IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Utama dan (3) Tepung yang Terpilih Setelah Fermentasi

dokumen-dokumen yang mirip
IV HASIL DAN PEMBAHASAN. meliputi hasil analisis dan pembahasan akan dijelaskan di bawah ini.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. meliputi hasil analisis dan pembahasan akan dijelaskan dibawah ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

TINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur

I. PENDAHULUAN. Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Media Kultur. Pendahuluan

IV. Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kehidupan. Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi. 7 karakteristik kehidupan. Aspek kimia dalam tubuh - 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

PEMBAHASAN 4.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Cooking loss

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tepung terigu di Indonesia saat ini terus meningkat. Asosiasi Produsen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Karakteristik menir segar Karakteristik. pengujian 10,57 0,62 0,60 8,11 80,20 0,50 11,42 18,68.

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

KARBOHIDRAT. Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat atau air (H 2 O). Rumus umum karborhidrat dikenal : (CH 2 O)n

4. PEMBAHASAN Analisa Sensori

AKTIVITAS AMILOLITIK PADA PARUTAN UBI KAYU (Manihot uttilissima) YANG DIPERAM DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Penelitian Pendahuluan, (2) Penelitian Utama dan (3) Tepung yang Terpilih Setelah Fermentasi 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan konsentrasi tepung ubi jalar yang dipilih untuk substrat yang akan digunakan pada penelitian utama. Penelitian pendahuluan yang dikerjakan meliputi penyegaran Aspergillus oryzae, pembuatan tepung ubi jalar tanpa fermentasi, analisis tepung ubi jalar tanpa fermentasi, pembuatan koji Aspergillus oryzae tanpa penambahan tepung ubi jalar, pembuatan koji Aspergillus oryzae yang ditambahkan tepung ubi jalar dengan konsentrasi yang berbeda, dan penentuan jumlah sel hidup koji Aspergillus oryzae. 4.1.1. Penyegaran Aspergillus oryzae Penyegaran Aspergillus oryzae dimulai dengan cara memindahkan biakan murni Aspergillus oryzae ke dalam media agar miring (PDA), kemudian dilakukan proses inkubasi selama 5 6 hari pada suhu 35 37 0 C, pengamatan kapang Aspergillus oryzae dapat dilakukan secara visual, karena pertumbuhannya masih terlihat oleh pandangan mata. Media Pertumbuhan yang digunakan oleh Aspergillus oryzae dalam penyediaan kultur dan inokulum untuk proses fermentasi yaitu media PDA. Menurut Ruly (2008), PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi khamir dan kapang. Dapat juga untuk enumerasi khamir dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah 74

75 cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu kamar (20-25 0 C). Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30 0 C, tetapi beberapa jenis kapang dapat tumbuh pada suhu 35-37 0 C atau lebih tinggi, seperti Aspergillus. Dalam pertumbuhan Aspergillus oryzae membutuhkan oksigen, kebanyakan kapang dapat tumbuh pada kisaran ph yang luas, yaitu ph 2-8,5, tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau ph rendah (Fardiaz, 1992). Jika dilihat di bawah mikroskop, berbagai jenis kapang mempunyai struktur hifa dan spora yang berbeda-beda, dan karakteristik struktur tersebut digunakan untuk mengidentifikasi kapang. Spora kapang pada umumnya mempunyai warna tertentu tergantung dari jenis kapang, sehingga dapat dilihat secara langsung tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1988). 4.1.2. Pembuatan dan Analisis Tepung Ubi Jalar Tanpa Fermentasi Secara garis besar pembuatan tepung ubi jalar meliputi pengupasan, pengirisan atau penyawutan, pencucian, penjemuran atau pengeringan menggunakan oven pada suhu 50 0 C selama 5 jam, kemudian penggilingan dan pengayakan 80 mesh (Suprapti, 2003). Komposisi kimia ubi jalar bervariasi tergantung dari jenis, usia, keadaan tumbuh dan tingkat kematangan. Ubi jalar merupakan sumber energi yang baik dalam bentuk karbohidrat. Ubi jalar mempunyai kandungan air yang cukup tinggi, sewaktu dipanen, ubi jalar

76 mengandung bahan kering antara 16-40% dan dari jumlah tersebut sekitar 75-90% adalah karbohidrat (Sulistiyo, 2006). Tabel 10. Hasil analisis kimia tepung ubi jalar tanpa fermentasi dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil Analisis Kimia Tepung Ubi Jalar Tanpa Fermentasi Respon Analisis Tepung Ubi Jalar a Tepung Ubi Jalar b Kadar Air 9,58 % 10,56 % Kadar Protein 3,6 % 2,08 % Kadar Pati 31,35 % 45,30 % Kadar Amilosa 23,74 % 20,27 % Gel Konsistensi - 55,5 mm Sumber : (a) Yunisa, 2013 (b) Fauziah, 2017 Data pada Tabel 10, menunjukkan kadar air tepung ubi jalar yang diperoleh yaitu 10,56%, kondisi ini sudah memenuhi syarat kadar air yang aman untuk tepung yaitu <14% sehingga dapat mencegah pertumbuhan kapang (Winarno dan Jenie, 1974). Pada tabel di atas terdapat perbedaan komposisi kimia ubi jalar yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena umur panen umbi yang berbeda, serta tingkat kematangan umbi akan mempengaruhi kadar pati yang terkandung di dalam ubi jalar. Semakin lama umur panen, kandungan pati umbi semakin meningkat, tetapi setelah mencapai titik tertentu kandungan pati akan menurun. Hal ini sesuai dengan fase pertumbuhan ubi jalar dimana saat awal pertumbuhan terjadi pemanjangan dan petumbuhan cabang-cabang baru. Semakin banyak cabang, permukaan daun semakin luas, sehingga penyerapan sinar matahari semakin tinggi, akibatnya hasil fotosintesa dalam pembentukan pati yang cukup banyak. Namun, semakin tua umur

77 tanaman, aktivitas tanaman semakin menurun. Peristiwa ini menyebabkan kadar pati pada ubi jalar akan menurun dengan semakin menuanya umur umbi (Edmon and Ammerman, 1971 dalam Antarlina, 1997). Selain dipengaruhi oleh umur panen umbi, komposisi kimia yang terkandung pada tepung ubi jalar juga dipengaruhi oleh unsur-unsur kimia mikro dan makro yang terdapat di dalam tanah sebagai unsur hara, tinggi dan rendahnya dataran penanaman, pupuk yang digunakan, frekuensi pemberian pupuk, curah hujan, dan panjang waktu tanaman ubi jalar menerima sinar matahari selama ditanam. Unsur-unsur makro hara yang ada di dalam tanah dan dibutuhkan tanaman diantaranya N, P, K, Ca, S, dan Mg. Senyawa nitrogen yang ada di dalam tanah berfungsi sebagai pembentukan klorofil dan protein bagi tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Ginting (2010), menyatakan bahwa nilai gizi ubi jalar secara kualitatif dipengaruhi oleh varietas, lokasi tempat penanaman dan musim tanam. Pada musim kemarau dari varietas yang sama akan menghasilkan tepung yang memiliki nilai gizi yang relatif tinggi dari pada musim penghujan, demikian juga ubi jalar yang berdaging merah muda umumnya mempunyai kadar karoten lebih tinggi daripada yang berwarna putih. Ubi jalar yang berwarna putih lebih diarahkan untuk pengembangan tepung dan pati karena umbi yang berwarna cerah cenderung lebih baik kadar patinya dan warna tepung lebih menyerupai terigu (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

