PENGARUH YOGA TERHADAP KONTROL ASMA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

Studi Perilaku Kontrol Asma pada Pasien yang tidak teratur di Rumah Sakit Persahabatan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPAT GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI. Disusun Oleh :

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

PENGARUH YOGA TERHADAP KONTROL ASMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran pernafasan obstruktif intermitten, reversible dimana

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG. sedang berkembang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

ABSTRAK PENILAIAN TINGKAT TERKONTROLNYA ASMA BERDASARKAN METODE ASTHMA CONTROL TEST TM PADA PENDERITA ASMA

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saluran napas yang melibatkan banyak komponen sel dan elemennya, yang sangat mengganggu, dapat menurunkan kulitas hidup, dan

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

I Ketut Darmayasa Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Jalan Kesehatan Denpasar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

SURAT PERSETUJUAN. Menyatakan telah mendapat penjelasan mengenai penelitian

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONTROL ASMA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN ASMA UMUR DELAPAN BELAS SAMPAI DENGAN LIMA PULUH LIMA TAHUN DI BBKPM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sudah mulai menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di seluruh dunia (Halbert et al., 2006). PPOK terjadi karena adanya kelainan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

commit to user BAB V PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan oleh : Angga Setyawan J

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011

Transkripsi:

PENGARUH YOGA TERHADAP KONTROL ASMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Fisioterapi Disusun Oleh: NOVI LIQMAYANTI Nim : J120110036 PROGRAM STUDI S1 FISOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURRAKARTA 2014

PENGARUH YOGA TERHADAP KONTROL ASMA NOVI LIQMAYANTI Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, Surakarta ABSTRAK Latar belakang : Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara diseluruh dunia. penderita asma akan mengalami spasme otot yang dapat menimbulkan sesak napas, kesulitan saat ekspirasi, kapasitas paru yang menurun serta kondisi fisik yang akan melemah. Pedoman penatalaksanaan asma bertujuan untuk kualitas hidup yang lebih baik dengan asma yang terkontrol. Yoga adalah suatu metode pelatihan fisik dan mental untuk seluruh kalangan usia. Yoga akan memberikan relaksasi bagi tubuh, melancarkan peredaran darah, mengontrol pernapasan. Yoga sangat baik untuk penderita asma dan bronkitis. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Yoga terhadap kontrol asma. Metode penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan quasi eksperimental, menggunakan metode pendekatan penilitian single-case research dengan desain pre and post test. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampel. Pengukuran tingkat kontrol asma menggunakan Asthma Control Test (ACT). Hasil : Uji statistik menggunakan Wilcoxon test dan diperoleh hasil p = 0.042 berarti p < 0.05, maka disimpulkan ada beda antara sebelum dan sesudah perlakuan. Kesimpulan : Ada pengaruh pemberian Yoga terhadap kontrol asma, terlihat dari perbedaan skor kuesioner Asthma Control Test (ACT) sebelum dengan sesudah perlakuan. Kata Kunci : Penderita asma, Yoga, Kontrol Asma

PENDAHULUAN Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada saluran pernapasan yang melibatkan sel dan elemennya. Inflamasi kronik mengakibatkan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk terutama dimalam hari. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan kegiatan harian (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara diseluruh dunia. Prevalensi asma terus meningkat dari waktu ke waktu, di Indonesia dalam riset kesehatan dasar (RISKESDA) tahun 2013 prevalensi asma 4,5%. Berdasarkan data yang ada di bagian rekam medis Rumah Sakit Persahabatan, jumlah kunjungan pasien asma di instalasi gawat darurat (IGD) selama tahun 2010 sebanyak 1.545 pasien, dan kunjungan pasien asma di klinik rawat jalan sebanyak 4.219 pasien (Afandi, 2013). Di negara maju meskipun sarana pengobatan mudah didapat, asma masih sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati dengan tepat. Asma menyebabkan kehilangan hari sekolah anak di Asia (16%), Eropa (34%) serta Amerika (40%) (Ratnawati, 2011). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan kepada 6 orang penderita asma, 4 diantaranya menderita asma yang tidak terkontrol. Asma terjadi karena adanya faktor penjamu seperti gen dan atopik karena memiliki sistem imun yang sangat responsif terhadap alergen, sehingga terjadi

