BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Yogyakarta berdiri di atas lahan dengan luas 2150 m 2 dengan luas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MENYIKAT GIGI MELALUI EDUKASI AUDIO-VISUAL

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Anak usia sekolah dapat didefinisikan sebagai anak-anak dengan. kategori usia 6-13 tahun untuk perempuan dan 6-14 tahun untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Winda Siti Juliani ST ARTIKEL PUBLIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19" '53"

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Penelitian untuk mengetahui perbedaan status kebersihan gigi dan mulut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

PERBANDINGAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI SETELAH MAKAN PAGI PADA ANAK KELAS II SD ISLAM AZ-ZAHRAH DENGAN ANAK SDN 167 PALEMBANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah ruang kelas sejumlah 15 ruangan, laboratorium bahasa, laboratorium IPA,

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi anak laki-laki dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

PENGENALAN DINI KESEHATAN GIGI DAN MULUT MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL DAN PERMAINAN PADA SISWA SEKOLAH LAB PAUD YASMIN FKIP UNMUH JEMBER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSONAL HYGIENE DI SDNEGERI 16 SUNGAI ROTAN KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2013

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE ANAK KELAS IV DI SDN 2 JAMBIDAN BANGUNTAPAN BANTUL

Pelatihan Konselor Sebaya Berhenti Merokok pada Remaja : Sebuah Inovasi untuk Program Berhenti Merokok

MEDIA AUDIO VISUAL DAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH

GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( )

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan gigi dan mulut mereka. Anak-anak beresiko mengalami

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

PERBEDAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI PENYULUHAN GIZI MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT DI SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai peranan atau fungsinya masing-masing. Peran dari. memperindah wajah (Suryawati, 2010).

PENGARUH EDUKASI SOSIODRAMA TENTANG PHBS CUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN SISWA SD MUHAMMADIYAH KALANGAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Kesehatan Masyarakat Gamping I sudah terjangkau oleh BPJS bagi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

*coret yang tidak perlu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : ELIS SITI PRIYANI

Asnita Bungaria Simaremare, Rosdiana T Simaremare Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TOILET TRAINING ANAK USIA 1-3 TAHUN TERHADAP PENGETAHUAN IBU DI DESA SAMBON BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jasmani dan rohani merupakan bagian terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN

PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA LEAFLET EFEKTIF DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN PONOROGO

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... BAB I PENDAHULUAN... 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dr.Kayadoe. RSUD Dr. M. Haulussy Ambon adalah rumah sakit negeri

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN MULTIMEDIA TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT ANAK SD KELAS III DI SDN 2 JAMBIDAN BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha. Gambar Produk Kesehatan Gigi di Pasaran Sumber: Dokumen Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta data hasil belajar siswa yang berupa nilai pre-test dan pos-test. Hasil dari

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

Transkripsi:

57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan berlokasi di Kalangan, Baturetno, Bangutapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta berdiri di atas lahan dengan luas 2150 m 2 dengan luas bangunan seluas 656 m 2. SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan memiliki 4 gedung yang terdiri atas 7 ruang kelas untuk siswa belajar, ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakan, ruang UKS, gudang dan kamar mandi. Kamar mandi siswa dan kamar mandi guru dibuat secara terpisah. Tenaga pengajar berjumlah 11 orang yang terdiri dari kepala sekolah, 7 orang guru kelas, 1 orang guru agama, 1 orang guru pendidikan jasmani dan 1 petugas kebersihan sekolah. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 179 siswa. Kelas I sebanyak 20 siswa, kelas II sebanyak 48 siswa yang terbagi menjadi kelas II A sebanyak 25 siswa dan II B sebanyak 23 siswa. Kelas III sebanyak 21 siswa, kelas IV sebanyak 30 siswa, kelas V sebanyak 26 siswa dan kelas VI sebanyak 34 siswa. Pemanfaatan UKS di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan belum dapat berjalan secara maksimal sebab hanya di kelas IV saja yang memiliki fasilitas sikat gigi dan gelas di kelas. Edukasi menyikat gigi setiap tahun diberikan oleh puskesmas