78 4.1.3. Pembuatan Koji Aspergillus oryzae Tanpa Penambahan Tepung Ubi Jalar Pada tahap selanjutnya dilakukan pembuatan koji Aspergillus oryzae yaitu starter kering mikroorganisme yang akan digunakan pada proses fermentasi dalam pembuatan tepung ubi jalar fermentasi. Pembuatan koji Aspergillus oryzae tanpa penambahan tepung ubi jalar bertujuan untuk mengembangbiakkan koji dalam substrat yang banyak mengandung karbohidrat dan untuk penyediaan mikroorganisme dalam bentuk kering yang dapat memperpanjang umur simpan, serta digunakan untuk penambahan pada pembuatan koji yang ditambahkan tepung ubi jalar. Fermentasi koji berlangsung selama 2-3 hari, jika fermentasi terlalu cepat, maka aktivitas enzim yang dihasilkan oleh kapang belum mencapai maksimum sehingga tidak akan menghasilkan komponen penguraian substrat yang sempurna, sebaliknya makin lama waktu fermentasi semakin banyak spora dan amonia yang dihasilkan sehingga diduga menjadi off-flavor (Amalia,2008). Bakteri sebagai inokulum dalam proses fermentasi membutuhkan waktu lebih sedikit dibandingkan kapang karena waktu generatifnya lebih cepat yaitu 1 sampai 2 jam, sedangkan kapang 3 sampai 6 hari (Fardiaz, 1988). Lama fermentasi berkaitan dengan fase pertumbuhan mikroba yang akan terus berubah dari waktu ke waktu selama proses fermentasi berlangsung. Menurut Aisjah (1995) waktu inkubasi yang singkat mengakibatkan terbatasnya kesempatan mikroba untuk terus tumbuh dan berkembangbiak sehingga jumlah komponen substrat yang dapat diubah menjadi massa sel juga sedikit. Sebaliknya dengan waktu inkubasi yang lebih lama berarti akan semakin banyak kesempatan mikroba

79 untuk tumbuh dan berkembangbiak sampai tercapai fase stationer, yaitu laju pertumbuhan sama dengan nol dan jumlah massa sel total konsta. Lama inkubasi pada umumnya tergantung pada jenis mikroorganisme dan substrat yang digunakan. 4.1.4. Pembuatan Koji Aspergillus oryzae dengan Penambahan Konsentrasi Tepung Ubi Jalar yang Bervariasi Pada pembuatan koji Aspergillus oryzae tahap II, dilakukan penambahan tepung ubi jalar dengan konsentrasi yang berbeda, bertujuan untuk mengadaptasikan pengembangbiakan mikroorganisme pada media yang akan digunakan untuk fermentasi dan memperbanyak jumlah sel hidup mikroorganisme pada substrat koji Aspergillus oryzae. Konsentrasi tepung ubi jalar yang ditambahkan pada koji Aspergillus oryzae yaitu 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5%, 0,6%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1,0%, 1,1%, 1,2%, 1,3%, 1,4% dan 1,5% dari berat bahan. Karbohidrat di dalam ubi jalar dapat dirombak oleh mikroorganisme menjadi bentuk gula-gula sederhana seperti glukosa. Glukosa digunakan sebagai sumber energi dan sumber karbon yang digunakan untuk membentuk material penyusun sel baru (Daniya, 2010). Penentuan jumlah konsentrasi tepung ubi jalar terpilih pada koji Aspergillus oryzae dilakukan dengan menghitung jumlah sel hidup Aspergillus oryzae yang ada di dalam koji. Koji dengan jumlah sel hidup terbanyak digunakan untuk fermentasi pada penelitian utama. Hasil perhitungan sel hidup di dalam koji Aspergillus oryzae dengan penambahan konsentrasi tepung ubi jalar yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 11.

80 Berdasarkan data pada Tabel 11. jumlah sel hidup yang paling banyak pada koji Aspergillus oryzae dengan penambahan tepung ubi jalar yaitu koji Aspergillus oryzae dengan konsentrasi tepung ubi jalar 0,8% yaitu sebanyak 653 sel hidup yang terlihat pada mikroskop dan hasil perhitungan total sel hidup adalah 54.416.667. Selama fermentasi, karbohidrat akan berkurang karena dirombak menjadi gula-gula sederhana. Penambahan tepung ubi jalar dengan konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan pertumbuhan inokulum yang tinggi, sehingga kemampuan mikroorganisme untuk melakukan fermentasi terhadap substrat akan berkurang. Kepadatan inokulum yang tinggi membuat inokulum sulit untuk tumbuh sempurna yang pada gilirannya menyebabkan kematian mikroorganisme (Rahman, 1992). Tabel 11. Hasil Penentuan Sel Hidup Koji Aspergillus oryzae dengan Penambahan Konsentrasi Tepung Ubi Jalar yang Bervariasi. No. Konsentrasi Tepung Ubi Jalar pada Koji Tahap II Sel Hidup (%) 1. 0 12.250.000 2. 0,1 13.833.333 3. 0,2 22.666.667 4. 0,3 28.666.667 5. 0,4 25.083.333 6. 0,5 38.750.000 7. 0,6 10.416.667 8. 0,7 26.500.000 9. 0,8 54.416.667 10. 0,9 18.666.667 11. 1,0 15.166.667 12. 1,1 27.000.000 13. 1,2 17.833.333 14. 1,3 45.250.000 15. 1,4 9.083.333 16. 1,5 20.416.667

81 Perumbuhan optimum Aspergillus oryzae di dalam substrat koji terjadi pada konsentrasi tepung ubi jalar 0,8%, sesuai dengan kebutuhan karbon yang dibutuhkan oleh Aspergillus oryzae. 4.2. Hasil Penelitian Utama Hasil penelitian utama bertujuan untuk melihat adanya korelasi perlakuan yang dicobakan pada pembuatan tepung ubi jalar dengan cara fermentasi terhadap respon yang diuji yaitu kadar air, kadar pati, kadar protein, kadar amilosa, gel konsistensi dan amilografi. 4.2.1. Kadar Air Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Hasil analisis kadar air tepung ubi jalar setelah fermentasi dengan perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kadar Air Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Kadar Air Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Lama Fermentasi (Jam) (%) Konsentrasi Koji Aspergillus oryzae 0,5 % 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0% 12 10,03 9,99 9,98 9,80 9,78 9,68 24 9,89 9,81 9,49 9,14 9,05 8,99 36 9,26 9,06 8,99 8,87 8,78 8,76 48 8,88 8,60 8,27 8,20 8,11 7,96 60 8,80 8,79 8,63 8,49 8,31 8,10 72 8,69 8,37 8,11 8,06 7,92 7,41 Kadar Air Tepung Ubi Jalar Tanpa Fermentasi 10,56 Data pada Tabel 12. menunjukkan lama waktu fermentasi ubi jalar selama 72 jam dengan rentang waktu sampling (pengamatan) 12 jam dan konsentrasi koji 0,5% memberikan kadar air tepung ubi jalar yang dihasilkan dari proses fermentasi menurun, dari kadar air awal sebelum fermentasi 10,56% menjadi 8,69% setelah

