BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

KADER 1. APAKAH KADER ITU? 2. SIAPAKAH YANG DISEBUT KADER MUHAMMADIYAH? 3. APA FUNGSI KADER BAGI MUHAMMADIYAH 4. BAGAIMANA PROFIL KADER MUHAMMADIYAH?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

Wacana Kepemimpinan Muhammadiyah. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd

V. PENUTUP. seterusnya. Partai NasDem sebagai satu-satunya partai baru yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KADER (PRESEPSI ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH)

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung,

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi) dengan dunia sekitarnya dan memiliki jenjang struktural yang jelas, memiliki tujuan dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

KHAZANAH PENDIDIKAN Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. X, No. 2 (Maret 2017)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

TULISKAN 5 TOKOH MUHAMMADIYAH YANG ANDA KENAL. BOLEH TOKOH NASIONAL (PUSAT) BOLEH JUGA TOKOH WILAYAH, DAERAH, CABANG, BAHKAN RANTING.

MENGENAL NILAI PERJUANGAN KI BAGUS HADI KUSUMO MENGENAL NILAI PERJUANGAN NYAI AHMAD DAHLAN. MENGENAL NILAI PERJUANGAN K.H.

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. upaya sekolah dalam mendukung tujuan pendidikan nasional, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh

PARTISIPASI PEMUDA DALAM MENGGUNAKAN HAK PILIH PADA PEMILU LEGISLATIF BAGI PARA PEMILIH PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga Pendidikan Islam yang pertama di Indonesia dan

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD KOTA TOMOHON TAHUN 2014 (STUDI DI KECAMATAN TOMOHON UTARA)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

I. PENDAHULUAN. Perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelaku pendidikan. Pedidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

II. TINJAUAN PUSTAKA

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pemilihan umum dan implikasinya terhadap ketahanan politik wilyah pondok

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan

BAB I PENDAHULUAN. insan yang memiliki berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas akademika

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai

I. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.

BAB II PROFIL WILAYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemilihan kepala daerah sebelumnya yang dipilih oleh anggota Dewan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

BAB V PENUTUP. seperti Nasionalisme Radikal, Tradisi Jawa, Komunisme, Sosial Demokrat dan Islam,

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dalam konteks pendidikan formal. Mahasiswa dalam peraturan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Darwis, kemudian dikenal dengan KH A Dahlan.

BAB I PENDAHULUAN. politik misalnya, hasil perubahan UUD 1945 tahun mengamanatkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekalahan jepang oleh sekutu memberikan kesempatan bagi kita untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

Caroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Allah yang bersumber dari al-qur an dan as-sunnah yang pemahamannya. seperti dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pemilihan umum legislatif telah dilaksanakan pada 9 april 2014 lalu oleh Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang meliputi DPR (Dewan Perwakilalan Rakyat) dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) sesuai dengan UUD 1945. Negara demokrasi identik dengan kembalinya hak rakyat untuk menentukan pemimpin secara bebas, aktif, tanpa ada paksaan dari manapun. Tolak ukur keberhasilan demokrasi adalah jika masyarakat aktif ber penyelenggaran pemilu. Masyarakat (Warga negara) penentu berhasil atau tidaknya dalam proses pemilu. Karena kekuatan masyarakatlah yang bisa menentukan nasib negara dan bangsa kedepan (Dani Wahyu Rahma, 2010). Berkenaan dengan Partisipasi Politik dalam pemilu diperlukan adanya: (1) Penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu, (2) Pengembangan intelektual dan partisipatoris, (3) Pengembangan karakter dan sikap mental tertentu, (4) Komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip fundamental demokrasi. Partisipasi warga dalam kaitan ini bukan hanya datang dari kalangan masyarakat pada umumnya, tetapi juga golongan pemuda, Salah satunya adalah kader yakni yang tergabung dalam lintas ortom. Sebagai kader muda harapan bangsa dan perserikatan, mempunyai kontribusi besar melalui nya dalam proses berdemokrasi. Gagasan dan pemikiran kaum intelektual sangat berpengaruh 1

