can realistically assess what one is capable of learning. 2. Beliefs and intuitions are ideas about a learning topic one brings to work. They function as interpretative filters and implicit assumptions that shape the way one Halaman 51 dari 896

Pengetahuan Metakognisi dalam Menyelesaikan Masalah Limit 3. interprets the learning task. Schoenfeld states that students build their mathematical frameworks from their beliefs, intuitions, and past experiences trying to understand and make sense of the world. For example, one such belief could be that classroom mathematics is formulaic, non-negotiable, and not related to the outside world. 4. Self-regulation refers to how well one keeps track of what one is doing, and how well one uses the input from this monitoring to guide one s problem solving actions. Another way to think about this is as awareness of one s thinking and one s progress in solving a problem. Schoenfeld mengisyaratkan bahwa ada tiga cara untuk menerapkan metakognisi dalam menyelesaikan masalah matematika, yakni knowledge, beliefs (and intuition) and self-regulation. The metacognitive knowledge. Komponen yang relevan untuk memecahkan masalah adalah pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya. Schoenfeld menegaskan bahwa pendekatan seseorang ke satu tugas dan pemahaman seseorang tentang bagaimana untuk menyelesaikan tugas yang dipengaruhi oleh sejauh mana orang dapat secara realistis menilai apa yang mampu dipelajari, Beliefs and intuitions adalah ide-ide tentang sebuah topik belajar yang salah satunya membawa untuk bekerja. Schoenfeld menyatakan bahwa siswa membangun kerangka matematika mereka dari keyakinan mereka, intuisi dan pengalaman masa lalu dalam memahami dan memaknai kehidupan dunia, dan Self regulation mengacu pada seberapa baik seseorang memantau apa yang dilakukan dan seberapa baik dia menggunakan hasil pengamatan untuk membimbingnya memecahkan masalah. Cara lain untuk berpikir tentang hal ini adalah sebagai kesadaran berpikir seseorang dan perkembangan seseorang dalam memecahkan masalah. Selanjutnya Pierce (2003) dalam tulisannya berjudul Metacognition: Study Strategies, Monitoring, and Motivation, mengatakan: To increase their metacognitive abilities, students need to possess and be aware of three kinds of content knowledge: declarative, procedural, and conditional. Declarative knowledge is the factual information that one knows; it can be declared spoken or written. Procedural knowledge is knowledge of how to do something, of how to perform the steps in a process. Conditional knowledge is knowledge about when to use a procedure, skill, or strategy and Halaman 52 dari 896

Pathuddin when not to use it; why a procedure works and under what conditions; and why one procedure is better than another. Pernyataan Pierce, untuk meningkatkan kemampuan metakognitifnya, siswa perlu memiliki dan menyadari tiga macam pengetahuan yakni deklaratif, prosedural, dan kondisional. Pengetahuan deklaratif adalah informasi faktual yang diketahui oleh seseorang. Ini dapat dinyatakan, diucapkan atau dituliskan. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, bagaimana melakukan setiap langkah dalam suatu proses. Pengetahuan kondisional adalah pengetahuan tentang kapan menggunakan prosedur, keahlian (skill), atau strategi dan kapan tidak menggunakannya, kenapa prosedur tersebut bisa bekerja dan dalam kondisi yang bagaimana, dan kenapa suatu prosedur lebih baik daripada prosedur lain. Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan pengetahuan metakognisi yaitu kesadaran dan kontrol seseorang terhadap proses kognisinya sendiri, sehingga mengetahui apa yang diketahui sebagai sekumpulan informasi yang digunakan seseorang pada waktu berpikir yang dalam hal ini terkait dengan pengetahuan deklaratif (declarative knowledge), pengetahuan procedural (procedural knowledge) dan pengetahuan kondisional (conditional knowledge) 2. Metode Penelitian Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang pelibatan pengetahuan metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah limit. Berkenaan dengan pemecahan masalah yang dilakukan akan dieksplorasi tentang bagaimana subjek memahami masalah, membuat perencanaan, melaksanakan perencanaan, serta bagaimana subjek melihat kembali pemecahan yang mereka peroleh. Selanjutnya akan dieksplorasi secara mendalam bagaimana subjek melakukan aktivitas metakognisi. Untuk mendapatkan deskripsi secara mendalam tentang proses metakognisi mahasiswa dalam memecahkan masalah limit, subyek diberi tugas untuk menyelesaikan masalah limit yang disajikan. Kemudian diwawancarai untuk menggali lebih dalam bagaimana pelibatan pengetahuan metakognisi dalam memecahkan masalah limit dan memperoleh informasi baru yang mungkin tidak dapat diperoleh dari tugas yang dikerjakan subjek penelitian. 3. Hasil dan Pembahasan Untuk dapat memahami masalah, S1 sadar dalam memanggil kembali pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) dalam memorinya, dimana S1 Halaman 53 dari 896