58 setempat, akan tetapi edukasi diberikan kepada siswa yang baru duduk dikelas I saja. Pemanfaatan papan pengumuman juga belum digunakan sebagai tempat penyalur informasi mengenai kesehatan. 1. Analisis Univariat a. Karakteristik Responden Analisa Univariat berisikan mengenai gambaran karakteristik responden baik dari segi usia, kelas, suku, jenis kelamin anak, pekerjaan orangtua, tingkat pengetahuan siswa, dan tingkat sikap siswa.karakteristik tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel. 4.1Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Kelas, Suku, Jenis Kelamin, dan Pekerjan Orangtua Anak di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Yogyakarta April 2017 (n=122) Karakteristik Responden F % Usia 7 16 13.1 8 38 31.1 9 20 16.4 10 22 18.0 11 22 18.0 12 4 3.3 Kelas I 17 13.9 II 41 33.6 III 19 15.6 IV 23 18.9 V 22 18.0 Jenis Kelamin Laki-Laki 55 45,1 Perempuan 67 54,9 Suku Jawa 121 99,2 Sumatra 1 0,8 Pekerjaan Orangtua Ibu Rumah Tangga 43 35.2 Karyawan Swasta 20 16.4 Guru 3 2.5

59 Karakteristik Responden F % TNI-AD 3 2.5 Wiraswasta 53 43.4 Total 121 100 Sumber: Data Primer (2017) Karakteristik usia pada saat penelitian di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan, Yogyakarta yang berusia 7 12 tahun. Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan gambaran jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini sebagian besar berusia 8 tahun dengan siswa sebanyak 38 orang (31,1%). Berdasarkan karakteristik kelas responden didapatkan jumlah responden yang duduk di kelas II lebih banyak dibandingkan dengan kelas lainnya. Kelas II sebanyak 41 orang (33,6%). Hal ini menunjukan bahwa reponden penelitian sebagian besar berada di kelas II.Karakteristik jenis kelamin responden penelitian juga dipaparkan didalam tabel 4.1 diantaranya responden penelitian yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki dengan total responden perempuan sebanyak 67 orang (54,9%). Penelitian ini juga melihat gambaran karakteristik suku responden dan pekerjaan orang tua responden. Didapatkan hasil hampir keseluruhan responden (121 orang) bersuku Jawa dengan persentase sebanyak 99,2%. Sedangkan untuk pekerjaan orangtua responden didapatkan sebagian besar orangtua responden bekerja sebagai wiraswata dengan jumlah sebanyak 53 orang (43,4%).

60 b. Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah diberikan Edukasi Menyikat gigi Data penelitian tingkat pengetahuan siswa menyikat gigi secara audio-visual terhadap pengetahuan dan sikap menyikat gigi siswa SD Muhammadiyah Kalagan diperoleh melalui pengisian kuesioner. Lembar kuesioner diberikan secara pretestdan post test dengan isi pertanyaan yang sama. Berikut ini nilai pre test dan post test pada kuesioner pengetahuan siswa mengenai menyikat gigi disajikan pada tabel dan grafik berikut ini: Grafik. 4.1 Grafik Perbedaan Tingkat Pengetahuan SiswaSebelum dan Sesudah Edukasi Menyikat Gigi di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Yogyakarta April 2017 (n=122) Grafik Perbedaan Tingkat Pengetahuan 120 110 F r e k u e n s i 100 80 60 40 20 2 0 42 12 78 pre test post test 0 Kurang Cukup Baik Kategori Tingkatan Pengetahuan Sumber: Data Primer (2017)

61 Grafik 4.1 menunjukan pengetahuan responden berdasarkan kategori tingkat pengetahuan responden. Hasil menunjukan, sebelum diberikan edukasi (pre test) pengetahuan responden sebagian besar berkategori baik sebanyak 78 orang (63,9%) akan tetapi masih ditemukan responden dengan kategori sikap yang kurang sebanyak 2 orang (1,6%). Setelah diberikan edukasi (post test) tidak ada responden dengan kategori pengetahuan yang kurang.bahkan, pengetahuan responden berkategori baik meningkat menjadi sebanyak 110 orang (90,2%). Sehingga, dapat disimpulkan terjadi peningkatan pengetahuan responden berkategori baik dari 78 orang menjadi 110 orang c. Distribusi Tingkat Sikap Siswa Sebelum dan Sesudah diberikan Edukasi Menyikat gigi Berikut ini hasil dari nilai pre test dan post test sikap siswa mengenai menyikat gigi disajikan dalam bentuk grafik: Grafik. 4.2 Grafik Perbedaan Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Edukasi Menyikat Gigi di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Yogyakarta April 2017 (n=122) Grafik Perbedaan Tingkat Sikap Siswa F r e k u e n s i 100 80 60 40 20 0 93 72 46 29 4 0 Kurang Cukup Baik Kategori Tingkatan Sikap pre test post test

