BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan kota Metropolitan di provinsi Jawa Barat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Sama halnya

BAB I PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pariwisata yang menarik, maka dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. kuliner. Semakin besarnya peluang didalam bisnis kuliner ini membuat terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Selama 1 tahun terakhir terjadi kenaikan dan penurunan jumlah konsumen

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah pula aneka ragam kebutuhan barang dan jasa untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki peran

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. maksimal guna mempertahankan keberadaan perusahaan di tengah persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Perusahaan dituntut bekerja keras untuk memberikan barang atau jasa

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan teknologi. globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk kita teliti, terlebih di era globalisasi terutama dalam bidang

1.1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BANDUNG PADA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. minuman salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh semua orang.

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Perusahaan dituntut bekerja keras untuk memberikan barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. macam perubahan yang terjadi. Beberapa unsur penting yang berkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang dimulai dari skala kecil seperti warung-warung

BAB 1 PENDAHULUAN. Ndubisi dan Moi (2005) mengatakan bahwa pembelian ulang (repurchase)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang seksama dan dicermati semua pihak tak terkecuali oleh perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pada era globalisasi saat ini banyak diminati dan

BAB I PENDAHULUAN. wisata alam, wisata fashion, namun juga wisata kuliner semakin menarik banyak

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menerima produk/jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Oleh karenanya

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Destiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini kota Bandung menjadi salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN ,68% ,61% ,89% ,8% ,2%

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan, oleh karena itu perusahaan perlu mengelola Sumber. perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ( Philip Kotler (2010;153)

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini, banyak sekali perusahaan melakukan inovasi produk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Kota Bandung berkembang cukup pesat, hal ini dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia yang semakin maju mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini bisnis ritel di Indonesia khususnya Kota Bandung semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi mempunyai peranan penting dalam mobilisasi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan membutuhkan inovasi dan kreatifitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. itu banyak investor yang merasa perlu untuk berinvestasi di industri tersebut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. hidangan. Perubahan gaya hidup masyarakat juga telah terjadi, mereka makan tidak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan yang ketat, hal utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. bidang layanan, industri, dan perdagangan. Banyak perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Bangunan Wiki Koffie Bandung

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, hanya perusahaan yang berorientasi pada konsumen yang berhasil menarik

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan pada Ngopi Doeloe Cafe

BAB I PENDAHULUAN. maupun wisatawan asing. Sektor pariwisata menjadi salah satu industri yang

2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan industri membawa dampak bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tempat tujuan wisata yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Barat, 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat. Untuk memasuki lingkungan usaha yang kompetitif, sebuah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Alamat : Jalan Gandapura No.61 Bandung. 2. Christian. 3. Trevi

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk mendapatkan simpati masyarakat melalui sarana

BAB I PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertajam persaingan yang akhirnya membawa konsekuensi hanya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen secara terus-menerus. Namun jika produk tersebut memiliki daya

BAB I PENDAHULUAN. yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan cara lebih memuaskan konsumen dari pada yang dilakukan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 Ganesha Mocktail Cafe Bandung Sumber: Dokumen Ganesha Mocktail Cafe, 2017.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produkproduk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota Metropolitan di provinsi Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota dari provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Jumlah penduduk kota Bandung adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Bandung No. Tahun Jumlah Penduduk 1 2012 2.424.957 2 2013 2.455.517 3 2014 2.484.000 4 2015 2.591.516 Sumber: BPS kota Bandung 2016 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari tahun 2012 sampai 2015 jumlah penduduk kota Bandung selalu mengalami peningkatan, dimana peningkatan tersebut dapat menjadi suatu peluang bagi pelaku bisnis dalam menjual barang ataupun menjual jasa. Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman dulu kota ini dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bungabunga yang tumbuh indah di sana. Selain itu, Bandung dulunya disebut juga sebagai Paris Van Java karena keindahannya. Karena banyaknya mall dan factory outlet yang tersebar di kota ini, Bandung kemudian juga dikenal sebagai kota belanja, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata 1

