BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat

TINJAUAN TENTANG PERILAKU KONSUMTIF REMAJA PENGUNJUNG MALL SAMARINDA CENTRAL PLAZA

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi, seperti yang terjadi saat ini, mall mall berkembang dengan sangat pesat di pusat

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. itu dibagi menjadi dua macam. Pertama, kebutuhan primer, yaitu kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

PERILAKU KONSUMERIS PENGUNJUNG MALL LIPPO PLAZA KOTA KENDARI. Oleh: Rabia Jamil, Muh. Arsyad, dan Ambo Upe

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB V PENUTUP. jeli dalam mengatur pengeluaran agar tidak berlebih. Kebutuhan atas pakaian sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (pikiranrakyatonline.com, 2013) (Simamora, 2006) (Kotler, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

ini menjadi tantangan bagi perusahaan karena persaingan semakin ketat dan Persaingan antar produsen ini juga terjadi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berimpitan, lokasi penduduk padat, dan sarana-prasarana memadai serta

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

I. PENDAHULUAN. menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan. kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung pada perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan masyarakat yang sering mengunjungi mall atau plaza serta melakukan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk tetap menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sudah terjadi di seluruh bangsa tak terkecuali indonesia. Faktor pendukung

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai sosial, norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini gaya hidup masyarakat kota semakin kompleks, dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pedidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Contohnya adalah tren untuk makan sambil hang-out

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menciptakan keunikan dari sebuah produk, salah satu cara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi (Koentjaraningrat, 2009: 116). Abdulsyani (2012: 30-31) mengatakan bahwa masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang; pertama, memandang community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah/tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagian dari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya kampong, dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan social. Di samping itu dilengkapi pula oleh adanya perasaan social, nilainilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia. Kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu proses (nya) yang terbentuk melalui factor psikologis dan hubungan antar manusia, maka di dalamnya terkandung unsurunsur kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional. Dalam hal ini dapat diambil contoh tentang masyarakat pegawai negeri, Masyarakat ekonomi, masyarakat mahasiswa dan sebagainya.

Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi social. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, interaksi social merupakan hubungan-hubungan social yang dinamis yang menyangkut hubunganhubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam dalam kehidupan bersama serta keinginan agar semua kebutuhannya dapat terpenuhi. Seperti macam-macam alat pemuas kebutuhan manusia yang terdiri dari barang dan jasa sangat terbatas jumlahnya, mengharuskan manusia untuk melakukan konsumsi. James F.Engel dalam (Mangkunegara, 2002: 3) mengemukakan bahwa perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Perilaku konsumtif bisa dilakukan oleh siapa saja. Dari pendapat tersebut berarti bahwa perilaku membeli yang berlebihan tidak lagi mencerminkan usaha manusia untuk memanfaatkan uang secara ekonomis namun perilaku konsumtif dijadikan sebagai suatu sarana untuk menghadirkan diri dengan cara yang kurang tepat. Belakangan ini mall, café, dan restoran cepat saji merupakan tren gaya hidup remaja dan eksekutif. Anak muda dan nongkrong adalah dua hal yang mudah melekat. Disekolah-sekolah usai jam pelajaran, di kampus-kampus di antara jam kuliah, bahkan di kantor-kantor sepulang jam kantor, akan mudah dijumpai kelompok-kelompok orang muda belanja-belanja di mall. Hoby anak muda di kota-

kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota-kota besar lainnya di Indonesia agaknya hampir sama, hoby ngobrol, nongkrong sambil makan ataupun berbelanja bersama rekan-rekan mereka. Dengan semakin tingginya daya beli masyarakat segmen ini, mall makin kebanjiran pembeli. Ramainya Masyarakat yang mengunjungi mall dan seperti itu karena konsep tempat dianggap sesuai dengan gaya hidup orang Indonesia, khususnya kota kota besar seperti Kota Bandung. Banyaknya barang-barang yang menarik dan tempat yang nyaman menjadi alasan utama masyarakat memilih untuk berkunjung ke mall. Hal tersebut mencerminkan bahwa perilaku konsumtif telah menjadi tren ataupun sudah menjadi gaya mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari, namun ada juga yang melakukan hal tersebut dengan dorangan dari lingkungan. Dan ini pun menjadi suatu permasalahan di dalam gaya hidup tersebut. Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut, akan tetapi pada konsep belanja sekarang ini telah berkembang menjadi sebuah cerminan gaya hidup dan rekreasi dikalangan masyarakat. Belanja merupakan gaya hidup tersendiri yang bahkan menjadi suatu kegemaran oleh sejumlah orang. Masa sekarang ini dalam kehidupan masyarakat telah mengenal gaya hidup yang modern atau modis, hal itu dapat terlihat dari cara mereka mengenakan barang-barang atau pun pakaian yang bermerek, dan tidak menutup kemungkinan barang tersebut kebanyakan didapat dari belanja di mall dengan harga yang mahal dibandingkan dengan barang-barang yang di jual di luar mall. Seiring dengan

terjadinya perubahan perekonomian dan globalisasi, terjadi perubahan dalam prilaku membeli pada masyarakat. terkadang seseorang membeli sesuatu bukan didasarkan pada kebutuhan sebenarnya, melainkan dengan kebutuhan dilakukan semata-mata demi kesenangan, sehingga menyebabkan seseorang menjadi boros yang dikenal dengan istilah prilaku konsumtif atau konsumerisme (Wahyudi, 2013: 27). Perilaku masyarakat yang mengalami perubahan dalam konsumsinya dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya adalah kelompok referensi. Kelompok referensi menurut Soekanto (2009:125) adalah sekelompok social yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya dalam konsumsi. Perilaku konsumtif masyarakat yang berlebihan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor budaya, faktor sosial, dan faktor pribadi. Pengaruh budaya asing dari penayangan televisi juga sangat mempengaruhi perilaku konsumtif masyarakat. Media massa dari penayangan televisi itu remaja mencontoh gaya anak sekarang, sehingga mereka terpengaruh untuk ikut-ikutan gaya yang ada dalam televisi tersebut. Banyaknya mal juga menyebabkan para masyarakat berperilaku konsumtif yang berlebihan. Selain itu masyarakat usia remaja terutama remaja sekolah menengah sampai menengah ke atas akan gengsi dan merasa malu jika tidak membeli barang-barang yang tidak bermerek dan mereka merasa dikucilkan temannya, meskipun tidak mempunyai uang tetapi mereka akan tetap membeli barang bermerek tersebut sekalipun dengan jalan meminjam uang kepada teman atau meminta kepada orang tuanya. Hal ini yang membuat masyarakat

kurang terkontrol dalam membelanjakan uangnya sehingga timbullah perilaku konsumtif yang berlebihan. Masyarakat yang memiliki penghasilan yang cukup atau yang merupakan golongan menengah atas dan menengah, dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya tidak akan menjadi masalah dalam perilaku konsumtif ini, namun lain halnya apabila yang berpenghasilan rendah atau golongan menengah ke bawah. Keinginan mereka untuk memiliki sesuatu seringkali tertunda. Sementara godaan akan keinginan memiliki sesuatu agar eksistensinya diakui oleh lingkungan semakin besar, sehingga mengakibatkan mereka tidak mengutamakan kebutuhan yang prioritas. Akibat penting lainnya dalam perilaku konsumtif ini adalah membuat masyarakat tidak produktif. Peran teman sebaya dalam pergaulan menjadi sangat menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta keikutsertaan dalam kelompok. Kelompok teman sebaya juga menjadi suatu komunitas belajar di mana terjadi pembentukan peran dan standar social yang berhubungan dengan perilaku dan prestasi. Perilaku konsumtif masyarakat tidak terlepas dari pengaruh kelompoknya. Teman yang menjadi tempat sosialisasi sekunder memiliki pengaruh besar terhadap pola hidup individu-individu yang berada dalam kelompoknya tersebut. Teman adalah bagian dari kelompok rujukan, dimana setiap perilaku dan kebiasaan individu tidak terlepas dari kebiasaan kelompok teman sepergaulannya. Pada kalangan remaja, perilaku konsumtif ini biasa terjadi karena pengaruh dari temannya, hal ini salah satu cara remaja beradaptasi dan melebur dalam kelompok temannya tersebut yang kemudian menjadi sebuah kebiasaan. Faktor lain yang

