BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep, Konstruk dan Variabel Penelitian. dalam upaya untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran yang mampu

Materi kuliah ASP dapat di unduh (download) di : Agus Widarsono, SE.,M.Si, Ak

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan pemerintah mengacu pada clean governance, transparan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit. Hal tersebut berbeda

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adanya faktor-faktor situasional yang dapat mempengaruhi variabel satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

Anggaran: kumpulan pernyataan mengenai perkiraan atas penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu tahun atau beberapa periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

DAFTAR PUSTAKA. Aditia Herian Purnama Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7 PENGANGGARAN PUBLIK. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang. perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, membawa perubahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat dengan cara memberikan pelayanan yang efektif,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi diantara para pelaku bisnis juga semakin ketat. Menurut Hansen &

FARIDA NUR HIDAYATI B

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintahan merupakan organisasi sektor publik proses

BAB I PENDAHULUAN. tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. organisasi nirlaba disebakan oleh organisasi ini berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah. Adanya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang harus diketahui oleh publik untuk dievaluasi, dikritik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan suatu alat perencanaan mengenai pengeluaran dan

PENGERTIAN ANGGARAN FUNGSI ANGGARAN. Anggaran berfungsi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. negeri, dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Proses penganggaran daerah diatur dalam Permendagri Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. perusahaan untuk berbagai macam tujuan Otley (1980) dalam Suryanawa (2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu. jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang dilaksanakan oleh tim anggaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. mengatur dan mengevaluasi jalannya suatu kegiatan. Menurut M. Nafarin

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. penganggaran menggunakan penganggaran kinerja (performance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semangat reformasi telah mendorong para pemimpin bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

(Survei Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Bastian (2006:191),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang. penganggaran, pemprograman dan lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan panitia, pengumpulan dan pengklasifikasian data, pengajuan

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima)

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif,

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dimana, asas ini memberikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. anggaran tersebut harus diinformasikan kepada publik dan didiskusikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi. Dalam anggaran haruslah memuat kerangka kerja organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana setiap tahun

Tugas E-learning Administrasi Bisnis. DI Susun oleh : Joko Purnomo

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 2.1.1.1 Pengertian peran serta seseorang masyarakat dalam proses pembangunan dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan (Sumaryadi, 2010). juga merupakan pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat untuk ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa (Djalal dan Supriadi, 2010). Dari definisi yang telah di urai dapat dijelaskan bahwa yang partisipasi peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembuatan keputusan (Arifin, 2014). Peran serta tersebut dapat berupa menyampaian saran atau pendapat, memberikan keterampilan-keterampilann tertentu, hingga memberikan barang serta jasa demi tercapainya suatu tujuan dalam pembangunan yang dilakukan bersama-sama. 9

10 2.1.2 Anggaran 2.1.2.1 Pengertian Anggaran Pengelolaan anggaran telah menjadi perhatian utama bagi para pengambil keputusan pemerintah, baik ditingkat pusat ataupun daerah. Sejauh ini berbagai perundang-undangan dan produk hukum telah dikeluarkan dan diberlakukan dalam upaya untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran yang mampu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat (Halim, 2012). Anggaran perlu disiapkan secara detail dan melibatkan manajer pada setiap level organisasi, keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran sektor publik diharapkan berpengaruh positif terhadap kinerja pelayanan yang diberikan (Anthony, 2005). Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2009:61): Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial. Anggaran diinterpretasikan sebagai paket pernyataan menyangkut perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau periode mendatang (Bastian, 2010), anggaran juga merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi (Anthony, 2005). Penganggaran merupakan proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan proses politik. Pada sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, sebaliknya pada sektor publik