82 fermentasi. Hal yang sama akan memperlihatkan pula semakin banyak konsentrasi koji yang ditambahkan pada fermentasi ubi jalar, memperlihatkan kadar air tepung ubi jalar semakin rendah setelah akhir fermentasi. Pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae 3% dengan waktu fermentasi akhir 72 jam menunjukkan bahwa kadar air ubi jalar semakin menurun yaitu menjadi 7,41%, sedangkan pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang ditambahkan sebesar 0,5% dengan lama fermentasi yang paling singkat yaitu 12 jam menunjukkan kadar air sebesar 10,03%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentari koji yang ditambahkan pada waktu yang sama akan menghasilkan kadar air yang semakin menurun. Penurunan kadar air pada tepung ubi jalar yang telah difermentasi disebabkan karena semakin meningkatnya konsentrasi koji Aspergillus oryzae dan semakin lama waktu fermentasinya, akan mengakibatkan komponen-komponen kompleks yang terdapat pada irisan ubi jalar mengalami penguraian oleh Aspergillus oryzae, dan selama proses fermentasi berlangsung mengakibatkan air bebas yang terdapat pada permukaan irisan ubi jalar semakin meningkat, sehingga pada saat proses pengeringan irisan ubi jalar hasil fermentasi akan banyak air yang teruapkan. Keadaan ini yang menyebabkan kadar air pada tepung ubi jalar yang telah difermentasi akan semakin menurun. Magdalena (2010), kadar air yang tinggi pada produk tepung-tepungan akan sangat mengganggu stabilitas dari produk tersebut. Kandungan air yang tinggi pada produk tepung-tepungan akan membuat tepung tersebut menggumpal apabila disimpan. Dengan banyaknya kandungan air, kerusakan karena aktivitas mikroorganisme akan cepat terjadi.

83 Tepung fermentasi cenderung memiliki kadar air yang lebih rendah dari pada tepung kontrol. Penurunan kadar air disebabkan karena penguapan air terikat, sebelum fermentasi sebagian molekul air membentuk hidrat dengan molekulmolekul lain yang mengandung atom oksigen, karbohidrat, protein dan senyawa organik lainnya sehingga sukar diuapkan, namun selama proses fermentasi berlangsung enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba akan memecah karbohidrat dan senyawa-senyawa tersebut, sehingga air yang terikat berubah menjadi air bebas (Agustawa, 2012). Semakin tebal chips maka kadar air yang terkandung semakin tinggi, hal ini diduga karena selama proses fermentasi berlangsung, terjadi degradasi pati dalam bahan yang disertai dengan pembentukan gula-gula sederhana dan pelepasan air. Degradasi pati oleh mikroba menyebabkan menurunnya kemampuan bahan mempertahankan air, karena kehilangan gugus hidroksil yang mempunyai kemampuan yang besar untuk mempertahankan air sehingga struktur gugus hidroksil yang mudah dimasuki air. Selain itu, semakin luas permukaan chips pada proses fermentasi maka semakin banyak mikroba yang kontak dengan bahan dalam degradasi pati, sehingga semakin banyak jumlah air terikat yang terbebaskan, akibatnya tekstur bahan menjadi lunak dan berpori. Keadaan ini menyebabkan penguapan air selama proses pengeringan semakin mudah, dengan demikian kadar air akan semakin menurun dalam jangka pengeringan yang sama (Pusparani dan Yuwono, 2014).

Kadar Air (%) Kadar air (%) 84 Hasil analisis konsentrasi koji dan lama fermentasi memperlihatkan adanya korelasi terhadap penurunan kadar air tepung ubi jalar yang telah difermentasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12 dan Gambar13. 10,5 10,0 9,5 9,0 8,5 8,0 7,5 7,0 y = -0,02x + 10,29 r = -0,957 y = -0,027x + 10,265 r = -0,941 y = -0,03x + 10,18 r = -0,935 y = -0,026x + 9,892 r = -0,93 y = -0,029x + 9,8773 r = -0,941 y = -0,035x + 9,9653 0 12 24 36 48 60 72 r = -0,969 84 Waktu Fermentasi (Jam) 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Gambar 12. Hubungan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Air Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi 10,5 10,0 9,5 9,0 8,5 8,0 7,5 7,0 y = -0,407x + 10,108 r = -0,968 y = -0,407x + 10,108 r = -0,968 y = -0,197x + 9,2993 r = -0,971 y = -0,1766x + 8,9541 r = -0,962 y = -0,29x + 9,028 r = -0,978 y = -0,445x + 8,8733 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 r = -0,966 Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae (%) 12 Jam 24 Jam 36 Jam 48 Jam 60 Jam 72 Jam Gambar 13. Hubungan Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae Terhadap Kadar Air Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Pada Gambar 12, terlihat bahwa semakin lama waktu fermentasi menunjukkan penurunan kadar air pada tepung ubi jalar pada konsentrasi koji 0,5% dan menunjukkan adanya korelasi negatif. Begitu juga pada konsentrasi 1%, 1,5%,

85 2%, 2,5%, 3%. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati -1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna tidak langsung. Pada Gambar 13, terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi koji menunjukkan penurunan kadar air tepung ubi jalar pada waktu fermentasi 12 jam dan menunjukkan adanya korelasi negatif. Begitu juga pada waktu fermentasi 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, dan 72 jam. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati -1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna tidak langsung. Pada Gambar 12 dan Gambar 13, memperlihatkan adanya korelasi waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang digunakan untuk fermentasi terhadap kadar air tepung ubi jalar yang telah difermentasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) masing-masing variabel yang besarnya mendekati -1, memperlihatkan korelasi sempurna tidak langsung, dimana waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang semakin meningkat memberikan kadar air pada tepung ubi jalar yang dihasilkan semakin menurun. Keadaan ini disebabkan karena proses pemanasan yang terjadi selama proses pembuatan tepung fermentasi. Pada saat irisan ubi jalar dikeringkan air bebas yang dihasilkan ini lebih banyak diuapkan, sehingga kadar air tepung yang dihasilkan semakin menurun. Air bebas dihasilkan dari lamanya waktu fermentasi dan banyaknya konsentrasi koji yang digunakan, karena pada saat fermentasi terjadi penguraian senyawa-senyawa kompleks yang terdapat di dalam ubi jalar, sehingga ir yang terdapat di dalam sel ubi jalar yang tadinya bersifat air tidak bebas enjadi air bebas akibat keja enzim yang dikeluarkan oleh Aspergillus oryzae.