mempengaruhi perilaku konsumtif adalah status social ekonomi. Status social ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan pekerjaan. Dalam realitasnya begitu pula yang terjadi pada masyarakat Kopo di Kota Bandung, tidak sedikit dari mereka yang memiliki perilaku konsumtif. Hasil dari pengamatan penulis, mayoritas masyarakat di kopo juga memiliki gaya hidup konsumtif terlihat pada kebiasaan mereka yang selalu berbelanja dengan jumlah yang banyak dan harga yang mahal, ditambah dengan banyaknya media-media yang menawarkan berbagai macam produk menarik. Penulis melakukan wawancara dengan salah satu warga Kopo di kelurahan Cirangrang Kec Babakan Ciparay masih remaja yang kebutulan sedang berbelanja bersama teman-temannya di miko mall Kopo Kota Bandung tanggal 16 Juni narasumber bernama Ira Usianya 22 Tahun saat ditanya mengapa berbelanja barang sangat banyak dan mahal, narasumber menjawab sekarang kan sudah modern banyak barang-barang baru, jadi ya saya beli karena teman-teman saya juga ikut beli, mengikuti trend sekarang saja. Kalau barang mahal tidak apa-apa karena saya gengsi dengan teman-teman saya yang selalu belanja barang mahal, masa saya beli barang murah. Dapat dilihat bahwa Rina memiliki gaya hidup konsumtif itu karena ingin dianggap ada di dalam kelompoknya ataupun menyesuaikan diri terhadap kelompoknya yang juga hoby berbelanja, zaman yang semakin trend menuntut Rina untuk berperilaku konsumtif agar tidak dipandang ketinggalan zaman.

Di Indonesia, sebagian dari perilaku konsumsi masyarakat telah mengalami pergeseran. Ini terjadi, karena sebagian konsumen yang pergi ke mall, memang hanya ingin mengejar status belaka. Gengsi menjadi penyebab konsumen tertarik dan mendapatkan kepuasannya bila status sosial terangkat saat berbelanja barang dan jasa yang eksekutif. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Perilaku Konsumtif Masyarakat Kota (Studi Kasus Pada Masyarakat Kopo Cirangrang, Kota Bandung). 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan observasi awal dilapangan, ada beberapa masalah yang menjadi faktor yang mempengaruhi penulis untuk menggali lebih dalam apa yang menyebabkan masyarakat Kopo kota Bandung berperilaku konsumtif. Adapun yang menjadi ketertarikan penulis pada masyarakat Kopo: 1) Mayoritas yang berperilaku konsumtif adalah usia remaja dan dewasa. 2) Masyarakat yang berpenghasilan rendah memiliki gaya hidup konsumtif. Penghasilan di dalam masyarakat Kopo kel.cirangrang ada yang tinggi, cukup dan ada pula yang terhitung berpenghasilan rendah. Namun karena banyaknya media-media yang menawarkan berbagai produk-produk baru dan trendy apalagi berdiskon membuat mereka berperilaku konsumtif, bahkan ada pula masyarakat yang berpenghasilan rendah memiliki gaya hidup konsumtif ketimbang untuk menabung. 3) Ingin menjaga gengsi.

