DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... vii TIM PENGUJI... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 2.1 Jeruk siam... 5 2.2 Kutu daun Aphis spp.... 6 2.2.1 Klasifikasi Aphis spp.... 6 2.2.2 Morfologi Aphis spp... 6 2.2.3 Biologi Aphis spp... 9 2.2.4 Tanaman Inang Aphis spp... 11 2.2.5 Gejala Serangan Aphis spp... 11 2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aphis spp... 13 2.2.7 Pengendalian Aphis spp... 13 2.3 Predator Aphis spp.... 14 2.3.1 Famili Coccinellidae... 14 2.3.1.1 Kumbang koksi (Menochilus sexmaculata Fabr)... 15 i
2.3.1.2 Klasifikasi Kumbang Koksi... 15 2.3.1.3 Biologi dan Morfologi... 15 2.3.1.4 M. sexmaculata sebagai agens pengendalian hayati... 17 2.3.2 Famili Hemerobiidae... 18 2.3.2.1 Klasifikasi... 18 2.3.2.2 Biologi dan Morfologi... 18 2.3.3 Famili Syrphidae... 20 2.3.3.1 Klasifikasi... 21 2.3.3.2 Biologi dan Morfologi... 21 2.3.4 Kelimpahan dan Keanekaragaman Serangga Predator... 22 2.3.5 Tanggap Fungsional... 24 III. METODE PENELITIAN... 26 3.1 Tempat dan Waktu... 26 3.2 Alat dan Bahan... 26 3.3 Metode Pengambilan Sampel... 26 3.3.1 Pengamatan Kelimpahan Aphis spp.... 28 3.3.2 Pengamatan Kelimpahan dan Keragaman Populasi Predator. 28 3.4 Kemampuan Predasi Predator Terhadap Aphis spp.... 29 3.4.1 Analisis Data... 29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 30 4.1 Kelimpahan Aphis spp pada Tanaman Jeruk Siam di Kabupaten Bangli dan Gianyar... 30 4.2 Kelimpahan dan keragaman Spesies Serangga Predator Aphis spp... 31 4.3 Daya Pemangsaan Predator M. sexmaculata, M. tasmaniae dan S. corolla terhadap hama Aphis spp... 35 V. SIMPULAN DAN SARAN... 37 5.1 Simpulan... 37 5.2 Saran... 37 DAFTAR PUSTAKA... 38 ii
DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 4.2 Kelimpahan Serangga Predator di Kabupaten Bangli dan Gianyar... 32 4.2 Keragaman Jenis Predator di Kabupaten Bangli dan Gianyar... 34 4.3 Daya Pemangsaan Predator Aphis spp... 35 iii
DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 2.1. Morfologi Aphis spp. betina tidak bersayap (A) = Aphis spp. Betina Tidak Bersayap (vivipar) (B) = Badan Genus Aphis spp..... 8 2.2. Morfologi Aphis spp. Betina Bersayap (A) = Aphis spp. Betina Bersayap (vivipar) (B) = Badan Genus Aphis spp... 9 2.3. Aphis spp.... 11 2.4. Gejala serangan Aphis spp..... 12 2.5. Siklus hidup M. sexmaculata A. Telur, B. Larva, C. Pupa, D. Imago.... 17 2.6. Siklus hidup M. tasmaniae A. Telur B. Larva, C. Pupa, D. Imago..... 20 2.7. Siklus hidup S. ribesii F A. Telur B. Larva, C. Pupa, D. Imago..... 22 3.1. Denah Penelitian di Lapang... 27 4.1. Kelimpahan Aphis spp. di Kabupaten Bangli dan Gianyar... 31 4.2. Kelimpahan Serangga Predator di Kabupaten Bangli dan Gianyar 32 iv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman 1. Rata-rata jumlah Aphis spp. dan predator di Kabupaten Bangli... 43 2. Keragaman Jenis Prdator di Sentra Pertanaman Jeruk Siam Provinsi bali... 45 3. Analisis Daya Predasi... 46 4. Dokumentasi Penelitian... 48 v
ABSTRACT Ni Luh Suriani. NIM. 1305105063. Inventory predator of Aphid, Aphis spp. (Hemiptera: Aphidide) on Citrus Siam (Citrus nobilis Lour) at Centre Citrus plantating in Bangli and Gianyar Regency. Adviser I: Prof. Ir. I Wayan Susila, MS. and Adviser II: Ir. Ni Nengah Darmiati, MP. This research was done in order to inventory of Aphis spp. predator (Hemiptera: Aphidide) on center plantation of Citrus Siam (Citrus nobilis L.) in Bangli and Gianyar Regencies. The purpose of this research is to determine the abundance of Aphis spp., the abundance and kind of their predators and predation ability of the predator. The survey method was used in this research and the sample was taken by purposive method. The results of this research shows that in Bangli and Gianyar Regencies the average abundance of Aphis spp. was 87.71 and 50.91, respectively. There are three species of predator was found in this research associated to Aphis spp. in Bangli and Gianyar Regencies, there are: Menochilus sexmaculata Fabr, Micromus tasmaniae Walker, and Syrphus corolla Fabricius. The abudance of the predator M. sexmaculata in Bangli Regency was 0.23/Shoot and in Gianyar was 0.77/shoot. M. sexmaculata predator was dominant compare than the others. The predator diversity index in both location is the same was 0.45 and very low category (H<1). The predation rate of M. sexmaculata, M. tasmaniae, and S. corolla was found 14.4, 14.0, 12.8 per day, respectively. Keywords: Citrus Siam plantation, Aphids, and Predators vi
