Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

dokumen-dokumen yang mirip
Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

Keragaman Serangan Hama dan Penampilan Agronomik pada Varietas Kedelai Burangrang dan Anjasmoro

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

APLIKASI EKSTRAK BIJI JARAK

KELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) ADHIKA PRASETYA NUGRAHA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa ayat di dalam Al-Qur an menunjukkan tanda-tanda akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

TINJAUAN PUSTAKA. Glycine max Varietas Edamame

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

KOMPOSISI GENUS DAN SPESIES PENGISAP POLONG KEDELAI PADA PERTANAMAN KEDELAI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang banyak

SELEKSI KETAHANAN GALUR

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

PENGENDALIAN PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus linearis L. DAN Nezara viridula L. DENGAN INSEKTISIDA KIMIA DI LAHAN KERING MASAM PROVINSI LAMPUNG

Lalat Bibit Kacang Ophiomya phaseoli Diptera: Agromyzidae

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras,

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

Teknologi Produksi Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

PENGARUH PENGGUNAAN MULSA JERAMI TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA DAN HASIL PADA DUA VARIETAS KEDELAI

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus linearis DAN CARA PENGENDALIANNYA

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

DAMPAK APLIKASI KOMBINASI PESTISIDA KIMIA DAN AGENS HAYATI TERHADAP POPULASI Coccinella repanda DAN Paederus fuscipes CURTIS PADA TANAMAN KACANG HIJAU

PENINGKATAN KEEFEKTIFAN SLNPV UNTUK MENGENDALIKAN HAMA PENGGEREK POLONG KEDELAI MELALUI PENINGKATAN FREKUENSI APLIKASI

SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

PERKEMBANGAN POPULASI HAMA DAN MUSUH ALAMI KEDELAI EDAMAME (Glycine max VARIETAS EDAMAME) PADA FASE VEGETATIF DAN GENERATIF IBNU RAKHMAT RIDHAYAT

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama kedelai Kutudaun Kedelai Aphis glycines

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi.

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

Tingkat Kerusakan Ekonomi Hama Kepik Coklat pada Kedelai

PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung merupakan sumber bahan pangan penting setelah. pakan ternak. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

Teknologi Budidaya Kedelai

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

BAB I PENDAHULUAN. tanaman perkebunan. Akan tetapi banyak juga diantara serangga-serangga

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula L.)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

Serangga Hama dan Arthropoda Predator yang Terdapat pada Padi Lebak di Desa Pelabuhan Dalam Kecamatan Pemuluatan Provinsi Sumatera Selatan

STRATEGI DAN KOMPONEN TEKNOLOGI PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura Fabricius) PADA TANAMAN KEDELAI. Marwoto dan Suharsono

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA

J. Agroland 22 (2) : , Agustus 2015 ISSN : X E-ISSN :

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI (Oryza Sativa L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EFIKASI KOMBINASI PESTISIDA NABATI SERBUK BIJI MIMBA DAN AGENS HAYATI SlNPV TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK Spodoptera litura PADA TANAMAN KEDELAI ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS ISOLAT DAN METODE PAPARAN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin TERHADAP MORTALITAS DAN MIKOSIS Spodoptera litura Fabricius