2 bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hal ini sesuai yang telah disampaikan oleh suwarno (2010: 97) mengungkapkan : sebagai bagian dari umat islam dan bangsa Indonesia, sejatinya, wacana dan paradigma mengenai budaya yang kondusif bagi keberlangsungan proses berdemokrasi bangsa ini. Hal ini lantaran yang lahir 30 tahun (1912) lebih dulu daripada Negara-bangsa ini (naton-state) Indonesia ini telah mengalami perjalanan sejarah yang matang dalam relasinya dengan Negara (baca: kekuasaan yang memerintah Negara), sehingga mempunyai rambu-rambu yang jelas. Kendatipun merupakan organisasi yang lebih bergerak dibidang sosial, keagamaan, dan pendidikan, serta bukan partai, namun kontribusi disepanjang sejarah Indonesia modern tidak kecil. Kontribusi tersebut terutama dipancangkan lewat keterlibatan elit tokoh pimpinannya. Dapat disebut antara lain : K.H. Ahmad Dahlan pada masa penjajahan Belanda, K.H. Mas Mansyur dan Haji rasul pada pendudukan jepang, K.H. Abdul Kahar Muzakkir, Sudirman, Mr. Kasman Singodimejo, Prof HAMKA, K.H A.R. Fachruddin, Prof. Dr. H.M. Amien Rais dan Prof.Dr. A. Syafi i Maarif. Semua tokoh tersebut telah berkontribusi kepada Negara dengan berpegang teguh pada budaya poltik. Data diatas menunjukkan adanya atau pengaruh besar para tokoh terhadap perjalanan di Indonesia. Menunjuk pada data tersebut maka (lintas ortom) yang merupakan kaum muda bagian dari muhammadiyah yang dibentuk untuk mewujudkan tujuan harus memiliki sikap progresif dan peduli terhadap realitas kebangsaan. Hal tersebut disampaikan oleh Anies Baswedan, Budiman, Syahganda N (dalam tabloid kauman edisi 2, 2011:5-7): Kaum muda harus bisa lebih bergerak membumi dan peduli terhadap realitas kebangsaan, mempunyai karakter kuat, meyakinkan, progresif, berfikir kreatif dalam melanjutkan kepemimpinan bangsa,dan yang lebih penting tidak terjebak dalam romantisme sejarah. Kaum muda harus menyeimbangkan antara pikiran-pikiran local dengan global Realita yang terjadi saat ini masih enggan ber, bersikap apatis, hal tersebut disampaikan oleh Saleh P Daulay (2010)

3 pemuda muhammadiyah tidak akan bermain-main lagi dengan urusan, saatnya kami menyusun barisan untuk mengurus umat yang membutuhkan uluran tangan. Keadaan tersebut dipersulit dengan keputusan pimpinan persyarikatan, pimpinan Organisasi Otonom, Pimpinan Amal Usaha dilarang ber sebagaimana adanya Surat Keputusan Pimpinan Pusat Nomor 41/KEP/1.0/B/2013, yaitu : Pimpinan peryarikatan, pimpinan unsur pembantu pimpinan peryarikatan, pimpinan Organisasi Otonom, Pimpinan Badan Pengurus Harian, Pimpinan Amal Usaha, dan tenaga tetap/tidak tetap dilingkungan peryarikatan yang mencalonkan diri menjadi anggota DPR RI/DPRD dinyatakan berhenti dari jabatannya dan dari statusnya sebagai anggota pimpinan peryarikatan dan/atau tenaga tetap/tidak di AUM, baik yang bersangkutan berhasil atau tidak dalam pencalonan tersebut Adanya Surat Keputusan Pimpinan Pusat tersebut membatasi gerak ber lebih jauh membuat para kader angkatan muda enggan untuk lebih jauh masuk kedalam praktis. Dari berbagai permasalahan (lintas ortom) yang disebabkan oleh faktor intern maupun extern mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih jauh terkait Ponorogo dalam pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Ponorogo 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana bentuk Ponorogo dalam pemilihan umum legislatif diponorogo tahun 2014 di Kabupaten Ponorogo