2 kuliner. Tentu saja, selain itu semua, banyak juga wisata alam dan pendidikan yang ada di kota ini sehingga saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata baik itu fashion, pendidikan ataupun kuliner (temilnas2013.com/bandung). Kota Bandung juga merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang sering memunculkan hal-hal baru dan sering kali menjadi trendsetter, ini yang menjadikan kota Bandung seperti memiliki magnet tersendiri bagi masyarakat di kota-kota lain. Dengan banyaknya jumlah penduduk, ini menjadikan suatu peluang bagi para pelaku usaha, mulai dari bidang usaha kuliner ataupun bentuk usaha lain seperti wisata alam dan sebagainya. Perusahaan yang berbentuk restoran atau café tentunya memiliki peluang besar untuk mengembangkan perusahaanya di kota Bandung karena memiliki penduduk yang cukup banyak, sehingga bisnis kuliner dapat terus berkembang. Kepadatan penduduk menjadi salah satu faktor keberhasilan usaha, semakin padat suatu lokasi tentu akan semakin besar peluang dalam menjalankan suatu bisnis yang dijalankan. Selain itu, lokasi yang padat penduduk memiliki roda perekonomian yang lebih cepat dan tentunya menjadi potensi yang sangat baik untuk perkembangan bisnis yaitu salah satunya bisnis dibidang kuliner. Bisnis kuliner sendiri adalah suatu bisnis yang tidak akan berhenti sampai kapanpun karena kuliner sifatnya sebagai suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Kuliner adalah salah satu daya tarik yang ditawarkan oleh kota Bandung. Pilihan kuliner yang ada di ibu kota Provinsi Jawa Barat ini sangat beragam, mulai dari jajanan tradisional sampai menu masakan luar negeri. Sejalan dengan

3 hal tersebut pada usaha tata boga, café merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam bidang kuliner. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) café adalah tempat minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan musik, atau tempat minum yang pengunjungnya dapat memesan minuman, seperti kopi, teh, bir, dan kue-kue atau juga disebut dengan kedai kopi. Dewasa ini sudah semakin banyak produsen restoran dan cafe yang terlibat dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal tersebut menjadi peluang bagi para pengusaha cafe dan restoran dalam memenuhi kebutuhan ataupun keinginan konsumen. Restoran dan cafe merupakan usaha jasa makanan dan minuman. Hal ini dijelaskan pada UU 10/2009 yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan usaha jasa makanan minuman adalah usaha jasa penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan dapat berupa restoran, café, jasa boga, dan bar/kedai minum. Kemudian dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.PM.87/HK.501/MKP2010 tentang tata cara pendaftaran usaha jasa makanan dan minuman, memberikan definisi bahwa restoran dan café adalah usaha penyedia makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan atau penyajiannya di dalam satu tempat yang tidak berpindah-pindah. Persaingan bisnis kuliner di kota Bandung terbilang sangat ketat, hal ini dikarenakan oleh semakin banyaknya konsumen cafe yang dapat dilihat salah satunya dari jumlah penduduk kota Bandung yaitu yang terus meningkat seperti pada tabel 1.1 dan juga semakin kuatnya pandangan bahwa kota Bandung adalah

4 pusat kuliner. Konsumen pada saat ini banyak menghabiskan waktu di cafe untuk ngobrol ataupun melakukan hal lainnya, dengan demikian peristiwa tersebut dapat menjadi peluang bisnis yang baik untuk memperoleh keuntungan, hal ini ditunjukan dengan jumlah cafe dan restoran yang semakin meningkat setiap tahunnya. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut adalah jumlah cafe di kota Bandung dari tahun 2011 sampai 2015. Tabel 1.2 Usaha Cafe di Kota Bandung 2011 sampai 2015 Tahun Jumlah Cafe Kenaikan (%) 2011 191-2012 196 2,61 2013 235 19,89 2014 432 49,8 2015 653 51,2 Sumber: BPS Kota Bandung 2015 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 perkembangan cafe di kota Bandung terus mengalami peningkatan dan hal ini memberikan arti bahwa persaingan cafe di kota Bandung sangat bersaing. Peningkatan jumlah cafe yang ada di kota Bandung ini diduga terjadi karena para pelaku bisnis cafe melihat peluang menarik yaitu banyaknya para wisatawan yang berkunjung ke kota Bandung dan juga banyaknya penduduk kota Bandung yang sangat menjanjikan untuk perkembangan bisnis di bidang kuliner. Perkembangan usaha cafe di kota Bandung menyebabkan tingginya tingkat persaingan antar cafe, restoran dan rumah makan baik tradisional maupun modern memang merupakan sebuah bisnis yang cukup bahkan sangat diminati oleh para pelaku usaha. Kecamatan Bandung Wetan merupakan kecamatan yang ada di kota Bandung dengan letak geografis berada di pusat kota Bandung. Dikarenakan

