TUTORIAL ANALISA STRUKTUR

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN A. Perhitungan Beban Gempa Statik Ekivalen

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

PENGANTAR SAP2000. Model Struktur. Menu. Toolbar. Window 2. Window 1. Satuan

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

TUTORIAL PORTAL 3 DIMENSI

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT TINGGI

PEMODELAN DERMAGA DENGAN SAP 2000

BAB IV ANALISA STRUKTUR

METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR. lantai, balok, kolom dan alat penyambung antara lain sebagai berikut :

Perhitungan Struktur Bab IV

PENGANTAR PEMODELAN STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN SAP 2000

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Denah Tampak Depan Struktur Dermaga 59 L.2 Denah Tampak Samping Struktur Dermaga 60 L.3 Denah Pembalokan Struktur Dermaga 61

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

Jl. Banyumas Wonosobo

ANALISIS STRUKTUR FRAME-SHEAR WALL

PENGARUH PENINGKATAN KAPASITAS AIR TERHADAP KEKUATAN STRUKTUR BAK SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

Pertemuan 13 ANALISIS P- DELTA

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG DUAL SYSTEM 22 LANTAI DENGAN OPTIMASI KETINGGIAN SHEAR WALL

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

PEMODELAN DINDING GESER BIDANG SEBAGAI ELEMEN KOLOM EKIVALEN PADA MODEL GEDUNG TIDAK BERATURAN BERTINGKAT RENDAH

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

Gambar 4.1 Bentuk portal 5 tingkat

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

Modul SAP2000 Ver.7.42

PERBANDINGAN DIMENSI BALOK AKIBAT MENGGUNAKAN BATA KONVENSIONAL DAN BATA RINGAN

Modul SAP2000 Ver.7.42

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

PERANCANGAN GEDUNG STRUKTUR BAJA GEDUNG 5 LANTAI MENGGUNAKAN PROGRAM SAP 2000

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG TINGKAT TINGGI

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT RENDAH DENGAN SOFTWARE ETABS V.9.6.0

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang

MODEL PORTAL 3 DIMENSI

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000

Analisis Dinamik Struktur dengan Respon Spektrum berdasarkan SNI 1726:2012 menggunakan SAP2000

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

Pertemuan 4 DEFINE, ASSIGN & ANALYZE

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

TRANSFORMASI SUMBU KOORDINAT

Verifikasi Hasil Penulangan Lentur Balok Beton SAP2000

APLIKASI SAP2000 UNTUK PEMBEBANAN GEMPA STATIS DAN DINAMIS DALAM PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BAJA

APLIKASI KOMPUTER DALAM KONSTRUKSI

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG DENGAN SOFTWARE ETABS V9.2.0

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI

PERBANDINGAN DIMENSI KOLOM AKIBAT MENGGUNAKAN BATA KONVENSIONAL DAN BATA RINGAN

KONSTRUKSI RANGKA BATANG

BAB III METODE PENELITIAN

Modul SAP2000 Ver.7.42

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG LIPPO CENTER BANDUNG

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

Menghitung Jembatan Baja dengan SAP 2000 V.14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN STRUKTUR PORTAL DINDING GESER DENGAN VARIASI DAKTILITAS SKRIPSI. Oleh : UBAIDILLAH

Langkah-langkah pengerjaan analisis dengan menggunakan software etabs: 1. Membuka program dengan mengklik icon atau diambil dari start program

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Permasalahan Yang Akan Diteliti 7

BAB IV ANALISIS STRUKTUR ATAS

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

Studi Defleksi Balok Beton Bertulang Pada Sistem Rangka Dengan Bantuan Perangkat Lunak Berbasis Metode Elemen Hingga

Perbandingan perencanaan struktur berdasarkan SNI dan SNI 1726:2012 (Studi Kasus : Apartemen Malioboro City Yogyakarta) 1

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

Transkripsi:

