PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

BAB III METODE PERENCANAAN

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY KECAMATAN ARJASA, KABUPATEN JEMBER MATERIAL RECOVERY FACILITY DESIGN FOR ARJASA DISTRICT, JEMBER REGENCY

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro

BAB VI PEMBAHASAN Analisis Perkembangan Jumlah Penduduk. tahun kedepan atau sampai tahun Untuk mengetahui metoda proyeksi

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATAN SUKOLILO- SURABAYA

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

KAJIAN PENINGKATAN UMUR PAKAI TPA TANAH GROGOT DAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

POTENSI EKONOMI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari aktivitas institusi, hasil pertanian dan perkebunan serta sapuan jalan dapat dilihat

PERE CA AA MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATA KEDU GKA DA G, KOTA MALA G DESIG OF MATERIAL RECOVERY FACILITY I KEDU GKA DA G DISTRICT, MALA G CITY

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL

BAB III METODE PERENCANAAN

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU PERUMAHAN KOTA CITRA GRAHA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017

STUDI POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI TPA TAMANGGAPA KOTA MAKASSAR

POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI KOTA CIREBON

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATAN SUKOLILO, KOTA SURABAYA DESIGN MATERIAL RECOVERY FACILITY IN SUKOLILO DISTRICT, SURABAYA CITY

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATAN GUBENG, KOTA SURABAYA DESIGN OF MATERIAL RECOVERY FACILITY AT GUBENG DISTRICT, SURABAYA CITY

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

III. METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

Pengelolaan Sampah Organik Rumah Pemotongan Hewan, Industri Tahu, Peternakan, dan Pasar di Kecamatan Krian, Kabupaten. Sidoarjo.

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA DI KECAMATAN TANDES KOTA SURABAYA

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

1. Pendahuluan ABSTRAK:

NILAI EKONOMI SAMPAH INSTITUSI (STUDI KASUS SAMPAH KAMPUS ITS SUKOLILO, SURABAYA)

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2015/2016

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan sisa aktivitas manusia yang belum dimanfaatkan

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN

STUDI TIMBULAN, KOMPOSISI, DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH KAWASAN PT SEMEN PADANG

POTENSI REDUKSI SAMPAH MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN DI TPS KECAMATAN MATARAM

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengolahan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya YOANITA PUSPITA RATIH

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUROTO, KULON PROGO

PEMANFAATAN TIMBUNAN SAMPAH ZONA NON-AKTIF TPA PUTRI CEMPO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan kebijakan, penegakan sanksi, serta menyediakan sarana dan prasarana.

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN BUBUTAN SURABAYA

BAB I P E N D A H U L U A N

TUGAS AKHIR NABELLA RIZKI ANDRIANI DOSEN PEMBIMBING : SUSI AGUSTINA WILUJENG, S.T., M.T

PENGELOLAAN SAMPAH KANTOR SECARA TERPADU: (Studi Kasus Kantor BPPT)

EVALUASI PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH (TPA) GUNUNG PANGGUNG DI KABUPATEN TUBAN MENUJU SISTEM SANITARY LANDFILL

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN. Urang Kota Malang mencapai 1642,5 m 3 atau 420,48 ton per 12 jam bisa

Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi. Oleh Kelompok 9

Mulai. Perumusan Masalah. Lengkap? Ya. Menentukan Tujuan Sistem. Identifikasi Output dan Evaluasi Aspek. Interpretasi Black Box Diagram.

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEREDUKSI SAMPAH DI KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO, SURABAYA TIMUR

Studi Tingkat Partisipasi Pedagang dalam Pengelolaan Sampah Berbasis 3r di Pasar Induk Gedebage

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK

Program Diploma IV Teknik Perancangan Prasarana Lingkungan Permukiman Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - ITS 1

MAKALAH SEMINAR DAN MUSYAWARAH NASIONAL MODEL PERSAMAAN MATEMATIS ALOKASI KENDARAAN ANGKUTAN SAMPAH BERDASARKAN METODE PENGGABUNGAN BERURUT OLEH :

