UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

Implikasi Kondisi Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Oleh:

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

EKSISTENSI PELINGGIH GAJAH MINA DI PURA DALEM PENATARAN PED DI DUSUN NUSASAKTI DESA NUSASARI KECAMATAN MELAYA JEMBARANA

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN BAHASA BALI DALAM SIKAP BAHASA SISWA KELAS XI BAHASA 1 SMA NEGERI 2 GEROKGAK

PENGGUNAAN SOR SINGGIH BASA BALI DALAM KOMUNIKASI PADA STT DARMA BHUANA BANJAR TELUNWAYAH DUURAN, DESA TRI EKA BHUANA, SIDEMEN, KARANGASEM

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

PEMBELAJARAN INOVATIF, PROGRESIF, DAN KONTEKSTUAL PADA ANAK USIA DINI. Abstrak

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

RITUAL PENGLUKATAN PADA HARI TUMPEK WAYANG DI DESA PAKRAMAN BANJARANGKAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

Oleh Pande Wayan Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

TARI BARIS KATEKOK JAGO DI SESA DARMASABA, KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 73

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

DI DESA PAKRAMAN CEKENG, KECAMATAN SUSUT, KABUPATEN BANGLI : PERSFEKTIF PENDIDIKAN AGAMA HINDU

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

Oleh Ni Komang Sri Adnyani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

PERLAKUAN AKUNTANSI PENDAPATAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN JASA AGENSI PT

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

PENDIDIKAN NILAI PADA TRADISI NYURUD AYU DALAM UPACARA PIODALAN DI DESA BERANGBANG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu)

Oleh Ida Ayu Made PutriArini Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

TEORI PERTIMBANGAN SOSIAL Oleh : I Ketut Sudarsana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK : ANALISIS TERHADAP PERAN GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK DIDIK MELALUI REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI SEKOLAH

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

MAKNA FILOSOFIS PELAKSANAAN SUDDHI WADANI DALAM PERKAWINAN HINDU DI DESA PAKRAMAN LUMINTANG, KECAMATAN DENPASAR UTARA, KOTA DENPASAR

SKRIPSI TARI REJANG MUANI DI PURA PUSEH DESA PAKRAMAN LUMBUAN KABUPATEN BANGLI

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

Oleh : MADE YUDHA WIRAWAN NIM :

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.

PENILAIAN KINERJA BERDASARKAN KONSEP VALUE FOR MONEY AUDIT

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

PENILAIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS KOMPUTER PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KANTOR PUSAT KABUPATEN GIANYAR

ARTIKEL KARYA SENI NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI SANGHYANG PENYALIN DI SANGGAR KERTHI BHUANA SARI PANCASARI BULELENG. Oleh : LUH PUTU AYU KARUNI

TRADISI NYAAGANG DI LEBUH PADA HARI RAYA KUNINGAN DI DESA GUNAKSA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

Transkripsi:

UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) I Putu Arta Buana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar phutu.artha@yahoo.com Abstrak Upacara yang memiliki fungsi sebagai suatu cara untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasi-nya sebagai wujud syukur umat manusia atas apa yang telah di dapat. Upacara Wayonan yang memiliki makna sebagai Upacara untuk memohon kerahayuan, sebagai pembuktian ataupun saksi bahwa segala Upacara yang di laksanakan sudah sesuai dengan aturan yang ada, dan untuk mengetahui keadaan desa Pakraman banyuning secara niskala. Setiap kegiatan Upacara yang dilaksanakan tentunya memiliki fungsi dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya yang belum sepenuhnya di pahami oleh masyarakat banyuning khususnya para generasi muda yang akan menjadi penerus pelaksanaan Upacara Wayonan. Maka dari itu skripsi ini di buat agar masyarakat dapat memahami tentang pelaksanaan Upacara Wayonan dalam Ngebekin. Adapun permasalahan yang di bahas adalah 1) Bagaimana Prosesi Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, 2) Apakah Fungsi Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, 3) Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu Apakah yang terdapat pada Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Teori yang digunakan untuk menganalisis rumusan masalah adalah Teori Interaksi, Teori Religi, Teori Nilai. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Data yang terkumpul di analisis dengan langkah-langkah reduksi data, display data, dan verifikasi/ kesimpulan data. Hasil penelitian yang di dapat dalam penelitian ini adalah makna dari pelaksanaan Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, yang bermakna sebagai Upacara memohon kerahayuan, sebagai bukti tentang bagaima pelaksanaan Upacara untuk mengetahui keadaan desa pakraman banyuning secara Niskala. Fungsi Upacara Wayonan dalam Ngebekin adalah Fungsi Religius dan fungsi sosial. Nilai Pendidikan yang terkandung dalam pelaksanaan Upacara Wayonan adalah nilai pendidikan Tattwa, nilai pendidikan Etika, dan Nilai pendidikan Upacara. Kata Kunci : Upacara Wayonan, Ngebekin, Pendidikan Agama Hindu I. PENDAHULUAN Upacara atau Yadnya yang bersumber dari ketiga unsur kerangka dasar agama Hindu, dalam pelaksanaannya pada masing-masing daerah di Bali memiliki perbedaan. Hal ini disebut dengan istilah Desa Mawacara yaitu pelaksanaan Upacara atau Yadnya disesuaikan dengan Desa, Kala, dan Patra yang dapat diuraikan sebagai berikut: Desa adalah tempat dari dilaksanakannya Upacara atau Yadnya, Kala adalah waktu kapan dilaksanakannya Upacara atau Yadnya tersebut dan Patra adalah bagaimana keadaan dan bentuk pelaksanaan Upacara 390