======================= PENGANTAR DINAMIKA STRUKTUR DAN REKAYASA KEGEMPAAN Gempa bumi adalah suatu gerakan tiba-tiba atau suatu rentetan gerakan tiba-tiba dari tanah dan bersifat transien yang berasal dari suatu daerah terbatas dan menyebar dari titik tersebut ke segala arah [M.T.Zein]. Getaran gempa bumi ini menyebabkan suatu gedung berespon secara khusus, respon ini disebut respon dinamis gedung. Beban dinamik adalah beban yang merupakan fungsi dari waktu, jadi besar dan arah beban berubahubah tergantung waktu. Apabila struktur menerima beban dinamik ini maka struktur akan berespon secara dinamik juga, dimana selain mempunyai simpangan juga mempunyai kecepatan dan percepatan. Contoh dari beban dinamik ini yaitu beban gempa bumi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain sifat perubahan waktu pada masalah dinamik, juga terdapat sifat lain yaitu pada pembebanan dinamik timbul gaya inersia yang menahan percepatan struktur akibat pembebanan. Dalam dinamika struktur, sistem struktur berderajat kebebasan satu - sebagai sistem yang paling sederhana dapat dijelaskan secara tepat dengan model matematis sebagai berikut [Mario Paz, 1985] :... m. u c. u k. u f ( t ) 1. Elemen massa m menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur 2. Elemen pegas k yang menyatakan elastic restoring force dan kapasitas energi potensial dari struktur. 3. Elemen redaman c yang menyatakan sifat gesekan dan kehilangan energi dari struktur. 4. Gaya pengaruh f(t) yang menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem struktur. LATIHAN 1

======================= Sebuah rangka portal beton bertulang dengan bentang balok ingin dihitung periode atau frekuensi getar natural-nya. Kolom memiliki dimensi 300x300 mm. Untuk menyederhanakan analisis, maka diasumsikan massa kolom/balok diabaikan dan balok dianggap memiliki kekakuan yang sangat besar sehingga mencegah rotasi pada puncak kolom. Nilai redaman (c) harus diberikan dengan nilai 0 karena merupakan getaran bebas. W = 20000 kg/m = 20000 kg/m x 5 m = 100 000 kg m = W/g = 100000 kg/ (10 m/s 2 ) = 10000 kg.s 2 /m dengan g = 10 m/s 2 = percepatan gravitasi (pembulatan). E = 25000 Mpa = 25000 N/mm 2 = 2500 kg/mm 2 = 2500 x 10 6 kg/m 2 I = 1/12 x b x h 3 = 1/12 x 0,3 x 0,3 3 = 0,000675 m 4 k 1 = k 2 = 12EI/L 3 = 12(2500 x 10 6 )(0,000675)/3 3 = 750 000 kg/m, kekuan kolom untuk kedua ujung terjepit. k = k 1 + k 2 = 1500000 kg/m 2 k = 2 f = = T m T = 2 m 10000 2(3,14) k 1500000 0,513 de tik 1. Klik New Model > Grid Only > Isi parameter jumlah grid x,y, dan z dengan nilai 1. Ubah tampilan pada bidang X-Z 2. Klik Draw Special Joint > Gambar sebuah joint pada titik nol sumbu koordinat global 3. Pilih joint yang telah tergambar > Assign > Joint > Springs. Pilih joint yang telah tergambar > Assign > Joint > Masses 4. Klik menu Analyze > Set Analysis option > Checlist derajat kebebasan translasi arah x saja > Run Analysis. 5. Klik menu Display > Show deformed shape > Modal > Pastikan periode getar alami mendekati nilai perhitungan manual diatas. Beban gempa merupakan beban dari percepatan tanah bukan beban luar f(t) sehingga persamaan dasar dinamik sebelumnya dapat dimodifikasi sebagai berikut :

=======================..... m. u ug c. u k. u 0 Meskipun gempa bukan merupakan gaya luar, tetapi analisisnya dapat diberlakukan seperti sebagai gaya luar...... m. u c. u k. u - m. u g ANALISIS BEBAN GEMPA STATIK EKIVALEN PADA MODEL STRUKTUR 2 DIMENSI Pada saat terjadi gempa, suatu struktur mengalami getaran tanah yang sifatnya acak dari berbagai arah. Besarnya gaya inersia yang timbul akibat gempa dan yang bekerja pada titik pusat massa mengikuti Hukum Newton kedua yaitu, getaran gempa. F... g m u dengan m adalah massa struktur dan u adalah percepatan Peraturan gempa Indonesia SNI-03-1726-2002 memberikan rumusan gaya gempa untuk analisis statik ekivalen sebagai berikut, F i W z n i 1 i i i W z i V dengan W i = berat lantai ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai; z i = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral. n = nomor lantai tingkat paling atas. C1 I V Wt dengan V = beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi di tingkat R dasar; I = faktor keutamaan struktur; R = faktor reduksi gempa; Wt = berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai. Tabel 2.1. Faktor Keutamaan Gedung (I) SNI-03-1726-2002.. g

