BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSETS, NET

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perekonomian. Kemajuan perekonomian nasional dapat dilihat dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sekarang ini sudah tidak asing lagi mendengar kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks dan beragam. Oleh karena itu, kinerja bank harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas


BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

PENGENALAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CAMEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh investor untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB III METODOLOGI. Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Penilaian kinerja bagi manajemen bank dapat diartikan sebagai prestasi yang dapat dicapai oleh bank tersebut. Kinerja perusahaan merupakan pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan (Meriewaty, 2005). Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan dan kelemahan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan. Dengan mengadakan perbandingan kinerja terhadap standar yang ditetapkan atau dengan periode-periode sebelumnya, maka akan dapat diketahui apakah suatu bank mencapai kemajuan atau malah mengalami kemunduran. Penilaian prestasi kerja harus dilakukan secara objektif, sehingga tujuan pencapaian penilaian prestasi kerja akan tercapai. Penilaian prestasi kerja yang baik disamping menguntungkan karyawan juga akan menguntungkan bank secara keseluruhan. 11

2.2 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan mengkaji semua variabel yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kinerja keuangan bank dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan suatu bank. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan masa lalu dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa depan. Kinerja keuangan biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank. Analisis kinerja keuangan bank merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data, menghitung, mengukur, menginterpretasi dan memberi solusi terhadap keuangan bank pada suatu periode tertentu (Sukarno, 2011). Analisis kinerja keuangan perbankan dimaksudkan untuk menilai keberhasilan manajemen di dalam mengelola suatu badan usaha. Bank sebagai sebuah perusahaan wajib mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank yang bersangkutan, oleh karena itu diperlukan transparansi atau pengungkapan informasi laporan keuangan bank yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan, serta sebagai dasar pengambilan keputusan (Gunawan dan Dewi, 2003). Informasi kinerja keuangan yang dapat dilihat dari besaran laba yang diperoleh oleh bank, sangat diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja keuangan bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam 12

menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, disamping itu informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Tingkat besaran laba dapat menggambarkan kinerja keuangan suatu perusahaan dalam mengelola seluruh modal yang dimiliki. Pertumbuhan laba suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan dalam meningkatkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya jika tingkat pertumbuhan laba yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Laba merupakan salah satu dasar kepercayaan untuk tetap bekerja sama dengan bank (Mudrajad Kuncoro, 2004: 546). Sedangkan bagi bank yang bersangkutan informasi tingkat pertumbuhan laba tersebut dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. 2.3 Laba 2.3.1 Pengertian Laba Laba didefinisikan dan diukur dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara pengkuran pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi dalam satu periode dengan biaya yang be rkaitan dengan pendapatan tersebut. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memiliki pengertian sendiri mengenai income. IAI menerjemahkan istilah income dengan istilah penghasilan, bukan istilah laba. Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, (IAI, 1994) penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode 13

akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (paragraf 70). Definisi penghasilan meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains) (paragraf 74). Laba merupakan salah satu indikator kinerja keuangan pada bank. Laba bank dapat tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank yang bersangkutan. Laba merupakan proksi dari kinerja keuangan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diproksikan dengan ukuran perubahan laba yang dihasikan oleh bank. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan suatu bank. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 yang dikeluarkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB), informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, memprediksi laba dan menaksir risiko dalam investasi. SFAC No.1 memberikan indikasi bahwa pelaporan keuangan harus mempunyai manfaat dalam rangka membantu pengguna untuk membuat keputusan. Sesuai dengan pernyataan tersebut maka laporan keuangan harus bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut terutama untuk membantu investor dan pengguna lain dalam membuat keputusan yang tepat. 14

2.3.2 Elemen Laba Laba dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Ada dua konsep yang digunakan untuk menentukan elemen laba perusahaan yaitu current operating concept (earnings) dan all inclusive concept of income (laba komprehensif). a. Laba Periode (Earnings) Konsep laba periode dimaksudkan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan. Efisiensi perusahaan dapat diukur dengan membandingkan laba periode berjalan dengan laba periode sebelumnya atau dengan perusahaan lain pada industri yang sama. Laba periode berasal dari laba operasi periode berjalan yang berasal dari kegiatan normal yang dijalankan oleh perusahaan. Jadi yang menjadi penentu laba periode adalah pendapatan, biaya, untung dan rugi yang benar-benar terjadi pada periode berjalan. b. Laba Komprehensif (Comprehensive Income) Berdasarkan Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.3 dan 6, laba komprehensif diartikan sebagai total perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode, yang berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal dari pemilik. Dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh perubahan aktiva bersih yang berasal dari transaksi operasi. 15