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

PLANNING OF MATERIAL RECOVERY FACILITY (MRF) FOR SURABAYA ZOO AND RESIDENTIAL AREA IN WONOKROMO DISTRICT AT SURABAYA CITY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. masih dioperasikan secara open dumping, yaitu sampah yang datang hanya dibuang

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

EVALUASI METODE PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK UMUR LAYAN DI TPA PUTRI CEMPO

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

Transkripsi:

Spectra Nomor 18 Volume IX Juli 2011: 26-35 PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI Filosovia Titis Sari Hardianto Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Sistem pembuangan sampah pada TPA Bulusan hanya dilakukan pemadatan sekadarnya setelah timbunan sampah diletakkan pada galian lubang atau permukaan tanah. Lahan yang telah digunakan adalah 65% dari lahan sebesar 5252 m 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui timbulan dan komposisi sampah, kegiatan daur ulang, serta metodenya, kemudian dilakukan perencanaan Material Recovery Facility (MRF). Analisis timbulan dan komposisi sampah didapat dengan sample sampah selama 8 hari berturut-turut. Penentuan komposisi sampah di TPA dilakukan dengan metode weight-volume analysis (analisis beratvolume). Pemilahan dan daur ulang sampah menggunakan metode pemilahan alternatif II, yaitu secara manual atau tidak menggunakan alat berat. Volume rata-rata sampah yang masuk ke TPA Bulusan sebesar 110 m 3 /hari. Perencanaan sampah kering akan dipilah secara manual dan sampah basah akan dikomposting. Recovery factor sampah di TPA adalah plastik 69,56%, logam 19,35%, kertas 29,87%, karet 0%, kaca 9,92%, sedangkan untuk kayu, kain, dan lain-lain (debu, batu) sebesar 0%. Pemilahan sampah adalah 49,8 kg/orang.jam dengan jumlah tenaga pemilah pada tahap I sebanyak 5 orang, tahap II sebanyak 57 orang, tahap III sebanyak 4 orang dan tenaga pengomposan 122 orang. Sampah basah yang dikomposting 18,27 ton dengan volume 134,67 m3. Kebutuhan lahan untuk penerima, pemilahan, dan penyimpanan sampah seluas 77 m 2 dan luas lahan untuk pengomposan aktif seluas 564 m 2, sehingga total lahan yang dibutuhkan untuk MRF seluas 641 m 2. Kata Kunci: Sampah, Material Recovery Facility, TPA Bulusan. PENDAHULUAN Sampah merupakan masalah yang tidak bisa dihindarkan, sehingga dibutuhkan pengelolaan yang tepat. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banyuwangi melayani daerah pelayanan dengan luas 11,33 km 2 dan rata-rata timbulan sampahnya 107 m 3 /hari. Tempat Pembuangan Akhir 26