11 anggaran justru harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan (Mardiasmo, 2009). Menurut Mardiasmo (2009: 66) anggaran dibagi menjadi dua yaitu: 1. Anggaran Operasional (Operational/Current Budget) Anggaran Operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan seharihari dalam menjalankan pemerintahan, misalnya belanja rutin (recurrent expenditure) yaitu pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah asset atau kekayaan bagi pemerintah. Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain Belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasional dan Pemeliharaan. 2. Anggaran Modal (Capital/Investment Budget) Anggaran Modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Pada dasarnya pemerintah tidak mempunyai uang yang dimiliki sendiri, sebab seluruhnya milik publik. 2.1.2.2 Fungsi & Karakteristik Anggaran Terdapat beberapa fungsi yang menghubungkan anggaran dengan pemimpin dan para staf yang terkait didalamnya. Menurut Bastian (2010: 191) anggaran berfungsi sebagai berikut: 1. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses penyusunan rencana kerja. 2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang. 3. Anggaran sebagai alat komunikasi internal yang menghubungkan berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antar atasan serta bawahan. 4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.

12 Karakteristik anggaran keseragaman, keseluruhan transaksi organisasi, keteraturan penyerahan yang didasari oleh persetujuan/konsensus, dan terpublikasi. Menurut Bastian (2010: 192) karakteristik anggaran publik terdiri dari: 1. Anggaran yang dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan non keuangan. 2. Anggaran yang umumnya mencakup jangka waktu tertentu, yaitu satu atau beberapa tahun. 3. Anggaran yang berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran yang ditetepkan. 4. Usulan anggaran yang ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi dari penyusunan anggaran. 5. Anggaran yang telah disusun hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu. 2.1.2.3 Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik meliputi: Menurut Mardismo (2009: 67) prinsip-prinsip anggaran sektor publik 1. Otorisasi oleh legislatif Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut. 2. Komprehensif Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif. 3. Keutuhan Anggaran Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum (general fund).

13 4. Nondicretionary appropriation Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan efektif. 5. Periodik Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun multi-tahunan. 6. Akurat Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantongkantong pemborosan dan anggaran tidak efisien serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran. 7. Jelas Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan. 8. Diketahui publik Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas. 2.1.2.4 Jenis Penganggaran Publik Menurut Bastian (2010: 193) jenis sistem penganggaran publik yaitu: 1. Line Item Budgeting Line item budgeting penyusunan anggaran yang didasarkan pada dan dari mana dana berasal (pos-pos penerimaan) dan untuk apa dana tersebut digunakan (pos-pos pengeluaran). Jenis anggaran ini dianggap paling tua dan banyak mengandung kelemahan atau sering pula disebut

14 traditional budgeting. Kelemahan lainnya terkait dengan karakteristik penetapan anggaran melalui pendekatan incremental, yaitu menetapkan rencana anggaran dengan cara menaikkan sejumlah tertentu pada jumlah anggaran yang lalu atau sedang berjalan. Melalui pendekatan ini, analisis yang mendalam tentang tingkat keberhasilan setiap program tidak perlu dilakukan, akibatnya tidak ada informasi yang logis dan rasional tentang rencana alokasi anggaran tahun yang akan datang. 2. Incremental budgeting Incremental budgeting sistem belanja dan pendapatan yang memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan usulan anggaran periode tahun yang akan datang. Logika sistem penganggaran ini seluruh kegiatan yang dilaksanakan merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun sebelumnya. 3. Planning Programming Budgeting System Planning programming budgeting system proses perencanaan, pembuatan program, dan penganggaran yang terkait dalam suatu sistem sebagai suatu kesatuan yang bulat dan tidak terpisah. 4. Zero Based Budgeting Dalam Zero Based Budgeting muncul unit keputusan (decision unit), yang menghasilkan alternatif anggaran yang dibuat sebagai motivasi anggaran organisasi yang lebih responsive terhadap kebutuhan masyarakat dan terhadap fluktuasi anggaran.

