Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis

dokumen-dokumen yang mirip
PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

STUDI AWAL PRODUKSI BAHAN BAKAR DARI PROSES PIROLISIS KANTONG PLASTIK BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Lisa Purnama A1C112014

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PROSES UJI BAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas

Prarancangan Pabrik Isooktan dari Diisobutene dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON?

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE)

LEMBARAN SOAL 6. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Addres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Katalis CaO Terhadap Kuantitas Bio Oil

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

1. Salah satu faktor yang menyebabkan senyawa karbon banyak jumlahnya adalah...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil pengujian dan analisa limbah plastik PP (Polypropyline).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

Alkena dan Alkuna. Pertemuan 4

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan bakar minyak disebabkan oleh terjadinya peningkatan

LKS HIDROKARBON. Nama : Kelas/No.Abs :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan

a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur a. Air c. Kuningan e. Perunggu b. Gula d. Besi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Penggunaan Limbah Plastiksebagai Campuran Bahan Bakar Premium terhadap Prestasi Mesin Sepeda Motor Merk-X

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Densitas, Berat Jenis. Gravitas API

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

KARYA TULIS ILMIAH PEMBUATAN BAHAN BAKAR DARI LIMBAH PLASTIK DENGAN LEMPUNG NDAVE SEBAGAI KATALIS SERTA ANALISIS EKONOMI PRODUKNYA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

Ari Kurniawan Prasetyo dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS. Abstrak

Gambar 1.1. Penggunaan plastik di dunia tahun 2007dalam Million tones

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER 2 KIMIA KELAS X (SEPULUH) TP. 2008/2009

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)

Prarancangan Pabrik Metilen Klorida dari Metil Klorida dan Klorin Kapasitas Ton/Tahun

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VII KIMIA ORGANIK

BAB IV UJI MINYAK BUMI DAN PRODUKNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Transkripsi:

EBT 03 Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis Nasrun, Eddy Kurniawan, Inggit Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus Bukit Indah, Muara Satu, Lhokseumawe, Aceh 24352 ediekur@gmail.com Abstrak Kantong plastik jenis kresek merupakan material yang sangat akrab dalam kehidupan manusia dan sudah dianggap sebagai bahan pokok kebutuhan rumah tangga ataupun domestik sehingga keberadaan sampah plastik semakin meningkat. Kantong plastik jenis kresek ternyata mengandung minyak, dengan menggunakan metode pirolisis dan didistilasi menjadi bahan bakar minyak. Setelah minyak didistilasi dan analisa meliputi nilai kalor pembakaran, titik nyala, kadar abu, kadar air dan analisa komposisi. Nilai kalor pembakaran didapat sebesar 10.541,75 Kcal/Kg. Titik nyala (flash point) tertinggi pada suhu 260 o C dimenit ke 15 diperoleh sebesar 63,9 o C pada titik nyala terendah didapat pada suhu 300 o C dimenit ke 60 diperoleh sebesar 57,5 o C. Kadar abu tertinggi diperoleh pada suhu 300 o C dimenit ke 60 yaitu 0,26% dan kadar abu paling sedikit diperoleh pada suhu 260 0 C dimenit ke 15 yaitu 0,01 %. Kadar air terbaik diperoleh pada suhu 300 o C dimenit ke 60 yaitu 0,01%. Hasil pengujian analisa komposisi menunjukkan persentase terbanyak adalah C 12 H 24 yaitu sebesar 41,9 %. Dari semua variabel yang dipelajari suhu memberikan pengaruh yang paling nyata. Konstanta kecepatan reaksi dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan persamaan Arrhenius, dengan nilai aktivasi energi 10.106,77 kj/mol. Kata kunci : Analisa Komposisi, Energi aktivasi. Pirolisis, Nilai Kalor, Titik Nyala 1.0 PENDAHULUAN Tidak dipungkiri memang kantong plastik jenis kresek telah menjadi bagian hidup manusia dan sulit untuk dipisahkan. Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap tahunnya dan sekitar 500 miliar hingga satu triliun kantong plastik digunakan di seluruh dunia. Serta lebih dari 17 miliar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia untuk setiap tahunnya. Bahkan, jika dibentangkan semua kantong plastik yang ada di bumi ini bisa membungkus seluruh permukaan bumi hingga 10 kali lipat. Plastik merupakan material yang sangat akrab dalam kehidupan manusia dan sudah dianggap sebagai bahan pokok kebutuhan rumah tangga ataupun domestik sehingga keberadaan sampah plastik semakin meningkat. Pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak merupakan salah satu pengembangan dari ilmu pengetahuan yang memberikan manfaat positif untuk mengatasi