Dalam masyarakat konsumsi persepsi terhadap barang telah berubah dari sekedar kebutuhan yang memiliki nilai tukar dan nilai guna, berubah menjadi komoditas citra/gengsi, orang berbelanja selain karena ingin meraih kepuasan, tapi juga karena mengharapkan citra tersendiri karena telah memiliki barang tersebut. Dalam penelitian ini akan difokuskan pada pembahasan mengenai perilaku konsumtifnya. Dimana adanya mall, butik, distro-distro dan outlate yang terletak di Kota Bandung ditambah saat ini sudah terdapatnya mall baru yaitu miko mall yang terletak di kawasan Kopo yang merupakan wilayah Kelurahan Cirangrang Kec. Babakan Ciparay. Hal tersebut menjadi pemicu masyarakat berperilaku konsumtif karena ingin memuaskan kebutuhannya, gengsi, dan juga banyaknya berbagai macam produk menarik yang ditawarkan sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya dan arus konsumerisme inilah yang menyebabkan pola hidup boros. Dengan begitu, kita nantinya akan mengetahui bagaimana perilaku konsumtif masyarakat Kopo Kel. Cirangrang Kec. Babakan Ciparay Kota Bandung. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pola perilaku konsumtif masyarakat Kopo Cirangrang? 2. Apa faktor-faktor penyebab masyarakat Kopo Cirangrang berperilaku Konsumtif? 1.4. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pola perilaku konsumtif masyarakat Kopo Cirangrang. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab masyarakat Kopo Cirangrang berperilaku konsumtif. 1.5. Kegunaan Penelitian Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Praktis Bagi masyarakat Kopo Cirangrang Kota Bandung, hasil penelitian ini berguna bagi anggota masyarakat tersebut, karena terdapat dampak-dampak negatif dari berperilaku konsumtif tersebut. Bagi penulis, seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian diharapkan dapat lebih memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang dipelajari selama mengikuti program perkuliahan Sosiologi pada FISIP Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. 2. Kegunaan Akademis Bagi perguruan tinggi, Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi sivitas akademik. 1.6. Kerangka Pemikiran Pada zaman modern sekarang ini, sudah banyak berkembang perilaku yang seharusnya dianggap kurang begitu bermanfaat di masyarakat, salah satu contohnya adalah perilaku konsumerisme. Perlu diketahui bahwa perilaku konsumerisme ini sesungguhnya sudah muncul pada masa awal peradaban

manusia. Konsumerisme sebagai suatu paham yang ditujukan bagi seseorang yang berprilaku konsumtif. Perilaku konsumtif di sini maksudnya adalah perilaku yang menggunakan barang-barang produksi secara berlebihan dan bahkan sampai menjadi kebiasaan atau gaya hidup. Seseorang yang memiliki perilaku konsumerisme akan menggunakan barang atau jasa tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan mereka tetapi semata-mata hanya untuk memenuhi kepuasan dalam dirinya. Perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu tindakan memakai produk yang tidak tuntas artinya, belum habis sebuah produk yang dipakai seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dari merek lainnya atau dapat disebutkan, membeli barang karena adanya hadiah yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang memakai barang tersebut (Sumartono, 2002: 117). Perilaku konsumtif bisa dilakukan oleh siapa saja. Menurut definisi di atas berarti bahwa perilaku membeli yang berlebihan tidak lagi mencerminkan usaha manusia untuk memanfaatkan uang secara ekonomis namun perilaku konsumtif dijadikan sebagai suatu sarana untuk menghadirkan diri dengan cara yang kurang tepat. Perilaku tersebut menggambarkan sesuatu yang tidak rasional dan bersifat kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya. Sedangkan secara psikologis menimbulkan kecemasan dan rasa tidak aman. Konsumen dalam membeli suatu produk bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata-mata, tetapi juga keinginan untuk memuaskan kesenangan. Keinginan tersebut seringkali mendorong seseorang untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat dari pembelian produk oleh konsumen yang bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata tetapi juga keinginan untuk meniru