2.3.3 Tujuan Pelaporan Laba Salah satu tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan untuk: a. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembali (rate of return on invested capital). b. Sebagai pengukur prestasi manajemen. c. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak. d. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara. e. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus. f. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. g. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran. h. Sebagai dasar pembagian dividen. 2.3.4 Pertumbuhan Laba Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Perusahaan pasti menginginkan adanya peningkatan laba yang diperoleh dalam setiap tahunnya. Pertumbuhan laba adalah peningkatan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pengukuran pertumbuhan laba pada penelitian ini mengacu pada penelitian (Prasetyo, 2010). Pertumbuhan laba yang dimaksud adalah pertumbuhan relatif yang dihitung dari selisih laba antara tahun yang bersangkutan dengan tahun sebelumnya dibagi dengan nilai laba tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini dianggap lebih representatif 16

dibandingkan dengan pertumbuhan absolutnya karena penggunaan nilai pertumbuhan relatif akan mengurangi pengaruh intern perusahaan (Machfoedz 1994 dalam Hapsari, 2008). Pengukuran pertumbuhan laba dapat digambarkan dalam rumus berikut: ΔY t = Y t Y t 1 Y t 1 Dimana : ΔY t Y t = Pertumbuhan laba pada periode t = Laba pada periode t Y t 1 = Laba pada periode t - 1 2.4 Rasio CAMEL CAMEL adalah rasio yang menggambarkan hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain yang terdapat dalam laporan keuangan suatu lembaga keuangan. Rasio CAMEL digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Penilaian kesehatan bank dilakukan oleh Bank Indonesia setiap tahun. Tujuannya adalah agar Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina dapat memberikan arahan bagaimana manajemen bank menjalankan usahanya, atau bahkan dihentikan kegiatannya. Untuk bank yang dinyatakan tidak sehat, Bank Indonesia dapat saja menyarankan untuk melakukan perubahan manajemen, merger, konsolidasi, akuisisi, atau likuidasi. Langkah strategis peningkatan kinerja keuangan bank melalui peningkatan kesehatan bank memiliki pengaruh terhadap meningkatnya laba perusahaan. Meningkatnya kesehatan suatu bank, maka perolehan atas laba bank tersebut akan 17

meningkat, ini dikarenakan masyarakat khususnya investor dan kreditor mempercayakan dananya untuk diinvestasikan pada bank yang Sehat (Kuncoro, 2002:572). Aspek CAMEL yang digunakan meliputi : Capital, Assets Quality, Management, Earnings, dan Liquidity. 2.4.1 Capital (Permodalan) Aspek pertama dalam penilaian tingkat kesehatan bank adalah aspek permodalan sering disebut sebagai aspek solvabilitas, dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penelitian aspek permodalan suatu bank lebih dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya (Aryani, 2007). Menurut Prasetyo (2010), analisis solvabilitas digunakan untuk: 1) ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, 2) sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain, 3) alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan 4) dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada b ank tersebut. Analisis Capital digunakan untuk memastikan kecukupan modal dan cadangan untuk memikul risiko yang timbul. Bank yang memiliki modal dengan jumlah yang besar, maka bank tersebut akan memperoleh keuntungan yang lebih 18

besar dari hasil usahanya (Vetizhal, 2007:712). Kecukupan modal bank yang tinggi memberikan kesempatan bagi bank untuk dapat melakukan ekspansi usaha dengan lebih aman, sehingga dapat memperoleh laba yang optimal (Kuncoro, 2002:569). Komponen faktor permodalan yang digunakan dalam penelitian ini CAR (Capital Adequacy Ratio). CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio kemampuan bank dalam menyediakan modal untuk kepentingan operasi perusahaan perbankan dan sebagai penampung risiko kerugian dana akibat aktivitas operasi bank. Didalam perhitungan CAR terdapat aspek Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan perbankan yang mengandung risiko. Karena didalamnya mengandung risiko maka diberikan pembobotan sesuai dengan kelompoknya. Dalam perhitungan CAR, Bank Indonesia menyebutnya dengan istilah Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank (KPMM). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 besarnya CAR perbankan pada waktu itu minimal 8%, sedangkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk menjadi bank jangkar, bank umum harus memiliki CAR minimal 12%. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 besarnya rasio CAR perbankan minimal adalah 12%. Menurut Siamat (2005), rasio CAR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : CAR = Modal Bank ( Modal Inti+Modal Pelengkap ) Aktiva Tertimbang Menurut Risiko X 100% 19