62 Sumber: Data Primer (2017) Grafik 4.2 menunjukan sikap responden berdasarkan kategori tingkat sikap responden. Hasil menunjukan, sebelum diberikan edukasi (pretest) sikap responden sebagian besar berkategori baik sebanyak 72 orang (59,0%) akan tetapi masih ditemukan responden dengan kategori sikap yang kurang sebanyak 4 orang (3,3%). Setelah diberikan edukasi (post test) tidak ada responden dengan kategori sikap yang kurang. Bahkan, sikap responden berkategori baik menjadi sebanyak 93 orang (76,2%). Sehingga, dapat disimpulkan terjadi peningkatan sikap responden berkategori baik dari 72 orang menjadi 93 orang. 2. Analisa Bivariat Analisis Bivariat berisikan mengenai pemaparan data apakah ada keterkaitan antara kedua variable yang diteliti didalam penelitian.dari pemaparan analisa bivariat ini dapat dilihat apakah hipotesis yang miliki oleh peneliti terbukti apakah ada pengaruh edukasi menyikat gigi secara audio-visual terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian berikut ini pemaparan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan uji wilcoxon. a. Hasil Uji Beda Pre test dan Post test Pengetahuan Siswa Mengenai Menyikat Gigi di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan

63 Tabel 4.2 Hasil Uji Beda Pre test dan Post test Pengetahuan Siswa Mengenai Menyikat Gigi di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan April 2017 (n=122) Variabel N Mean Z Sig (2- tailed) Pengetahuan Pre test 122 2.62 5.376 0,000 Post test 122 2.90 S Sumber: Data Primer (2017) Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa nilai rata-rata pre test pengetahuan menyikat gigi siswa sebesar 2,62 dan nilai ratarata post test siswa sebesar 2,90. Nilai z hitung adalah -5,376 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau p-value <0,05.Maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh edukasi menyikat gigi secara audio-visual terhadap pengetahuan siswa di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Yogyakarta. b. Hasil Uji Beda Pre test dan Post test Sikap Siswa Mengenai Menyikat Gigi di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Tabel 4.3 Hasil Uji Beda Pre test dan Post test Sikap Siswa Mengenai Menyikat Gigi di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan April 2017 (n=122) Variabel N Mean Z Sig (2-tailed) Sikap Pre test 122 2.56 3.812 0,000 Post 122 S test S Sumber: Data Primer (2017) 2,76

64 Berdasarkan tabel 4.3 nilai rata-rata pre test sikap menyikat gigi siswa sebesar 2,56 dan nilai rata-rata post test siswa sebesar 2,76. Nilai Z hitung adalah -3,812 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau p-value <0,05. Maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh edukasi menyikat gigi secara audio-visual terhadap sikap siswa di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Yogyakarta. B. Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh edukasi menyikat gigi secara audio-visual terhadap pengetahuan dan sikap menyikat gigi siswa SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Yogyakarta. 1. Karakteristik Responden a. Kelas Hasil penelitian diketahui sampel penelitian terdiri dari siswa yang duduk di kelas I sampai dengan kelas V, akan tetapi hanya 122 responden yang dapat mengikuti penelitian hingga selesai. Berdasarkan hasil analisa penelitian didapatkan responden terbanyak adalah anak-anak yang duduk di kelas II. Anak-anak yang duduk dikelas II sudah memiliki perkembangan cukup baik dari segi intelektual, motorik, bahasa, dan sosial.anak-anak tersebut sudah dapat mengingat dan mengaitkan kejadian dimasa lalu dengan kondisi yang sekarangsehingga, lebih mudah untuk diajak berdiskusi mengenai