infeksi saluran napas. Selain itu, merokok dan stress juga mengakibatkan kekambuhan asma (Francis, 2008). Faisal dalam Darmayasa (2011) mengungkapkan bahwa penderita asma akan mengalami spasme otot yang dapat menimbulkan sesak napas, kesulitan saat ekspirasi, kapasitas paru yang menurun serta kondisi fisik yang akan melemah. Pada pemeriksaan ditemukan adanya obstruksi saluran napas, penggunaan napas panjang dan alat bantu pernapasan saat ekspirasi serta adanya mengi. Pedoman penalatalaksanaan asma bertujuan untuk kualitas hidup yang lebih baik dengan asma yang terkontrol. Asma tidak terkontrol diakibatkan oleh beberapa komponen, diantaranya kebiasaan merokok, penggunaan obat kortikosteroid yang salah, genetik, penyakit komoroid, pengobatan yang salah, pengetahuan mengenai asma yang rendah, derajat berat asma, dan berat badan berlebih (Atmoko et al., 2011). Rehabilitasi paru pada penderita asma yang diberikan terapi latihan fisik dan latihan pernapasan bertujuan memperbaiki status fungsional, status imunologi, dan kualitas hidup yang mengalami gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari akibat adanya gejala sesak napas yang menetap sehingga terjadi penurunan kapasitas fungsional (Juhariyah et al., 2012). Kontrol teratur merupakan proses penatalaksanaan untuk mengamati perkembangan pasien dalam hal perubahan derajat dan berat asma (Priyanto et al., 2011). Yoga adalah suatu metode pelatihan fisik dan mental untuk seluruh kalangan usia. Yoga akan memberikan relaksasi bagi tubuh, melancarkan peredaran darah, dan mengontrol pernapasan. Yoga sangat baik untuk penderita

asma dan bronkitis (Christina, 2013). Pada penelitian yang dilakukan Tahan (2014), Yoga menunjukkan efek menguntungkan bagi penderita asma yang telah menahun seperti pengurangan penggunaan obat asma, meningkatkan kapasitas latihan, dan peningkatan kapasitas fungsional. Latihan pernapasan hidung dalam Yoga yang akan mengaktifkan respon otak bagian hipotalamus, didalam hipotalamus respons neuromotor mempengaruhi belahan otak yang mengatur emosional dan motivasi yang baik dan memberi pengaruh pada penderita asma (Kresna, 2014). Dari uraian di atas, peneliti bermaksud mengatasi masalah dengan melakukan penelitian mengenai pengaruh Yoga terhadap kontrol asma pada penderita asma. TUJUAN asma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Yoga terhadap kontrol METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan quasi experimental, menggunakan metode pendekatan penilitian single-case research dengan desain pre and post test. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 sampai 18 Januari 2015, Yoga dilakukan 2 sesi dalam sehari. Pada pagi hari dilakukan di hall masjid kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta dan sore hari dilakukan di aula Nilasari, Pabelan. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa

Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta berjumlah 612 orang dan yang menderita asma berjumlah 20 orang, dan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 5 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Eksperimen Jumlah Persentase 1. Laki-laki 1 20% 2. Perempuan 4 80% Total 5 100% Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa responden didominasi oleh perempuan yang berjumlah 4 orang (80%) sedangkan responden laki-laki hanya 1 orang (20%). Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Usia No Usia Eksperimen Jumlah Persentase 1. 18 tahun 1 20% 2. 19 tahun 2 40% 3. 20 tahun 1 20% 4. 21 tahun 0 0% 5. 22 tahun 1 20% Total 5 100% Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat responden dengan usia 18 tahun berjumlah 1 orang (20%), usia 19 tahun berjumlah 2 orang (40%), usia 20 tahun berjumlah 1 orang (20%), usia 21 tahun berjumlah 0 (0%), dan usia 22 tahun berjumlah 1 orang (20%). Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Nilai ACT No. Kontrol asma Responden (Nilai ACT) Jumlah Persentase 1. 17 1 10% 2. 18 2 20%

3. 19 2 20% Total 5 100% Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat responden dengan nilai 17 berjumlah 1 orang (20%), nilai 18 berjumlah 2 orang (40%), dan nilai 19 berjumlah 2 orang (40%). Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kontrol Asma No Hasil Eksperimen Pre test Post test 1. 19 (Tidak terkontrol) 22 (Terkontrol Sebagian) 2. 18 (Tidak terkontrol) 20 (Terkontrol sebagian) 3. 17 (Tidak terkontrol) 22 (Terkontrol sebagian) 4. 19 (Tidak terkontrol) 22 (Terkontrol sebagian) 5. 18 (Tidak terkontrol) 25 (Terkontrol Penuh) Dari tabel 4.4 didapatkan hasil pengukurun kontrol asma berdasarkan kuesioner Asthma Control Test (ACT) subjek, dimana mengalami peningkatan skor dari sebelum dan sesudah test (pre and post test). Hasil Analisa Data Tabel 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Test Variabel Kelompok Mean SD Z Sig Yoga Pre 18.20 0.836-2.032 0.042 Post 22.0 1.788 Berdasarkan hasil tabel di atas, diperoleh nilai p = 0.042 berarti p < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan pada subjek penelitian ini. Pada hipotesis penelitian ini pemberian Yoga mampu meningkatkan kontrol asma dapat diterima. Pengaruh pemberian Yoga terhadap Kontrol Asma pada penderita asma juga dapat kita lihat dari grafik, rata-rata peningkatan setiap responden mencapai 15,4%.

