BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Panti Sosial Tresna Werdha ILOMATA Kota Gorontalo adalah Unit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

Kata Kunci :Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas, Pengetahuan, sikap petugas, dan persepsi pasien Kepustakaan : 20 Buah,

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG REMATIK DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ILOMATA KOTA GORONTALO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB IV PENUTUP. Unit Budi Luhur Yogyakarta. Dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan di laksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha ILOMATA

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

FORMULIR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Judul: Studi Komparasi Tingkat Depresi Lansia Tinggal di Rumah dan. di Panti Sosial. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB 5 : PEMBAHASAN. yang peneliti tanyakan sehingga pertanyaan tersebut dibacakan berulang kali.

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Wong,2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Syarat Rumah Sehat secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini ataupun nanti,dengan kematian seseorang akan berpisah dengan apa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

1 Universitas Indonesia

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

Transkripsi:

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Panti Sosial Tresna Werdha ILOMATA Kota Gorontalo adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah ( UPTD ) Pemerintah Kota Gorontalo yang berada dibawah manajement Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Gorontalo. Panti Sosial Tresna Werdha ILOMATA Kota Gorontalo adalah panti yang melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial kepada para lanjut usia terlantar. Dikota Gorontalo terdapat satu buah panti sosial yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah ( UPTD ) Pemerintah Kota Gorontalo denganwilayah Operasional Se-Provinsi Gorontalo, Bahkan Ada Pula Yang diluar Provinsi Gorontalo. Panti Sosial Tresna Werdha ILOMATA Kota Gorontalo yang kapasitas daya tampung berjumlah 120 orang klien tapi saat ini sementara dalam DASK hanya tersedia untuk 35 orang klien yang terdiri dari 6 orang lansia laki-laki dan 29 orang lansia perempuan, terbagi dalam 6 wisma dimana dari setiap wisma tersebut di huni oleh 8 orang lanjut usia, masing-masing terdiri dari 5 kamar dan setiap kamar mempunyai 2 tempat tidur untuk 2 orag klien, tiap wisma memiliki ruangan tamu, meja dan kursi tamu, meja makan, TV 20 inc dan 3 kamar mandi serta beberapa fasilitas penunjang lainya. Didalam konspsi pembangunan kesejahteraan sosial pelayanan lanjut usia terlantar didalam panti merupakan 38

alternative terakhir, alternative utama adalah pelayanan dalam lingkungan keluarga. Dorongan terhadap pentingnya pelayanan lanjut usia dalam lingkungan keluarga lebih diutamakan karena pada lanjut usia adalah orang yang patut dihargai dan dihormati,sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya yang telah di miliki bangsa Indonesia. 4.1.2Deskripsi Distribusi Karakteristik Responden Dalam penelitian distribusi variabel responden yang diambil adalah gambara dari responden yang antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan terakhir yang bisa dilihat dalam table-tabel berikut ini. 1. Distribusi Responden Menurut Umur. Tabel 4.1Distribusi Responden Berdasarkan UmurDi Panti Sosial Tresna Werdha Kota Gorontalo Tahun 2013 Umur Jumlah (Tahun) n % 60-70 22 62,9 71-80 11 31,4 81-90 2 5,7 Jumlah 35 100% Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur 60-70 tahun adalah kelompok umur responden terbanyak sebanyak 22 orang yaitu 62,9% dan yang terkecil adalah kelompok umur 71-80 tahun sebanyak 11 orang sebesar 31,4%. Dan kelompok umur 80-90 tahun sebanyak 2 orang sebesar 5,7%.

2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Tabel 4.2Distribusi Responden Berdasarkan Jenis KelaminDi Panti Sosial Tresna WerdhaKota Gorontalo Tahun 2013 Jenis Kelamin Jumlah n % Laki-laki 7 20,0 Perempuan 28 80,0 Jumlah 35 100% Sumber : Data Primer 2013 Untuk distribusi jenis kelamin terlihat bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yang berjumlah 28 orang sekitar 80,0% dan yang laki-laki berjumlah 7 orang sebesar 20 %. 3. Distribusi Responden Menurut Jenjang pendidikan Tabel 4.3Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang PendidikanDi Panti Sosial Tresna Werdha Kota Gorontalo Tahun 2013 Pendidikan Terakhir Jumlah n % SD 26 74,3 SMP 7 20,0 SMA 2 5,7 Jumlah 35 100% Sumber : Data Primer 2013 Untuk tingkat pendidikan responden yang berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak 2 orang sekitar 5,7%, SMP sebanyak 5 sekitar 14,3 dan SD 28 orang sekitar 80% dengan responden dengan perguruan tinggi tidak ada.

4. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Tabel 4.4Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan TerakhirDi Panti Sosial Tresna Werdha Kota Gorontalo Tahun 2013 Pekerjaan Terakhir Jumlah n % Tidak Bekerja 18 51,5 Pedagang 9 25,7 Penganyam 1 2,9 Buruh 2 5,7 Pegawai negeri 3 8,6 Clinning cervis 2 5,7 Sumber : Data Primer 2013 Jumlah 35 100% Berdasarkan distribusi responden pekerjaan terdiri dari Tidak bekerja 17 orang sekitar 48,6%, pedagang 9 orang sekitar 25,7%, penganyam 1 orang sekitar 2,8%, buruh 2 sekitar 5,7%, pegawai negeri 3 orang sekitar 8,6% dan Clinning cervis 3 orang sekita 8,6%.