2. Hama pad a daun : Spodoptera fitura, Helicoverpa armigera, Va/anga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 24 Mei 2014 ISBN 978-602-70530-0-7 halaman: 225-230 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng Biodiversity of Insect Pests and Natural Enemies on Soybean Plants in Natar and Tegineneng Experiment Plantation Dian Meithasari 1, Danarsi Diptaningsari 1 dan Bambang Hariyanto 2 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung Jl. Hi. ZA Pagar Alam No. 1A Rajabasa, BandarLampung, E-mail: meithasaridian@gmail.com; ddanarsi@gmail.com 2) Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Jl.Raya Solok Aripan Km 8 Solok Sumatera Barat ABSTRACT The study aims to explore and determine the presence of pests and natural enemies on soybean plants in Natar and Tegineneng experiment plantation. Methods for observation of insects was done by direct observation (visual), using trap nets and catching insects manually. Soybean crops were observed in two different locations and the use of semi insecticide, liquid smoke of coconut shell. Pests found in Natar and Tegineneng plantations were from the family Noctuidae, Aphididae, Pentatomidae and Alydidae. The composition obtained in Natar plantation namely Aphis sp. (45%), Riptortus linearis (22%), Nezara viridula (15%), Crysodexis chalchites (11%) and Spodoptera litura (7% ). The composition of pests observed in Tegineneng plantation namely Aphis sp. (32%), Helicoverpa armigera (19%), Nezara viridula (16%), Spodoptera litura (13%), Riptortus linearis (13%) and Crysodexis chalchites (7%). Predators found in Natar and Tegineneng plantations were family Coccinelidae, Syrphidae and Mantidae. The use of biological pesticidesc oconut shell liquid smoke affect the presence of insect pests, but does not affect the existence of natural enemies in two locations. Key words: diversity, pests, natural enemies, predators Diterima: 19 Mei 2014, disetujui 23 Mei 2014 PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia, karena kedelai merupakan bahan baku makanan khas Indonesia seperti tempe dan tahu. Selain itu kedelai juga merupakan bahan baku industri pakan ternak dan bahan baku industri pakan lainnya. Hal tersebut menyebabkan permintaan kedelai terus meningkat jauh melampaui produksi dalam negeri. Kebutuhan nasional untuk kedelai mencapai 2,2 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, produksi dalam negeri hanya mampu mencukupi 35 40% sehingga kekurangannya (60 65%) dipenuhi dari impor (Marwoto dan Suharsono, 2008). Dalam kurun waktu lima tahun (tahun 2010-

2014) kebutuhan kedelai meningkat setiap tahunnya kurang lebih 2.300.000 ton biji kering, akan tetapi kemampuan produksi dalam negeri saat ini baru mampu memenuhi sebanyak 780.160 ton biji kering atau mengalami penurunan sebesar 62.990 ton (7,47%) dibandingkan dengan tahun 2012. Penurunan produksi tersebut terjadi di Jawa sebesar 81.690 ton. Sebaliknya, produksi mengalami peningkatan sebesar 18.700 ton di luar Jawa. Penurunan produksi kedelai terjadi karena penurunan produktivitas sebesar 0,69 kuintal/hektar atau 4,65% (Kementan, 2013), sehingga untuk memenuhi kekurangan kebutuhan tersebut masih harus dipenuhi dari impor. Salah satu kendala dalam budidaya kedelai adalah adanya serangan hama dan penyakit. Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman yang dapat diserang hama sejak mulai tumbuh hingga menjelang panen. Di Indonesia tercatat lebih dari 111 spesies Arthropoda merupakan hama, 53 spesies merupakan bukan sasaran, 61 spesies predator dan 41 spesies parasitoid (Okada et al. 1988). Tercatat 17 jenis hama yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian pada tanaman kedelai. Beberapa hama utama yang sering ditemukan adalah lalat kacang (Ophiomya phaseoli), ulat grayak (Spodoptera litura), kumbang kedelai (Phaedonia inclusa), penggerek polong (Etiella zinckenella), penghisap polong (Riptortus linearis), dan kepik hijau (Nezara viridula). Dalam upaya untuk mengendalikan hama, petani sekarang masih bertumpu pada insektisida, karena cara-cara yang lain seperti penggunaan varietas tahan dan musuh alami belum banyak digunakan. Pengendalian hama menggunakan insektisida sudah biasa dilakukan, tetapi kegagalan dalam menanggulangi hama masih sering terjadi. Penggunaan insektisida tanpa didasari pengetahuan bioekologi hama dan teknik aplikasi yang benar mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pengendalian, bahkan dapat mengakibatkan terjadinya resurjensi dan resistensi (Marwoto, 1992). Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida tersebut, pengendalian hama secara kimiawi mulai ditinggalkan dan beralih pada pengendalian berdasarkan konsep Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). PHT lebih mengutamakan pengendalian dengan memanfaatkan peran berbagai musuh alami hama (Untung, 1993). Musuh alami pada keseimbangan alam yang baik selalu berhasil mengendalikan populasi hama dan berada di bawah ambang ekonomi. Oleh karena itu, dengan memberikan kesempatan kepada musuh alami untuk bekerja berarti dapat mengurangi penggunaan pestisida. Peran predator dan parasitoid dalam menekan populasi hama secara alami cukup penting, maka upaya konservasi musuh alami di lapang perlu lebih diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengetahui keberadaan hama dan musuh alami pada lahan tanaman kedelai di KP Natar dan KP Tegineneng. METODE Penelitian dilaksanakan mulai Maret 2014 sampai dengan April 2014 di Kebun Percobaan Natar dan Kebun Percobaan Tegineneng, Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu melakukan pengamatan secara langsung (visual) dan penangkapan dengan menggunakan alat perangkap seperti jaring serangga, pitfall trap, dan ditangkap secara manual menggunakan tangan dan plastik. Lahan tanaman kedelai yang diamati adalah lahan yang berbeda lokasi dan penggunaan semi insektisida. Jenis insektisida dengan bahan aktif deltametrin dan untuk semi insektisida menggunakan asap cair tempurung kelapa. 226 Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Polinela 2014