Grafik 4.1 Nilai kuesioner ACT pre and post test pre post Yoga merupakan latihan aerobik tingkat rendah, namun penggunaan Yoga dapat membantu pemeliharaan kesehatan, tingkat kesehatan pada seseorang yang melakukan Yoga lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang tidak melakukan Yoga. Aplikasi Yoga yang dilakukan dengan gerakan-gerakan yang benar akan membantu relaksasi tubuh dan pikiran sehingga mengurangi gejala asma (Mekonnen, 2010). Kinerja kardiorespirasi setelah latihan Yoga mampu meningkatkan kapasitas paru dan memperbaiki fungsi ventilasi paru sehingga terjadi pertukaran antara O 2 dan CO 2 dengan baik setelah latihan napas. Pengiriman oksigen ke otot dan peningkatan pengiriman oksigen ke jaringan yang mampu mengurangi respon refleks terjadinya hipoksia (Akhtar, 2013). Keterbatasan Penelitian 1. Peneliti tidak dapat mengontrol aktivitas keseluruhan dari responden dan mengendalikan faktor-faktor yang menjadi pemicu terjadinya serangan asma.

2. Keterbatasan responden dan waktu penelitian yang singkat juga menjadi pengaruh dalam pemberian perlakuan. 3. Tidak adanya kelompok kontrol sehingga tidak ada perbandingan antara pemberian perlakuan dengan tidak, adanya pengaruh hanya dilihat dari sebelum dan sesudah perlakuan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Asma tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan olahraga yang baik dan benar. Salah satu olahraga yang dapat mengurangi frekuensi serangan asma dengan berlatih Yoga. 2. Adanya pengaruh pemberian Yoga terhadap kontrol asma pada penderita asma. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan skor kuesioner Asthma Control Test (ACT) sebelum dengan sesudah perlakuan.\ 3. Perhitungan statistik menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai p = 0.042 yang berarti adanya pengaruh pemberian Yoga terhadap penderita asma. Saran 1. Penderita asma untuk selalu berolah raga secara rutin agar asma tetap terkontrol. 2. Perlunya penyuluhan kepada masyarakat, terlebih kepada penderita asma untuk tidak takut berolahraga, karena olahraga yang baik dan benar tidak akan menjadi pemicu kambuhnya asma.

3. Pada penelitian selanjutnya, untuk menggunakan responden yang lebih banyak lagi dan menggunakan sumber terbaru. 4. Untuk kelanjutan dari penelitian ini, peneliti berharap untuk adanya penelitian lanjutan mengenai efektivitas Yoga dalam mengurangi kesulitan tidur. DAFTAR PUSTAKA Afandi S., Yunus F., Andarini S., Kekalih A. 2013. Tingkat Kontrol Pasien Asma di Rumah Sakit Persahabatan Berdasarkan Asthma Control Test Beserta Hubungannya dengan Tingkat Morbiditas dan Faktor Resiko. Studi Lungitudinal di Poli Rawat Jalan Selama Satu Tahun. Jurnal Respirasi Indonesia, Vol.33, No.4, 230-243. Akhtar P., Yardi S., Akhtar M. 2013. Effects of Yoga on Functional Capacity and Well Being. International Journal of Yoga, Vol.6, 76-79. Atmoko W., Faisal H.K.P., Bobian E.T., Adisworo M.W., Yunus F. 2011. Prevalens Asma Tidak Terkontrol dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kontrol Asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta. Jurnal Respirasi Indonesia. Vol.31, No.2, 53-60. Christina. 2013. Senam Yoga baik Untuk Penderita Asma. http://www.teraswarta.com/2013/10/senam-yoga-baik-untuk-penderitaasma.html (Diakses tanggal 29 September 2014). Darmayasa I.K. Senam Asma Tiga Kali Seminggu Lebih Meningkatkan Kapasitas Vital Paksa (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 (VEP 1) dari pada Senam Asma Satu Kali Seminggu pada Penderita Asma Persisten sedang. Francis C. 2008. Perawatan Respirasi. Jakarta: Erlangga. Juhariyah S., Djajalaksana S., Sartono T.R., Ridwan M. 2012. Efektifitas Latihan Fisis dan Latihan Pernapasan pada Asma Persisten Sedang Berat. Jurnal Respirasi Indonesia, Vol.32, No.1, 17-24. Kresna, G.L. 2014. 5 Menit Yoga untuk Orang Sibuk. Yogyakarta: Media Pressindo. Mekonnen D, Andualem, Mossie. 2010. Clinical Effects of Yoga on Asthmatic Patient: A Preliminary Clinicaly Trial. Ethiop Journal Health Society. Vol. 20, No. 20, 107-112.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Peerhimpunan Dokter Paru Indonesia. Priyanto, H., Yunus F., Wiyono W.H. 2011. Studi Prilaku Kontrol Asma pada Pasien yang Tidak Teratur di Rumah sakit Persahabatan. Jurnal Respirasi Indonesia. Vol.31, No.3, 138-149. Ratnawati. 2011. Editorial Epidemiologi Asma. Jurnal Respirasi Indonesia, Vol.31, No.4. Tahan F., Gungor H.E., Bicici E. 2014. Is Yoga Training Beneficial for Exerciseinduced Bronchocontroction?. Alternative Therapies. Vol.20, No.2, 18-23.