atau Yadnya tersebut. Salah satunya adalah Upacara Wayonan dalam Ngebekin di desa Pakraman Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng (Perspektif Pendidikan Agama Hindu). Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng merupakan suatu Upacara yang dilaksanakan pada saat purnama kapat yang bertempat di Pura Desa Banyuning. Upacara Wayonan dalam Ngebekin bertujuan sebagai suatu Upacara untuk nedunang (menurunkan) Ida Bhatara/Bhatari atau para Leluhur untuk memohon keselamatan dalam kehidupan Sekala dan Niskala. Upacara ini memiliki suatu rangkaian pelaksanaan dari upacara, yang diawali dengan mendak ilikita kepura kerta, mendak ngubeng (mepiuning) yang dilaksanakan oleh pemangku di Pura Desa Banyuning bersama dengan masyarakat, lalu masyarakat bersama-sama ngaturang bakti memohon kehadapan Bhatara/Bhatari dan para Leluhur yang telah suci untuk berkenan tedun (turun). Turunnya Ida Bhatara maupun bhatari dirangkaiakan dengan ngaturang banten penyanggra sebagai suatu persembahan atas berkenan tedunnya Ida Bhatara/Bhatari dan para Leluhur yang telah suci, lalu dilanjutkan dengan Nuur Nabdab Linggih pada saat rangkaian ini dilaksanakan banyak masyarakat mengalami kerauhan (kemasukan) Ida Bhatara/Bhatari dan para leluhur dan pada saat itu juga yang kerauhan (kemasukan) ngeraos (berbicara) bahwa yang ada dalam tubuh masyarakat ini adalah Ida Bhatara/Bhatari dan para Leluhur yang tedun (turun), masyarakat yang kerauhan (kemasukan) Ida Bhatara /Bhatari dan para Leluhur ini juga Ngraos (berbicara) tentang bagaimana pelaksanaan Upacara Wayonan ini dari segi kelengkapan atau kekurangan sarana prasarana pelaksanaan Upacara tersebut, sehingga dari pengeraos (berbicara) tersebut masyarakat meyakini bahwa yang tedun (turun) itu adalah Ida Bhatara/Bhatari dan para Leluhur yang telah suci. Rangkaian selanjutnya adalah pelaksanaan pementasan Tari Baris Gede sebagai wujud penyambutan tedunnya (turun) Ida Bhatara/Bhatari dan Para Leluhur, setelah itu Ngaturang Banten Prani, dan diakhiri dengan Nunas Paica Ida Bhatara/Bhatari dan para Leluhur. Pada akhir pelaksanaan Upacara Wayonan ini Ida Bhatara/Bhatari dan para leluhur akan mepaica (memberikan) Tirtha dan Wangi-wangian yang nantinya semua itu akan ditunas (diminta) oleh masyarakat yang ikut dalam pelaksanaan Upacara Wayonan tersebut. Kenyataannya dalam penelitian ini masyarakat Desa Banyuning dalam melaksanakan Upacara Wayonan dalam Ngebekin sangat antusias demi terjaganya warisan budaya secara turun-temurun, tetapi dalam pelaksanaannya ada juga sebagian masyarakat kususnya generasi muda kurang memahami fungsi dan nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Wayonan tersebut. Berawal dari hal diatas maka peneliti mencoba mengkaji fungsi dan nilai yang terdapat pada Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng (Perspektif Pendidikan Agama Hindu). Harapan peneliti terhadap Upacara Wayonan dalam Ngebekin agar Upacara ini senantiasa dilaksanakan dengan landasan hati yang tulus iklas serta rasa bergotong royong masyarakat demi menjaga kelestarian warisan budaya leluhur secara turun-temurun. II. PEMBAHASAN Adapun hasil penelitian dari Upacara Wayonan Dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Upacara Wayonan Dalam Ngebekin yang dibahas dalam sub bab ini adalah yang meliputi: Prosesi Upacara Ngebekin, Fungsi Upacara Ngebekin, dan Nilai-nilai pendidikan dalam Upacara wayonan. Berikut Upacara Wayonan Dalam Ngebekin: 1. Prosesi Ngebekin, Ngebekin dilaksanakan pada Purnama sasih kapat yaitu 1 tahun sekali.ngebekin dilaksanakan di Desa Pakraman Banyuning yang bertempat di Pura Desa di mana pelaksanaannya yaitu pada Purnama Sasih Kapat yang menjadi puncak karya. Sebelum di laksanakannya Ngebekin seluruh kalangan masyarakat orang tua, sekeha 391