masalah lingkungan, meningkatkan taraf hidup orang banyak, juga menjadi tawaran solusi mencari bahan bakar alternatif. Konversi yang dihasilkan dari proses ini mencapai 60% bahkan lebih, tergantung dari bahan plastik yang digunakan dan dengan penambahan zat kimia lain (Hakim, 2012). Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan - bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Sampah plastik sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami, untuk menguraikan sampah plastik membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu, sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia, penggunaan bahan kantong plastik jenis kresek ditemukan pada seluruh aktivitas hidup kita (Syafitri, 2001). Berbeda halnya dengan limbah organik, keberadaan sampah kantong plastik jenis kresek dalam tanah tidak dapat diuraikan secara alami sehingga menimbulkan ancaman yang serius terhadap lingkungan. Saat ini jumlah sampah yang terdata tiap harinya yang masuk di Kota Lhokseumawe sekitar 243 m 3 /hari yang terbuang sia-sia (Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Lhokseumawe, 2013). Pada penelitian ini akan mempelajari pengaruh suhu dan waktu pada proses pirolisis dengan menentukan kondisi optimum dalam proses pirolisis limbah kantong plastik jenis kresek. 2.0 LANDASAN TEORI 2.1 Bahan Bakar Minyak Bahan bakar juga merupakan bahan yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi untuk menghasilkan kerja mekanik secara terkendali. Dengan kata lainadalah zat yang menghasilkan energi, terutama panas yang dapat digunakan. Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor (Puspita, 2013). Adapun jenis-jenis dari bahan bakar minyak diantaranya adalah sebagai berikut: a. Bensin Bensin adalah hidrokarbon berantai pendek antara C4-C10 yang biasa digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor yang berbentuk cairan bening, agak kekuning-kuningan, dan berasal dari pengolahan minyak bumi yang sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam. Bensin juga dapat digunakan sebagai pelarut, terutama karena kemampuannya yang dapat melarutkan cat. Sebagian besar bensin tersusun dari hidrokarbon alifatik yang diperkaya dengan iso-oktana atau benzena untuk menaikkan nilai oktan. b. Solar Solar adalah fraksi dari pemanasan minyak bumi antara 250-340 C yang mempunyai panjang hidrokarbon antara C 16 -C 20. Solar banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan yang menggunakan mesin diesel. Pada umumnya solar akan banyak mengandung belerang karena dibandingkan dengan bensin solar memiliki titik didih yang lebih tinggi. Kualitas dari solar ditentukan dengan bilangan setana, yaitu tingkat kemudahan minyak solar untuk menyala atau terbakar di dalam mesin diesel.