5 letaknya yang strategis, maka di Kecamatan ini tumbuh subur kegiatan usaha baik berupa Jasa, Pertokoan, pasar swalayan, mall, factory outlet, distro, hotel, cafe dan restoran. Bisnis yang cukup ramai dikunjungi wisatawan yaitu bisnis kuliner, oleh karena itu banyak ditemui warung makan, rumah makan, cafe ataupun restoran di Kecamatan Bandung Wetan. Berikut ini adalah beberapa cafe dan restoran yang terdapat di kelurahan Tamansari kecamatan Bandung Wetan: Tabel 1.3 Cafe dan Restoran di Tamansari Kecamatan Bandung Wetan No. Nama Cafe atau Restoran Alamat 1 Sushi Den Jl. Harianbanga No. 8 2 Kupu Bistro Jl. Ranggagading No. 1A 3 Udin ramen Jl. Tamansari No. 23 4 Waroeng Steak And Shake Jl. Tamansari No. 54 5 Jus Kuphi Medan Jl. Tamansari No. 03 6 Kedai Kopi Euy Jl. Tamansari No. 50 7 Pondok Raden (Sambel Raden) Jl. Purnawarman No.42 8 Café Halaman Jl. Tamansari No. 92 9 Café Madtari Jl. Ranggagading No. 10 10 Warteg Hipster Jl. Ranggagading No. 2 11 Imah Babaturan Jl. Kebon Bibit No. 3 12 SG7 Corner Café Jl. Sawunggaling No.7 13 Cafe Donna Jl. Kebon Bibit No. 15 Sumber : tempatwisatabandung.info (diolah, 2017) Tabel 1.3 menunjukkan jumlah cafe dan restoran yang berada di Kecamatan Bandung Wetan terdapat sebanyak tiga belas (13) cafe dan restoran. Untuk mengetahui jumlah kunjungan rata-rata setiap harinya, peneliti melakukan wawancara kepada setiap pemilik ataupun pengelola cafe, secara lebih jelas, akan ditunjukkan pada tabel 1.4 yaitu jumlah pengunjung rata-rata cafe dan restoran di Tamansari Kecamatan Bandung Wetan setiap harinya. Adalah sebagai berikut :

6 Tabel 1.4 Jumlah Pengunjung Rata-Rata Per Hari Cafe dan Restoran di Tamansari Kecamatan Bandung Wetan No. Nama Cafe atau Restoran Rata-rata Pengunjung Per Hari 1 Sushi Den 40 2 Kupu Bistro 35 3 Udin ramen 30 4 Waroeng Steak And Shake 100 5 Jus Kuphi Medan 70 6 Kedai Kopi Euy 20 7 Pondok Raden (Sambel Raden) 30 8 Café Halaman 50 9 Café Madtari 200 10 Warteg Hipster 70 11 Imah Babaturan 30 12 SG7 Corner Café 120 13 Cafe Donna 35 Sumber : Data olahan peneliti 2017 Jumlah pengunjung rata-rata per hari pada tabel 1.4 menunjukkan bahwa yang paling banyak pengunjung setiap harinya yaitu Cafe Madtari dengan jumlah rata-rata sebanyak 200 pengunjung, sedangkan jumlah pengunjung rata-rata setiap harinya yang paling sedikit yaitu Kedai Kopi Euy dengan jumlah rata-rata sebanyak 20 pengunjung. Berdasarkan data tersebut, penulis memilih (Kedai Kopi Euy) sebagai objek yang akan diteliti karena Kedai Kopi Euy adalah cafe yang paling sedikit jumlah pengunjung rata-rata setiap harinya jika dibandingkan dengan cafe lain yang tertera pada tabel 1.3. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik cafe, jumlah pengunjung kedai Kopi Euy pada tahun 2014 sampai 2017 setiap bulannya selalu mengalami fluktuasi, akan tetapi supaya lebih jelas, penulis mencoba menyajikan dalam tabel 1.5 pada halaman selanjutnya.