5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tabel 4.5Distribusi Responden Berdasarkan PengetahuanDi Panti Sosial Tresna WerdhaKota Gorontalo Tahun 2013 Pengetahuan Jumlah n % Baik 4 11,4 Cukup 8 22,9 Kurang 23 65,7 Jumlah 35 100% Sumber : Data Primer 2013 Tabel diatas menunjukan bahwa kategori baik sebanayk 4 orang sekitar 11,9%, cukup 8 orang sekitar 22,9% dan kategori kurang sebanyak 23 orang sekitar 65,7%. 6. Distribusi Responden Berdasarkan sikap Tabel 4.6Distribusi Responden Berdasarkan SikapDi Panti Sosial Tresna Werdha Kota Gorontalo Tahun 2013 Sikap Jumlah n % Baik 3 8,6 Cukup 30 85,7 Kurang 2 5,7 Jumlah 35 100% Sumber : Data Primer 2013 Tabel diatas menunjukan bahwa kategori baik sebanyak 3 orang sekitar 8,6%, cukup 30 orang sekitar 85,7% dan kategori kurang sebanyak 2 orang sekitar 5,7%.

4.2 Pembahasan 4.2.1 Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Reumatik Hasil penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Reumatik Di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo tahun 2013. 1. Gambaran Pengetahuan LansiaTentang Reumatik Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang tinggal Di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo kebanyakan memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sekitar 65,7%.Adapun hasil penelitian sebagian responden memiliki pengetahuan tentang reumatik termasuk kurang, karena sebagian responden pada penelitian memiliki pendidikan relatif rendah yaitu hanya memiliki latar belakang pendidikan terakhir SD. Pendidikan yang relatif rendah mengakibatkan responden lebih sulit menerima informasi dikarenakan beberapa hal yang mempengaruhi antara lain informasi yang kurang mengenai penyakit reumatik beserta pencegahan. Beberapa lanjut usia sangat jarang mengikuti acara-acara penyuluhan mengenai penyakit reumatik lansia yang belum efektif diberikan sehingga pemahaman lansia (lanjut usia) mengenai penyakit rematik kurang. Rata-rata lansia(lanjut usia) kurang mendapat informasi mengenai penyakit rematik dengan cara bertukar pikiran atau pendapat, yang menyatakan berpengaruh terhadap pengetahuan mereka mengenai penyakit reumatik.

Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik,keadaan kesehatan,tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan.beberapa pendapat menyebutkan usia sangat berpengaruhterhadap kemampuan seseorang untuk mengingat. Seseorangyang lebih tua cenderung memiliki kemampuan mengingatyang kurang dibandingkan orang yang lebih muda. Semakinbertambahnya usia maka sel-sel otak akan semakin kelelahandalam menjalankan fungsinya yang menyebabkan tidak bisabekerja secara optimal seperti saat masih muda (Suprenant etal., 2006). Tidak sedikit orang berusia lanjut belajar dan berusaha untuk mengatasi penyakit ringan yang bersifat fisik, sedangkan ada juga sebagian lagi yang tidak berusaha mengatasinya, beberapa orang mengeluh dan merasa sedih terhadap diri mereka sendiri dan sikap seperti ini sering dapat merusak setiap motifasi yang dapat digunakan untuk menanggulangi hambatan-hambatan kehidupan mereka dengan baik. Sejauh mana keberhasilan orang usia lanjut dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik dan psikis yang menyertai pertambahan usia. Terdapat berbagai kriteria yang dapat dipakai untuk mengukur atau menilai jenis penyesuaian yang dilakukan oleh orang-orang usia lanjut, kriteria itu adalah kualitas pola perilaku, perubahan dalam tingkah emosional, perubahan keperibadian, dan kepuasaan atau kebahagiaan dalam hidup. Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya

pemberian respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198).Hasil studi para psikolog telah memperkuat kepercayaan yang popular dalam masyarakat bahwa dengan kecendrungan tentang menurunnya berbagai hal, secara otomatis akan menimbulkan kemunduran mental. Hal ini disebabkan oleh kerusakan fisik khususnya yang berhubungan dengan kemampuan mental, kekeliruan memilih perbandingan dengan kelompok usia yang berbeda dan perbedaan pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing lansia. Usia lanjut dipandang sebagai masa yang disertai oleh penderitaan dengan berbagai penyakit, serta kesadaran bahwa setiap orang akan mati, maka kecemasan akan kematian menjadi masalah psikologis yang penting pada lansia. Tidak hanya ancaman kematian saja yang menjadi momok menakutkan bagi usia lanjut namun juga termasuk dengan minimnya hubungan sosial dengan lingkungan sekitar. Seiring dengan bertambahnya usia ancaman penyakitpun semakin meningkat.semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran dan pembatasan fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Secara umum seseorang yang sudah memasuki usia lanjut berkisar pada 60 tahun hingga meninggal. Seperti apa yang kita ketahui bahwa gejala yang muncul pada saat

