HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KETERLAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL PADA GURU BK SMPN DI JAKARTA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID

PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL MAHASISWA JURUSAN BK FIP UNJ ANGKATAN 2011

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMA NEGERI SE-KOTA METRO

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 56 JAKARTA

PERSEPSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENGENAI PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL REACT TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA KABUPATEN PAMEKASAN

Diajukan Oleh: WAHYU DHATUN HIDAYATI A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo pada Mahasiswa semester VII tahun akademik 2013/2014.

PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP MINAT STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

PENGARUH METODE STAD TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI CARA MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL STRATEGI INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN JURUSAN IPA, IPS DAN BAHASA

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya

PENGARUH KONSENTRASI BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009).

GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU MATA PELAJARAN DENGAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 1 JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction dan perilaku diet

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu.

BAB III METODE PENELITIAN. Bandung, yang terletak di Jalan Pasir Kaliki Nomor 51. Pemilihan lokasi

KORELASI ANTARA KEPRIBADIAN KONSELOR DENGAN PEMANFAATAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING PADA SMP NEGERI 1 PALANGKA RAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG

BAB IV. Pendidikan SMP SMA DIII S1 S2 Jumlah 2.9% 100% S2 3% SMP 29% DIII 15%

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

UNJUK KERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PERSPEKTIF SISWA (Studi Survei Terhadap Siswa di SMK Al-Muhtadin Depok)

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif asosiatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

Nurul Atieka & Rina Kurniawati Program Studi Bimbingan dan Konseling UM Metro

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif yang merupakan pendekatan utama dan pendekatan kualitatif sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling OLEH:

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI II NAWANGAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN. program intervensi konseling REBT dengan pendekatan naratif untuk

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 1 KAUMAN TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Internal Locus Of Control Siswa dalam Belajar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto. Sukardi (2008: 165)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah self confidence siswa siswa

Pengaruh Penggunaan Strategi Restrukturing Kognitif dalam Konseling Kelompok terhadap Percaya Diri dalam Memilih Karier Siswa

PEMBINAAN MENTAL TERHADAP PESILAT PUTRA PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE RANTING KEBONAGUNG TAHUN 2015 SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP KEPUASAN SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMAHAMAN PENDEKATAN KONSELING MAHASISWA BK FIP UNY SEBAGAI CALON KONSELOR JURNAL SKRIPSI. Oleh Siti Dinar Rohmawati NIM.

BAB III METODE PENELITIAN. penulis memberikan batasan tentang: tingkat penguasaan siswa dalam menguasai topik bahasan tentang

PEMAHAMAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING MAHASISWA REGULER JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2011

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ampel Surabaya semester 1, 3, 5, dan 7. Berikut ini adalah gambaran umum

PENGARUH KREATIVITAS DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGUASAAN MATEMATIKA SD PADA MAHASISWA PGSD (Penelitian Pada Mahasiswa PGSD FIP Universitas Negeri Gorontalo Semester VII Tahun Akademik 2013/2014)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 17 Kota Jambi, kelas VII yang

SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Semarang. Sekolah ini beralamat di Jalan Sentro Jambu. Jumlah kelas keseluruhan

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. jawaban responden yang pada dasarnya merupakan data kualitatif, maka untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

SKRIPSI. Oleh: TRI SANDI ADI PANGESTU NPM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

EMPATI DASAR MAHASISWA BK BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT DAN EKSTROVERT ANGKATAN 2011 DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

PENGARUH PEMBINAAN PENGAWAS SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) SE KECAMATAN BOYOLANGU KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI KEMBANGARUM 2 MRANGGEN DEMAK

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Berikut ini merupakan diagram alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