15 5. Performance Budgeting Performance budgeting (anggaran yang berorientasi kinerja) sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi serta rencana strategis organisasi. 6. Medium Term Budgeting Framework (MTBF) Medium Term Budgeting Framework (MTBF) kerangka strategis kebijakan tentang anggaran belanja unit organisasi. Kerangka ini melimpahkan tanggung jawab yang lebih besar kepada unit organisasi menyangkut penetapan alokasi dan penggunaan sumber dana pembangunan. 2.1.2.5 Tahapan dalam siklus Anggaran yaitu: Menurut Mardiasmo (2009: 70) siklus anggaran meliputi empat tahap, 1. Tahap Persiapan Anggaran (Budget Preparation) Pada tahap persiapan dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. 2. Tahap Ratifikasi Anggaran Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. 3. Tahap Pelaksanaan Anggaran (Budget Implementation) Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. 4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran Tahap terakhir dari siklus anggaran pelaporan dan evaluasi anggaran.

16 2.1.3 Anggaran 2.1.3.1 Pengertian Anggaran I Made (2014) menjelaskan bahwa partisipasi anggaran dapat terbentuk dari komunikasi dan kinerja para unit perusahaan, keikutsertaan para unit dalam penyusunan anggaran akan berpengaruh terhadap tercapainya sasaran anggaran yang diinginkan. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyadi (2010) bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan operating manager dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan di masa yang akan ditempuh oleh operating managers tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran. Menurut Brownell dalam Sardjito dan Muthaher (2008) partisipasi anggaran estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran finansial. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa partisipasi anggaran sebagai keterlibatan manajer-manajer bertanggungjawab yang berkaitan dengan penyusunan anggaran. Sinambela (2003) mengatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dinilai dapat meningkatkan kinerja pegawai, pegawai yang aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran akan lebih mempunyai rasa tanggungjawab dalam meningkatkan kinerja. 2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Anggaran Menurut Cherrington dalam Tjandra (2008) terdapat tiga tujuan utama yang dapat dicapai melalui partisipasi dalam anggaran, yaitu: 1. Akseptasi karyawan terhadap rencana kegiatan perusahaan. 2. Peningkatan semangat kerja.

17 3. Peningkatan produktivitas. Anggaran partisipatif mengarah kepada seberapa besar keterlibatan individu dalam menyusun anggaran serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran. Hal ini diperlukan agar para manajer merasa lebih puas dan produktif dalam bekerja, sehingga akan timbul perasaan untuk selalu ingin berprestasi (Sinambela, 2003). Adapun manfaat dari partisipasi manajer menengah dan bawah dalam penyusunan anggaran yang dikembangkan oleh Sumarno (2009) sebagai berikut: 1. Mengurangi ketimpangan informasi dalam organisasi. 2. Menimbulkan komitmen yang lebih besar kepada manajer untuk melaksanakan dan memenuhi anggaran dan dapat menciptakan lingkungan yang dapat mendorong perolehan dan penggunaan informasi. Kesempatan berpartisipasi dalam membuat anggaran dianggap oleh banyak orang dan organisasi sebagai perwujudan kebutuhan aktualisasi diri para anggota organisasi (Ardianto, 2012). Banyak juga pihak yang menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan suatu alat untuk mempertemukan penghargan dan kebutuhan pengaktualisasian diri dari anggotaanggota organisasi (I Made, 2014). Anggaran dapat dinilai atau diukur dengan beberapa indikator Milani (1975) yaitu: 1. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran 2. Kepuasan yang dirasakan dalam penyusunan anggaran

18 3. Kebutuhan memberikan pendapat 4. Kerelaan dalam memberikan pendapat 5. Besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran final 6. Seringnya atasan meminta pendapat saat anggaran sedang disusun. Aditia (2015) menjelaskan mengenai pengukuran anggaran partisipatif sebagai berikut: 1. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran Keikutsertaan merupakan keterlibatan para manajer dalam proses penyusunan anggaran. Keterlibatan yang dimaksud dinyatakan dengan baik untuk mengajukan usulan anggaran. 2. Kepuasan yang dirasakan dalam penyusunan anggaran Kepuasan merupakan kesesuaian hasil yang dirasakan para manajer setelah dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran dan perasaan yang dimiliki manajer terhadap terlaksananya anggaran yang sudah ditetapkan secara partisipatif. 3. Kebutuhan memberikan pendapat Kebutuhan merupakan adanya peranan atau pentingnya partisipasi dari para manajer dalam proses penyusunan anggaran. 4. Kerelaan dalam memberikan pendapat Kerelaan merupakan kemauan atau inisiatif dari para manajer untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses penyusunan anggaran.