Material Recovery Facility TPA Bulusan Filosovia TS. Hardianto (TPA) Bulusan Kota Banyuwangi terletak di Kelurahan Bulusan, Kecamatan Kalipuro dengan luas area 1,5 ha. Lahan yang telah digunakan sebesar 65% yaitu sekitar 9750 m 2, sedangkan luas lahan yang belum digunakan sekitar 5250 m 2. Sistem pembuangan sampah yang digunakan adalah sistem controlled landfill, tetapi pada kenyataannya sistem yang digunakan adalah open dumping, dimana timbunan sampah diletakkan pada galian lubang atau permukaan tanah kemudian dilakukan pemadatan sekadarnya. Fasilitas pengolahan sampah di TPA Bulusan kurang memenuhi standar pengolahan sampah karena tidak terdapat lahan pemilahan dan komposting, sedangkan untuk tempat penyimpanan sampahnya hanya terdapat tempat penampungan sampah sekadarnya tanpa adanya rak penyimpan sampah. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dilakukan perencanaan pengembangan TPA pada lahan yang belum digunakan dengan melakukan alternatif pengolahan sampah terlebih dahulu guna mengurangi sampah yang akan dibuang di landfill dan memanfaatkan kembali sampah yang masih bernilai ekonomis. Menurut perencanaannya, TPA Bulusan direncanakan penggunaannya selama 10 tahun (Kimpraswil, 2007). Salah satu alternatif pengolahan sampah adalah dengan adanya Material Recovery Facility (MRF), dimana didalamnya terdapat fasilitas untuk merubah sampah menjadi bentuk yang lebih berguna. Fasilitas ini menggabungkan beberapa teknik pengolahan sampah, seperti pemilahan sampah dan komposting. Kegiatan reduksi sampah sebenarnya telah terjadi di TPA Bulusan dengan adanya pemulung. Mereka mengambil sampah yang kemudian dijual kepada pengepul. Namun, akan jauh lebih baik jika kegiatan tersebut dilakukan dengan lebih rapi dan teroganisir. Hasil samping dari adanya pengolahan sampah, berupa kompos yang dapat dijual atau digunakan kembali sebagai tanah penutup landfill. Material Recovery Facility (MRF) merupakan suatu fasilitas pengelolaan sampah yang memiliki sistem pemilahan sampah dan recycling. Komponen-komponen sampah yang dapat dipisahkan terdiri dari sampah basah dan sampah kering. Sampah kering yang dapat dikelola antara lain adalah kertas, plastik, kaca, logam; sedangkan sampah basah dapat dimanfaatkan sebagai kompos. Menurut Tchobanoglous, Theissen dan Vigil (1993) kesuksesan dalam pembangunan dan pelaksanaan/implementasi dari MRF ini ditentukan oleh adanya pertimbangan, baik pertimbangan rekayasa/engineering maupun pertimbangan nonrekayasa/nonengineering. Terdapat dua alternatif dalam MRF, yaitu: Alternatif I Pada sampah kering, pemilahan tahap satu dilakukan pemilahan material yang berukuran besar seperti kardus, kasur, serta kayu. Pada pemilahan tahap dua dilakukan pemilahan terhadap kaca, plastik, kertas, dan karet. Sampah kemudian dicacah untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam magnetic separator untuk memilah logam. Untuk sampah plastik yang 27

Spectra Nomor 18 Volume IX Juli 2011: 26-35 terpilah akan dilakukan pemilahan tahap III, dimana akan dipisahkan berdasarkan jenis plastik (PETE, HDPE, LDPE, PP, PS, dan campur). Pada sampah basah akan dilakukan komposting secara anaerobik. Residu yang ada dibuang ke TPA. Alternatif II Pada sampah kering, pemilahan tahap satu dilakukan pemilahan material yang berukuran besar seperti kardus, kasur serta kayu. Pada pemilahan tahap dua dilakukan pemilahan terhadap kaca, plastik, kertas, dan karet. Pemilahan dilakukan secara manual, yaitu dengan memilah sampah dari tumpukan sampah yang dibantu dengan alat front end loader. Untuk sampah plastik yang terpilah akan dilakukan pemilahan tahap III, dimana akan dipisahkan berdasarkan jenis plastik (PETE, HDPE, LDPE, PP, PS, dan campur). Pada sampah basah akan dilakukan komposting secara anaerobik. Tujuan perencanaan dalam studi ini adalah: 1. Menghitung timbulan dan mengidentifikasi komposisi sampah serta evaluasi kegiatan pemilahan dan daur ulang. 2. Menentukan metode pemilahan dan daur ulang alternatif II (secara manual) serta merancang Material Recovery Facility. METODOLOGI Metode pelaksanaan perencanaan Material Recovery Facility secara manual di TPA Bulusan Banyuwangi dapat digambarkan dalam diagram berikut ini. 28

Material Recovery Facility TPA Bulusan Filosovia TS. Hardianto Ide Studi Studi Literatur Aspek Perencanaan - Timbulan sampah - Komposisi sampah - Luas area TPA dan MRF - Kebutuhan SDM dan peralatan Pengumpulan Data Data Primer - Tmbulan dan komposisi sampah - Recovery factor Data Sekunder - Layout TPA Bulusan - Data jumlah penduduk Pengolahan Data - Metode pemilahan dan daur ulang sampah - Diagram alir material - Loading rate - Recovery factor - Mass balance - Kebutuhan Tenaga Pemilah - Kebutuhan Lahan Perencanaan - Perencanaan Rekayasa: lahan penerima, pemilahan, penyimpanan, dan komposting - Perencanaan Non Rekayasa: peletakan MRF dan layout MRF Kesimpulan dan Saran Gambar 1. Diagram Metode Perencanaan Studi HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan dengan sistem Material Recovery Facility (MRF) dilakukan secara manual. Pertimbangan dalam pemilihan sistem MRF secara manual adalah : Keterbatasan lahan yang ada di TPA Bulusan. TPA Bulusan memiliki luas 1,5 Ha dimanfaatkan sejak tahun 1986. Sampai dengan tahun 2008 lahan yang telah terpakai seluas 9.750 m 2 dan luas lahan yang belum terpakai sekitar 5.250 m 2, sehingga secara 29