7 Tabel 1.5 Jumlah Pengunjung Kedai Kopi Euy Bulan Tahun 2014 2015 2016 2017 Januari - 379 520 409 Februari - 403 487 428 Maret - 438 457 437 April - 409 468 429 Mei - 412 441 367 Juni - 423 459 334 Juli - 434 428 - Agustus - 460 411 - September - 487 396 - Oktober - 501 384 - November - 532 372 - Desember 306 543 356 - Jumlah 306 5,421 5,179 2,404 Sumber : Kedai Kopi Euy (diolah, 2017) Jumlah pengunjung Kedai Kopi Euy pada tahun 2015, terhitung dari bulan Mei sampai bulan Desember selalu mengalami peningkatan penjualan. Dimana pada tahun 2105, Kedai kopi Euy memperoleh jumlah pengunjung sebanyak 5,421 pengunjung. Sedangkan pada tahun 2016 jumlah pengunjung Kedai Kopi Euy mencapai 5,179. Hal ini berarti pada tahun 2016 Kedai Kopi Euy mengalami penurunan jumlah pengunjung sebanyak 242 pengunjung. Penurunan jumlah pengunjung Kedai Kopi Euy yaitu terjadi selama beberapa bulan secara beruntun, yaitu terhitung sejak bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2016. Namun, penurunan terjadi pada tahun 2017 yaitu pada bulan April, Mei, dan Juni. Selain jumlah pengunjung, peneliti juga mendapatkan data penjualan terbaru dari pengelola sekaligus pemilik Kedai Kopi Euy pada bulan Mei 2017 (akan disajikan pada tabel 1.6) dan bulan Juni 2017 (akan disajikan pada tabel 1.7) pada halaman selanjutnya.

8 Tabel 1.6 Data Penjualan Kedai Kopi Euy bulan Mei 2017 No. Nama Produk Harga Satuan (Rp) Jumlah Total Penjualan 1 Caramel Latte 18,000 69 1,242,000 2 Hazelnut Latte 18,000 54 972,000 3 Milkpresso 14,000 50 700,000 4 Caffe Mocha 16,000 47 752,000 5 Vietnam Drip 15,000 31 465,000 6 Cappucino 14,000 23 322,000 7 Thai Tea 12,000 32 384,000 8 Kentang Couple 11,000 30 330,000 9 Rice Bowl Euy 24,000 50 1,200,000 10 Rice Bowl Sosis 20,000 30 600,000 11 Produk lain - - 1,650,000 Jumlah - - 8,617,000 Sumber : Kedai Kopi Euy (diolah, 2017) Tabel 1.6 menunjukkan data penjualan di Kedai Kopi Euy pada bulan Mei 2017, dimana pada tabel tersebut menunjukkan total penjualan Kedai Kopi Euy pada bulan Mei 2017 adalah sebesar Rp 8,617,000. Untuk mengetahui penjualan pada bulan Juni 2017, adalah sebagai berikut: Tabel 1.7 Data Penjualan Kedai Kopi Euy Bulan Juni 2017 No. Nama Produk Harga Satuan (Rp) Jumlah Total Penjualan 1 Caramel Latte 18,000 48 864,000 2 Hazelnut Latte 18,000 48 864,000 3 Milkpresso 14,000 51 714,000 4 Caffe Mocha 16,000 46 736,000 5 Vietnam Drip 15,000 33 495,000 6 Cappucino 14,000 23 322,000 7 Thai Tea 12,000 14 168,000 8 Kentang Couple 11,000 60 660,000 9 Rice Bowl Euy 24,000 30 720,000 10 Rice Bowl Sosis 20,000 40 800,000 11 Produk lain - - 1,067,000 Jumlah - - 7,410,000 Sumber : Kedai Kopi Euy (diolah, 2017) Data penjualan Kedai Kopi Euy pada bulan Juni 2017 seperti yang ditunjukan tabel 1.7 yaitu total penjualan pada bulan tersebut yaitu mencapai Rp