c. Minyak tanah Minyak tanah atau kerosene adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar yang diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150 C dan 275 C dan mempunyai rantai karbon dari C 11 sampai C 15. Biasanya, minyak tanah di distilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan perawatan khusus, dalam sebuah unit Merox atau hidrotreater, untuk mengurangi kadar belerang dan pengaratannya. Minyak tanah dapat juga diproduksi oleh hidrocracker, yang digunakan untuk memperbaiki kualitas bagian dari minyak mentah yang akan bagus untuk bahan bakar minyak. d. Premium Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor yang paling populer di Indonesia. Premium di Indonesia dipasarkan oleh Pertamina dengan harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Premium merupakan BBM dengan oktan atau Research Octane Number (RON) terendah di antara BBM untuk kendaraan bermotor lainnya, yakni hanya 88. Pada umumnya, Premium digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti: mobil, sepeda motor, motor tempel, dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol. 2.2 Kantong Plastik Jenis Kresek Kantong plastik jenis kresek dan kemasan plastik lainnya merupakan alat pengemas yang paling banyak dipergunakan karena murah, praktis dan mudah didapat. Plastik adalah istilah umum bagi polimer, yaitu material yang terdiri dari rantai panjang karbon dan elemen -elemen lain (oksigen, nitrogen, klorin atau belerang) yang mudah dibuat menjadi berbagai bentuk dan ukuran. Bahan pembuat plastik pada mulanya adalah minyak dan gas sebagai sumber alami, tetapi di dalam perkembangannya bahan-bahan ini digantikan dengan bahan sintesis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan. 2.2.1 Proses Pengolahan Sampah Plastik Proses pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar meliputi beberapa proses, diantaranya : 1. Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen kimia lainya dimana material mentah akan mengalami pemecahan stuktur kimia menjadi fase gas. Teknik seperti ini mampu menghasilkan gas pembakaran yang berguna dan aman bagi lingkungan Proses pirolisis ini akan memecah hidrokarbon rantai karbon panjang dari polimer plastik menjadi rantai hidrokarbon berantai pendek, selanjutnya molekul-molekul ini didinginkan menjadi fase cair. 2. Distilasi adalah pemisahan campuran dalam suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didih. Rodiansono dkk., (2007) melakukan perengkahan sampah plastik jenis polipropilena dari kemasan air mineral dalam reaktor pirolisis terbuat dari stainless steel, dilakukan pada temperatur 475 0 C dengan dialiri gas nitrogen (100 ml/menit). Sebagai contoh, proses pirolisis plastik jenis polietilen ditunjukkan pada gambar 1 skema reaksi di bawah ini:

Kalor Polimer Monomer-monomer Polietilen Alkana Alkena Alkuna ( -CH 2 -CH 2 - ) C n H 2n+2 + C n H 2n + C n H 2n-2 + others + residu Gambar 1. Skema sederhana reaksi pirolisis plastik 2.2.2 Metodologi Tahap pembuatan ialah proses produksi bahan bakar yaitu dari limbah kantong plastik jenis kresek dengan menggunakan metode pirolisis dan tahap analisis adalah tahap menganalisa nilai kalor, titik nyala (flash point), kadar abu, kadar air dan analisa komposisi yang terkandung dalam produk bahan bakar. Berat sampel 500 gram dan ukuran 1-2 cm 2. Suhu pirolisis: 260 0 C, 270 0 C, 280 0 C, 290 0 C dan 300 0 C dan waktu pirolisis :0, 15, 30, 45, 60 menit. Setelah bahan bakar yang diperoleh diambil untuk dianalisa nilar kalor, titik nyala (flash point), kadar abu, kadar air dan analisa komposisi. 2.2.3 Hasil dan Pembahasan a. Nilai Kalor Bahan Bakar Minyak Pada penelitian ini nilai kalor bahan bakar minyak dari limbah kantong plastik jenis kresek dihitung berdasarkan komposisi kimia dari hasil analisa GC-MS. Berdasarkan dari hasil perhitungan komposisi kimia pada bahan bakar minyak, maka nilai kalor yang diperoleh untuk kantong plastik jenis kresek yaitu sebesar 10.541,75 kkal/kg. Nilai kalor yang diperoleh pada plastik jenis kresek tidak jauh berbeda dan sesuai dengan standar mutu nilai kalor bahan bakar minyak pada umumnya yaitu antara 18.300-19.800 BTU/lb atau 10.160-11.000 kkal/kg (Syafari, 2011). b. Pengaruh Suhu dan Waktu Pirolisis Terhadap Titik Nyala Semakin tinggi suhu pirolisis, nilai titik nyala yang diperoleh semakin menurun, namun masih mendekati standar mutu bahan bakar minyak. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya suhu pirolisis, maka semakin cepat pula api menyambar ketika disulut karena dipengaruhi oleh kandungan air dalam minyak. Menurut Tjokrowisastro dkk (1990), semakin tinggi suhu pirolisis maka semakin sedikit kandungan air dalam minyak tersebut sehingga api cepat menyambar dan titik nyala yang diperoleh semakin kecil.