19 5. Besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran final Besarnya pengaruh dalam hal ini menunjukan seberapa besar peran dan kontribusi yang diberikan para manajer terhadap keputusan anggaran final. 6. Seringnya atasan meminta pendapat saat anggaran sedang disusun Seringnya atasan meminta pendapat atau usulan dalam proses penyusunan anggaran mengacu kepada ada tidaknya kesempatan bagi para manajer untuk mengemukakan pendapat atau mengajukan usulan anggaran. Menurut Milani (1997) dengan adanya partisipasi anggaran diharapkan kinerja para aparatur pemerintah dapat meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka para pimpinan organisasi pemerintahan akan bersungguh-sungguh dalam tujuan atau standar yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Messa, 2013). 2.1.4 2.1.4.1 Pengertian Istilah kinerja atau perfomance, merupakan tolak ukur karyawan dalam melaksanakan seluruh tugas yang ditargetkan kepadanya, sehingga upaya untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja di suatu organisasi merupakan hal penting. gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

20 kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi (Bastian, 2006). Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa kinerja hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005). Irawan (2002: 11) menyatakan bahwa terdapat tiga macam kinerja yaitu: 1. Organisasi Menggambarkan sampai seberapa jauh satu kelompok telah melaksanakan semua kegiatan pokok sehingga mencapai visi dan misi institusi. 2. Unit Menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang telah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang telah ditetapkan oleh unit kelompok atau instansi. 3. Individu Menggambarkan seberapa jauh seseorang telah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang telah ditetapkan oleh kelompok atau instansi. Dalam penelitian ini dari ketiga macam kinerja tersebut yang dipakai kinerja individu. Dalam hal ini individu tersebut aparatur pemerintah. 2.1.4.2 Aparatur Menurut Mangkunagara (2007:9) kinerja pegawai : Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

21 Menurut Kusumah (2014) Aparatur Daerah merupakan pelaksanaan dalam pemerintah di daerah sebagai pegawai negeri sipil. Dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah. Secara umum perangkat daerah terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan koordinasi, diwadahi dalam lembaga teknis daerah, serta unsur pelaksana otonomi daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 120 tentang pemerintah daerah yang dimaksud dengan perangkat daerah : Perangkat daerah Kabupaten atau Kota terdiri atas sekertariat daerah, sekertariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan. Sedangkan berdasarkan Peraturan Nomor 8 Tahun 2003, perangkat daerah : Organisasi atau lembaga pada Daerah yang bertanggungjawab kepada kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang terdiri dari Sekertariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Satuan Polisi Pamong Praja sesuai dengan kebutuhan daerah. Menurut Santoso (2009) ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan kinerja aparatur pemerintah daerah menjadi rendah diantaranya karena sistem pengelolaan keuangan daerah yang masih lemah dimulai dalam proses perencanaan dan penganggaran APBD, pelaksanaan atau penatausahaan APBD, pertanggungjawaban yang berupa pelaporan hasil pelaksanaan APBD dan pengawasan.

22 Menurut Mangkunagara (2007: 68) terdapat berbagai karakteristik kinerja pegawai, yaitu: 1. Memiliki tanggungjawab pribadi yang tinggi. 2. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi. 3. Memiliki tujuan yang realistis. 4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya. 5. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya. 6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogamkan. aparatur merupakan suatu prestasi yang telah dicapai oleh pegawai didalam merealisasikan sasaran organisasi yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai harus mengarahkan semua tenaga, pikiran, keterampilan, pengetahuan, dan waktu kerjanya untuk mencapai apa yang telah ditetapkan sesuai standar kinerja Sunarcahya (2008). (1980) yaitu: Aparatur Daerah dapat diukur melalui 7 indikator Ven 1. Pencapaian target kinerja kegiatan pada suatu program 2. Ketepatan dan kesesuaian hasil 3. Tingkat pencapaian program 4. Dampak hasil kegiatan terhadap kehidupan masyarakat 5. Kesesuaian realisasi anggaran dengan anggaran 6. Pencapaian efisiensi operasional 7. Perilaku pegawai

