BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metode Jigsaw Secara umum metode merupakan suatu cara untuk melangsungkan proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat dicapai. Metode juga dapat dirumuskan sebagai cara untuk menyampaikan apa yang diharapkan sehingga proses pembelajaran akan berlangsung baik hingga mencapai hasil yang baik pula. Dalam rangka tercapainya tujuan pembelajaran, maka guru perlu mengenai dan mengatahui jenis-jenis metode mengajar dan perlu menetapkan metode mana yang dipandang tepat untuk mencapai tujuan tersebut serta dalam pelaksanaannya guru perlu memvariasikan cara pelaksanaannya sehingga para siswa tidak mengalami kejenuhan dalam proses belajar mengajar. Pada proses pembelajaran, keberadaan metode pembelajaran turut menentukan. Dalam prakteknya metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara yang spesifik untuk menyuguhkkan tugas-tugas belajar. Secara sistematis yang terdiri dari seperangkat tindakan guru, penyediaan kondisi belajar yang efektif dan bimbingan yang difokuskan pada penguasaan isi dari pengalaman belajar yang diarakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran kooperatif adalah sistem yang di dalamnya terdapat elemenelemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap 1
2 muka; (3) akuntabilitas individual; dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Kerjasama merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mengaktualisasikan konsep tersebut ke dalam suatu bentuk perencanaan pembelajaran atau program satuan pelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peran guru dan siswa yang optimal untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerjasama atau gotong royong. Meskipun berbagai prinsip pembelajaran kooperatif tidak berubah, ada empat metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu (1) metode STAD (Student Teams Achievment Divisions); (2) metode jigsaw; (3) metode GI (Group Investigation); (4) metode struktural. Dari keempat metode dalam pembelajaran kooperatif tersebut, metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode jigsaw. Pada dasarnya, dalam model pembelajaran tipe jigsaw, guru membagi informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa. Metode jigsaw menuntut siswa untuk menguasai bagian demi bagian dari bahan yang diajarkan kemudian bertukar pikiran dengan siswa lain dan saling mengajari satu sama lain. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
3 mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Berdasarkan fase-fase dalam pembelajaran kooperatif, metode jigsaw ini dapat dilaksanakan sebagai berikut. (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai disampaikan pada siswa sekaligus memotivasi siswa untuk belajar. (2) menyajikan informasi. Informasi yang ingin disampaikan dapat disajikan kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan. (3) mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok. Dalam metode jigsaw ini pembagian kelompok dilaksanakan dengan cara membagi siswa dalam ke dalam beberapa kelompok utama (4 sampai 5 siswa) yang selanjutnya dinamakan kelompok awal (home teams). Setiap siswa dalam kelompok awal mempelajari suatu bagian dari bahan akademik yang disediakan. Para anggota dari masing-masing yang bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bahan akademik yang sama selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar (expert group). (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar. Kelompok-kelompok belajar dibimbing pada saat mereka mengerjakan tugas. Setelah selesai mengkaji bahan akademik yang menjadi bagian masing-masing, siswa dalam kelompok pakar kemudian kembali ke kelompok awal (home teams) untuk mendiskusikan dan mengajari teman-teman dalam kelompok awal tentang materi yang dikaji dalam kelompok pakar. (5) evaluasi. Selanjutnya siswa dievaluasi secara individual mengenai keseluruhan bahan akademik yang dipelajari.