Pengetahuan Metakognisi dalam Menyelesaikan Masalah Limit mengungkapkan pengetahuan faktualnya dalam memorinya yang ia tuangkan katakata atau tulisan, seperti menyebut sombol limit kiri, limit kanan, dan menyebutkan cara menyatakan masalah dengan kalimat sendiri atau dalam bentuk lain. Dalam memahami masalah, S1 sadar dalam menghubungkan pengetahuan prosedural (procedural knowledge) yang dimilikinya, yaitu untuk dapat lebih memahami masalah ia menetapkan harus menggunakan strategi dalam menggambar grafik fungsi dengan cara menggambar masing-masing anak tangga dari fungsi yang diketahui, kemudian ia menggabungkan dalam satu gambar. Pada langkah menyusun rencana, S1 melibatkan aktivitas metakognitifnya, yaitu ia merencanakan penyusunan rencana pemecahan masalah dengan sadar menggunakan strategi tertentu untuk mencapai tujuan kognitifnya dan dengan mempertimbangkan pengetahuan awal sebagai pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) yang ia miliki, seperti S1 dapat menyebut simbol-simbol yang berkaitan dengan limit fungsi, menyebut dan menuliskan definisi limit serta teorema limit, dan dapat membantu dalam menyusun rencana penyelesaian. S1 memprediksi waktu yang akan ia gunakan dalam menyusun rencana penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan kemampuan pengetahuan awal yang ia miliki. Dalam hal ini kesadaran S1 terhadap pengetahuan kondisional nampak pada saat menetapkan untuk menggunakan teorema limit dalam menyelesaikan masalah. Untuk dapat menyusun rencana, S1 melibatkan aktivitas metakognitifnya, yaitu dengan sadar bahwa tata cara atau prosedur yang akan ia gunakan dalam menyelesaikan masalah sehingga rencana pemecahan masalah dapat tercapai. Dalam hal ini S1 menunjukkan kesadarannya terhadap pengetahuan proseduralnya, dimana S1 dapat melakukan sesuatu prosedur atau tahap-tahap dengan menggunakan teorema limit, sehingga nilai limitnya dapat diperoleh. Dalam melaksanakan rencana, S1 melibatkan aktivitas metakognitifnya, yaitu ia merencanakan melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan sadar menggunakan strategi tertentu untuk mencapai tujuan kognitifnya dan dengan mempertimbangkan pengetahuan awal sebagai pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) yang ia miliki, yaitu informasi faktual yang telah diketahui oleh S1, hal ini dapat merupakan pernyataan yang dikatakan atau ditulis dan dapat membantu dalam melaksanakan penyelesaian masalah. S1 menyadari bahwa ia dapat menyelesaikan soal karena langkah-langkah penyelesaiannya sudah ia jelaskan sebelumnya dan menyadari pentingnya memprediksi waktu yang akan digunakan Halaman 54 dari 896

Pathuddin dalam melaksanakan rencana penyelesaian masalah. S1 melibatkan aktivitas metakognitifnya, yaitu, S1 dengan kesadaran (awareness) terhadap pengetahuan prosedural (procedural knowledge) S1 merepresentasikan hasil pikirannya dengan melakukan susuatu dan bagaimana melaksanakan tahap-tahap penyelesaian dalam menentukan nilai limit suatu fungsi, syarat suatu fungsi mempunyai limit adalah nilai limit kiri dan limit kanannya ada dan nilainya sama dan prosedur perhitungan untuk mendapatkan nilai limit kiri dan limit kanan dan memberikan alasan yang masuk akal pada setiap langkah untuk mendapatkan tujuan pemecahan masalah. Pada tahap akhir langkap pemecahan masalah yang diusulkan oleh Polya, yaitu tahap memeriksa kembali, S1 melibatkan aktivitas metakognitifnya, dengan kesadaran S1 memeriksa kembali hasil pelaksanaan pemecahan masalah limit, yaitu dengan kesadaran terhadap pengetahuan makognisinya ia memeriksa langkahlangkah prosedur pemecahan masalah limit dan hasil perhitungan pada saat menyelesaikan masalah limit. 4. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan uraian tentang aktivitas metakognisi S1 pada setiap pentahapan Polya, mulai memahami masalah, memikirkan rencana, melaksanakan rencana, dan saat memeriksa kembali hasil melaksanakan pemecahan masalah limit telah memperlihatkan aktivitas metakognisinya yaitu dengan melibatkan pengetahuan metakognisinya, baik berupa pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, maupun pengetahuan kondisional. Pelibatan pengetahuan metakognisi dalam pemecahan masalah sangat berguna dalam membantu mengatasi kesulitan memecahkan masalah limit dan bermanfaat dalam membangun kesadaran subjek terhadap pengetahuannya selama berlangsung proses pemecahan masalah. Oleh karena itu disarankan kepada peneliti yang masalah yang relevan agar mengkaji lebih dalam tentang pelibatan pengetahuan metakognisi dalam memecahkan masalah. Halaman 55 dari 896 Daftar Pustaka [1] Pierce, W., (2003) Metacognition: Study Strategies, Monitoring, and Motivation, A greatly expanded text version of a workshop presented November 17, 2004, at Prince George's Community Colleg. http://academic.pg.cc.md.us/~wpeirce/mccctr/metacognition.htm, Diakses tanggal 8 Februari 2015 [2] Keiichi, Shigematsu. (2000). Metacognition in Mathematics Education, Mathematics in Japan. Japan: JSME. July 2000 [3] Polya, G. (1973). How to Solve it, Second Edition. Princeton University Press [4] Gama, C. A. (2004). Integrating Metacognition and Mathematical Problem Learning Environment, D. Phil Dissertation, University of Sussex.

Pengetahuan Metakognisi dalam Menyelesaikan Masalah Limit [5] Chrobak, R., 1999, Metacognition and Didactic Tools in Higher Education, Comahue National University, Boenos Aires. Halaman 56 dari 896