86 Air yang diuapkan pada saat pengeringan suatu bahan merupakan air bebas yang terdapat di dalam permukaan bahan. Laju penguapan air bebas sebanding dengan perbedaan tekanan uap pada permukaan air dengan tekanan uap air di dalam udara pengering. Bila konsentrasi air permukaan cukup besar sehingga permukaan bahan tetap basah maka akan terjadi laju penguapan yang tetap (Henderson dan Pabis, 1967). 4.2.2. Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Hasil analisis kadar protein tepung ubi jalar setelah fermentasi dengan perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Lama Fermentasi (Jam) (%) Konsentrasi Koji Aspergillus oryzae 0,5 % 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0% 12 6,53 6,54 6,56 6,59 6,69 6,70 24 6,63 6,78 6,96 6,80 7,09 7,41 36 7,00 7,32 7,40 7,05 7,14 7,49 48 7,16 7,30 7,54 7,94 8,21 8,26 60 7,38 7,41 7,90 8,11 8,37 8,40 72 7,99 8,34 8,37 8,58 8,79 8,85 Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Tanpa Fermentasi 2,20 Data pada Tabel 13. Menunjukkan lama waktu fermentasi ubi jalar selama 72 jam dengan rentang waktu sampling (pengamatan) 12 jam dan konsentrasi koji 0,5% memberikan kadar protein tepung ubi jalar yang dihasilkan dari proses fermentasi meningkat, dari kadar protein awal sebelum fermentasi 2,20% menjadi 7,99% setelah fermentasi. Hal yang sama akan memperlihatkan pula semakin banyak konsentrasi koji yang ditambahkan pada fermentasi ubi jalar,

87 memperlihatkan kadar protein tepung ubi jalar semakin meningkat setelah akhir fermentasi. Pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae 3% dengan lama waktu fermentasi akhir 72 jam menunjukkan bahwa kadar protein ubi jalar semakin meningkat yaitu menjadi 8.85%, sedangkan pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang ditambahkan sebesar 0,5% dengan lama fermentasi yang paling singkat yaitu 12 jam menunjukkan kadar protein sebesar 6,53%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentari koji yang ditambahkan pada waktu yang sama akan menghasilkan kadar protein yang semakin meningkat. Kadar protein tertinggi dihasilkan dari proses fermentasi yang berlangsung selama 72 jam dengan penambahan koji Aspergillus oryzae sebanyak 3%. Berdasarkan hasil analisis protein pada tepung ubi jalar yang telah difermentasi, menunjukkan bahwa konsentrasi koji yang meningkat dan waktu fermentasi yang semakin lama menyebabkan kadar protein semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi koji yang ditambahkan pada saat fermentasi mengakibatkan aktivitas enzim proteolitik yang dihasilkan oleh Aspergillus oryzae semakin meningkat untuk menguraikan protein menjadi asamasam amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan (Medikasari, 2009). Tumbuhnya kapang Aspergillus oryzae akan meningkatkan kandungan protein dalam tepung. Protein yang meningkat selama proses fermentasi dikarenakan adanya pengayaan protein dari sel mikroorganisme. Proses peningkatan kandungan protein karena adanya pembentukan single cell protein atau protein sel tunggal (Litchfield, 1983). Menurut Tannembaum (1971), protein sel

88 tunggal adalah istilah yang digunakan untuk protein kasar atau murni yang berasal dari mikroorganisme, seperti bakteri, khamir, kapang, ganggang dan protozoa. Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi dapat menghasilkan enzim yang akan mendegradasi senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana dan mensintesis protein yang merupakan pengkayaan protein bahan (Darmawan, 2006). Peningkatan protein dalam proses fermentasi dapat diakibatkan oleh terbentuknya protein sel tunggal dan asam amino. Peningkatan kandungan protein kasar disebabkan oleh penambahan protein sel tunggal yang berasal dari N substrat menjadi N mikrobia. Penambahan protein kasar terjadi akibat biomassa sel bakteri yang menempel pada substrat. Kenaikan kadar protein pada substrat fermentasi padat diakibatkan oleh penambahan protein yang diperoleh dari peubahan nitrogen inorganik menjadi protein sel selama pertumbuhan kapang (Purwadaria dan Laelasari, 2004). Tingginya peningkatan protein pada substrat padat karena kapang sendiri mengandung asam nukleat yang dapat memberikan kontribusi N. Populasi mikroba yang tinggi mengakibatkan kandungan protein kasar tinggi karena mikroba sebagian besar terdiri dari protein (Wizna, 2009). Selain itu meningkatnya kandungan protein selama proses fermentasi karena glukosa akan diubah menjadi asam piruvat melalui jalur glikolisis kemudian dari proses glikolisis akan terbentuk senyawa-senyawa intermediet yang selanjutnya melalui proses aminasi maupun transaminasi dapat menghasilkan asam-asam amino. Terbentuk empat jenis asam amino, yaitu serin dibentuk dari sintesis 3-fosfo gliserat, serin akan menghasilkan glisin dan sistein serta alanin yang terbentuk dari

Kadar Protein (%) Kadar Protein (%) 89 asam piruvat yang merupakan produk dari proses glikolisis (Mark et al., 1996). Ketika proses fermentasi selesai antara sel yang tumbuh dengan sisa substratnya tidak dipisahkan atau disebut dengan Microbial Biomass Product (MBP) sehingga protein akan terakumulasi dan terjadi peningkatan kandungan protein (Muhiddin, 2001). Hasil analisis konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang berbeda dengan lama waktu fermentasi yang berbeda pula terhadap perubahan kadar protein tepung ubi jalar yang telah difermentasi dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15. 9,0 8,5 8,0 7,5 7,0 6,5 y = 0,0231x + 6,144 r = 0,971 y = 0,0258x + 6,1946 r = 0,9327 y = 0,0285x + 6,254 r = 0,9925 y = 0,0351x + 6,0346 r = 0,9789 y = 0,0366x + 6,174 r = 0,9705 y = 0,0345x + 6,4026 0 12 24 36 48 60 72 84 r = 0,981 Waktu Fermentasi (Jam) 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Gambar 14. Hubungan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi 9,0 8,5 8,0 7,5 7,0 6,5 6,0 y = 0,076x + 6,4686 r = 0,9452 y = 0,2668x + 6,478 r = 0,8996 y = 0,0891x + 7,0773 r = 0,419 y = 0,4931x + 6,872 r = 0,9829 y = 0,468x + 7,1093 r = 0,9689 y = 0,3348x + 7,9006 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 r = 0,9764 Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae (%) 12 Jam 24 Jam 36 Jam 48 Jam 60 Jam 72 Jam Gambar 15. Hubungan Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae Terhadap Kadar Protein Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi

90 Pada Gambar 14, terlihat bahwa semakin lama waktu fermentasi menunjukkan peningkatan kadar protein pada tepung ubi jalar pada konsentrasi koji 0,5% dan menunjukkan adanya korelasi positif. Begitu juga pada konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3%. Jika dibandingkan konsentrasi koji 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3% maka konsentrasi koji 3% mendekati nilai korelasi sempurna atau yang paling berkorelasi diantara konsentrasi yang lainnya. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna. Pada Gambar 15, terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi koji menunjukkan peningkatan kadar protein tepung ubi jalar pada waktu fermentasi 12 jam dan menunjukkan adanya korelasi positif. Begitu juga pada waktu fermentasi 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, dan 72 jam. Jika dibandingkan waktu fermentasi 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, dan 72 jam, maka waktu fermentasi 48 jam mendekati nilai korelasi sempurna atau yang paling berkorelasi diantara waktu fermentasi yang lainnya. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna. Pada Gambar 14 dan Gambar 15, memperlihatkan adanya korelasi waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang digunakan untuk fermentasi terhadap kadar protein tepung ubi jalar yang telah difermentasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) masing-masing variabel yang besarnya mendekati 1, memperlihatkan korelasi sempurna pengaruh waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang digunakan terhadap kadar protein tepung ubi jalar yang dihasilkan. Waktu fermentasi yang semakin lama dan konsentrasi koji yang semakin meningkat memberikan kadar protein pada tepung ubi jalar yang dihasilkan semakin

91 meningkat. Peningkatan kandungan protein selama proses fermentasi karena glukosa akan diubah menjadi asam piruvat melalui jalur glikolisis, setelah itu terjadi proses dehidrogenisasi asam piruvat yang mengubah asam piruvat menjadi asam laktat dengan bantuan enzim laktat dehidrogenase. Asam laktat yang terbentuk akan terurai menjadi protein sel tunggal. Terbentuk empat jenis asam amino, yaitu serin dibentuk dari sintesis 3-fosfo gliserat, serin akan menghasilkan glisin dan sistein serta alanin yang terbentuk dari asam piruvat yang merupakan produk dari proses glikolisis (Mark et al., 1996). Kadar protein mengalami kenaikan sejalan dengan meningkatnya waktu fermentasi, karena kemampuan enzim protease dalam pemecahan protein semakin besar seiring dengan semakin lama waktu fermentasi. Kenaikan kadar protein terjadi karena degradasi oleh enzim protease sehingga protein terdegradasi menjadi senyawa yang lebih sederhana, semakin lama fermentasi semakin banyak pula komponen-komponen yang terdapat didalam ubi jalar yang diuraikan (Yunisa, 2013). Protease merupakan enzim yang akan memotong polimer pada molekul protein sehingga dapat dihasilkan molekul-molekul yang lebih sederhana. Dalam hal ini, protease akan menghidrolisis ikatan polipeptida sehingga akan dihasilkan produk dekomposisi berupa senyawa sederhana seperti peptida dan asam amino, kemudian asam-asam amino akan terurai lebih lanjut menjadi komponenkomponen lain yang berperan dalam pembentukan cita rasa produk. Protease juga akan menghidrolisis molekul protein dalam bentuk yang lebih spesifik. (Yunisa, 2013).

92 4.2.3. Kadar Pati Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Data pada Tabel 14. menunjukkan lama waktu fermentasi ubi jalar selama 72 jam dengan rentang waktu sampling (pengamatan) 12 jam dan konsentrasi koji 0,5% memberikan kadar pati tepung ubi jalar yang dihasilkan dari proses fermentasi menurun, dari kadar pati awal sebelum fermentasi 55,83% menjadi 42,06% setelah fermentasi. Hal yang sama akan memperlihatkan pula semakin banyak konsentrasi koji yang ditambahkan pada fermentasi ubi jalar, memperlihatkan kadar pati tepung ubi jalar semakin menurun setelah akhir fermentasi. Pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae 3% dengan waktu fermentasi akhir 72 jam menunjukkan bahwa kadar pati tepung ubi jalar semakin menurun yaitu menjadi 39,56%, sedangkan pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang ditambahkan sebesar 0,5% dengan lama fermentasi yang paling singkat yaitu 12 jam menunjukkan kadar pati sebesar 45,37%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentari koji yang ditambahkan pada waktu yang sama akan menghasilkan kadar pati yang semakin menurun. Kadar pati tertinggi yang dihasilkan selama proses fermentasi berlangsung yaitu terjadi pada waktu 12 jam dengan penambahan koji Aspergillus oryzae sebanyak 0,5%, sedangkan kadar pati terendah yang dihasilkan selama proses fermentasi berlangsung yaitu terjadi pada waktu 72 jam dengan penambahan koji Aspergillus oryzae sebanyak 3%. Hasil analisis kadar pati tepung ubi jalar setelah fermentasi dengan perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 14.

93 Tabel 14. Kadar Pati Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Kadar Pati Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Lama Fermentasi (Jam) (%) Konsentrasi Koji Aspergillus oryzae 0,5 % 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0% 12 45,37 45,09 44,41 43,94 42,74 42,61 24 44,53 44,41 43,90 43,48 42,52 42,49 36 44,02 43,78 43,28 42,80 42,42 42,10 48 43,36 42,53 42,38 41,59 41,08 40,57 60 43,00 42,17 42,13 42,05 41,45 40,43 72 42,06 41,59 41,14 40,50 40,01 39,56 Kadar Pati Tepung Ubi Jalar Tanpa Fermentasi 55,83 Penurunan kadar pati disebabkan karena selama proses fermentasi akan terjadi penguraian pati menjadi glukosa oleh enzim amilase yang dimiliki Aspergillus oryzae. Glukosa hasil penguraian akan digunakan oleh Aspergillus oryzae dalam menunjang pertumbuhan. Enzim amilase berperan dalam mengubah pati menjadi glukosa dengan memutuskan ikatan glukosida yaitu ikatan antara molekul glukosa pada polimer pati. Hasil pemecahan glukosa oleh enzim amilase akan digunakan untuk proses metabolisme. Proses metabolisme dimulai dengan mengolah glukosa menjadi asam piruvat karena proses metabolisme terjadi secara anaerob (fermentasi), maka asam piruvat yang terbentuk akan diubah menjadi produk fermentasi yaitu Adenosin Tri Phosphate (ATP) yang digunakan sebagai sumber energi kapang untuk tumbuh dan berkembang, kemudian hasil lainnya adalah alkohol dan CO2 sebagai hasil metabolisme (Hawusiwa et al., 2015; Chen and Johns, 1994). Menurut Zubaidah (2006), kadar pati mengalami penurunan sejalan dengan meningkatnya waktu fermentasi, karena kemampuan mikroba amilolitik dalam