65 kesehatan. Kematangan dari aspek motorik akan memberikan keuntungan ketika melatih menyikat gigi secara benar. Karena, fase ini adalah fase yang cocok untuk dilatih keterampilan personal hygiene (Ibda, 2015; Soetjiningsih& Ranuh, 2013). b. Usia Penelitian ini mengambil sampel responden dengan rentang usia 7 12 tahun seperti yang tertera pada tabel 4.1. Berdasarkan tabel tersebut dapat dianalisis bahwa responden penelitian ini sebanyak 38 orang (31,1%) berusia 8 tahun. Anak-anak yang berusia dibawah 10 tahun cenderung belum memuliki rasa tanggung jawab yang penuh terhadap kesehatan terutama gigi dan mulut.bahkan, anak berusia dibawah 10 tahun cenderung harus lebih diingatkan oleh orang dewasa agar termotivasi untuk rajin menyikat gigi sebelum tidur.hal ini berbanding terbalik dengan anak-anak yang berusia diatas 11 tahun.anak-anak yang berusia diatas 11 tahun sudah lebih bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya secara mandiri (Prasada, 2016; Setiyawati, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Setiyawati (2012) didapatkan bahwa anak yang berusia 8 tahun masih sering lupa menggosok gigi sebelum tidur, sehingga dapat dikatakan memiliki kebiasaan menggosok gigi yang kurang baik. Penelitian ini juga memaparkan bahwa kebiasaan menggosok gigi anak yang kurang baik dapat

66 dijadikan penyebab banyaknya anak berusia <10 tahun yang mengalami sakit gigi (Setiyawati, 2012). Pencegahan penyakit dapat dimulai dengan memberikan pengetahuan mengenai cara merawat gigi dan mulut sejak usia dini. Anak usia sekolah adalah kelompok usia yang mudah untuk dibimbing dan diarahkan mengenai hal bari (Lossu, 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ignatia, Trining dan Ranny (2013) yang menyatakan bahwa anak-anak usia sekolah merupakan usia yang sangat baik untuk diberikan informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut sebab, anak sudah dapat memahami pentingnya kesehatan, serta sudah dapat mengingat dan menjauhi larangan/kebiasaan yang dapat merusak gigi (Ignatia, Trining, & Ranny, 2013). c. Jenis Kelamin Hasil dari distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin, seperti yang tertera pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 67 orang (54,9%). Hasil ini lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki yang ikut berpartisipasi. Ketika diberikan edukasi menyikat gigi, responden perempuan tampak lebih antusias, bersemangat, dan tingkat perhatiannya lebih tinggi untuk mempelajari hal baru dibandingkan responden berjenis kelamin laki-laki.

67 Berdasarkan jenis kelaminnya, kerusakkan gigi lebih rentan dialami oleh anak laki-laki.bahkan, rata-rata anak usia sekolah dengan jenis kelamin laki-laki sudah mengalami kerusakan gigi sebesar 54,8%. Persentase tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan (Lossu, 2015). Hal yang sama juga didapatkan dari hasil penelitian yangdilakukan oleh Prasada (2016) bahwa kerusakan gigi lebih banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 69%, dibandingkan dengan anak berjenis kelamin perempuan. Karena, anak-anak berjenis kelamin perempuan lebih terampil, teliti, dan memiliki keinginan menjaga kebersihan diri yang lebih tinggi. Sehingga, anak-anak perempuan akan lebih memperhatikan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan gigi (Lossu, 2015; Prasada, 2016). d. Suku Anak-anak dengan usia 7-12 merupakan usia-usia mudah sekali timbul permasalahan gigi dan mulut. Terutama anak usia dibawah 10 tahun. Agar terpelihara kesehatan gigi dan mulut masih membutuhkan pengawasan dan bimbingan dari orangtua.peranan orangtua terutama ibu dapat berupa pendidik, pengawas, maupun pendorong anak untuk mau menjaga kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan keempat peran tersebut orangtua harus memiliki pengetahuan dan kesadaran terlebih dahulu untuk menerapkan pada