======================= Tabel 2.2. Faktor Reduksi Gaya Gempa (R) SNI-03-1726-2002 R Gambar 2.1. Contoh Respon Spektrum Gempa Rencana Wilayah Gempa 1 (daerah Kalimantan dan sekitarnya) SNI-03-1726-2002 LATIHAN 2 Misalkan diketahui suatu bangunan lima lantai dengan rangka beton bertulang memiliki berat masingmasing lantai (beban mati dan beban hidup) Wi = 300 ton. Bangunan diperuntukkan untuk kepentingan rumah sakit dan berada pada zona 1 wilayah gempa Indonesia (asumsi kondisi tanah lunak). Periode getar alami fundamental struktur untuk struktur beton bertulang dapat didekati dengan rumus empiris yang dikeluarkan dalam peraturan UBC 1997 sebagai berikut, T H dengan H = ketinggian atap gedung diukur dari level 3/ 4 3/4 1 0.0731 0.0731 (15) 0.55 detik penjepitan lateral. Sebagai catatan, periode fundamental struktur (T 1 ) juga dapat diperoleh melalui analisis 3D menggunakan software SAP 2000 maupun software lainnya yang sejenis. Karena pemodelan struktur dalam SAP 2000 biasanya bersifat open frame, maka kekakuan struktur pada model lebih kecil daripada kekakuan struktur yang ada di lapangan (karena adanya dinding-dinding dan pengaku lainnya) yang mengakibatkan periode struktur model akan lebih besar daripada periode struktur bangunan yang sebenarnya. Padahal jika kita melihat grafik respon spektrum gempa, semakin kecil periode struktur maka gaya gempanya akan semakin besar. Penggunaan periode struktur (T) empiris relatif lebih konservatif.

======================= Berdasarkan respon spektrum gempa rencana diatas, untuk T = 0.55 detik didapatkan C 1 = 0.2 Bangunan rumah sakit memiliki faktor keutamaan I = 1.4 Faktor reduksi gempa untuk Struktur Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) beton bertulang, R = 3.5 Berat total bangunan Wt = 5 lantai x 300 ton = 1500 ton V C 0.2 1.4 1 I x Wt 1500 ton 120 ton R 3.5 Tabel 2.3. Distribusi Gaya Gempa Tiap Lantai Tingkat zi (m) Wi (ton) Wi.zi (ton.m) Fi (ton) 5 15 300 4500 40 4 12 300 3600 32 3 9 300 2700 24 2 6 300 1800 16 1 3 300 900 8 1500 13500 120 Lanjutkan dengan pemodelan struktur menggunakan SAP 2000!!! Dimensi kolom 600x600 mm, dimensi balok 200 x 450 mm. Lantai dianggap kaku terhadap bidangnya sehingga dapat diberlakukan sebagai diafragma.

======================= Diafragma dan massa translasi lantai untuk model ini diberikan hanya pada arah X karena portal adalah 2 dimensi bidang X-Z. Pilih semua joint pada lantai 1 > Assign > Joint > Constraint > Diaphragm > Add New Constraint. Arah difragma tegak lurus terhadap sumbu Z Lakukan hal yang sama untuk lantai 2, 3, 4, dan 5. Pilih semua joint yang ada di tengah tiap-tiap elevasi lantai > Assign > Joint > Masses > Isikan parameter sesuai dengan gambar input diatas. Kemudian

======================= lakukan analisis dalam 2 D dan bandingkan reaksi perletakan terhadap beban gempa yang telah diberikan menggunakan prinsip keseimbangan gaya. ANALISIS RESPON SPEKTRUM GEMPA PADA MODEL STRUKTUR 2 DIMENSI Respon spektrum merupakan grafik respon maksimum (perpindahan, kecepatan, percepatan maksimum ataupun besaran yang diinginkan) dari fungsi beban tertentu untuk semua kemungkinan sistem berderajat kebebasan tunggal [Mario Paz, 1985]. Untuk menentukan respon dari suatu grafik respon spektrum untuk suatu pengaruh tertentu, kita hanya perlu untuk mengetahui frekuensi atau periode natural dari sistem tersebut. Gambar 1.2 merupakan grafik respon spektrum percepatan C (sebagai ordinat) terhadap periode struktur T (sebagai absis) untuk wilayah gempa 4 Indonesia. C merupakan pseudo acceleration (Sa) yang telah dinormalisasi terhadap satuan gravitasi ( C = Sa/g). LATIHAN 3 Pada latihan ini, model struktur masih menggunakan model struktur pada latihan sebelumnya (latihan 1), hanya pendefinisian beban gempanya saja yang berbeda. Define > functions > response spectrum > user spectrum > add new function > input respon spektrum wilayah 1 gempa Indonesia (kondisi tanah lunak). g x I/R Define > load cases > add new load case > isi parameter respon spektrum seperti gambar input diatas. Langkah-langkah selanjutnya mengikuti langkah-langkah seperti pada latihan sebelumnya.