4 Metode jigsaw ini menggunakan model evaluasi yang berbeda dari metode lainnya. Siswa dituntut untuk mengumpulkan tiga macam skor, pertama, skor dasar, kedua, skor kuis, dan ketiga adalah skor perkembangan. Skor perkembangan diperoleh dari poin yang dikumpulkan siswa untuk tiap kenaikan skor dasar dan skor kuisnya. Skor perkembangan tiap individu tersebut menentukan perolehan nilai dan peringkat kelompok. Hasil evaluasi tersebut kemudian diumumkan dalam bentuk selebaran atau pengumuman yang ditempel. Keseluruhan nilai yang didapat diolah kembali dan disesuaikan dengan pedoman penyekoran dalam metode jigsaw untuk menentukan skor perkembangan dan perolehan poin tiap kelompok. Besarnya perkembangan dari skor dasar tiap-tiap siswa adalah nilai perkembangan yang diperoleh siswa secara individu. Setiap besarnya perkembangan mendapat poin sesuai dengan kriteria dalam pedoman tersebut. Poin yang tertera pada pedoman skor perkembangan adalah nilai sumbangan yang diberikan tiap-tiap siswa dalam satu kelompok dan digunakan untuk menentukan kelompok terbaik di akhir pembelajaran memberikan penghargaan. Penghargaan dapat berupa pengakuan untuk menghargai upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok (Ibrahim dkk 2000:10). Dapat disimpulkan bahwa metode jigsaw memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan metode yang lain dalam pembelajaran kooperatif. Karakteristik jigsaw yang paling menonjol adalah cara pembagian kelompok yang diikuti dengan pembagian materi yang diajarkan. Metode jigsaw membagi kelompok menjadi dua macam, pertama yaitu kelompok asal atau disebut
5 hometeams yang terdiri atas 4-6 siswa dan kelompok kedua yaitu kelompok pakar atau disebut expert groups. Untuk memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan, metode jigsaw ini memberi solusi yang berupa pembagian materi, dimana setiap bagian dari materi tersebut dipelajari dalam suatu kelompok khusus yang dinamakan kelompok pakar atau expert groups. Siswa yang telah belajar dalam kelompok pakar tersebut kemudian kembali lagi dalam kelompok asal untuk berdiskusi dan saling mengajarkan materi pada siswa lain dalam satu kelompok untuk selanjutnya membuat laporan kelompok. 2.1.2. Permainan Bola Voli Pada awalnya ide dasar permainan bola voli itu adalah memasukkan bola ke daerah lawan melewati suatu rintangan berupa tali atau net dan berusaha memenangkan permainan denan mematikan bola itu di daerah lawan. Memvoli artinya memainkan/memantulkan bola sebelum bola jatuh atau sebelum bola menyantuh lantai. Permainan bolavoli adalah olahraga yang dapat dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa, baik wanita maupun pria. Bermain bolavoli, pada prinsipnya adalah memvoli bola di udara melewati jaring atau net agar dapat jatuh di lapangan lawan. Memvoli bola dan memantulkan bola ke daerah permainan lawan dapat menggunakan keseluruhan bagian tubuh asal memantul dengan sempurna. Peraturan permainan bolavoli yang disusun oleh Dewan dan Bidang Perwasitan PP. PBVSI edisi 2001-2004, pasal 10.2.1 menegaskan hal tersebut bahwa bola dapat menyentuh seluruh bagian dari tubuh. Pasal 10.2.2 dari peraturan tersebut memberikan tambahan penegasan bahwa bola harus
6 dipantulkan, bukan tertahan dan/atau dilempar, dan bola dapat memantul ke segala arah. Satu regu yang berjumlah 6 orang pemain hanya dapat memainkan bola di lapangan sendiri paling banyak 3 kali dengan aturan setiap pemain tidak boleh memainkan bola dua kali berturut-turut. Tujuan bermain yang berawal dari tujuan yang bersifat rekreatif untuk mengisi waktu luang atau sebagai selingan setelah lelah bekerja, kemudian berkembang ke arah tujuan-tujuan yang lain seperti tujuan mencapai prestasi yang tinggi, meningkatkan prestise diri, mengharumkan nama daerah, bangsa dan negara. Selain tujuan-tujuan tersebut banyak orang berolahraga khususnya bermain bola untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani/kesehatan. Moeslim (1970) mengemukakan bahwa permainan bola voli mencakup unsurunsur pembetulan, unsur pendidikan, unsur latihan jasmani, dan unsur kesenangan sehingga permainan ini tersebar luas di kalangan anak-anak sekolah, kalangan angkatan perang, dan organisasi masyarakat lainnya. Untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan dimana olahraga sebgai alat pendidikan, permainan bola voli telah dimasukkan sebagai salah satu mata pelajaran pilihan di sekolah. Sekolah harus memilih atau memberikan prioritas kepada satu atau dua cabang olahraga yang mungkin dilaksanakan di sekolah serta bermanfaat bagi diri anak didik. Disamping itu dapat mencapai tingkat mutu permainan setinggi mungkin. Dengan demikian pengaruhnya akan lebih meresap dalam diri anak didik maupun bagi regu kelompok bermain, sehingga dalam diri anak akan timbul keinginan untuk mengisi waktu senggang dengan bermain baik di dalam maupun diluar sekolah.