Kadar Pati (%) 94 pemecahan pati semakin besar seiring dengan semakin lama waktu fermentasi. Penurunan kadar pati terjadi dikarenakan hidrolisis pati oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh Aspergillus oryzae sehingga pati terdegradasi menjadi senyawa yang lebih sederhana dana semakin lama fermentasi semakin banyak komponenkomponen yang terdapat di dalam ubi jalar yang diuraikan. Hasil analisis konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang berbeda dengan waktu fermentasi yang berbeda pula terhadap perubahan kadar pati tepung ubi jalar yang telah difermentasi dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Pada Gambar 16, terlihat bahwa semakin lama waktu fermentasi menunjukkan penurunan kadar pati pada tepung ubi jalar. Pada konsentrasi koji 0,5% menunjukkan adanya korelasi negatif, begitu juga pada konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3%. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati -1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna tidak langsung. 46,0 45,0 44,0 43,0 42,0 41,0 40,0 39,0 y = -0,051x + 45,903 r = -0,993 y = -0,06x + 45,808 r = -0,99 y = -0,053x + 45,129 r = -0,992 y = -0,054x + 44,663 r = -0,954 y = -0,043x + 43,524 r = -0,921 y = -0,054x + 43,589 0 12 24 36 48 60 72 84 r = -0,964 Waktu Fermentasi (Jam) 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Gambar 16. Hubungan Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Pati Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi

Kadar Pati (%) 95 46,0 45,0 44,0 43,0 42,0 41,0 40,0 39,0 y = -1,021x + 42,598 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5r = -0,998 Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae (%) y = -1,218x + 46,158 r = -0,98 y = -0,93x + 45,184 r = -0,972 y = -0,809x + 44,482 r = -0,996 y = -1,09x + 43,827 r = -0,991 y = -0,862x + 43,38 r = -0,935 12 Jam 24 Jam 36 Jam 48 Jam 60 Jam 72 Jam Gambar 17. Hubungan Konsentrasi Substrat Koji Aspergillus oryzae Terhadap Kadar Pati Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Pada Gambar 17, terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi koji menunjukkan penurunan kadar pati tepung ubi jalar pada waktu fermentasi 12 jam dan menunjukkan adanya korelasi negatif. Begitu juga pada waktu fermentasi 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, dan 72 jam. Nilai koefisien korelasi (r) mendekati -1, memperlihatkan adanya korelasi sempurna tidak langsung. Pada Gambar 16 dan Gambar 17, memperlihatkan adanya korelasi waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang digunakan untuk fermentasi terhadap kadar pati tepung ubi jalar yang telah difermentasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) masing-masing variabel yang besarnya mendekati -1, memperlihatkan korelasi sempurna tidak langsung pengaruh waktu fermentasi dan konsentrasi koji yang digunakan terhadap kadar pati tepung ubi jalar yang dihasilkan. Penurunan kadar pati disebabkan karena selama proses fermentasi akan terjadi penguraian pati menjadi glukosa oleh enzim amilase yang dimiliki Aspergillus oryzae. Glukosa hasil penguraian akan digunakan oleh Aspergillus

96 oryzae dalam menunjang pertumbuhan. Enzim amilase berperan dalam mengubah pati menjadi glukosa dengan memutuskan ikatan glukosida yaitu ikatan antara molekul glukosa pada polimer pati. Hasil pemecahan glukosa oleh enzim amilase akan digunakan untuk proses metabolisme. Menurut Syuhada (2010), secara kimiawi perubahan bahan selama proses fermentasi disebabkan oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati. Menurut Ramos et al., (2000), bakteri asam laktat dapat menghasilkan enzim ekstraseluler untuk menghidrolisis pati menjadi dekstrin dan gula sederhana yang selanjutnya dimanfaatkan untuk menghasilkan asam laktat, CO2, dan etanol. 4.2.4. Kadar Amilosa Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Hasil analisis kadar amilosa tepung ubi jalar setelah fermentasi dengan perlakuan lama fermentasi dan konsnetrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Kadar Amilosa Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Kadar Amilosa Tepung Ubi Jalar Setelah Lama Fermentasi (Jam) Fermentasi (%) Konsentrasi Koji Aspergillus oryzae 0,5 % 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0% 12 19,54 19,90 16,88 23,05 25,47 19,26 24 25,75 26,28 25,11 25,35 30,80 27,41 36 23,49 25,67 24,58 22,97 24,14 27,37 48 22,77 25,27 23,17 23,62 23,86 23,09 60 22,20 22,65 23,33 21,68 21,64 19,50 72 24,22 23,33 23,54 25,03 25,67 25,47 Kadar Amilosa Tepung Ubi Jalar Tanpa Fermentasi 20,27

97 Data pada Tabel 15. menunjukkan waktu fermentasi ubi jalar selama 72 jam dengan rentang waktu sampling (pengamatan) 12 jam dan konsentrasi koji 0,5% memberikan kadar amilosa tepung ubi jalar yang dihasilkan dari proses fermentasi meningkat, dari kadar amilosa awal sebelum fermentasi 20,27% menjadi 24,22% setelah fermentasi. Selama fermentasi ubi jalar berlangsung berdasarkan waktu dan konsentrasi koji yang bervariasi, perubahan kadar amilosa pada tepung ubi jalar tidak menetap, terjadi kenaikan dan penurunan pada waktu-waktu tertentu, namun rata-rata kadar amilosa pada tepung ubi jalar setelah fermentasi mengalami peningkatan. Pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae 3% dengan waktu fermentasi akhir 72 jam menunjukkan bahwa kadar amilosa ubi jalar semakin meningkat yaitu menjadi 25,47%, sedangkan pada konsentrasi koji Aspergillus oryzae yang ditambahkan sebesar 0,5% dengan lama fermentasi yang paling singkat yaitu 12 jam menunjukkan kadar pati sebesar 19,54%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentari koji yang ditambahkan pada waktu yang sama akan menghasilkan kadar amilosa yang semakin meningkat. Menurut Zubaidah, dkk. (2006), peningkatan jumlah amilosa dikarenakan akibat putusnya rantai cabang amilopektin pada ikatan α-1,6 dan secara otomatis jumlah rantai cabang amilopektin berkurang dan meningkatnya jumlah rantai lurus amilosa sebagai hasil pemutusan ikatan cabang. Semakin meningkatnya waktu fermentasi, kadar pati semakin menurun seiring dengan meningkatnya kadar amilosa karena kemampuan enzim dalam mendegradasi pati meningkat dengan semakin bertambahnya waktu fermentasi. Kenaikan kadar amilosa disebabkan