titik nyala (oc) 70 260 oc 60 270 oc 50 40 280 oc 30 290 oc 20 10 300 oc 0 0 50 100 Waktu, t (menit) Gambar 2. Hubungan pengaruh suhu dan waktu pirolisis terhadap titik nyala (flash point) pada bahan bakar minyak limbah kantong plastik jenis kresek. c. Pengaruh Suhu dan Waktu Pirolisis Terhadap Kadar Abu Kadar abu (%) 70 60 50 40 30 20 10 0 0 0.1 0.2 0.3 Waktu, t (menit) 260 270 280 290 300 Gambar 3. Hubungan pengaruh suhu dan waktu pirolisis terhadap kadar abu pada bahan bakar minyak dari limbah kantong plastik jenis kresek Dari gambar 3, bisa dilihat bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar abu semakin naik, hal ini disebabkan oleh banyaknya hidrokarbon yang beratom C tinggi menjadi produk pirolisis. Semakin banyak atom C tinggi yang terkandung, maka kadar abu juga semakin tinggi. Karena kadar abu adalah atom C yang tidak terkonversi saat reaksi oksidasi berla ngsung. Hasil kadar abu yang didapat pada penelitian ini memang belum memenuhi standar mutu bahan bakar minyak, namun ada beberapa produk yang didapat sudah mendekati standar mutu bahan bakar minyak di Indonesia. Umumnya, standar mutu kadar abu bahan baka r minyak di Indonesia berada pada kisaran 0,03-0,7% (Tjokrowisastrodkk, 1990).

d. Pengaruh Suhu dan Waktu Pirolisis Terhadap Kadar Air Kadar air (%) 70 60 50 40 30 20 10 0 260 oc 270 oc 280 oc 290 oc 300 oc 0 0.2 0.4 0.6 Waktu, t (menit) Gambar 4. Hubungan pengaruh suhu dan waktu pirolisis terhadap kadar air air dalam bahan bakar minyak merupakan salah satu tolak ukur mutu bahan bakar minyak tersebut. Semakin kecil kadar air dalam bahan bakar minyak maka mutunya akan semakin baik, karena air adalah penyebab keharusan pada sistem pompa bakarnya. (Tjokrowisastro dkk, 1990). e. Pengujian Komposisi Kimia Gambar 5. Hasil analisa GC-MS dari bahan bakar minyak pirolisis kantong plastik jenis kresek.