9 7,410,000. Hal ini berarti penjualan Kedai Kopi Euy pada bulan Juni 2017 mengalami penurunan sebesar Rp 1,207,000 setelah pada bulan sebelumnya (Mei) mencapai total penjualan Rp 8,617,000. Penurunan penjualan Kedai Kopi Euy kemungkinan terjadi karena tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Kedai Kopi Euy merupakan suatu jenis usaha dalam bidang kuliner dengan produk utama kopi, untuk pesaing dengan produk utama sejenis Kedai Kopi Euy adalah Imah Babaturan, di mana Imah Babaturan juga menjadikan kopi sebagai produk utamanya. Namun, untuk mengetahui lebih jelas mengenai fenomena penurunan tingkat keputusan pembelian, peneliti melakukan penelitian pendahuluan dengan cara membagikan kuesioner kepada 30 responden yaitu konsumen Kedai Kopi Euy secara acak yang kemudian diketahui hasil dari penelitian pendahuluan tersebut, yaitu sebagai berikut: Tabel 1.8 Hasil Penelitian Pendahuluan Terkait Penurunan Penjualan No. Kedai Kopi Euy Tahun 2017 (Mei-Juni) Faktor Nilai rata-rata hitung 1 Kepuasan Pelanggan 3,9 2 Keputusan Pembelian 2,8 3 Loyalitas Pelanggan 3,75 4 Kepercayanaan Pelangan 3,65 Sumber: Olah data Peneliti (2017) Tabel 1.8 penelitian pendahuluan terkait penurunan penjualan Kedai Kopi Euy tahun 2017 (Mei-Juni) menunjukkan bahwa nilai rata-rata hitung yang paling tinggi adalah kepuasan pelanggan yaitu dengan nilai rata-rata hitung sebesar 3,9. Sedangkan yang paling kecil dan yang menjadi permasalahan adalah tingkat keputusan pembelian dimana nilai rata-rata hitung adalah sebesar 2,6. Secara

10 umum keputusan pembelian adalah suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif penyelesaian. Oleh karena itu, kesimpulan terbaik individu untuk melakukan keputusan pembelian terbentuk berdasarkan kebutuhan dan keinginannya. Namun, tidak hanya keputusan pembelian saja yang mempengaruhi tingkat penjualan di Kedai Kopi Euy, akan tetapi terdapat beberapa faktor lain yang belum maksimal. Peneliti mengindikasikan bahwa faktor penyebab lemahnya tingkat keputusan pembelian konsumen pada Kedai Kopi Euy yaitu karena visibilitas Kedai Kopi Euy yang tidak dapat dilihat secara jelas dari sudut pandang normal. Untuk mengetahui penyebab sebenarnya mengenai lemahnya tingkat keputusan pembelian konsumen Kedai Kopi Euy, peneliti melakukan penelitian pendahuluan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Yaitu sebagai berikut: Tabel 1.9 Hasil Penelitian Pendahuluan tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Kedai Kopi Euy No. Faktor Ratarata 1 Kualitas Pelayanan 3,95 2 Harga 4,03 3 Lokasi 2,32 4 Promosi 2,62 5 Bukti Fisik 3,65 6 Orang 3,75 7 Proses 3,97 8 Citra Merek 3,85 9 Minat Beli 3,62 Sumber : Data olahan peneliti 2017 Penelitian pendahuluan atau pra survei mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di Kedai Kopi Euy menunjukkan

11 bahwa nilai rata-rata keseluruhan yang paling besar adalah pada faktor atau dimensi harga, proses, dan kualitas pelayanan. Untuk harga sendirir mendapatkan nilai rata-rata sebesar 4,03, kemudian proses sebesar 3,9, dan kualitas pelayanan sebesar 3,95. Sedangkan untuk faktor atau dimensi dengan nilai rata-rata keseluruhan paling rendah adalah lokasi dan promosi yang menunjukkan hasil yaitu lokasi 2,32 dan promosi 2,62. Maka dari itu dalam keputusan pembelian konsumen di Kedai Kopi Euy yang menjadi faktor penyebabnya atau yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen tersebut adalah lokasi dan promosi, hal ini disebabkan oleh visibilitas Kedai Kopi Euy yang tidak dapat dilihat dengan jelas dari jarak normal, dapat dilihat pada tabel hasil penelitian pendahuluan mengenai faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian bahwa seluruh (30) responden cenderung menyatakn tidak setuju bahwa Kedai Kopi Euy dapat dilihat dari jarak normal Kemudian promosi yang dilakukan oleh Kedai Kopi Euy juga masih belum efektif karena lebih banyak yang menyatakan tidak setuju mengenai promosi yang ditawarkan oleh Kedai Kopi Euy baik itu pemberia diskon ataupun benetuk m=prmomosi yang menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Penelitian pendahuluan tersebut dapat menyimpulkan bahwa lokasi Kedai Kopi Euy kurang strategis karena tidak mudah ditemukan oleh calon konsumen. Lokasi dapat mempengaruhi keputusan pembelian karena lokasi yang strategis dan menarik bagi calon konsumen akan membuat keputusan pembelian konsumen menjadi semakin tinggi. Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gandhang, Hidayat Wahyu, dan Nurseto Sendhang (2016), Mimi SA (2015),