98 karena saat fermentasi berlangsung enzim yang dihasilkan berperan dalam pemutusan ikatan rantai cabang amilopektin, sehingga jumlah amilosa meningkat. Semakin tinggi konsentrasi koji, semakin banyak enzim yang dihasilkan oleh mikroba yang dapat merombak pati pada ubi jalar menjadi senyawa-senyawa sederhana sebagai energi untuk aktivitas dan pertumbuhannya. Menurut Syuhada (2010), secara kimiawi perubahan bahan selama fermentasi disebabkan oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati. Menurut Ramos et all. (2000), bakteri asam laktat dapat menghasilkan enzim ektraseluler untuk menghidrolisis pati menjadi dekstrin dan gula sederhana yang selanjutnya dimanfaatkan untuk menghasilkan asam laktat, CO2 dan etanol. 4.2.5. Gel Konsistensi Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Hasil analisis gel konsistensi pada tepung ubi jalar yang telah difermentasi dengan perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Gel Konsistensi Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Gel Konsistensi (mm) Lama Fermentasi Konsentrasi Koji Aspergillus oryzae (Jam) 0,5 % 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0% 12 47,0 45,5 45,5 55,0 31,0 43,5 24 39,0 35,5 36,5 39,5 31,5 37,5 36 48,5 36,0 44,0 45,5 46,0 35,5 48 61,5 35,5 59,5 58,5 59,0 59,0 60 60,0 59,0 58,5 59,0 58,5 56,0 72 50,5 57,5 55,5 37,0 38,5 37,5 Gel Konsistensi Tepung Ubi Jalar Tanpa Fermentasi 55,5 Data pada Tabel 16. menunjukkan bahwa panjang gel konsistensi pada tepung ubi jalar sebelum difermentasi adalah 55,5 mm, hal ini menandakan

99 kandungan amilosa didalam tepung ubi jalar sebelum fermentasi berada pada posisi sedang, akibatnya gel yang terbentuk panjangnya kurang dari 100 mm yang berarti sedang. Setelah proses fermentasi berlangsung, terjadi penurunan dari amilopektin yang menyebabkan gel konsistensi pada tepung ubi jalar menjadi menurun panjangnya, namun kandungan amilosa pada tepung semakin meningkat. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 12 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 47 mm dan kadar amilosanya sebesar 19,54%, sedangkan pada waktu fermentasi selama 12 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 43 mm dengan kadar amilosa sebesar 19,26 %. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 24 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 39 mm dan kadar amilosanya sebesar 25,75%, sedangkan pada waktu fermentasi selama 24 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 37,5 mm dengan kadar amilosa sebesar 27.41%. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 36 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 48,5 mm dan kadar amilosanya sebesar 23,49%, sedangkan pada waktu fermentasi selama 36 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 35,5 mm dengan kadar amilosa sebesar 27.37%. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 48 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 61,5 mm dan kadar amilosanya sebesar 22,77%, sedangkan pada waktu fermentasi selama 48 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 59 mm dengan kadar amilosa sebesar 23.09%. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 60 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 60 mm dan kadar amilosanya sebesar 22,20%, sedangkan pada

100 waktu fermentasi selama 60 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 56 mm dengan kadar amilosa sebesar 19,5%. Panjang gel tepung ubi jalar yang difermentasi selama 72 jam dengan konsentrasi koji 0,5% adalah 50,5 mm dan kadar amilosanya sebesar 24,22%, sedangkan pada waktu fermentasi selama 72 jam dengan konsentrasi koji 3% panjang gel tepung ubi jalar menjadi 37,5 mm dengan kadar amilosa sebesar 25.47%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentari koji yang ditambahkan pada waktu yang sama akan menghasilkan gel tepung ubi jalar semakin pendek sedangkan kadar amilosa semakin meningkat. Pada gel yang mengandung amilosa sekitar 25% akan menghasilkan gel yang keras karena molekul pati membentuk jaringan, sebaliknya pada gel dengan amilosa yang rendah bertekstur lembut dan tidak memiliki jaringan (Copeland, 2009 dalam Indrasari dan Mardiah). 4.2.6. Amilografi Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi Data pada Tabel 17, memperlihatkan viskositas balik tepung ubi jalar yang dibuat secara fermentasi untuk seluruh perlakuan menunjukkan lebih tinggi daripada viskositas balik tepung ubi jalar tanpa fermentasi. Hal ini disebabkan selama fermentasi berlangsung terjadi hidrolisis amilopektin yang memiliki rantai α-1,6 glukosidik menjadi α-1,4 glukosidik, hal ini menyebabkan granula-granula pati yang banyak mengandung rantai α-1,4 glukosidik lebih mudah menyerap air dan pecah.

101 Tabel 17. Viskositas Tepung Ubi Jalar Setelah Fermentasi dengan Perlakuan Lama Fermentasi dan Konsentrasi Koji yang Bervariasi Indikator Pengamatan No. Sampel Suhu Viskositas Viskositas Viskositas Gelatinisasi Puncak Dingin Balik (cp) ( 0 C) (cp) 50 0 C (cp) 1 a1b1 (12 jam 0,5 %) 81.9-2660.0 2660.0 2 a2b1 (12 jam 1,0 %) 92.6-300.0 300.0 3 a3b1 (12 jam 1,5 %) 83.1-2940.0 2940.0 4 a4b1 (12 jam 2,0 %) 82.0-2820.0 2820.0 5 a5b1 (12 jam 2,5 %) 81.3-2455.0 2455.0 6 a6b1 (12 jam 3,0 %) 94.2-45.0 45.0 7 a1b2 (24 jam 0,5 %) 84.9-2500.0 2500.0 8 a2b2 (24 jam 1,0 %) 80.8-2255.0 2255.0 9 a3b2 (24 jam 1,5 %) 79.3-2125.0 2125.0 10 a4b2 (24 jam 2,0 %) 79.8-2510.0 2510.0 11 a5b2 (24 jam 2,5 %) 82.1 2575.0 2665.0 90.0 12 a6b2 (24 jam 3,0 %) 81.0 3285.0 3965.0 680 13 a1b3 (36 jam 0,5 %) 88.8-3050.0 3050.0 14 a2b3 (36 jam 1,0 %) 88.4-2940.0 2940.0 15 a3b3 (36 jam 1,5 %) 82.0 3565.0 4025.0 460.0 16 a4b3 (36 jam 2,0 %) 83.0-4945.0 4945.0 17 a5b3 (36 jam 2,5 %) 88.1-2380.0 2380.0 18 a6b3 (36 jam 3,0 %) 85.5-3135.0 3135.0 19 a1b4 (48 jam 0,5 %) 88.2-1760.0 1760.0 20 a2b4 (48 jam 1,0 %) 83.3-2260.0 2260.0 21 a3b4 (48 jam 1,5 %) 87.6 2695.0 3735.0 1040.0 22 a4b4 (48 jam 2,0 %) 86.6 2925.0 3440.0 515.0 23 a5b4(48 jam 2,5 %) 87.5-3070.0 3070.0 24 a6b4 (48 jam 3,0 %) 87.4 2960.0 3940.0 980.0 25 a1b5 (60 jam 0,5 %) 86.8-2445.0 2445.0 26 a2b5 (60 jam 1,0 %) 85.6-3155.0 3155.0 27 a3b5 (60 jam 1,5 %) 82.8-4755.0 4755.0 28 a4b5 (60 jam 2,0 %) 89.1-2480.0 2480.0 29 a5b5 (60 jam 2,5 %) 90.2-2620.0 2620.0 30 a6b5 (60 jam 3,0 %) 87.1-3245.0 3245.0 31 a1b6 (72 jam 0,5 %) 86.9-2040.0 2040.0 32 a2b6 (72 jam 1,0 %) 81.2 3305.0 3980.0 675.0 33 a3b6 (72 jam 1,5 %) 87.6 2225.0 2555.0 660.0 34 a4b6 (72 jam 2,0 %) 88.9 2040.0 2375.0 335.0 35 a5b6 (72 jam 2,5 %) 86.2 3105.0 3205.0 100.0 36 a6b6 (72 jam 3,0 %) 85.3 3180.0 3280.0 100.0 37 Kontrol 82.5 55.0 155.0 100.0