truna-truni, ataupun anak-anak melaksanakan pembersihan di areal pura sebagai wujud kerja bakti agar lingkungan Pura terlihat bersih sebelum melaksanakan kegiatan. Karena ketika areal pura sudah terlihat bersih maka pikiran pun akan sejuk dan proses Ngebekin pun akan terlaksana dengan baik. 2. Upacara Wayonan, untuk membuktikan ataupun mengetahui sejauh mana upacara ngebekin itu berjalan dengan baik dan untuk mengetahui keberadaan Desa Banyuning secara Niskala, jadi pada saat Upacara Wayonan tersebut terdapat suatu petunjukpetunjuk tentang situasi atau keadaan Desa Pakraman Banyuning, maka dari itu sangat penting masyarakat untuk melaksanakan Upacara Wayonan agar keadaan Desa dapat di ketahui dan ketika akan terjadi sesuatu dapat di atasi secara langsung. 3. Sarana Upacara Wayonan, Sarana atau banten yang di gunakan dalam Upacara Wayonan adalah 1) Pejati, 2) penebas, 3) Sanggah Urip, 4) Pengulapan Pengambean, 5) Pula Gembal Sekar Petaman, 6) Guru Piduka, 7) pekutusan, 8) Pesipatan Pengiring, 9) jerimpen, 10) Sate Pajegan, 11) Banten Ajang (Banten Penuur), 12) Sesetan Sagi- Sagi,dll. Sedemikian banyak banten yang di buat oleh masyarakat khususnya para Jro Sarati yang ada di Desa Pakraman Banyuning. 4. Pihak yang terlibat dalam Upacara Wayonan 1) Krama Desa, 2) Krama Adat, 3) Krama Banjar, 4) Krama Subak, dan 5) Krama Pemaksan, semuanya ikut serta untuk Nyanggra (menunggu) kedatangan Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk menerima Wahyu yang Akan di sampaikan pada saat Upacara Wayonan tersebut. Secara khusus, Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng mempunyai fungsi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Dalam keterbatas umat Hindu dalam melakukan pendekatan dengan Tuhan sangat terbatas. Atas dasar hal tersebut, umat Hindu banyak mengenal suatu Yadnya yang diantaranya adalah Upacara Dewa Yadnya. Begitu juga dengan masyarakat di Desa Pakraman Banyuning. Upacara Wayonan dalam Upacara Ngebekin. mempunyai Fungsi Religius, dan Fungsi Sosial. 1. Fungsi Religius merupakan kepercayaan pada berbagai bentuk seperti Dewa, jiwa, serta akhirat, maupun kepercayaan akan benda-benda atau hal-hal yang mengandung kekuatan sakti dan kelahiran kembali, yang dapat membuat pikiran seseorang benar-benar meyakininya. Tentu merupakan satu komlek pikiran yng sering berkaitan dan tidak terpisah-pisah. Sistim Kepercayaan dalam religi berhubungan dengan bayangan manusia terhadap dunia gaib. 2. Fungsi Sosial nilai yang di pergunakan dalam tatanan pergaulan manusia yang mengatur hubungan yang harmonis antara sesama manusia demi kelangsungan hidup manusia. Jelasnya nilai ini mengatur, membina, dan mengarahkan yang akan terciptanya hubungan yang selaras dan seimbang. Sebagai umat manusia tidak akan bisa melangsungkan kehidupan tanpa adanya suatu kerja sama antara sesama. Jadi dalam sistem sosial adanya suatu interaksi antar masyarakat yang nantinya akan terjalin suatu hubungan yang erat, dalam interaksi tersebut pasti memiliki tujuan yang akan di capai. Begitu pula dalam pelaksanaan Upacara Wayonan terjalinannya interaksi sesama masyarakat banyuning untuk bergotong royong menyukseskan pelaksanaan Upacara tersebut. Nilai Pendidikan agama Hindu yang terkandung dalam Upacara Wayonan Dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. diantaranya adalah: Nilai Pendidikan Tattwa, dan Nilai Pendidikan Upacara 1. Nilai Pendidikan Tattwa kebenaran atau suatu pandangan yang benar terhadap apa yang harus dilakukan oleh seseorang baik moral atau material untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan tertinggi termasuk pula apa yang harus diyakini secara langsung sebagai suatu kenyataan langsung sebagai suatu kenyataan dalam kehidupannya. Keyakinan adalah suatu yang bersifat hakiki 392