Pengujian GC-MS mengidentifikasi beberapa komponen dari bahan bakar minyak tersebut, hasil analisa GC-MS menunjukkan 11 komposisi yang terdapat pada bahan bakar minyak dari limbah kantong plastik jenis kresek. Komposisi tersebut terdiri dari C 12 H 24 sebanyak 41,9 %, C 7 H 8 sebanyak 23,1%, C 8 H 10 sebanyak 12,3%, C 15 H 30 sebanyak 8,4%, C 14 H 30 sebanyak 13,7%, C 11 H 22 sebanyak 19,9% dan C 8 H 8 sebanyak 13,4%. f. Pengaruh Waktu dan Suhu Terhadap Massa Plastik Massa Plastik, gr 500 400 300 200 100 0 260 oc 270 oc 280 oc 290 oc 300 oc 0 50 100 Waktu, t (menit) Gambar 6. Pengaruh waktu dan suhu terhadap massa plastik. Gambar 6, menunjukkan bahwa pada suhu 260 0 C dengan waktu operasi 15-60 menit massa plastik sebesar 397,2-271,1 gram. Pada suhu 300 0 C penurunan massa plastik menurun hingga 163,9 gram pada waktu operasi 60 menit. Hal ini menunjukkan semakin tinggi suhu pirolisis, maka massa plastik yang ada di dalam reaktor akan semakin turun. Dengan bertambah tingginya suhu pemanasan maka zat-zat yang terkandung dalam plastik akan terurai dengan sempurna. Zat-zat tersebut akan terurai menjadi gas dan cair (minyak). (Tjokrowisastro dkk, 1990). Penentuan Energi Aktivasi Energi aktivasi adalah energi minimum agar molekul-molekul dapat bereaksi. Semakin rendah temperatur, nilai eksponen negatif semakin besar, sehingga nilai k semakin kecil, sehingga laju semakin lambat, sedangkan semakin tinggi temperatur, nilai eksponen negatif semakin kecil, nilai k yang didapat semakin besar, yang berarti bahwa laju yang terjadi semakin cepat. Harga k yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dan nilai energi aktivasi yang didapat adalah 10.106,77 kj/mol. Atas dasar besarnya nilai energi aktifasi, maka proses dekomposisi massa plastik lebih dikendalikan oleh peristiwa kimia dari pada proses perpindahan panas. (Fogler, 1999). 3.0 KESIMPULAN 1. Nilai kalor yang diperoleh dari hasil perhitungan komposisi kimianya sebesar 10.541,75 kkal/kg

2. Titik nyala dari beberapa sampel produk yang didapat memenuhi standar mutu bahan bakar minyak di Indonesia, diantaranya yang paling mendekati titik minimum pada suhu pirolisis 300 0 C yaitu 57,5 0 C. 3. Semakin tinggi suhu pirolisis maka semakin sedikit persen kadar air yang diperoleh yaitu berkisar antara 0,01-0,53 %. 4. Semakin tinggi suhu pirolisis maka semakin banyak pula persen kadar abu yang dihasilkan tertinggi pada suhu 300 0 C yaitu 0.26%, terendah pada suhu 260 0 C yaitu 0,01%. 5. Komposisi limbah kantong plastik jenis kresek dapat mempengaruhi pembentukan distribusi jumlah atom C senyawa hidrokarbon minyak pirolisis. Hasil dari analisa komposisi GC-MS diperoleh komposisi yang paling dominan adalah C 12 H 24 yaitu sebesar 41,9%. 6. Nilai energi aktivasi yang didapat adalah 10.106,77 kj/mol. Daftar Pustaka AR Hakim, 2012, Pemanfaatan Limbah Padat (plastik) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bahan Bakar Pengganti Bensin. Jurnal Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UPN Veteran Jatim. BPS dan Bappeda Kota Lhokseumawe, 2014, Lhokseumawe Dalam Angka 2014, Kerjasama Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lhokseumawe. Puspita, 2013, Informasi Energi Indonesia, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UPN Veteran, Jatim. Fogler, H.S., 1999 Element of Chemical Reaction Reaction Engineering, Edisi ke-3, Prentice- Hall, New Jersey. Rodiansono,Trisunaryanti,W., dan Triyono, 2007, Pembuatan dan Uji Aktivitas Katalis NiMo/Z pada Reaksi Hidrorengkah Fraksi Sampah Plastik menjadi Fraksi Bensin, Berkala MIPA, 17, 2. Syafitri, C. 2001, Analisis Aspek Sosial Ekonomi Pemanfaatan Limbah Plastik, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tjokrowisastro, E. H., dkk, 1990, Teknik Pembakaran Dasar Dan Bahan Bakar, Diktat ITS- Surabaya.