23 Menurut Sutermeister (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur terdiri dari motivasi, kemampuan, pengetahuan, keahlian, pendidikan, pengalaman, pelatihan, minat, sikap kepribadian, kondisi-kondisi fisik, dan kebutuhan fisiologis, sosial, dan egoistik. Aparatur dimulai dari bagaimana anggota-anggota dalam sektor pemerintahan berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik dengan mendayagunakan sumber daya yang ada di organisasinya untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai pihak yang dilayani. Ven dalam Ferry (1980) menyatakan bahwa kinerja merupakan prestasi kerja yang dicapai unit kerja dalam merealisasikan target yang telah ditetapkan. Instrumen kinerja terkait dengan pencapaian target kinerja kegiatan dari suatu program, akurasi (ketepatan dan kesesuaian) hasil, tingkat pencapaian program, dampak hasil kegiatan terhadap kehidupan masyarakat, kesesuaian realisasi anggaran dengan anggaran, pencapaian efisiensi operasional, perilaku pegawai. 2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Pengaruh Anggaran Terhadap Aparatur Anggaran memungkinkan para manajer tingkat bawah untuk turut serta dalam pembuatan anggaran, dengan tujuan untuk dikomunikasikan kepada manajer yang membantu mengembangkan anggaran Hansen dan Mowen (2004). Dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran dinilai dapat meningkatkan kinerja pegawai. Para pegawai yang merasa aspirasinya dihargai

24 dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang akan disusun akan lebih mempunyai tanggungjawab dan konsekuensi moral yang meningkatkan kinerja sesuai yang ditargetkan dalam anggaran Milani (1975). gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi (Bastian, 2006). Sedangkan kinerja pegawai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karwayan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Mangkunagara, 2007). anggaran sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya. anggaran estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran finansial (Brownell, 2001). Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa partisipasi anggaran sebagai keterlibatan manajer-manajer bertanggungjawab yang berkaitan dengan penyusunan anggaran (Sardjito dan Muthaher, 2007). Berdasarkan Peraturan Pemeritah Nomor 71 Tahun 2010, anggaran memiliki lima fungsi salah satunya anggaran menjadi landasan penilaian kinerja. Sedangkan menurut Bastian (2010) anggaran berfungsi sebagai 1) Anggaran merupakan hasil akhir dari proses penyusunan rencana kerja, 2) Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang, 3) Anggaran sebagai alat komunikasi internal yang menghubungkan berbagai unit

25 kerja dan mekanisme kerja antar atasan serta bawahan, dan 4) Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja. Sardjito dan Muthaher (2007) mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Semakin aktif para pegawai dalam menyusun anggaran dengan memberikan support informasi dalam menentukan anggaran maka kinerja aparatur pemerintah pun akan menjadi lebih baik, di mana akan tercipta kondisi para pegawai bertanggung jawab sepenuhnya agar kinerja mereka dalam merealisasikan apa yang telah dianggarkan. Sardjito dan Muthaher (2007) juga mengatakan bahwa hal ini menunjukan anggaran partisipatif dapat dinilai sebagai pendektan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja setiap pegawai, karena dengan adanya partisipatif dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap pegawai mampu meningkatkan kinerjanya dengan target yang telah ditetapkan. Dengan adanya partisipasi anggaran diharapkan kinerja para aparatur pemerintah dapat meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka para pimpinan organisasi pemerintahan akan bersungguh-sungguh dalam tujuan atau standar yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Messa, 2013). Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ni Luh (2014), Maharani (2014), Sinambela (2003), dan Bambang Sardjito dan Osmad Muthaher (2007), hasil penelitiannya menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah.