ABSTRAK Ni Luh Suriani. NIM. 1305105063. Inventarisasi Predator Kutu Daun, Aphis spp. (Hemiptera: Aphididae) Di Sentra Pertanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis Lour) Di Kabupaten Bangli dan Gianyar. Dibimbing oleh: Prof. Ir. I Wayan Susila, MS. dan Ir. Ni Nengah Darmiati, MP. Penelitian ini dilakukan untuk menginventarisasi predator Aphis spp. (Hemiptera: Aphidide) pada pertanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis L.) di Kabupaten Bangli dan Gianyar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan Aphis spp., kelimpahan dan keragaman predator serta kemampuan pemangsaan predator Aphis spp. Penelitian ini menggunakan metode survei dan pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar rata-rata kelimpahan Aphis spp. berturut-turut adalah 87,71 dan 50,91. Ada 3 jenis predator yang ditemukan yang berasosiasi dengan Aphis spp., diantaranya: Menochilus sexmaculata Fabr, Micromus tasmaniae Walker, dan Syrphus corolla Fabricius. Kelimpahan predator M. sexmaculata di Kabupaten Bangli adalah 0,23/pucuk dan di Kabupaten Gianyar adalah 0,77/pucuk, dan predator ini mendominansi dibandingkan jenis predator lainnya. Keragaman predator di kedua lokasi sama 0,45 (H <1) artinya kategori sangat rendah. Tingkat predasi M. sexmaculata, M. tasmaniae, dan S. corolla masing-masing ditemukan 14,4/hari; 14,0/hari; 12,8/hari. Kata Kunci: Perkebunan jeruk siam, Kutu daun, Predator vii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jeruk siam (Citrus nobilis Lour) (Rutaceae) merupakan buah yang memiliki peranan penting di pasaran dalam negeri maupun dunia, baik dalam bentuk segar maupun olahan, karena mempunyai keunggulan dibandingkan dengan jenis buah-buahan lain seperti rasanya manis, harum, mengandung banyak air, vitamin C dan A, dan mudah dikonsumsi (Supartha et al., 2015). Tahun 2009 produksi jeruk di Bali mencapai 161.488 ton, kemudian pada tahun 2010 menurun menjadi 97.523 ton (BPS, 2014). Produksi jeruk siam bisa maksimal, tetapi ada faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya produksi tanaman jeruk siam di Indonesia khususnya di Bali, salah satu penyebabnya adalah serangan hama dan penyakit tanaman. Kutu daun, Aphis spp. (Hemiptera: Aphididae) merupakan salah satu hama penting yang menyerang tanaman jeruk siam. Serangga ini merusak tanaman dengan cara mengisap cairan tanaman, terutama pada daun-daun pucuk dan batang muda yang dilakukan oleh nimfa dan imago. Serangan Aphis spp. dapat menimbulkan kerusakan secara langsung dan tidak langsung. Kerusakan secara langsung terjadi karena Aphis spp. menghisap cairan tanaman sehingga dapat berpengaruh terhadap perubahan fisiologis tanaman seperti kelayuan, perubahan bentuk daun, daun gugur, dan kematian tanaman (Darsono, 1991). Secara tidak langsung, Aphis spp. juga merupakan vektor virus (Widodo, 1986). Menurut Syafril (2006) populasi dan intensitas serangan hama kutu daun hitam (Toxoptera aurantii) pada tanaman jeruk di Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Emas, Kabupaten Lima viii
Puluh Kota, pada tahun 2006 yaitu populasi 50-100 ekor per batang dengan intensitas serangan 30,0%, sedangkan sebagai vektor dapat mencapai lebih dari 80% (Miles, 1987). Pengendalian hama di Indonesia khususnya pada tanaman jeruk siam masih mengandalkan penggunaan insektisida karena dinilai praktis dan hasilnya cepat diketahui. Dalam program pengendalian hama terpadu penggunaan insektisida merupakan alternatif terakhir dari seperangkat komponen yang ada. Pemakaian insektisida yang kurang bijaksana dapat menimbulkan resistensi, resurjensi, berpengaruh terhadap organisme bukan sasaran, masalah residu pada hasil pertanian dan pencemaran lingkungan karena residu pestisida (Sosromarsono et al., 1988). Pengendalian hayati adalah memaksimalkan peranan musuh alami dalam upaya pengelolaan hama, dimana musuh alami merupakan bagian mata rantai dalam agroekosistem. Agens pengendalian hayati (APH) berperan sangat penting dalam proses menuju kondisi agroekosistem yang stabil. Peranan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan APH dalam menekan kepadatan populasi hama sasaran di atas ambang ekonomi hingga di bawah ambang ekonomi, dan mengatur populasi hama tetap berada di bawah ambang ekonomi (Wagiman, 2014). Predator adalah salah satu musuh alami yang mampu menekan kepadatan populasi hama. Predator bekerja secara aktif mencari mangsa, selalu tersedia di alam, berkembangbiak dan menyebar di alam dengan sendirinya, tidak menyebabkan mangsa menjadi resisten (Untung, 1993). Keefektifan predator dalam mengendalikan populasi hama dapat diukur dari daya pemangsaannya (Roger, 1999). Daya pemangsaan oleh predator dapat digunakan untuk mengukur atau menilai kemampuan predator dalam mengatur keseimbangan populasi mangsa. Pemahaman tentang peran predator di ekosistem pertanian dan faktor- ix
faktor yang mempengaruhi perkembangannya perlu dipahami dengan baik karena akan bermanfaat dalam menentukan strategi pengendalian hama dengan tepat (Ziyadah, 2016). Informasi tentang jenis predator sebagai musuh alami hama Aphis spp. di Kabupaten Bangli dan Gianyar belum ada yang melaporkan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dalam bentuk inventarisasi predator Aphis spp. x