Masing-masing petak contoh (luas berkisar 200 m 2 per petak contoh) diulang empat kali pada dua lokasi yang berbeda. Serangga yang tertangkap/ ditemukan di lapangan dihitung dan diidentifikasi, kemudian ditentukan komposisi populasi dari masing-masing hama dan musuh alaminya. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali, pada fase vegetatif 7 42 hari setelah tanam (hst) dan fase generatif 49 77 hst. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Hama dan Musuh Alami Hasil pengamatan dan identifikasi terdapat beberapa spesies hama dan beberapa famili musuh alami. Hama yang didapatkan adalah yang menyerang daun dan polong. Beberapa famili dari predator yang tertangkap adalah: Coccinelidae, Syrphidae dan Mantidae untuk predator sedangkan untuk hama dari famili Noctuidae, Aphididae, Pentatomidae dan Alydidae (Siwi, 1993). Komposisi Hama Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan komposisi keberadaan populasi hama dan musuh alami yang ditemukan pada pertanaman kedelai di KP Natar dan KP Tegineneng. Komposisi hama yang diperoleh di KP Natar yaitu Aphis sp. (45%), Riptortus linearis (22%), Nezara viridula (15%), Crysodexis chalchites (11%) dan Spodoptera litura (7%) (Gambar 1). Gambar 1. Komposisi hama pada pertanaman kedelai di KP Natar Komposisi hama yang teramati di KP Tegineneng yaitu Aphis sp. (32%), Helicoverpa armigera (19%), Nezara viridula (16%), Spodoptera litura (13%), Riptortus linearis (13%) dan Crysodexis chalchites (7%) (Gambar 2). Gambar 2. Komposisi hama pada pertanaman kedelai di KP Tegineneng Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Polinela 2014 227

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa Aphis sp. memiliki kerapatan populasi tertinggi dibandingkan hama lainnya baik di KP Natar maupun KP Tegineneng. Hal ini antara lain disebabkan karena di daerah tropis Aphis sp. dapat berkembang biak tanpa melalui perkawinan sehingga populasinya dapat meningkat cepat. Serangga hama S. litura hanya dijumpai sedikit di KP Natar, sementara di KP Tegineneng populasinya mencapai 13%. Populasi H. armigera di KP Tegineneng tergolong cukup tinggi yaitu mencapai 19%, namun hama ini sama sekali tidak dijumpai di KP Natar. Hal ini diduga disebabkan karena penggunaan pestisida hayati dari asap cair tempurung kelapa di KP Natar yang dikombinasikan dengan penggunaan insektisida sintetik. Asap cair tempurung kelapa merupakan bahan cair yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Kandungan asap cair antara lain fenol dan formaldehid yang berfungsi sebagai antibakteri dan anticendawan. Pestisida hayati ini diduga juga dapat mengusir serangga hama, yang telah dilaporkan antara lain untuk larva kumbang janur kelapa (Brontispa longisima) (Rismansyah, 2014) dan wereng batang padi coklat (Nilaparvata lugens) (Ardiansyah, 2014). Asap cair yang digunakan di KP Natar ini diduga mempengaruhi keberadaan serangga hama terutama Ordo Lepidoptera, sehingga tidak dijumpai serangan H. armigera seperti yang terjadi di KP Tegineneng. Komposisi Musuh Alami (Predator) Komposisi predator yang teramati pada pertanaman kedelai di KP Natar yaitu Coccinellidae (67%), Mantidae (13%) dan Syrphidae (20%) (Gambar 3). Gambar 3. Komposisi predator pada pertanaman kedelai di KP Natar Komposisi predator di KP Tegineneng yaitu Coccinellidae (53%), Mantidae (13%) dan Syrphidae (20%) (Gambar 4). Gambar 4. Komposisi predator pada pertanaman kedelai di KP Tegineneng 228 Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Polinela 2014