Spectra Nomor 18 Volume IX Juli 2011: 26-35 teoritis usia lahan TPA Bulusan yang belum terpakai tinggal 5250 m 2 : 2638,4 m 2 /tahun = 1,9 tahun. Dengan demikian, untuk mengelola sampah sebesar 110 m 3 /hari pada tahun 2008 diperlukan luas lahan (tidak termasuk utilitas) sebesar 2.638,4 m 2. Untuk memperpanjang usia lahan TPA hingga tahun perencanaan, maka diupayakan suatu sistem untuk meminimalkan banyaknya sampah yang akan dibuang ke lahan TPA agar lahan yang belum terpakai dapat digunakan hingga tahun 2017. Tidak dibutuhkan penambahan alat-alat berat, seperti conveyor, hammer mills, dan magnetic separator dalam pemilahan sampahnya. Hal ini dikarenakan: (1) Alat-alat berat ini berdemensi besar yang hanya sesuai untuk proses pemilahan pada timbulan sampah yang besar serta memiliki jumlah sampah kota yang besar pula; sedangkan kota Banyuwangi termasuk dalam kategori kota sedang dengan jumlah sampah yang masuk ke TPA sebesar 104-112 m 3 setiap harinya; serta (2) Mengurangi pengadaan biaya alat dan listrik yang dapat menghemat keuangan. Sampah Kering Sampah kering ini terdiri dari sampah plastik, kertas, kaca, kayu, karet, logam. Pada sampah kering ini dilakukan perhitungan loading rate, recovery factor, dan mass balance untuk mengetahui kuantitas sampah kering yang diolah. Loading Rate Perhitungan loading rate dilakukan untuk mengetahui beban sampah kering yang dapat dipilah setiap jamnya. Hasil perhitungan loading rate adalah 0,23 ton/jam. Recovery Factor Recovery factor didapatkan berdasarkan penelitian di lapangan, yaitu dengan membandingkan berat rata-rata sampah sebelum dan setelah dipilah oleh pemulung. Hasil perhitungan recovery factor terdapat nilai nol dikarenakan tidak diambil oleh pemulung dengan alasan: Sampah yang tercampur dan tidak bernilai ekonomis. Tidak dapat dijual dalam jumlah yang sedikit. Waktu pemulungan yang terbatas sebelum diratakan dengan bulldozer, sehingga masih banyak sampah yang belum sempat terambil. Mass Balance Mass balance adalah memperhitungkan kuantitas material yang diolah. Hasil perhitungan mass balance MRF TPA Bulusan dapat dilihat pada tabel berikut ini. 30