68 diri sendiri dan kemudian juga diterapkan kepada anak-anak (Eddy & Mutiara, 2015). Sependapat dengan penelitian Yulianti (2014) yang menjelaskan bahwa pengetahuan orangtua sangatlah penting untuk memotivasi anak menjaga kebersihan gigi dan mulut sebab orang tua adalah role model untuk anak-anak (Yulianti, 2014). e. Pekerjaan Orang Tua Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat bahwa hampir setengah dari jumlah total sampel penelitian bekerja sebagai wiraswasta dengan persentase sebanyak 43,4% (53 orang). Anakanak dengan usia 7 12 tahun biasanya belum dapat bertanggung jawab secara penuh dengan kesehatannya sendiri. Anak-anak masih membuntuhkan orang dewasa untuk mengingatkan dan membimbing.sehingga, orangtua memiliki peran untuk memperhatikan kesehatan gigi dan mulut anak-anaknya. Semakin, orang tua memperhatikan kondisi anak maka dapat menurunkan resiko terjadinya karies gigi (Larasati, 2015). Kerusakan gigi dapat dicegah sejak dini. Orangtua juga dapat membantu upaya pencegahan kerusakan gigi anak dengan cara turut mengingatkan dan membimbing anaknya untuk melakukan kegiatan menyikat gigi. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan

69 secara langsung maupun tidak langsung. Wiraswasta merupakan pekerjaan yang banyak berinteraksi dengan orang lain diluar lingkungan disekitarnya sehingga, memberikan pengalaman yang beragam dan juga pengetahuan dari lingkungan sekitar pekerjaannya. Berdasarkan pengalaman orang lain maka orangtua dapat lebih waspada agarpengalaman tersebut tidak dialami kemudian hari (Setyaningsih & Prakoso, 2016). 2. Pengaruh Edukasi Menyikat Gigi Secara Audio-Visual Terhadap Pengetahuan Siswa SD Muhammadiyah Kalangan Bangunapan Hasil analisis uji beda edukasi menyikat gigi secara audio-visual terhadap pengetahuan siswa SD Muhammadiyah Kalangan didapatkan hasil adanya peningkatan nilai rerata pada pre test. Hasil nilai rata-rata post test lebih besar dibandingkan pre test dengan selisih sebesar 0, 28. Hasil nilai p-value juga didapatkan sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya adanya pengaruh edukasi menyikat gigi secara secara audiovisual terhadap pengetahuan siswa SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan. Permasalahan gigi dan mulut anak dapat dicegah sedini mungkin dengan pemberian informasi upaya pencegahan penyakit.informasiinformasi tersebut dapat tersalurkan melalui kegiatan edukasi kesehatan.pengetahuan yang didapatkan melalui edukasi kesehatan nantinyadapat memicu terbentuknyakesadaran, keinginan, dan

70 kebiasaan untuk lebih peduli dengan kesehatan.timbulnya kesadaran, keinginan dan kebiasaan ini lah yang disebut dengan sikap positif (Kurniawan, 2013). Penelitian Pratama (2013) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat siswa SDN 1 Mondong mendukung hasil penelitian ini. Penelitian tersebut menyatakan bahwa adanya pemberian edukasi memberi pengaruh terhadap perubahan pengetahuan tentang kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat siswa SDN 1 Mandong. Maka, pemberian edukasi dapat digunakan sebagai salah satu upaya meningkatkan pengetahuan akan kesehatan. Pendidikan kesehatan yang disampaikan dapat diingat apabila menggunakan media ajar yang efektif disesuaikan dengan sasaran edukasi. Penggunaan media yang tepat akan dapat menarik perhatian secara penuh. Perhatian yang penuh terhadap sebuah informasi akan membangun minat dan kesadaran seseorang untuk melakukan aktivitas baru (Notoatmodjo, 2007; Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Elvyana, Rohmawati dan Pradana (2015) mendukung pernyataan di atas. Hasil penelitian tersebut menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penyakit gigi dan mulut. Terhindarnya dari penyakit gigi dan mulut harus didukung dari pengetahuan yang dimiliki seseorang. Dari penelitian ini juga didapatkan faktor yang meningkatkan pengetahuan responden, rata-

71 rata pengetahuan meningkat karena terpapar dengan iklan TV yang sering didengar atau informasi yang berasal dari orang-orang yang berpengaruh contohnya untuk anak-anak adalah guru yang berada di sekolah (Evyana, Rohmawati & Pradana, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan media audio-visual sebagai media penyampaian edukasi menyikat gigi. Media merupakan alat bantu penyaluran informasi dengan merangsang panca indra. Media audio-visual adalah alat bantu ajar yang mengkombinasikan antara gambar bergerak dan suara sehingga tampak seperti nyata. Penggunaan media audio-visual memiliki keuntungan tersendiri yaitu dapat meningkatkan minat dan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak (Maulana, 2014; Miftagh & Samsi, 2015). Diperkuat dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Papilaya, Zuliari, dan Juliatri (2016) mengenai perbandingan promosi kesehatan menggunakan audio dengan media audio-visual.penelitian tersebut menunjukan bahwa edukasi yang dilakukan menggunakan media audio-visual lebih baik dibandingkan menggunakan media audio.hal ini disebabkan karena media audio-visual dapat menstimulus pengelihatan dan pendengaran anak secara bersamaan dengan materi edukasi (Papilaya, Zuliari, & Juliatri, 2016).