102 Pada sampel tepung ubi jalar a1b1 a4b2, a1b3 a2b3, a4b3 a2b4, a5b4, dan a1b5 a1b6 dalam proses pemanasan sampai dengan suhu 95 0 C tidak terjadi gelatinisasi (pelepasan air dari molekul pati), hal ini disebabkan pada saat granula pati pecah sampel tidak dapat diamati. Viskositas puncak tepung ubi jalar setelah fermentasi (saat granula pecah) lebih tinggi dibandingkan dengan tepung ubi jalar tanpa fermentasi, menunjukkan kemudahannya mengembang saat dipanaskan. Menurut Febriyanti (1990), yang dimaksud dengan suhu awal gelatinisasi adalah suhu pada saat viskositas pertama kali naik karena terjadinya pembengkakan granula pati yang irreversible. Viskositas maksimum atau viskositas puncak adalah titik maksimum viskositas pasta yang dihasilkan selama proses pemanasan. Sedangkan suhu viskositas maksimum adalah suhu saat tercapai viskositas maksimum. Stabilitas pati yang diukur adalah stabilitas viskositas selama periode pemanasan menggunakan parameter stabilitas pasta (SP) dan stabilitas viskositas selama periode pendinginan menggunakan parameter viskositas balik (VB). Viskositas balik didapat dari selisih antara viskositas akhir pendinginan dan viskositas akhir pemanasan konstan pada suhu 95 0 C. Viskositas balik mencerminkan tingkat retrogradasi pati pada proses pendinginan (Cornell, 2000). Analisis sifat amilografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik pati dan viskositasnya. Sifat amilografi berkaitan dengan pengukuran viskositas tepung dengan konsentrasi tertentu selama pemanasan dan pengadukan. Perbedaan panjang rantai penyusun molekul amilopektin memberikan perbedaan yang signifikan terhadap sifat fisik, fisikokimia dan fungsional bahan.

Viscosity (cp) Viscosity (cp) Viscosity (cp) 103 Sifat amilografi tepung ubi jalar sebelum dan setelah fermentasi dengan perlakuan waktu dan konsentrasi koji yang bervariasi dapat dilihat pada Gambar 18 sampai Gambar 54. 190,00 140,00 90,00 40,00-10,00 Gambar 18. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Sebelum Fermentasi 3 2 2 1 - Gambar 19. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 0,5%) 3 2 2 1 - Gambar 20. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 1,0%)

Viscosity (cp) Viscosity (cp) Viscisity (cp) 104 330,00 280,00 230,00 180,00 130,00 80,00 30,00-20,00 Gambar 21. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a3b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 1,5%) 3 2 2 1 - Gambar 22. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a4b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 2,0%) 2 2 1 - Gambar 23. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a5b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 2,5%)

Viscosity (cp) Viscosity Viscosity (cp) 105 47,50 37,50 27,50 17,50 7,50-2,50 Gambar 24. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a6b1 (Fermentasi 12 jam, Konsentrasi 0,5%) 2 2 1 - Gambar 25. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 0,5%) 2350,00 1850,00 1350,00 850,00 350,00-150,00 Gambar 26. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 1,0%)

Viscosity (cp) Viscosity (cp) Viscosity (cp) 106 1850,00 1350,00 850,00 350,00-150,00 Gambar 27. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a3b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 1,5%) 2 1 - Gambar 28. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a4b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 2,0%) 3 2 2 1 - Gambar 29. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a5b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 2,5%)

Viscosity (cp) Viscosity (cp) Viscosity (cp) 107 4 3 3 2 2 1 - Gambar 30. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a6b2 (Fermentasi 24 jam, Konsentrasi 3,0%) 3250 2750 2250 1750 1250 750 250-250 Gambar 31. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 0,5%) 3 2 2 1 - Gambar 32. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 1,0%)

Viscosity (cp) Viscosity (cp) Viscosity (cp) 108 4 3 3 2 2 1 - Gambar 33. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a3b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 1,5%) 5500,00 4500,00 3500,00 2500,00 1500,00 500,00-500,00 Gambar 34. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a4b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 2,0%) 2 2 1 - Gambar 35. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a5b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 2,5%)

Viscosity (cp) Viscosity (cp) Viscosity (cp) 109 3 3 2 2 1 - Gambar 36. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a6b3 (Fermentasi 36 jam, Konsentrasi 3,0%) 1900,00 1400,00 900,00 400,00-100,00 Gambar 37. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 0,5%) 2 2 1 - Gambar 38. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 1,0%)

Viscosity (cp) Viscosity (cp) Viscosity (cp) 110 3 3 2 2 1 - Gambar 39. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a3b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 1,5%) 4000,00 3500,00 3000,00 2500,00 2000,00 1500,00 1000,00 500,00 0,00-500,00 Gambar 40. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a4b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 2,0%) 3 2 2 1 - Gambar 41. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a5b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 2,5%)

Viscosity (cp) Viscosity (cp) Viscosity (cp) 111 4 3 3 2 2 1 - Gambar 42. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a6b4 (Fermentasi 48 jam, Konsentrasi 3,0%) 2 2 1 - Gambar 43. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 0,5%). 3 2 2 1 - Gambar 44. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 1,0%)

Viscosity (cp) Viscosity (cp) Viscosity (cp) 112 4500,00 3500,00 2500,00 1500,00 500,00-500,00 Gambar 45. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a3b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 1,5%) 2 2 1 - Gambar 46. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a4b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 2,0%) 2 2 1 - Gambar 47. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a5b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 2,5%)

Viscosity (cp) Viscosity (cp) Viscosity (cp) 113 3 2 2 1 - Gambar 48. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a6b5 (Fermentasi 60 jam, Konsentrasi 3,0%) 3 2 2 1 - Gambar 49. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a1b6 (Fermentasi 72 jam, Konsentrasi 0,5%) 4 3 3 2 2 1 - time Gambar 50. Grafik Hasil Pengamatan Amilografi Tepung Ubi Jalar Hasil Fermentasi Sampel a2b6 (Fermentasi 72 jam, Konsentrasi 1,0%)