Material Recovery Facility TPA Bulusan Filosovia TS. Hardianto Tabel 1. Mass Balance MRF TPA Bulusan Berat Berat Volume Jenis Volume Rf Berat R Volume R Sampah Residu Residu Sampah (m (ton) ) (%) (ton) (m 3 ) (ton) (m 3 ) Kertas 0,323 2,380 29,87 0,096 0,710 0,227 1,670 Plastik 0,244 1,790 69,56 0,170 1,250 0,074 0,540 Kain 0,298 2,190 0 0 0 0,298 2,190 Kayu 0,211 1,550 14,96 0,032 0,230 0,179 1,320 Karet 0,137 1,008 0 0 0 0,137 1,010 Kaca 0,112 0,820 9,92 0,011 0,080 0,101 0,740 Logam 0,050 0,360 19,35 0,010 0,070 0,040 0,290 Lain-lain 0,249 1,830 0 0 0 0,249 1,830 Total 19,89 146,640 0,319 2,340 1,305 9,590 Sumber: Hasil perhitungan, 2008 Lahan Penerima Lahan penerima mempunyai fungsi untuk menampung sementara sampah yang datang. Luas lahan yang diperlukan untuk satu sampah = 4,68 m 3 /1,5 m = 3,12 m 2 4 m 2 ; sehingga luas lahan penerima sampah adalah 4 m x 2 m = 8 m 2. Lahan Pemilahan Sorting Tahap I Sorting atau pemilahan sampah pada tahap ini dilakukan pada sampah yang berukuran besar (kardus, kasur) dan kayu dengan berat = 0,211 ton; volume = 1,55 m 3. Direncanakan tinggi timbunan sampah (CPIS,1992) adalah 1,5 meter, sehingga luas lahan untuk tahap 1 = 2 m 2. Total luas lahan yang dibutuhkan untuk pemilahan sampah tahap I adalah 3 m x 2 m = 6 m 2. Sorting Tahap II Sorting atau pemilahan sampah pada tahap II ini dilakukan pada sampah kaca, kertas, karet, plastik dengan berat 19,6 ton, volume 144,4 m 3. Pada tahap II, dilakukan pemilahan sampah lagi. Jenis sampah kaca, karet, kertas diletakkan pada lahan penyimpanan yang akan direncanakan, sedangkan sampah plastik dilakukan pemilahan sendiri pada sorting tahap III. Direncanakan tinggi timbunan sampah (CPIS, 1992) adalah 1,5 meter, sehingga luas lahan untuk tahap 2 adalah 100 m2 dengan panjang lahan 10 m dan lebar lahan 10 m. Sorting Tahap III Pemilahan tahap III dilakukan pemilahan terhadap sampah plastik berdasarkan jenisnya (PETE, HDPE, LDPE, PP, PS, dan campur) sebesar 0,244 ton; volume 1,79 m 3. Pada tahap ini dilakukan perhitungan jumlah 31

Spectra Nomor 18 Volume IX Juli 2011: 26-35 sampah terpilah per orang-jam dan jumlah tenaga pemilah. Direncanakan tinggi timbunan sampah (CPIS, 1992) = 1,5 meter, sehingga luas lahan untuk tahap III adalah 2 m 2 dengan panjang lahan 2 m, lebar 1 m. Dengan demikian, luas lahan yang dibutuhakan untuk pemilahan sampah tahap III adalah 6 m 2. Tabel 2. Jumlah Tenaga Pemilah 32 Sorting Berat Sampah (kg) Volume Waktu Sampah Operasional (m 3 ) (jam) Sampah Terpilah Per Org-Jam (kg/org-jam) Tenaga Pemilah (orang) Tahap I 211 1,55 1 49,8 5 Tahap II 19600 144,4 7 49 57 Tahap III 244 1,79 1,5 49 4 Sumber: Hasil perhitungan, 2008 Sampah yang tidak termasuk dalam penyortingan, seperti sampah logam atau sampah lain-lain (sabut, tempurung kelapa, pelepah yang keras) akan dijadikan sampah residu atau material sisa yang tidak layak pakai dan tidak bernilai ekonomis. Untuk sampah residu ini akan dibuang langsung ke landfill TPA Bulusan. Untuk lahan pemilahan sampah, direncanakan luas total dibutuhkan untuk penerima dan pemilahan sampah dengan panjang 9 meter dan lebar 8 meter, sehingga luas lahan yang dibutuhkan untuk penerima dan pemilahan sampah adalah 72 m 2. Lahan Penyimpanan Lahan penyimpanan merupakan tempat untuk menyimpan hasil dari pemilahan yang dilakukan. Sampah disimpan hingga diambil oleh pembeli atau pengepul tiap dua hari sekali (berdasarkan kondisi eksisting). Tempat penyimpanan direncanakan berupa rak tingkat tiga. Sampah yang disimpan per harinya sebanyak 0,319 ton atau 2,34 m 3 (didapatkan dari berat recovery MRF TPA Bulusan). Direncanakan luas total lahan penyimpanan adalah 2 m x 2,5 m = 5 m 2. Dikarenakan jumlah rak hanya 1 buah, maka akan direncanakan lahan penerima untuk mengantisipasi adanya peningkatan jumlah timbulan sampah yang telah dipilah yang tidak dapat diletakkan di lahan penyimpanan dikarenakan raknya masih penuh dan kemungkinan adanya keterlambatan pengambilan sampah oleh pihak pengepul. Sampah Basah Untuk sampah basah tidak dilakukan pemilahan, tetapi akan diolah dengan menggunakan metode komposting. Metode komposting yang akan dilakukan adalah secara aerobik. Sampah basah yang dikomposting akan ditumpuk memanjang dengan menggunakan terowongan bambu yang

Material Recovery Facility TPA Bulusan Filosovia TS. Hardianto diletakkan memanjang pula. Bahan baku organik disusun dalam satu atau beberapa tumpukan yang masing-masing berdiri sendiri. Perhitungan sampah untuk komposting berdasarkan desain pengomposan menurut CPIS (1992), yaitu: 1. Volume Masuk Sampah Per Hari Masa pengomposan diperlukan 35 sampai 40 hari untuk kegiatan pengomposan aktif dan 14 hari setelahnya untuk pematangan, maka lokasi harus mampu menampung paling sedikit bahan pengomposan sebanyak suplai selama sekitar 60 hari berturutturut. Jumlah masukan sampah yang dapat ditampung setiap hari kerjanya adalah 1/60 dari seluruh jumlah masukan sampah yang mampu ditampung di lokasi TPA (CPIS, 1992). Volume masukan sampah di TPA Bulusan adalah 2,24 m 3 /hari. 2. Desain Pengomposan Volume tumpukan adalah 45 m x 1,75 m x 1,75 m = 137,8 m 3. Dikarenakan panjang tumpukan adalah 45 m dan dipandang terlalu panjang, maka tumpukan akan disusun dalam beberapa tumpukan yang masing-masing berdiri sendiri yang disesuaikan dengan kriteria desain, yaitu V = 6,12 m 3 6 m 3. Jadi, volume tumpukan sesuai desain CPIS (1992) adalah 6 m 3. Setelah diketahui standar desain tumpukan yang sesuai maka dilakukan perbandingan antara volume tumpukan kompos dengan volume desain standarnya untuk mengetahui jumlah tumpukan (n) yang ada adalah 23 tumpukan. Perhitungan perbandingan desain ini dilakukan dengan pertimbangan: Luas lahan yang dibutuhkan untuk komposting masih terpenuhi. Kemudahan dalam operasional kompostingnya. Kualitas kompos lebih baik karena tumpukan-tumpukan bahanbahan organiknya lebih seragam dan mudah untuk dilakukan pemantauan. Jumlah volume seluruh tumpukan (A) adalah 3.169,4 m 3. Kebutuhan minimum pasokan sampah selama 60 hari proses. Produksi kompos per hari = 1/60 hari x 3169,4 m 3 = 52,82 m 3. Dengan demikian, luas lahan keseluruhan yang dibutuhkan untuk pengomposan aktif adalah 24 m x 23,5 m = 564 m 2. Lahan Pengemasan dan Penyimpanan Kompos Pengemasan sangat penting dilakukan, baik dari segi penjualan maupun penjagaan mutu kompos. Kemasan sebaiknya kedap air, agar kelembaban kompos dapat dipertahankan. Kemasan penting untuk mencegah tumbuhnya benih yang tak diinginkan atau gulma yang terbawa oleh angin dan kemasan harus cukup kuat agar tidak mudah terbuka dan sobek. Dalam perencanaan ini kemasan yang digunakan adalah karung 33

Spectra Nomor 18 Volume IX Juli 2011: 26-35 plastik ukuran 90 x 60 cm sebanyak ± 40 kg; sehingga luas 1 karung 90 x 60 cm = 540 cm 2 1 m 2. Direncanakan karung disimpan dan ditumpuk dengan maksimal tumpukan ke atas sebanyak 4 karung dan 10 karung ke samping, sehingga luas karung yang ditumpuk = 4 x 10 m 2 = 40 m 2. Penentuan jumlah kompos yang harus disimpan = 75% x 18250 kg = 13.702,5 kg; sehingga dapat dihitung jumlah karung = 13.702,5 kg : 40 kg = 343 karung. Jadi, luas tempat tumpukan karung yang digunakan = 343/40 = 8,57 m 2 9 m 2. Direncanakan luas lahan total untuk pengemasan dan penyimpanan kompos adalah 9 m x 3 m = 27 m 2 (3 m untuk ruang gerak). Penyimpanan hendaknya dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung (CPIS, 1992). Tenaga Kerja Pengomposan Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk daur ulang sampah dengan pengomposan di setiap 600 kg sampah/per hari adalah 4 orang dengan jam kerja efektif selama 7 jam (Pt T 13-2000C, 2002); sehingga jumlah tenaga pengomposan adalah 122 orang. Apabila jumlah tenaga pengomposan menurut perhitungan ini terlalu besar, maka dapat dilakukan perangkapan tenaga kerja pada pemilahan yang dipakai untuk tenaga pengomposan juga. KESIMPULAN 1. Volume sampah yang masuk ke TPA Bulusan sebesar 110 m 3 /hari, komposisi sampah basah 89,03%, kertas 2,31%, plastik 4,025%, kain 1,31%, kayu 1,25%, karet 0,31%, kaca 0,625%, logam 0,31%, dan lain-lain 1,12%. Kegiatan pemilahan di TPA Bulusan dilakukan oleh 22 orang pemulung mulai pukul 05.00-12.00 WIB. Pemilahan dilakukan pada sampah yang bernilai ekonomis, seperti sampah plastik dan sampah basah. Sampah plastik dipilah oleh pemulung dan disimpan di tempat penampungan barang bekas dan kemudian diambil oleh pengepul tiap 2 hari sekali. Sampah basah, terutama sampah sayur, dijadikan sebagai makanan ternak. 2. Metode pemilahan dan daur ulang sampah dilakukan secara manual dan tidak memakai alat-alat berat (mesin), sehingga tidak perlu menambah biaya pengadaan alat (mesin) dan pembayaran listrik. Metode ini layak untuk diterapkan, dimana perencanaan MRF yang telah dilakukan adalah pemilahan sampah yang belum dipilah oleh pemulung dan sampah yang sudah dipilah oleh pemulung. Melakukan perencanaan pengomposan dengan metode komposting aerobik, secara windrow selama 60 hari dengan menggunakan terowongan bambu, dimensi awal tumpukan panjang 45 m, lebar 1,75 m, dan tinggi tumpukan 1,75 m. Tumpukan ini didesain berdiri sendiri dengan jumlah tumpukan 23 buah 34

Material Recovery Facility TPA Bulusan Filosovia TS. Hardianto mempunyai dimensi tumpukan panjang 2 m, lebar 1,75 m, dan tinggi 1,75 m. Lahan yang digunakan untuk komposting seluas 348 m 2 ; sehingga jumlah luas lahan yang digunakan untuk MRF adalah lahan penerima + pemilahan sampah seluas 72 m 2 + lahan penyimpanan sampah seluas 5 m 2, dan lahan pengomposan aktif seluas 564 m 2. Totalnya adalah 641 m 2 dengan jumlah tenaga kerja pemilahan dan pengomposan adalah 66 orang + 122 orang atau sebanyak 188 orang. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1992. Buku Panduan Teknik Pembuatan Kompos dari Sampah: Teori dan Aplikasinya. CPIS (Central for Policy Implementation Studies).. 2007. Kajian Tentang Persampahan di Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Banyuwangi: Dinas Kebersihan dan Pertamanan., 2007. Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan Kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota (RUTRK/RDTRK). Kabupaten Banyuwangi: Dinas Kimpraswil.. 2008. Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2008. Kabupaten Banyuwangi: Badan Pusat Statistik.. 2002. Pedoman Petunjuk Teknis dan Manual. Edisi Pertama. Pt T-13-2000-C. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan. Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia 03-3241-1994. Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia S-04-1993-03. Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Tchobanoglous George, Theisen Hilarry, Vigil Samuel A. 1993. Integrated Solid Waste Management Enginerring Principles and Management Issues. New York: Mc Grawhill International Editions. 35