Terdapat kesamaan komposisi predator yang teramati di KP Natar dan KP Tegineneng yaitu Coccinellidae sebagai predator yang paling dominan dari tiga famili yang ditemukan. Tingginya populasi Coccinellidae pada pertanaman kedelai disebabkan predator ini memiliki sifat oligofagus, dapat memakan beberapa jenis serangga kecil tertentu, antara lain kutu daun dan tungau dari beberapa stadia telur, nimfa maupun imago. Larva Coccinellidae juga aktif mencari mangsa dan biasanya lebih rakus dibandingkan dengan imago. Mangsa yang ditangkap akan dihisap cairan tubuhnya. Komposisi predator yang ditemukan pada pertanaman kedelai di KP Natar memiliki kesamaan dengan pertanaman kedelai di KP Tegineneng. Penggunaan pestisida hayati asap cair tempurung kelapa pada pertanaman kedelai di KP Natar tidak secara nyata mempengaruhi keberadaan predator dibandingkan dengan pertanaman kedelai di KP Tegineneng. KESIMPULAN Hama yang ditemukan pada pertanaman kedelai di KP Natar dan KP Tegineneng yaitu dari famili Noctuidae, Aphididae, Pentatomidae dan Alydidae. Predator yang ditemukan dari famili Coccinelidae, Syrphidae dan Mantidae. Komposisi hama yang diperoleh di KP Natar yaitu Aphis sp. (45%), Riptortus linearis (22%), Nezara viridula (15%), Crysodexis chalchites (11%) dan Spodoptera litura (7%). Komposisi hama yang teramati di KP Tegineneng yaitu Aphis sp. (32%), Helicoverpa armigera (19%), Nezara viridula (16%), Spodoptera litura (13%), Riptortus linearis (13%) dan Crysodexis chalchites (7%). Predator yang teramati pada pertanaman kedelai di KP Natar dan KP Tegineneng yaitu Coccinellidae Coccinellidae, Mantidae dan Syrphidae. DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah, A. 2014. Aktivitas Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai Insektisida. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Marwoto. 1992. MasalahEfektifitasPengendalian Hama Kedelai di Tingkat Petani. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balittan. Malang. Hal. 37-43. Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi dan Komponen Teknologi Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) Pada Tanaman Kedelai. Jurnal Litbang Pertanian, 27(4): 131-136. Okada, T., W. Tengkano and T. Djuwarso. 1988. An Outline of Soybean Pest In Indonesia In Faunistic Aspect. Di dalam: Seminar BORIF; Bogor, 6 Desember 1988. Bogor: BIORIF p.37. Kementerian Pertanian. 2013. Statistik Pertanian 2013. Pusat Data dan Informasi Pertanian. Kementerian Pertanian. Rismansyah, E.A. 2014. Pengaruh Asap Cair Terhadap Mortalitas Larva Brontispa longisima di Laboratorium dengan Metode Food Poisoning. Balai Proteksi Tanaman Perkebunan. Pontianak. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Polinela 2014 229

Siwi, S. S., 1993. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 230 Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Polinela 2014