82 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keterlaksanaan Layanan Konseling Individual... HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KETERLAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL PADA GURU BK SMPN DI JAKARTA TIMUR Nia Kurniawaty 1 Dra. Dharma Setiawaty 2 Dr. Aip Badrujaman, M.Pd. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara pengetahuan mengenai layanan konseling individual dengan keterlaksanaan layanan konseling individual pada guru BK SMP Negeri di Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan dengan sampel 59 orang guru BK yang diambil dengan menggunakan sampling acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan melalui instrumen tes untuk mengukur variabel pengetahuan mengenai layanan konseling individual dan instrumen angket untuk mengukur variabel keterlaksanaan layanan konseling individual. Berdasarkan hasil penelitian, variabel pengetahuan mengenai layanan konseling individual yang mendapatkan skor tinggi berjumlah 34% dari sampel dengan nilai di atas nilai mean (26,67), sedangkan variabel keterlaksanaan layanan konseling individual yang mendapatkan skor tinggi berjumlah 63% dari sampel dengan nilai di atas nilai mean (7,83). Diperoleh hasil korelasi hubungan antara kedua variabel sebesar 0,338 dengan nilai rtabel sebesar 0,266. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pengetahuan mengenai layanan konseling individual dengan keterlaksanaan layanan konseling individual pada guru BK SMP Negeri di Jakarta Timur. Kata Kunci: Pengetahuan Konseling Individual, Keterlaksanaan Konseling Individual Pendahuluan Guru bimbingan dan konseling sebagai pengampu pelayanan bimbingan dan konseling, memiliki standar kompetensi tertentu yang disusun berdasarkan konteks tugas profesinya. Dalam Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 dinyatakan bahwa kompetensi akademik seorang konselor diantaranya adalah: (1) menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling; dan (2) melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan konseli. Pernyataan ini secara tegas menjelaskan bahwa seorang konselor setidaknya harus memenuhi dua hal tersebut untuk dikatakan sebagai konselor yang berkompeten. Terdapat berbagai jenis pelayanan bimbingan dan konseling yang dapat dilaksanakan oleh guru BK, salah satunya adalah layanan konseling indivi-dual. Layanan konseling individual merupakan usaha pemberian bantuan secara profesional yang 1 Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, nia.nkurniawaty@gmail.com 2 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ 3 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ

Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keterlaksanaan Layanan Konseling Individual... 83 dilakukan oleh orang yang ahli, sehingga, memerlukan pengetahuan dan keterampilan teknik yang khusus, serta kepribadian yang sesuai untuk profesi konselor. Hasil wawancara terhadap 7 (tujuh) orang guru BK SMP di Jakarta Timur terkait layanan konseling individual di sekolah memberikan informasi bahwa guru BK hampir tidak pernah melakukan proses konseling sesuai dengan sistematika teoretik yang pernah diajarkan ketika masih berada di perkuliahan. Tidak jarang pelaksanaan konseling individual yang terjadi justru lebih banyak memberikan nasehat-nasehat kepada siswa. Dalam proses pelaksanaan layanan konseling individual, sebanyak 43% orang guru BK dari ketiga sekolah tersebut melakukan proses konseling hanya berlandaskan pada pengalaman, sehingga prosedur yang sudah pernah diajarkan semakin ditinggalkan. Selain itu, sebanyak 71% mengaku sudah tidak ingat dengan pendekatan dan teknik-teknik konseling, 29% lainnya mengaku masih ingat dengan asas-asas konseling dan pendekatan behavioral. Bedasarkan hal-hal tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai: Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan mengenai layanan konseling individual dengan keterlaksanaan layanan konseling individual pada guru BK SMP Negeri di Jakarta Timur? Tujuan mengadakan penelitian ini yaitu untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara pengetahuan mengenai pelaksanaan konseling individual dengan keterlaksanaan layanan konseling individual. Kajian Teori Hakikat Keterlaksanaan Layanan Konseling Individual Layanan konseling individual merupakan salah satu jenis layanan dalam pendekatan bimbingan dan konseling. Tujuan dan fungsi utama dari layanan konseling individual adalah teratasinya masalah yang diderita konseli, mencakup: bidang pribadi, bidang sosial, bidang karier dan bidang belajar. Proses pelaksanaan layanannya mengacu pada berbagai teori, prosedur, tahapan dan teknik tertentu, baik yang bersifat umum maupun khusus. (Prayitno dan Erman Amti, 2004) Menurut Gladding, terdapat lima faktor yang mendukung keberhasilan proses konseling, yaitu: 1) Struktur Struktur merupakan pemahaman bersama antara konselor dan konseli mengenai karakteristik, kondisi, prosedur dan parameter konseling. 2) Inisiatif Inisiatif dapat dilihat sebagai motivasi konseli untuk berubah, yakni mau bekerja keras menghadapi permasalahannya. 3) Tatanan (setting) fisik Tempat di mana konseling berlangsung merupakan salah satu hal yang dapat membantu atau bahkan merugikan proses konseling. Tatanan fisik perlu diperhatikan karena dapat membantu menciptakan suasana yang kondusif untuk konseling. 4) Kualitas konseli Kesuksesan proses konseling dipengaruhi oleh kemampuan konseli dalam mengekspresikan dirinya dan membantunya lebih memahami dirinya dari percakapannya dengan konselor. 5) Kualitas konselor Konselor yang berkualitas sangat mendukung berhasilnya konseling. Menurut Barbara Okun, terdapat beberapa karakteristik yang harus dipenuhi oleh seorang guru BK dalam memberikan layanan konseling, yakni: self-awareness, kejujuran, kongruensi, serta kemampuan untuk berkomunikasi dan pengetahuan. (Lesmana, 2005) Hakikat Pengetahuan Tentang Layanan Konseling Individual Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui; kepandaian.(fajri dan Senja, 2010) Sedangkan dalam taksonomi Anderson, mantan mahasiswa Bloom yang melakukan revisi terhadap level kognitif yang dikembangkan oleh Bloom, mengubah nama pada komponen pengatahuan menjadi mengingat. Mengingat melibatkan pengambilan pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. (Anderson, 2010) Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan proses yang melibatkan memori jangka panjang untuk mengingat se-

84 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keterlaksanaan Layanan Konseling Individual... gala sesuatu yang diketahui melaui proses penginderaan, baik mengenai ide, materi, atau fenomena yang pernah dipelajari sebelumnya. Menurut Notoatmodjo, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: 1) Sosial ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkatpendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga. 2) Kultur (budaya, agama) Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut. 3) Pendidikan Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut. 4) Pengalaman Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak. (Kusumastuti, 2010). Pengetahuan atau penguasaan secara teoretik mengenai layanan konseling merupakan dasar dalam melakukan konseling yang baik. (Lesmana, 2005) Lesmana menegaskan bahwa penguasaan teori diperlukan untuk memungkinkan konselor membedakan tingkah laku mana yang normal-rasional dan mana yang abnormal-irasional, juga membantu memahami penyebab tingkah laku serta sarana untuk mengorganisasi apa yang didapat selama proses konseling. Menurut Hansen, Stevic dan Warner, pengetahuan mengenai layanan konseling akan memberi konselor tuntunan operasional untuk bekerja dan membantu konselor mengevaluasi perkembangannya sebagai profesional. (Lesmana, 2005) Dengan kata lain, tanpa penguasaan teori, konselor akan bekerja secara sembarangan dengan cara trial and error. Akibatnya proses konseling akan menjadi tidak efektif dan bahkan merugikan. Metode Penelitian Penelitian dilakukan kepada guru bimbingan dan konseling SMP Negeri di Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Desember 2013 tahun ajaran 2012-2013. Adapun subyek dalam penelitian ini melibatkan 28 sekolah dengan jumlah total 59 guru BK. Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik acak sederhana (simple random sampling). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yakni melihat bentuk hubungan antara variabel bebas yaitu pengetahuan mengenai layanan konseling individual (variabel X) dan variabel terikat yaitu keterlaksanaan layanan konseling individual (variabel Y). Metode korelasional adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu. Metode penelitian ini diharapkan dapat menemukan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji persyaratan analisis menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Sebelum melakukan analisa data maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan teknik statistik: hipotesis nol, yang menunjukkan tidak adanya hubungan positif (lebih kecil dari nol) antara pengetahuan mengenai layanan konseling individual dengan keterlaksanaan layanan konseling individual. Hipotesis alternatifnya menunjukkan ada hubungan positif (sama dengan nol atau mungkin lebih besar dari nol) antara pengetahuan mengenai layanan konseling individual dengan keterlaksanaan layanan konseling individual. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Kendall s Tau. Hasil dan Pembahasan Data dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran instrumen kepada 59 orang guru BK di 28 SMP Negeri yang berbeda di Jakarta Timur. Hasil penghitungan instrumen tes pengetahuan mengenai layanan konseling individual yang terdiri dari 40 butir soal, memperoleh skor maksimum 38 dan skor minimum 8. Variabel pengetahuan mengenai layanan konseling individual terdiri dari soal-soal yang mencakup pengertian mengenai layanan konseling individual, asas-asas dalam layanan bimbingan

Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keterlaksanaan Layanan Konseling Individual... 85 dan konseling, teknik-teknik dalam layanan konseling individual, tahapan konseling individual, dan pendekatan-pendekatan dalam konseling individual. Penghitungan menggunakan Microsoft Excel diperoleh Mean sebesar 20 (dibulatkan) dan Standar Deviasi sebesar 7 (dibulatkan). Bila diinginkan penggolongan subjek ke dalam tiga kategori diagnosis pengetahuan mengenai layanan konseling individual, maka dapat dilihat dari 59 guru BK terdapat 20 guru BK yang memiliki pengetahuan tinggi dengan persentase 34%, yaitu guru BK yang memiliki total skor 27-40. Kategori sedang sebanyak 35 guru BK dengan persentase 59%, yaitu guru BK yang memiliki total skor 13-26. Kategori rendah sebanyak 4 guru BK dengan persentase 7%, yaitu guru BK yang hanya memiliki total skor 0-12. Tabel 1 Kategorisasi Variabel Pengetahuan Mengenai Layanan Konseling Individual Sebanyak 20 guru BK SMP Negeri di Jakarta Timur yang termasuk dalam kategori tinggi terdiri dari 18 orang yang memiliki latar belakang pendidikan S1 BK, serta 2 orang yang masing-masing memiliki latar belakang pendidikan S2 BK dan S2 Psikologi. Dalam hal usia, terdiri dari 2 orang yang usianya berkisar antara 31-40 tahun, 7 orang yang usianya berkisar antara 41-50 tahun, serta 11 orang yang usianya berkisar antara 51-60 tahun. Dalam hal pengalaman kerja, terdiri dari 4 orang yang memiliki masa kerja 1-15 tahun dan 16 orang yang memiliki masa kerja 15-30 tahun. Selanjutnya, guru BK SMP Negeri di Jakarta Timur yang termasuk dalam kategori sedang pada variabel pengetahuan mengenai layanan konseling individual sebanyak 35 orang, mereka adalah yang dapat menjawab dengan tepat 13 soal hingga 26 soal dari 40 butir soal. Guru BK SMP Negeri di Jakarta Timur yang termasuk dalam kategori sedang terdiri dari 30 orang yang memiliki latar belakang pendidikan S1 BK dan 5 orang yang masing-masing memiliki latar belakang pendidikan S1 Elektronika, S1 Ekonomi, S1 Sejarah, S1 Matematika dan S1 Biologi. Dalam hal usia, terdiri dari 1 orang yang berusia 29 tahun, 3 orang yang usianya berkisar antara 31-40 tahun, 15 orang yang usianya berkisar antara 41-50 tahun, serta 16 orang yang usianya berkisar antara 51-60 tahun. Dalam hal pengalaman kerja, terdiri dari 19 orang yang memiliki masa kerja 1-15 tahun dan 16 orang yang memiliki masa kerja 15-30 tahun. Kemudian, guru BK SMP Negeri di Jakarta Timur yang termasuk dalam kategori rendah pada variabel pengetahuan mengenai layanan konseling individual sebanyak 4 orang, mereka adalah yang dapat menjawab dengan tepat 1 soal hingga 12 soal dari 40 butir soal. Guru BK SMP Negeri di Jakarta Timur yang termasuk dalam kategori rendah terdiri dari 3 orang yang memiliki latar belakang pendidikan S1 BK dan 1 orang yang memiliki latar belakang pendidikan S1 Matematika. Dalam hal usia, terdiri dari 1 orang yang berusia 42 tahun dan 3 orang yang masing-masing berusia 50 tahun, 53 tahun dan 55 tahun. Dalam hal pengalaman kerja, terdiri dari 1 orang yang memiliki masa kerja 1 tahun, 2 orang yang memiliki masa kerja 15 tahun dan 1 orang yang memiliki masa kerja 29 tahun. Data tersebut membuktikan bahwa proses kognitif dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah pendidikan, usia dan pengalaman. Idealnya, tingkat pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik dan menunjang kehidupan yang lebih berkualitas. Akan tetapi dalam penelitian ini tidak semua guru BK memiliki latar belakang pendidikan yang sama, yakni ada yang memang sarjana pendidikan BK, namun ada pula yang sarjana pendidikan Matematika, Biologi, ataupun Elektronika. Hasil penghitungan instrumen angket keterlaksanaan layanan konseling individual yang terdiri dari 11 pertanyaan, memperoleh skor maksimum 12 dan skor minimum 1. Variabel keterlaksanaan layanan konseling individual terdiri dari pertanyaan mengenai penyelenggaraan layanan konseling individual, membuat buku laporan konseling individual, melaksanakan layanan konseling individual dengan menerapkan pendekatan konseling yang sesuai de-ngan permasalahan, serta melaksanakan tahapan konseling individual. Penghitungan menggunakan Microsoft Excel