12 Rihasto Mega Saputro dan Mustofa Kamal (2015) menunjukkan bahwa lokasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Promosi juga memiliki peranan penting dan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, karena promosi merupakan media yang paling efektif untuk memperkenalkan konsumen kepada suatu produk atau merek, promosi dapat merangsang rasa keingintahuan konsumen sehingga mempengaruhi keputusan pembelian. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anggoro Dwi Kurniawan dan Sri Rahayu Tri Astuti (2012), Lokman Lucano Giovani, Kristanto Devi, Kristanti Monika (2014), dan Lina Kartin Intan, Styorini H.p Diyah, Haryono Mas (2016) menyatakan bahwa promosi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Data yang dijelaskan di atas sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada pemilik Kedai Kopi Euy yang menjelaskan tentang lokasi cafe yang kurang strategis karena tertutup atau terhalang oleh pohon besar sehingga Kedai Kopi Euy tidak terlihat dan promosi yang dilakukan masih sebatas menginformasikan mengenai produk yang ditawarkan. Fenomena dan latar belakang di atas menarik penulis untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul Pengaruh Lokasi dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus pada Kedai Kopi Euy) kota Bandung. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Pada sub bab ini, penulis akan menyampaikan faktor-faktor yang disinyalir menjadi masalah dalam penelitian yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di Kedai Kopi Euy kota Bandung.

13 1.2.1 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang terdapat pada usaha kuliner Kedai Kopi Euy adalah sebagai berikut : 1. Tingkat persaingan bisnis kuliner di kota Bandung sangat kompetitif. 2. Pengunjung Kedai Kopi Euy mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2016 dan 2017. 3. Penjualan Kedai Kopi Euy mengalami penurunan pada bulan Mei dan Juni 2017. 4. Lokasi Kedai Kopi euy sulit ditemukan oleh calon konsumen. 5. Promosi yang dilakukan Kedai kopi Euy belum efektif. 6. Lemahnya tingkat keputusan pembelian konsumen di Kedai Kopi Euy. 1.2.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan tulisan singkat berupa pertanyaan yang biasanya digunakan untuk menjelaskan masalah atau isu yang dibahas dalam penelitian. Uraian dalam latar belakang dan identifikasi masalah diatas menjadi dasar peneliti dalam merumuskan peermasalahan, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai lokasi Kedai Kopi Euy. 2. Bagaimana tangapan konsumen mengenai promosi Kedai Kopi Euy. 3. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada Kedai Kopi Euy. 4. Seberapa besar pengaruh lokasi dan promosi terhadap keputusan pembelian di Kedai Kopi Euy secara simultan maupun parsial.

14 1.3 Tujuan Penelitian Latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka bagian ini adalah tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Tanggapan konsumen mengenai lokasi Kedai Kopi Euy. 2. Tanggapan konsumen mengenai promosi Kedai Kopi Euy. 3. Keputusan pembelian konsumen pada Kedai Kopi Euy. 4. Besarnya pengaruh lokasi dan promosi terhadap keputusan pembelian di Kedai Kopi Euy secara simultan dan parsial. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu pembaca maupun yang akan melakukan penelitian pengembangan yang berkaitan dengan faktor lokasi dan faktor promosi terhadap keputusan pembelian konsumen. 1.4.1 Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi pemilik café, pembaca dan penulis. 1. Bagi pemilik Kedai Kopi Euy, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam kegiatan promosi yang lebih efektif tanpa mengesampingkan efisiensi, evaluasi untuk menentukan strategi pemasaran dalam meningkatkan penjualan, dan Kedai Kopi Euy diharapkan dapat mengetahui hal-hal yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. 2. Bagi fakultas, diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi dan arsip kepustakaan Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

15 Universitas Pasundan Bandung, serta menjadi referensi bagi penelitian sejenis. 3. Bagi Konsumen, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam membentuk keputusan pembelian terhadap suatu produk. 4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai lokasi dan promosi yang mempengaruhi keputusan pembelian. 5. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah pengetahuan dan pengimplementasian ilmu-ilmu yang didapatkan selama perkuliahan. 1.4.2 Kegunaan Teoritis Penelitian pada umumnya akan memberikan manfaat, adapun manfaat penelitian ini diiharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama dapat memberi pemahaman secara nyata atas teori-teori yang diperoleh peneliti diperkuliahan dengan kenyataannya sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai literatur bagi semua pihak yang membutuhkan informasi.