72 3. Pengaruh Edukasi Menyikat Gigi Secara Audio-Visual Terhadap Sikap Siswa SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Yogyakarta. Hasil analisis uji beda edukasi menyikat gigi secara audio-visual terhadap pengetahuan siswa SD Muhammadiyah Kalangan didapatkan hasil adanya peningkatan nilai rerata pada pre test. Hasil nilai rata-rata post test lebih besar dibandingkan pre test dengan selisih sebesar 0,4. Hasil nilai p-value juga didapatkan sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya adanya pengaruh edukasi menyikat gigi secara secara audiovisual terhadap sikap siswa SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan. Sikap adalah bentuk dari perilaku tertutup yang merupakan kombinasi dari pengetahuan, emosi, keyakinan dan pikiran.akan tetapi dari semua aspek tersebut pengetahuan adalah aspek yang sangat dominan membentuk sebuah sikap. Sikap seseorang dapat dilihat dengan melakukan observasi maupun dengan cara memberikan pernyataan (Budiman & Rianto, 2013; Notoatmodjo, 2007; Notoatmodjo, 2010). Perubahan sikap seseorang melibatkan aspek pengetahuan sebagai aspek yang dominan.maka perubahan sikap tidak lepas dari pengaruh pemberian edukasi. Pengetahuan yang didapatkan melalui edukasi kesehatan nantinya dapat memicu terbentuknya kesadaran,

73 keinginan, dan kebiasaan untuk lebih peduli dengan kesehatan.timbulnya kesadaran, keinginan dan kebiasaan ini lah yang disebut dengan sikap positif (Kurniawan, 2013). Ketika seseorang sudah memiliki kesadaran dan keinginan untuk melakukan kegiatan positif maka sudah dapat dikatakan memilki sikap yang baik (Notoatmodjo, 2010). Sikap yang terbentuk adalah hasil dari pemberian edukasi yang baik. ketika sesesorang memiliki pengetahuan/informasi yang dominan. Kesuksesan edukasi kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor pendukung.salah satunya media edukasi (Budiman & Rianto, 2013; Notoatmodjo, 2007; Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian milik Lubis (2016) mengenai perbedaan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan audio-visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap perawatan karies gigi anak wilayah puskesmas Wonosegoro II. Penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa penggunaan media audiovisual lebih unggul mempengaruhi sikap positif anak dibandingkan menggunakan metode ceramah. Semakin banyak pengetahuan yang didapatkan anak maka akan semakin mempengaruhi pola pikir untuk lebih giat menjaga kesehatan gigi dan mulut (Lubis, 2016). Pengetahuan yang cukup mengenai dampak tidak menyikat gigi memicu anak untuk berfikir upaya yang dapat dilakukan agar tidak sakit gigi. Selama berpikir, komponen keyakinan dan emosional akan

74 bekerja sehingga akan terarah untuk berniat melakukan kegiatan menyikat gigi sebagai upaya pencegahan agar tidak mengalami sakit gigi (Mulyadi, 2015; Notoatmodjo, 2010). C. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian 1. Kelebihan Penelitian Kelebihan penelitian ini adalah video animasi dibuat sendiri oleh peneliti yang sudah didiskusikan dan diuji dengan dokter spesialis gigi anak. Selain itu setelah edukasi diberikan peneliti mengajak responden untuk langsung memperagakan cara menyikat gigi. Sehingga, bisa langsung diobservasi dan diperbaiki bila ada kesalahan saat praktek. 2. Kekurangan Penelitian Kekurangan penelitian ini adalah peneliti hanya mengujivideo animasi kepada satu dokter spesialis gigi anak. Akan lebih baik jika diuji oleh 3 atau lebih dokter spesialis gigi anak, agar dapat dianalisis.