======================= MEKANIKA TEKNIK KLASIK VS SAP 2000 Program SAP 2000 disusun menggunakan metode elemen hingga, yang secara otomatis mempertimbangkan deformasi aksial dan deformasi geser dalam analisisnya. Jadi, agar hasil perhitungan dengan cara mekanika klasik dan program SAP 2000 dapat dibandingkan, maka keduannya harus disamakan persepsinya [Dewobroto, 2007], yaitu : 1. Tidak memperhitungkan deformasi aksial pada kolom atau balok akibat gaya aksial. Jika suatu elemen akibat gaya aksial tidak mengalami deformasi dalam arah aksial (memanjang dan memendek), maka penampang tersebut dapat dianggap kaku sekali (kekakuan aksial AE/L tak hingga). Karena parameter E dan L juga dipakai pada kekakuan lentur (EI/L) maka hanya parameter A yang dapat dimanipulasi dalam input program yaitu dengan memberikan nilai bilangan yang sangat besar sekali pada parameter A. 2. Tidak memperhitungkan deformasi geser pada balok dan kolom. Dari beberapa parameter deformasi geser, cukup hanya menetapkan A v = 0 untuk menghasilkan deformasi geser nol. LATIHAN 5...terlampir STUDI KASUS : DINDING PENAHAN TANAH Dalam penentuan beban lateral tanah, diasumsikan tanah memiliki nilai koefisien friksi dan kohesi tanah yang sangat kecil. Koefisien tegangan aktif tanah berdasarkan asumsi tersebut dihitung sebagai, 2 2 K φ 0 a = tan (45- ) = tan (45- ) = 1,0 2 2

======================= Tegangan vertikal tanah dihitung menggunakan parameter berat jenis tanah jenuh sebesar 23 kn/m 3 dan beban lantai sebesar 2,5 kn/m 2. Tegangan aktif tanah pada elevasi dasar retaining wall berdasarkan asumsi tersebut dihitung sebagai, σ = σ.k - 2.c. K a v a a σ = σ.k - 2.(0). K a v a a σ = σ.k a v a σ =.h + q.k a σ = 23.7,5 + 2,5.1,0 a σ = 175 kn/m a 2 a Pemodelan, pembebanan dan analisa struktur dinding penahan tanah berdasarkan data-data diatas dilakukan menggunakan bantuan software program SAP 2000 v 12.0 yang berbasis pada penyelesaian analisa struktur menggunakan metode elemen hingga. LATIHAN 6 1. Klik menu File > New Model 2. Unit panjang menggunakan satuan m, pilih wall template. 3. Isi parameter dinding sebagai berikut, 4. Klik menu Define > Materials > Add new material

======================= 5. Klik menu Define > Section Properties > Area Sections > Add New Section 6. Pastikan bahwa perletakan dasar dinding dan samping dinding sampai elevasi 5,5 m merupakan jepit. 7. Ctrl+A untuk memilih semua elemen struktur yang telah tergambar > Assign > Area > Section > Pilih DINDING 8. Klik menu Define > Joint Patterns

======================= 9. Klik menu Define > Load Patterns 10. Ctrl+A untuk memilih semua elemen struktur yang telah tergambar > Assign > Joint Patterns.

======================= 11. Ctrl+A untuk memilih semua elemen struktur yang telah tergambar > Assign > Area > Area Loads > Surface Pressure (All) 12. Klik perintah Run Analysis. Pastikan tidak ada error yang terjadi. M11 merupakan momen untuk perencanaan tulangan lentur arah sumbu lokal 1 dan M22 merupakan momen untuk perencanaan tulangan lentur arah sumbu lokal 2. Penulangan dinding penahan tanah berdasarkan gaya dalam yang terjadi disajikan dalam tabel berikut,

======================= fy [Mpa ] = 400 ; fc' [Mpa] 25 Type M [kn.m] As' [mm 2 ] a [mm] As [mm2/m] Asd [mm2] As [buah/m] Tulangan tul.vertikal.elv 0-2 m 126 1821,072 34,279 1826,813226 200,96 9,090432057 D 16-110,01 tul.vertikal.elv 2-7,5 m 40 578,1182 10,8822 548,3206047 132,665 4,133121808 D 13-241,95 tul. horisontal.elv 0-2 m 133,01 1922,388 36,1861 1937,555403 200,96 9,641497823 D 16-103,72 tul. horisontal.elv 5,5-7,5 m 37,996 549,1545 10,337 520,188836 132,665 3,921070636 D 13-255,03 Dinding penahan tanah ditumpu oleh tiang pancang dengan diameter 30 cm. Jumlah Perlawanan Lekat (JPL) minimum yang didapat dari penyeidikan tanah dari beberapa titik pengambilan sampel sebesar 1000 kg/cm atau bisa dijabarkan lagi menjadi 1000 kg/cm x (2*3,14*30) cm = 1884 kn. Sebagai catatan, dinding penahan tanah pada potongan per 4 m setidaknya ditumpu oleh empat tiang pancang. Dalam perhitungan safety factor (SF) terhadap momen guling, beban sendiri beton dari dinding penahan tanah dianggap berkontribusi. Berat jenis beton diambil sebesar 2400 kg/m 3.