penuaan mulai terlihat kemunduran fisik seperti kulit yang mulai mengkerut, rambut yang memutih, begitu juga menurunnya daya ingat yang dimiliki oleh lanjut usia.selain itu,terjadi pembatasan fisik yang dapat menyebabkan lansia tidak dapat beraktivitas seperti biasanya,berbagai resiko pun dapat terjadi pada lansia seperti resiko jatuh.diperlukan bantuan dari pihak panti, keluarga maupun perawat dalam merawat lansia tersebut agar lansia mampu mempertahankan dan menjaga kesehatannya. Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap, menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencapai penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalaman. Dengan makin berkembangnya pengetahuan yang mempelajari mengenai lanjut usia (Ilmu Geriatri) melalui upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif dengan sendirinya telah mengupayakan agar para lanjut usia dapat menikmati masa tua yang bahagia dan berguna. Dengan demikian maka aspek-aspek yang dapat dikembangkan adalah upaya pencegahan agar proses menua (degeneratif) dapat diperlambat serta tanpa mengabwaikan pengobatan (kuratif) dan perlu dipulihkan (rehabilitatif) agar tetap mampu menjalankan kehidupan sehari-hari secara mandiri. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang, jadi jika lanjut usia memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyakit rematik maka dapat mempengaruhi persepsi mereka mengenai penyakit tersebut.pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek.pengetahuan dapat diperoleh dengan

berbagai cara,baik inisiatif sendiri atau orang lain,dengan melihat atau mendengar sendiri tentanng kenyataan atau melalui alat komunikasi,seperti radio,televise,buku, majalah, surat kabar dan lain-lain. Selain itu pengetahuan juga dapat diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar yang baik bersifat formal maupun informal ( Notoatmodjo,2003). 2. Gambaran Sikap Lansia Tentang Reumatik Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang tinggal Di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo kebanyakan memiliki sikap dengan kategori cukup sebanyak 30 0rang sekitar 85,7%.Dimana pada sikap ini lansia (lanjut usia) masih memperhatikan kesehatannya dengan melakukan pemeriksaan kepetugas kesehatan atau posiandu lansia,perilaku pencarian kesehatan (health seeking behavior) adalah perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari mengobatan ke pasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas,mantri,dr.praktek dan sebagainya) (Notoatmojo, 2007) walaupun sebagian responden memiliki pengetahuan kurang namun perilaku mereka untuk memerlukan penanganan sangat dibutuhkan untuk mengontrol penyakit tersebut.memang pada masa lanjut usia orang mengalami berbagai perubahan, secara fisik maupun mental. Tapi perubahan-perubahan ini dapat diantisipasi sehingga tidak datang lebih dini. Proses penuaan pada setiap orang berbeda-beda, tergantung pada sikap dan kemauan seseorang dalam mengendalikan atau menerima proses penuaan itu.perilaku lansia tentang pola hidup sehat dapat mecegah timbulnya berbagai penyakit khususnya penyakit reumatik. Bagi lansia yang menderita gangguan penyakit, penerapan pola hidup

sehat sesuai dengan jenis penyakitnya, akan sangat membantu mengontrol penyakit yang diderita, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kwalitas hidup mereka. Agar tetap aktif sampai tua, sejak muda seseorang perlu menerapkan kemudian mempertahankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makan bergiji seimbang,istrahat yang cukup, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar dan teratur. Sikap adalah salah satu faktor predisposisi yang merupakan pendorong perilaku seseorang untuk bertindak (Green dalam Notoatmodjo,2003). Sikap adalah suatu kecenderungan seseorang terhadap objek tertentu bisa juga perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Tetapi sikap positif atau mendukung saja tanpa ditunjang faktor lain belum tentu memastikan seseorang untuk melakukan sesuatu. Misalnya seorang nenek mempunyai sikap positif terhadap penyakit reumatikdengan pengetahuan yang cukup, namun tidak diikuti pula dengan motivasi yang positif, tentu hal ini akan menyebabkan nenek tersebut tidak akan memeriksakan diri atau membeli obat dari petugas kesehatan melainkan membeli obat di warung. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku ada 2 yaitu faktor intern dan faktor extern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk merubah rangsangan dari luar sedangkan faktor extern meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupn non fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Sikap mempunyai beberapa komponen yaitu, kepercayaan(keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional, atauevaluasi terhadap suatu objek dan yangterakhir kecenderungan untuk bertindak(trend to behave). Beberapa komponendiatas secara bersama-sama membentuksikap yang utuh (total attitude).notoatmodjo (2007; h. 143) Azwar (2005; h. 5) menegaskan sikap juga dikatakan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Dan merupakan kesiapan untuk bereaksidengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yangmenghendaki adanya respon Menurut (Notoatmodjo, 2010; h. 142)