orang lain yaitu agar mereka tidak berbeda dengan anggota kelompoknya atau bahkan untuk menjaga gengsi agar tidak ketinggalan jaman. Salah satu yang mempengaruhi perilaku membeli masyarakat adalah banyaknya berbagai macam penawaran produk yang beredar, baik yang secara langsung maupun melalui media massa. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk melakukan pembelian yang hanya memenuhi kepuasan semata secara berlebihan atau biasa disebut perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata tapi untuk memenuhi keinginan yang sifatnya untuk menaikkan prestise, menjaga gengsi, mengikuti mode dan berbagai alasan yang kurang penting. Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut, akan tetapi pada konsep belanja sekarang ini telah berkembang menjadi sebuah cerminan gaya hidup dan rekreasi dikalangan masyarakat. Belanja merupakan gaya hidup tersendiri yang bahkan menjadi suatu kegemaran oleh sejumlah orang. Masa sekarang ini dalam kehidupan para remaja telah mengenal gaya hidup yang modern atau modis, hal itu dapat terlihat dari cara mereka mengenakan barang-barang atau pun pakaian yang bermerek, dan tidak menutup kemungkinan barang tersebut kebanyakan didapat dari belanja di mall dengan harga yang mahal dibandingkan dengan barang-barang yang di jual di luar mall. Seiring dengan terjadinya perubahan perekonomian dan globalisasi, terjadi perubahan dalam prilaku membeli pada masyarakat. terkadang seseorang membeli sesuatu bukan didasarkan pada kebutuhan sebenarnya, melainkan dengan kebutuhan dilakukan

semata-mata demi kesenangan, sehingga menyebabkan seseorang menjadi boros yang dikenal dengan istilah perilaku konsumtif atau konsumerisme. Konsumerisme demikian menunjukan identitas diri yang dicirikan atau disimbolkan oleh atribut-atribut tertentu. Shopping secara tidak sadar membentuk impian dan kesadaran semu para konsumer dan akhirnya melahirkan pola-pola konsumerisme yang tidak akan ada habisnya. Akhirnya berbelanja juga dianggap sebagai sebuah pekerjaan, sebuah aktivitas sosial dan suatu saat menjadi kompetisi untuk diri sendiri (memutuskan membeli atau tidak) juga terlebih untuk kompetisi pada teman dan anggota masyarakat yang lain (sebagai simbol status, gengsi, dan image manusia modern dan tidak ketinggalan zaman). Berkembangnya perilaku konsumtif pada masyarakat kota mencakup semua gender baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian masyarakat yang berada dalam tingkat ekonomi menengah juga mengikuti gaya hidup ini akibat tuntutan pergaulan. Hal ini umumnya dipengaruhi oleh orang-orang mampu pada tingkat ekonomi ke atas sehingga teman-teman yang masih lugu dan sederhana ikut dalam arus perilaku konsumtif. Belakangan ini mall merupakan tren gaya hidup masyarakat kota. Anak muda dan nongkrong adalah dua hal yang mudah melekat. Disekolah-sekolah usai jam pelajaran, di kampus-kampus di antara jam kuliah, bahkan di kantor-kantor sepulang jam kantor, akan mudah dijumpai kelompok-kelompok orang muda berbelanja di mall. Hoby anak muda di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota-kota besar lainnya di Indonesia agaknya hampir sama, hoby ngobrol, nongkrong sambil makan bersama rekan-rekan mereka ataupun shopping. Dengan semakin tingginya daya beli masyarakat segmen ini, mall makin

kebanjiran pembeli. Lokasi yang strategis, tempat yang nyaman, serta banyaknya berbagai macam produk menarik. Dalam suasana masyarakat kota seperti itu, sesama manusia merupakan masalah yang lebih besar daripada lingkungan materil sedang konsumsi lebih diperhatikan dari produksi. Supaya orang dapat bertahan dalam hidup modern seperti itu, ia tak dapat lagi mengandalkan tradisi ataupun dirinya sendiri. Ia harus mengikuti perilaku sesamanya, terutama mereka yang sebaya dengan ia. Segala reaksinya serta pilihannya selalu dicocokkan terlebih dahulu dengan yang umum dipakai oleh sesamanya. Jika dibuat skemanya, maka kerangka pemikiran penelitian ini bisa dilihat dalam bagan dibawah ini: PERILAKU KONSUMTIF Tindakan memakai produk yang tidak tuntas artinya, belum habis sebuah produk yang dipakai seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dari merek lainnya atau dapat disebutkan, membeli barang karena banyaknya orang-orang memakai produk tersebut. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Konsumtif

Menjaga gengsi Mengikuti mode Banyak Produk Menarik MASYARAKAT KOTA