26 Anggaran Aparatur Daerah Gambar 2.1 Hubungan Anggaran terhadap Aparatur Daerah Ho: anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja aparatur Daerah Kota Bandung. Ha: anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparatur Daerah Kota Bandung. 2.3 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu No 1 Nama dan Tahun Penelitian Anggraeni (2009) Judul Penelitian Pengaruh Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap SKPD Kabupaten Labuhan Batu Variabel Penelitian Independen (X) dalam Penelitian ini Anggaran dan Komitmen Organisasi Dependen (Y) dalam Penelitian ini SKPD Hasil Penelitian Anggaran dan Komitmen Organisasi mampu menjelaskan pengaruh terhadap kinerja SKPD an Kabupaten Labuhan Batu sebesar 6,9% dan sisanya dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD

27 2 3 Ni Luh (2014) Maharani (2014) Pengaruh Penganggar an pada Aparat Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh Anggaran Terhadap Aparatur Daerah pada Dinas Pengelolaa n Keuangan dan Aset Independen (X) dalam Penelitian ini Penganggaran Dependen (Y) dalam Penelitian ini Aparat Daerah Independen (X) dalam Penelitian ini Anggaran Dependen (Y) dalam Penelitian ini an Kabupaten Labuhan Batu. Bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja di aparat pemerintah daerah. Maka semakin tinggi dari tingkat partisipasi penyusunan anggaran maka semakin tinggi tingkat kinerja dari aparat pemerintah daerah dan komitmen organisasi mampu memoderasi pengaruh dari partisipasi penyusunan anggaran pada kinerja aparat pemerintah daerah. Maka semakin tinggi tingkat partisipasi penyusunan anggaran maka semakin tinggi tingkat kinerja aparat di pemerintah daerah, terutama dengan komitmen organisasi yang jelas. dan partisipasi anggaran pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Bandung dinilai dalam keadaan baik atau lebih berpartisipasi. Serta mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan dan kebutuhan instansi yakni dalam mengelola keuangan daerah dengan baik.

28 4 5 Sinambela (2003) Arifah Nur Sabrina (2009) Daerah Kota Bandung Pengaruh Dalam Penyusuna n Anggaran Terhadap Manajerial (Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Swasta Di Kota Medan) Pengaruh Penyusuna n Anggaran terhadap Aparatur dengan Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi sebagai Aparatur Daerah Independen (X) dalam penelitian ini Dalam Penyusunan Anggaran Dependen (Y) dalam Penelitian ini Manajerial Independen (X) dalam penelitian ini Penyusunan Anggaran Dependen (Y) dalam Penelitian ini Aparatur Sehingga partisipasi anggaran memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur pemerintah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Bandung. Hasil penelitian ini menunjukan partisipasi penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial. Yang berarti semakin tinggi tingkat partisipasi dekan dalam penyusunan anggaran semain tinggi pula kinerja manajerialnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah tidak berpengaruh signifikan. Hal tersebut terjadi karena partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah itu tergantung pada faktorfaktor situasional (variabel kontingensi) yang mana variabel ini

29 6 7 Bambang Sardjito dan Osmad Muthaher (2007) Messa Mongeri (2013) Variabel Pemoderasi Pengaruh Penyusuna n Anggaran terhadap Aparat Daerah: Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating Pengaruh Penyusuna n Anggaran terhadap Daerah dengan Komitmen Organisasi dengan Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi Independen (X) dalam penelitian ini Pengaruh Penyusunan Anggaran Dependen (Y) dalam Penelitian ini Aparat Daerah Independen (X) dalam penelitian ini Pengaruh Penyusunan Anggaran Dependen (Y) memberikan gambaran pada situasi saat itu. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Hal ini menunjukan anggaran partisipatif dapat dinilai sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja setiap pegawai karena dengan adanya partisipatif dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap pegawai mampu meningkatkan kinerjanya dengan target yang telah ditetapkan. Hasil penelitian ini menunjukan partisipasi penyusunan anggaran mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kinerja Daerah, yang berarti semakin tinggi tingkat partisipasi pemerintah dalam penyusunan anggaran

30 sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada SKPD Daerah Kota Padang) dalam penelitian ini Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating maka semakin tinggi pula kinerja Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderating.