BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KAJIAN TEORI. yang dipadukan dengan sentuhan arsitektur modern yang. dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara alam, bangunan, dan

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain : Arsitektur Neo Vernakular. Desain: Arsitektur Neo Vernakular

BAB V HASIL RANCANGAN

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

BAB V METODOLOGI DAN ALAT PENGUKURAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK AKUSTIK RUANG PADA GEDUNG INDOOR DAGO TEA HOUSE BANDUNG OLEH: NAMA : SITI WINNY ADYA M NIM:

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

LATAR BELAKANG UTS TF AKUSTIK [NARENDRA PRATAKSITA ]

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

PENDEKATAN AKUSTIK ADAPTIF DALAM OPTIMALISASI WAKTU DENGUNG PADA GEREJA KATOLIK DI JAKARTA

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di. SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU

ABSTRAK. Penghargaan ini berguna untuk memotivasi mereka menampilkan musik yang terbaik. Dan tolak

BAB 5 KAJIAN TEORI Uraian Interpretasi dan Elaborasi Tema Desain. a. Pengertian Arsitektur Neo- Vernacular

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN SEMESTER II TAHUN 2007/2008. oleh: Alvin Alrachman

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

PUSAT SENI PERTUNJUKAN DI BANDUNG

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III STUDI LAPANGAN

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV Konsep dan Tema Perancangan

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

UTS TF3204 Akustik. Gedung Gajah, Dago Tea House. Studi Akustik Sederhana Sebuah Ruangan. Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung

bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan

Daftar Isi. Judul Kata Pengantar. Daftar Foto

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

UJIAN TENGAH SEMESTER TF3204 AKUSTIK

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA STASIUN PASAR MINGGU

OPTIMASI MATERIAL AKUSTIK UNTUK PENINGKATAN KUALITAS BUNYI PADA RUANG AUDITORIUM MULTI-FUNGSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

AKUSTIKA RUANG KULIAH

Keadaan Akustik Ruang TVST 82

PENGARUH BENTUK PLAFON TERHADAP WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME)

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

Desain Interior Kafe di Surabaya Berkonsep Mediteranian Post Modern Dengan Sentuhan Italian Outdoor

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA DI WASUPONDA, LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

TUGAS AKHIR BIOSKOP DI SINGARAJA KABUPATEN BULELENG-BALI STUDI AKUSTIK RUANG PERTUNJUKAN FILM BAB I PENDAHULUAN

ELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Desain Akustik pada Recording Studio

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

Laporan Penilaian Subjektif Akustik Ruangan Gedung TVST B ITB

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

UTS TF-3204 AKUSTIK ANALISIS KARAKTERISTIK AKUSTIK GEDUNG AULA BARAT ITB. Oleh. Vebi Gustian

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

Jawa Timur secara umum

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

Transkripsi:

BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain 5.1.1 Teori Tema Desain Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota Solo menggunakan langgam arsitektur Neo-Vernakular. Arsitektur Neo vernakular merupakan salah satu paham post modern. Dalam bahasa Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular memiliki arti bahasa setempat. Jadi Neo Vernakular adalah bahasa setempat yang diucapkan seperti baru. Dalam dunia arsiteektural, langgam Neo Vernakular adalah langgam arsitektur yang mempertimbangkan kaidah normatif, kosmologis, dan peran serta budaya lokal dalam kehidupan bermasyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan. Menurut Charles Jencks (1991), ciri-ciri arsitektur neo vernakular adalah sebagai berikut: a. Selalu menggunakan atap bumbungan b. Menggunakan elemen kostruksi lokal c. Mengembalikan bentuk-betuk tradisional yang ramah lingkungan d. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen modern dengan ruang terbuka di bagian luar e. Warna-warna yang kuat dan kontras Sedangkan prinsip-prinsip desain Arsitektur Neo Vernakular adalah: a. Hubungan Langsung Pebangunan yang kreatif terhadap arsitektur setempat yang disesuaikan dengan funsi bangunan yang dirancang. 161

b. Hubungan Abstrak Analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur yang dapat digunakan dalam bangunan yang sedang dirancang. c. Hubungan Lansekap Analisa topografi, kondisi fisik dan iklim sekitar untuk disesuaikan dengan bentuk bangunan yang dirancang d. Hubungan Kontemporer Penggunaan teknologi arsitektur terbaru yang dapat disinergikan dengan tradisi budaya setempat e. Hubungan Masa Depan Desain yang megantisipasi kondisi yang akan datang 5.1.2 Studi Preseden Gereja Santa Maria Assumpta, Klaten Gambar 5.1. Gereja Santa Maria Assumpta Kalten Sumber : gemaeklesia.blogspot.com Gereja Santa Maria Assumpta Klaten adalah gereja paroki yang didirikan pada tahun 1968 oleh Rama JB, Mangunwijaya, Pr. Bangunan ini menggantikan gedung lama bangunan gereja sebelumnya untuk meningkatkan kualitas gereja dan daya tampung gereja sebelumnya. 162

Bangunan Gereja ini menerapkan konsep Katolik yang Jawa sebagai bentuk inkulturasi dalam gereja terhadap lingkungannya. Nilai-nilai arsitektur Neo Vernakular pada bangunan Gereja Santa Maria Assumpta ini sangat kentara pada penataan lay-out dan penerapan material yang digunakan dalam bangunan. Secara umum, bentuk bangunan adalah persegi panjang, namum terbagi menjadi 2 bujur sangkar yang terpotong pada 1 sisi menjadi seperti hurup L. Aplikasi nilai Neo Vernakular pada gereja Santa Maria assumpta: Bangunan didukung dengan tiang-tiang utama (Soko Guru) yang memiliki bentuk dan dimensi yang berbeda. Atap bangunan yang mengerucut ke atas melambangkan citra gunungan, yang dalam tradisi Jawa memiliki arti yang Tinggi atau Yang berada di Atas. Gambar 5.2. Atap pada Bangunan Gereja Sumber : Setyoningrum (2012). Hal. 11 Ornamen-ornamen pada dinding berwarna biru yang berbentuk seperti pohon dan ilustrasi kecil kehidupan menggambarkan falsafah Jawa mamayu hayuning bawono mengenai keharmonisan antara manusia, alam semesta, dan Tuhan. 163

Gambar 5.3. Ornamen pada Dinding Gereja Sumber : Setyoningrum (2012). Hal 12 Penggunaan sistem penghawaan alami dengan membiarkan beberapa bagian bangunan terbuka sesuai dengan konsep rumah masyarakat tradisional Jawa yang menyatu dengan alam (bersifat makrokosmos). Gambar 5.4. Dominasi bukaan pada Gereja Sumber : destiasoewoyo.wordpress.com Penggunaan material yang dominan dengan batu alam dan keramik tanah liat dengan penyelesaian yang sederhana mencerminkan kesederhanaan dan relasi bangunan terhadap alam. Gambar 5.5. Suasana dalam Bangunan Gereja Sumber : hikmatyarabdulaziz.blogspot.com 164

5.1.3 Transformasi Studi Desain Penerpan langgam Arsitektur Neo Vernakular yang dapat diaplikasikan pada banguan Komplek Wisata Budaya di Kota Solo adalah sebagai berikut: a. Penggunaan atap pelana yang sesuai dengan atap Keraton Kasunanan Kota Surakarta. Namun bahan rangka dan penutup atap dapat diganti dengan bahan-bahan modern yang lebih ramah lingkungan dan mudah dicari. b. Penataan blok-blok masa dapat menyerupai konfiurasi masa pada Keraton Kasunanan dengan adanya pintu masuk yang cukup besar yang sering disebut alun-alun. c. Bangunan pertunjukan sebagai bangunan diletakan pada tengah kompleks agar menjadi pusat pengunjung seperti halnya bangunan istana Keraton Kasunanan yang berada di tengah kompleks. d. Permainan celah-celah pada bangunan, dan pemilihan material alam sehingga bangunan dapat menyatu dengan iklim wilayah sesuai dengan konsep rumah Jawa yang pada dasarnya menyatu dengan alam. 165

Lokasi istana Keraton yang menjadi pusat kompleks Gambar 5.6. Penerapan studi Preseden Tema Desain 5.2 Kajian Teori Permasalahan Dominan 5.2.1 Teori Permasalah Dominan Permasalahan dominan pada proyek Kompleks Wisata Budaya di Kota Solo terdapat pada masalah akustik pada ruang pertunjukan. Ruang pertunjukan digunakan untuk pertunjukan sendratari yang membutuhkan sistem sound yang cukup besar. Gedung pertunjukan dirancang indoor. 166

Permasalahan pada auditorium yang menggunakan sound system yang cukup besar adalah waktu dengung. Cara perhitungan gema adalah dengan cara sebagai berikut: Reverbation Time = 0,16 V Keterangan: A V A : Volume Ruang : Total absorbsi dari masing-masing ruangan. Sumber: Mediastika (2006:10) Berasarkan rumus diatas, maka faktor terpenting dalam gaung dalam waktu gaung sebuah bangunan adalah absorbsi pada permukaan dan besaran ruang. Waktu dengung sebuah auditorium untuk sebuah sendratari adalah 1,5 detik karena volume ruang pertunjukan yang mencapai 5.456 m 3. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.1. Standar Waktu Dengung Sumber: Mediastika (2006). Hal. 9 Untuk dapat mencapai waktu gaung yang diinginkan, maka perlu diperhatikan bahan pelingkup ruangan pertunjukan. 167

Tabel 5.2. Koefisien Absorpsi Material Sumber: Mediastika (2006). Hal. 17-18 Selain waktu dengung, maka juga diperukan adanya material kedap suara pada beberapa bagian bangunan. Material kedap suaradiperlukan untuk mencegah suara kelauar dari pertunjukan bangunan di mana dalam kompleks wisata budaya ini juga terdapat bangunan museum yang memerlukan keheningan. 5.2.2 Studi Preseden Bangunan yang akaan menjadi preseden pada kasus akustik auditorium adalah bangunan Auditorium Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Auditorium ini mampu untuk menampung orang hingga 750 orang. 168

Auditorium ini hanya berupa lantai datar tanpa adanya kursi permanen. Pada auditorium ini terdapat panggung yang memiliki ketinggian lantai yang ebih tinggi daripada lantai penonton. Ruangan ini biasanya digunakan untuk acara wisuda, perayaan ekaristi, hingga aktivitas seni yang berkaitan dengan musik walaupun belum signifikan. Gambar 5.7. Denah Auditorium Thomas Aquinas Sumber: Mediastika (2006). Hal.20 Gambar 5.8. Potongan Auditorium Thomas Aquinas Sumber: Mediastika (2006). Hal. 21 Elemen pembentuk ruang pada auditorium ini adalah sebagai berikut: a. Plafond : Plafond berbahan tripleks dengan beberapa ornamen berbentuk segitiga b. Lantai : Lantai penonton maupun panggung menggunakan lapisan karpet. 169

c. Dinding : Dinding sebelah utara menggunakan bata plester, pada sisi timur dinding plester dengan beberapa jendela, pada sisi barat berupa bata plester, dan pada sisi selatan berupa pitu kayu lipat dengan kaca patri. Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh Mediastika, auditorium unu memiliki waktu dengang 0,99 detik pada frekuensi 500 Hz. Waktu dengung tersebut cocok untuk kebutuhan utama bagi auditorium yaitu speech. Namun, untuk aktivitas yang berhubungan dengan musik, waktu dengung yang ada masi terlalu kecil. Gambar 5.9. Simulasi Persebaran Akustis ruangan Sumber: Mediastika (2006). Hal. 38 5.2.3 Transformasi Studi Permasalahan Kemungkinan penerapa teori tentang perhitungan waktu dengung terhadap ruang pertunjukan adlaah sebagai berikut: a. Pengggunaan material dengan koefisien penyerapan suara yang cocok sehingga dapat menciptakan waktu gaung yang sesuai dengan kebutuhan. Penghitungan dapat dihitung dengan rumus yang telah disebutkan diatas. b. Penggunaan material kedap suara untu mencegah kebisingan dari gedung pertunjukan keluar dan mengganggu bagian kompleks yang lain terutama area museum. 170