4 2. Bagaimanakah piramida Ponorogo dalam pemilu legislatif diponorogo tahun 2014 di Kabupaten Ponorogo 3. Bagaimanakah sifat Ponorogo dalam pemilu legislatif diponorogo tahun 2014 di Kabupaten Ponorogo 4. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi Ponorogo dalam pelaksanaan pemilihan umum legislatif diponorogo tahun 2014 di Kabupaten Ponorogo 1.3 BATASAN KONSEP + VARIABEL 1.3.1 Batasan Konsep 1.3.1.1 Konsep merupakan lintas ortom yang terdiri dari (Pemuda, Nasyiyatul Aisyiyah, Ikatan Pelajar, Ikatan Mahasiswa, Tapak Suci Putra, Hizbul Wathan) merupakan sayap muhammadiyah sebagai wadah membina warga Persyarikatan tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu pula dalam rangka mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan. 1.3.1.2 Konsep Partisipasi adalah kegiatan seseorang atau kelompok untuk ikut serta aktif dalam proses yang berlangsung baik dengan kesadaran pribadi maupun dorongan dari orang lain. Dengan cara memilih pemimpin Negara, mempengaruhi kebijakan pemerintah, dan menjadi kader partai.

5 1.3.2 Batasan Variabel Tabel 1.1 No Variabel Sub Variabel Indikator 1 muda Lintas muhammadiyah Otonom Nasyiatul Aisyiyah Hizbul Wathan Tapak Suci Ikatan organisasi Pemuda muhammadiyah Mahasiswa Ikatan Pelajar 2 Partisipasi Bentuk Piramida Sifat Faktor Voting Informal group Social movement Direct activity Aktivis Partisipan Pengamat Apolitis Otonom Dimobilisasikan Kesadaran Politik Modernisasi disegala bidang Konflik-konflik pemimpin Karakteristik seseorang Perbedaan lingkungan

6 1.4 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah adalah untuk Mengetahui Partisipasi Politik Ponorogo Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 yang kemudian lebih di verivikasi kedalam subpembahasan sebagai berikut: 1.4.1 Untuk mengetahui Partisipasi Politik Ponorogo dalam Pemilu Legislatif Kabupaten Ponorogo. 1.4.2 Untuk mengetahui piramida Ponorogo dalam pemilu legislatif diponorogo tahun 2014. 1.4.3 Untuk mengetahui sifat Ponorogo dalam pemilu legislatif diponorogo tahun 2014 1.4.4 Untuk mengetahui Faktor mempengaruhi Ponorogo dalam pelaksanaan pemilihan umum legislatif diponorogo tahun 2014. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Adapun kegunaan/manfaat penelitian ini yang peneliti harapkan adalah sebagai berikut; 1.5.1 Bagi diri sendiri: 1.5.1.1 Menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi peneliti Ponorogo dalam pelaksanaan pemilihan umum legislatif. 1.5.1.2 Untuk lebih memahami sejauh mana Ponorogo dalam pelaksanaan pemilihan umum legislatif di Kabupaten Ponorogo.

7 1.5.1.3 Menambah pengetahuan dan informasi terkait Faktor faktor yang mempengaruhi Ponorogo dalam pelaksanaan pemilihan umum legislatif di Kabupaten Ponorogo. 1.5.2 Bagi Mahasiswa 1.5.2.1 Memberikan referensi terkait dalam pemilu legislatif. 1.5.2.2 Memberikan kesempatan bagi peneliti lanjutan untuk bidang penelitian yang sama. 1.5.3 Bagi Masyarakat 1.5.3.1 Memberikan wawasan baru kusunya dibidang mengingat masyarakat disini bisa jadi komentator dan monitoring dalam kancah peran dikabupaten ponorogo. 1.5.3.2 Memberikan informasi kepada masyarakat bentuk-bentuk dan faktor yang mempengaruhi. 1.5.4 Bagi 1.5.4.1 Menambah legitimasi dimasyarakat terkait dalam dunia. 1.5.4.2 Menambah wawasan terkait pentingnya dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam kebangsaan.