======================= Section Beban [kn] Lengan Momen Momen [kn.m] Keterangan F1 180 0,125 22,5 berat sendiri beton F2 59,4 1 59,4 berat sendiri beton F3 3769,91118 0,125 471,239 kapasitas friksi 2 buah tiang pancang F4 3769,91118 3 11309,7 kapasitas friksi 2 buah tiang pancang F5 2625 2,5 6562,5 beban lateral tanah SF = 22,5 + 59,4 + 471,239 + 11309,7 6562,5 1,8 > 1,5...OK PENAMPANG NON PRISMATIS Penampang non prismatis merupakan penampang yang memiliki nilai yang tidak konstan sepanjang sumbu utama elemen. Penampang prismatis dapat dibangun dari dua atau lebih penampang prismatis dengan perubahan kekakuan lentur (bending) sebagai berikut : a. Linier : nilai EI 33 bervariasi secara linier sepanjang segmen. b. Parabolic : Nilai bervariasi secara linier sepanjang segmen. c. Cubic : Nilai bervariasi secara linier sepanjang segmen. Kekakuan lentur (bending) pada bidang 1-2, EI 22 mengikuti kaidah yang sama dengan yang sama EI 33. LATIHAN 7 1. Klik menu File > New Model > Grid Only > Isi parameter jumlah dan spasi garis bantu grid. 2. Klik menu Define > Frame Sections > Add New Property > Concrete > Buat penampang balok B- 100x200. Lakukan hal yang sama juga untuk penampang balok B-200x400 serta penampang kolom K-300x300 dan K-400x400

======================= 3. Klik menu Define > Frame Section > Add New Property > Other > Non Prismatic. Buat penampang prismatis balok dengan melakukan input parameter sebagai berikut : Lakukan hal yang sama untuk penampang non prismatis kolom.

======================= Length Type dapat dipilih dalam bentuk variabel (rasio terhadap panjang elemen) maupun absolut (nilai aktual dari panjang segmen). 4. Lakukan pembebanan titik sebesar 0,5 kn pada pertemuan dua balok non prismatis. 5. Klik menu Analyze > Run Analysis > Pastikan tidak ada error yang terjadi 6. Tampilkan gaya-gaya dalam dan reaksi perletakan yang terjadi. 7. Untuk memperlihatkan bentuk elemen struktur dengan penampang non prismatis maka Klik Set Display Option (CTRL+D) > Chek list pada option Extrude View. PEMODELAN MENGGUNAKAN SECTION DESIGNER CSID window merupakan window untuk mendefinisikan penampang secara manual. Dalam CSID window, dilakukan penggambaran penampang secara manual. Grid yang ada pada CSID window dapat kita ubah sesuai dengan keperluan. LATIHAN 8 1. Klik menu File > New Model > Grid Only > Isi parameter jumlah dan spasi garis bantu grid dengan nilai sembarang. 2. Klik menu Define > Add New Material. Definisikan material beton dan baja tulangan sebagai berikut :

======================= 3. Klik menu Define > Frame Section > Add New Property > Other > Section Designer 4. Kondisikan menggunakan unit panjang dalam satuan meter. Pada lembar kerja CSID klik menu Option > Preferences

======================= Background Guideline Spacing yaitu spasi antar garis grid tebal pada lembar CSID. Fine grids between guidelines yaitu jumlah garis grid halus pada lembar CSID. Sehingga perintah diatas dapat diartikan bahwa jarak antar grid tebal adalah 1 m dan jarak antar grid halus yaitu 1 m/10 = 0,1 m atau 100 mm. 5. Gambar penampang trapesium menggunakan perintah Draw Polygon Shape pada toolbars menu sisi kiri layar. Klik kanan pada penampang trapesium yang telah dibuat. Ubah parameter default material dan reinforcing. Model kurva tegangan vs regangan beton dan baja tulangan dapat diperlihatkan sebagai berikut :

======================= 6. Setelah penampang trapesium beserta baja tulangannya tergambar, maka dapat ditampilkan kurva interaksi Aksial (P) vs Momen (M) kolom dan momen kurvatur-nya