7 Teknik dasar dalam permainan bolavoli menurut Horst Bachke (1980; 26-27) yang dikutip oleh Suhadi (2005) meliputiservice, penerimaan service, pasing dan umpan, pukulan serangan, bendungan (block), dan penerimaan. Neville (1990: 19-62) dalam Suhadi (2005), unsur ketrampilan bermain bolavoli meliputi service, passing bawah, passing atas, serangan (smash), dan bendun~an (block). Dalam perkembangannya, untuk kepentingan pembinaan, bolavoli dikenal dengan istilah permainan bolavoli mini. Permainan bolavoli mini ini memiliki perbedaan pada peraturan yang dimodifikasi. Dalam Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI)(2001-2004) yang dikutip Suhadi (2005), ukuran lapangan permainan bolavolimini 12 x 6 meter dan jumlah pemain 8 orang. Sedangkan menurut OfficialRules MiniVolleyball, 3 pemain dengan maksimum 2 cadangan, ukuran lapangan 9 x 6 meter, tinggi net 2, 15 meter, berat bola 200 gram. Menurut Cox (1980: 128), teknik keterampilan dasar permainan bolavoli yang harus diajarkan kepada anak-anak meliputi servis bawah, pasing bawah dan pasing atas. Sedangkan smash dan bendungan tidak terlalu penting, namun sekedar untuk memperkenalkan tidak menjadi masalah. Dalam penelitian ini, keterampilan bermain bola voli yang perlu diajarkan pada murid Sekolah Dasar meliputi servis, passing bawah, passing atas, umpan, pola gerak smash dan pola gerak bendungan. Keterampilan bermain tersebut merupakan bahan atau materi dalam proses pembelajaran permainan bolavoli untuk Sekolah Dasar. Ukuran lapangan y,ang digunakan merupakan modifikasi dari ukuran sesungguhnya yaitu 6 x 12 meter, dengan berat bola 200 gram dan diameter 65 cm dan tinggi net yang dipergunakan adalah 2 meter.
8 2.1.2.1. Teknik Pasing Bawah Pasing dalam permainan bola voli adalah suatu usaha atau upaya seorang pemain bola voli dengan cara menggunakan teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk mengumpankan bola yang dimainkannya itu kepada teman seregu atau satu timnya untuk dimainkan di lapangannya sendiri. Penerimaan servis berperan sangat penting dalam kesuksesan satu tim. Untuk mengefisiensi dalam penerimaan servis adalah dengan pasing. Pasing harus dilakukan dengan baik, jika dalam tim ingin memperoleh kemenangan, karena pasing merupakan titik awal sebuah penyerangan. Bila bola yang diumpankan jelek, pengumpan akan mengalami kesulitan untuk menempatkan bola yang baik bagi para penyerang. Bentuk-bentuk teknik pasing terdiri dari pasing bawah dan pasing atas. Dalam melakukan pasing bawah, seluruh badan harus rileks dengan badan atas agak condong ke depan dengan sudut 90. Kaki ditekuk pada lutut dan kedua kaki agak dibuka. Pandangan tertuju kearah lawan pemukul bola, perhatikan kecepatan dan arah bola yang datang. Bergerak cepat ke bawah bola dengan badan yang rendah dan tangan terjulur. Usahakan siku setinggi pinggang dan kedua telapak tangan menyatu. Bagian dalam lengan bawah dihadapkan ke depan, sehingga membuat permukaan lengan rata. Kedua lengan diayunkan ke atas dan pantuklan bola ke arah sasaran, meskipun bola yang- datang itu langsung ke arah depan, rendah disamping badan atau bola tinggi. Latihan pasing bawah dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Pasing bawah berpasangan dengan salaing berhadapan
9 Pelaksanaannya adalah satu orang melambungkan bola dan satu orang melakukan pass bawah ke arah teman yang melambungkan bola tadi. Latihan ini dilakukan berulang kali dan secara bergantian. 2. Pasing bawah berpasangan dengan saling berhadapan secara langsung. Pelaksanaannya adalah bola dioperkan pasangannya dengan pasing bawah langsung dikembalikan menggunakan pasing bawah secara langsung. Latihan ini dilakukan berulang-ulang. 2.2. Pengajuan Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut : Jika menggunakan metode Jigsaw, maka kemampuan melakukan passing bawah dalam permainan bola voli siswa kelas VI SDN 1 Kabila dapat meningkat. 2.3. Indikator Pencapaian Bertolak dari permasalahan yang ada, maka yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah : Jika persentasi siswa yang sudah mampu dalam hal penguasaan teknik dasar passing bawah minimal 75% siswa yang menjadi obyek penelitian sudah mampu menguasainya dengan predikat Baik (B) dengan ketuntasan 75-84%, maka penelitian dinyatakan selesai.
10
11