86 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keterlaksanaan Layanan Konseling Individual... diperoleh Mean sebesar 6 (dibulatkan) dan Standar Deviasi sebesar 2 (dibulatkan). Bila diinginkan penggolongan subjek ke dalam tiga kategori diagnosis keterlaksanaan layanan konseling individual, maka dapat dilihat dari 59 guru BK terdapat 37 guru BK dengan persentase 63%, yaitu guru BK yang memiliki skor 8-12. Kategori sedang terdapat 11 guru BK dengan persentase 19%, yaitu guru BK yang memiliki skor 4-7. Sedangkan pada kategori rendah terdapat 11 guru BK dengan presentase 19%, yaitu guru BK yang memiliki skor 1-3. Tabel 2 Kategorisasi Variabel Keterlaksanaan Layanan Konseling Individual Berdasarkan analisis hasil angket pada variabel keterlaksanaan layanan konseling individual, diperoleh informasi bahwa masih terdapat guru BK yang melaksanakan layanan konseling individual tanpa menerapkan pendekatan konseling dalam proses layanannya. Hasil analisis angket ini menunjukkan dari 48 orang yang melaksanakan layanan konseling individual, hanya 24 orang yang menerapkan pendekatan konseling dalam layanan yang mereka berikan. Berdasarkan analisis hasil angket pada variabel keterlaksanaan layanan konseling individual, diperoleh pula informasi bahwa tidak ada guru BK yang melaksanakan tahapan konseling secara lengkap. Pada tahap awal konseling, sebanyak 48 orang (81%) melaksanakan tahapan membangun rapport, sebanyak 49 orang (76%) melaksanakan tahapan memperjelas atau mendefinisikan masalah, serta sebanyak 27 orang (46%) melaksanakan tahapan menegosiasikan kontrak. Kemudian pada tahap pertengahan konseling, sebanyak 26 orang (44%) melaksanakan tahapan menjelajahi masalah konseli dan sebanyak 46 orang (78%) melaksanakan tahapan menentukan bantuan yang akan diberikan terhadap masalah konseli. Pada tahap akhir konseling, sebanyak 33 orang (56%) melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan layanan konseling dan sebanyak 30 orang (51%) melaksanakan tahapan mengakhiri hubungan konseling. Hasil penghitungan kedua variabel, yakni variabel pengetahuan mengenai layanan konseling individual dan variabel keterlaksanaan layanan konseling individual, diuji normalitasnya dengan menggunakan uji kolmogrovsmirnov. Data dikatakan normal jika nilai residual yang terdistribusi secara normal memiliki probabilitas signifikan lebih dari 0,05. Hasil uji normalitas menunjukkan nilai signifikansi untuk variabel pengetahuan mengenai layanan konseling individual sebesar 0,007 dan variabel keterlaksanaan layanan konseling individual sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tidak berdistribusi normal dikarenakan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Artinya, data tidak memberikan nilai ekstrim rendah dan nilai ekstrim tinggi yang sedikit (sebagian data tidak mengumpul di tengah), serta nilai rata-rata, modus dan median tidak relatif dekat. Pengujian hipotesis antara kedua variabel menggunakan korelasi Kendall s Tau, yakni merupakan uji statistik non parametrik yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini. Berdasarkan hasil penghitungan uji hipotesis, dapat diketahui koefisien korelasi/rhitung sebesar 0,338, hal ini berarti hasil koefisien rhitung > rtabel 0,266 (angka yang telah ditentukan berdasarkan jumlah responden yaitu 59), maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Pengujian hipotesis dapat pula dilakukan dengan membandingkan taraf signifikansi. Taraf signifikansi hitung antara pengetahuan mengenai layanan konseling individual dengan tingkat keterlaksanaan layanan konseling individual sebesar 0,001. Oleh karena taraf signifikansi hitung yang didapat lebih kecil dari 0,05 (taraf signifikansi yang telah ditentukan), maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Jadi pada penelitian ini hipotesis yang diterima adalah hipotesis alternatif (Ha). Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara pengetahuan mengenai layanan konseling individual dengan keterlaksanaan layanan konseling individual pada guru BK SMP Negeri di Jakarta Timur. Seorang guru BK yang memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai layanan konseling individual akan semakin tinggi pula keterlaksanaan layanan konseling individual, begitu pun sebaliknya.

Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keterlaksanaan Layanan Konseling Individual... 87 Simpulan dan Saran Penelitian yang telah dilakukan memberikan kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara pengetahuan mengenai layanan konseling individual dengan keterlaksanaan layanan konseling individual pada guru BK SMP Negeri di Jakarta Timur. Keterlaksanaan layanan konseling individual cenderung meningkat jika pengetahuan mengenai layanan konseling individual juga mengalami peningkatan. Adapun saran-saran yang dibuat untuk penelitian lanjutan adalah sebagai berikut: 1. Universitas yang memiliki jurusan BK mengevaluasi rancangan strategi pembelajaran terkait layanan konseling, sehingga calon guru BK dapat menguasai landasan teoretis dan mengaplikasikannya dengan lebih baik. 2. Guru BK melakukan upaya-upaya guna meningkatkan pengetahuan mengenai layanan konseling individual melalui berbagai sumber ataupun mengikuti berbagai pelatihan dan seminar, sehingga dapat menunjang keberhasilan layanan konseling individual yang dilaksanakan. 3. Peneliti lanjutan yang tertarik dengan pembahasan serupa disarankan untuk meneliti mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai layanan konseling individual ataupun upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan layanan konseling individual. Daftar Pustaka Anderson, Lorin W. et al., A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing A Revision of Bloom s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman, 2001 Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Difa Publisher, 2010 Fadhila A. D. Kusumastuti, Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, 2010, [pdf], (http://core.kmi.open.ac.uk) Jeanette Murad Lesmana, Dasar-dasar Konseling, Jakarta: UI-Press, 2005 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004