yang harus didasari pikiran logis, sehingga timbul rasa kepercayaan dan keimanan. Nilai pendidikan dari aspek tattwa dalam Upacara Wayonan ini mengandung inti bahwa umat manusia telah menyadari keberadaannya di dunia ini tidak terlepas dari pengaruh Tuhan sebagai Maha Pencipta. Oleh karena itu dengan mengadakan upacara ini berarti mengakui kebesaran Tuhan dan mengembalikan apa yang telah didapatkan melalui persembahan atau yajña. 2. Nilai Pendidikan Etika. pelaksanaan Upacara Wayonan sangat penting, karena semua ketika pelaksana Upacara tidak sesuai dengan aturan dan tata cara berlaku akan berhimbas pada resiko dan kosekwensi jika pelanggaran etika tersebut di lakukan, semua aturan tersebut sudah di wariskan dengan adil oleh para leluhurnya terdahulu, seperti dalam pembuatan sara prasarana banten sudah di bagi secara adil oleh karma desa. Pelaku-pelaku pelaksana Upacara Wayonan dengan sangat disiplin menjaga etikanya dalam menjaga setiap prosesi Upacara karena setiap hal tersebut akan berdampak dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Pakraman Banyuning. 3. Nilai Pendidikan Upacara. Upacara saat Upacara Wayonan memiliki aturan tersendiri tapi tidak melenceng dari aturan yang sudah ada, sarana tersebut di buat sesuai dengan aturan yang sudah di wariskan oleh leluhurnya terdahulu. Masing-masing Krama Desa sudah mempunyai tugas dalam membuat sarana Upacara jadi semua masyarakat ikut adil dalam pelaksanaan Upacara Wayonan, dengan demikian akan memberikan pengetahuan bagi generasi penerus tentang bagaimana cara membuat sarana Upacara yang di gunakan dalam Upacara Wayonan. III. SIMPULAN Berdasarkan penyajian analisa data dari bab IV tersebut diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 5.1.1 Proses Upacara Wayonan dlam Ngebekin di Desa pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng dilaksanakan sehari setelah bulan purnama pada sasih kapat, dimana Upacara ini merupakkan wujud sembah bahti masyarakat kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena telah di berikan keselamatan, melalui Upacara meayu-ayu (wayonan). Latar belakang dari pelaksanaan Upacara Wayonan yaitu untuk mengetahui sejauh mana Upacara itu sedah berjalan dengan baik dan untuk mengetahui keberadaan desa banyuning secara niskala, jadi ketika pelaksanaan Upacara Wayonan tersebut terdapat petunjuk-petunjuk tentang keadaan atau situasi yang ada di desa pakraman banyuning. 5.1.2 Fungsi dari pelaksanaan Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, di tinjau dari tiga segi yaitu: 1). Fungsi Religius yaitu fungsi sebagai wujud sembah bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan leluhur, untuk memohon kerahayuan dalam kehidupan, 2). Fungsi Sosial yaitu dapat dilihat dari serangkaian prosesi Upacara Wayonan yang melibatkan seluruh kalangan masyarakat Banyuning sehingga terjadinya interaksi sosial antar masyarakat baik orang tua, anak-anak, dan truna-truni desa pakraman banyuning. 5.1.3 Nilai Pendidikan Agama Hindu yang terkandung pada Upacara Wayonan dalam Ngebekin di Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng yaitu sebagai berikut: 1). Nilai Pendidikan Tatwa dapat dilihat dari cara masyarakat meyakini keberadaan di dunia ini tidak terlepas dari Pengaruh Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta.. Oleh karena itu dengan mengadakan upacara ini berarti mengakui kebesaran-nya dan mengembalikan apa yang telah didapatkan melalui persembahan atau yajña, 2) Nilai Pendidikan Etika yang terkandung dalam Upacara Wayonan yaitu pelaku-pelaku Upacara senantisa menjalankan proses Upacara sesuai dengan aturan yang telah berlaku dan wariskan oleh leluhurnya terdahulu, sehingga nilai etikanya selalu terjaga demi kelancaran pelaksanaan Upacara Wayonan, 3). Nilai 393

Upacara yang terkandung dalam Upacara Wayonan terlihat dari segi pembuatan sarana Upacara memberikan pengetahuan dan pendidikan untuk masyarakat terutama pada generasi muda sebagai penerus pelaksana Upacara Wayonan, tentang bagaimana cara membuat sarana Upacara yang digunakan serangkaian Upacara Wayonan yang selalu berpedoman pada ajaran suci dan sastra-sastra agama. DAFTAR PUSTAKA Agus, Krisna Adi, Gede.(2015. Tadisi Mageburan dalam Rangkaian Upacara Piodalan di Pura Desa Sekumpul Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng,. Skripsi Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Angora, etal, 2003, Metoda Penelitian, Jakarta: Universitas Terbuka. Antari, Novi, Ni Wayan. 2015. Upacara Ngebekin di Desa Pakraman Sulahan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Skripsi Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Ari Nuryani, Ni Wayan. 2008. Upacara Ngebekin di Desa Adat Tinggan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung (Persfaktif Pendidikan Sosioreligius), Skripsi Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Bandur, Agustinus. 2016. Metodologi, Desain, dan Teknik dengan Analisis Data: Mitra Wacana Media Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET. Dewigita Cahyani. 2013. Tradisi Meli Bok Dalam Rangkaian Upacara Nelu Bulanin Di Desa Wanagiri Kauh Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan (perspektif pendidikan agama hindu). Skripsi Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Ihsan, Faud. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Iqbal, Hasan. M. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Iskandar. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada, Restu Agung. Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mardalis, 2014. Metode penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Margono. 1996. Metodologi penelitian Pendidikan. Jakarta: RinekaCipta. Moleong, Lexy. J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. Moleong, Lexy. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. Moleong, Lexy. J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. Muhibbin, Syah.1999. Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru. Rosdakarya, Bandung. PT Remaja. Nasution. 2004. Metode Rescarch (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Parisada Hindu Dharma. 2014, UPADESA. Tentang Ajaran-ajaran Agama Hindu. Denpasar: ESBE Buku. Parwata, I Dewa Made Baja. 2015. Prosesi Melukat Tanpa Busana di Pasiraman Pangsut Desa Pakraman Bebalang Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. Skripsi IHDN PHDI Pusat. 2001, Himpunan Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu I-XV, Denpasar, Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Beragama. Sanjaya, Putu. 2010. Acara Agama Hindu. Surabaya: Paramita. Sudarsana, I. K. (2016, October). The Importance Of Morals Teaching In Shaping The Students Characters In School. In Dharma Acarya Faculty International Seminar (DAFIS) (No. ISBN : 978-602-71567-5-3, pp. 367-376). Dharma Acarya Faculty Hindu Dharma State Institute (IHDN) Denpasar in Association with Jayapangus Press. Sudarsana, I. K. (2016, June). Praksis Teori Sosial Kognitif dalam Mengembangkan Karakter Peduli Sosial Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Agama. In 394

Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-74659-3-0, pp. 82-87). Institut Hindu Dharma Negeri Sudarsana, I. K. (2016, May). Membentuk Karakter Siswa Sekolah Dasar melalui Pendidikan Alam Terbuka. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-72630-6-2, pp. 214-221). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Hindu Fakultas Dharma Acarya IHDN Redana, Made. 2006. Panduan Praktis Penulisan karya Ilmiah dan Proposal Risert. IHDN: Ridwan. 2004. Metodologi Teknik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabet Cetakan Pertama. Subagio, Jokop. 1999. Metodologi Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabet Sujarwen, Wiratna.V.2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS. Surayin. 2004. Seri 1 Upacara Yadnya Melangkah Kearah Persiapan Upacara-upacara Yadnya. Surabaya:Paramita. Sura, Drs. I Gede, dkk. (2001). Pemghantar Tattwa Darsana. Jakarta : Bimbingan Masayarakat Hindu di Bali Surpha, I Wayan. 2004. Eksistensi Desa Adat dan Desa Dinas di Bali. Denpasar: Pustaka Bali Pos. Surya.2014. Tradisi Colek-colekan Endut dalam Upacara Yadnya di Pura Dede Pemayun Desa Pakraman Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Sekripsi Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri 395