2.4.2 Assets Quality (Kualitas Asset) Kualitas aktiva produktif atau sering disebut dengan assets quality adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya Kualitas aktiva produktif (assets quality) juga menunjukkan kemampuan bank dalam melakukan penilaian terhadap aset dalam bentuk pemberian kredit. Setiap aktiva produktif terutama dalam bentuk kredit dilakukan penilaian kualitas melalui pembedaan tingkat kolektibilitas, jika bank mengalami tingkat kolektibilitas macet persentasinya lebih tinggi dari kolektibilitas lancar, maka bank harus menyediakan cadangan aktiva produktif yang lebih banyak. Cadangan ini ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan tidak tertagihnya kembali penanaman dana atau alokasi dana yang telah dilakukan oleh bank. Semakin baik bank menjaga kualitas asetnya berarti bank tersebut sukses dalam hal pemberian kredit yang ditunjukkan dengan meningkatnya pendapatan bunga yang diterima bank (Veitzhal, 2007:714). Ada empat jenis aktiva produktif yaitu kredit yang diberikan, surat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan penyertaan (Dendawijaya, 2003). Komponen faktor kualitas aset yang digunakan dalam penelitian ini adalah NPL (Non Performing Loan). NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank untuk menjaga risiko kegagalan pemberian kredit. Rasio ini mencerminkan risiko kredit yang ada pada bank, semakin kecil nilai NPL menunjukan semakin kecil pula risiko kredit yang dimiliki oleh bank. Dalam pemberian kredit sebaiknya bank harus berhati-hati untuk menjaga terjadinya 20

gagal kredit. Peran analis kredit sangat berpengaruh disini yaitu sebagai penilai kondisi calon debitur agar pemberian kredit tersebut mencapai sasaran yang lebih terarah, memberikan hasil dan aman. Menurut Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Bank Indonesia menetapkan kriteria rasio NPL kurang dari 5%. Menurut Siamat (2005), rasio NPL dapat dihitung dengan rumus : NPL = Jumlah Kredit Bermasalah Total Kredit X 100% 2.4.3 Management (Manajemen) Bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya harus mampu menunjukkan kemampuan manajemen bank melalui identifikasi, pengukuran, pengawasan terhadap kegiatan manajemen secara umum maupun kemampuan dalam mengantisipasi risiko-risiko yang timbul dalam usaha bank. Pengelolaan manajemen bank yang benar akan memperlancar pencapaian tujuan bank, yaitu mencapai profitabilitas yang optimal dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Menurut (Aryani, 2007) seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan bermuara pada perolehan laba Aspek manajemen diproksikan dengan ROA (Return on Asset) dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan bagaimana manajemen mengelola sumber- sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien (Susyanti, 2005:4). 21

ROA (Return On Assets) sebagai indikator performance suatu bank merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keefektivan bank dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan seluruh aktiva yang dimiliki oleh bank. Semakin tinggi ROA semakin tinggi pula keefektivan bank dalam menghasilkan laba. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 besarnya rasio ROA perbankan yang baik berada diatas 1,5%. Secara sistematis menurut Siamat (2005), pengukuran rasio Return On Assets (ROA) dapat dihitung dengan rumus : ROA = Laba Sebelum Pajak Rata Rata Total Asset X 100% 2.4.4 Earnings (Rentabilitas) Penilaian aspek ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank bersangkutan. Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Semakin besar keuntungan yang dicapai bank, maka semakin kecil kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah. Bank yang mampu menghasilkan keuntungan yang optimal, maka bank tersebut termasuk kategori bank Sehat. Jika bank dalam kondisi sehat, maka bank tersebut memiliki prospek usaha yang bagus dan dapat memperoleh laba secara terus-menerus (Veitzhal, 2007:720). Komponen faktor earnings yang digunakan dalam penelitian ini adalah BOPO (Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional). 22

BOPO merupakan rasio perbandingan Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional. Biaya Operasional dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan seluruh kegiatan operasionalnya dalam rangka pencapaian suatu tujuan bank sedangakan Pendapatan Operasional adalah pendapatan yang diterima oleh bank sebagai hasil dari kegiatan operasionalnya. Semakin kecil Rasio BOPO suatu bank menunjukan semakin efisien bank tersebut dalam menjalankan aktivitas usahanya. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 besarnya rasio BOPO perbankan minimal adalah tidak lebih besar dari 90%. Menurut Siamat (2005), rasio BOPO dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : BOPO = Total Beban Operasional Total Pendapatan Oprasional X 100% 2.4.5 Liquidity (Likuiditas) Liquidity adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajiban dalam kegiatan usahanya. Penilaian terhadap likuiditas digunakan untuk mengukur pelaksanaan manajemen aset dan kewajiban dalam menentukan dan menyediakan likuiditas yang cukup, yaitu kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Pengelolaan likuiditas berfungsi untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh adanya kekurangan dana. Kesulitan dana suatu bank akan mengakibatkan bank tersebut tidak mampu memenuhi kewajibannya, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya erosi kepercayaan masyarakat terhadap bank, jika bank mampu menjaga likuiditasnya, 23

maka kepercayaan masyarakat tetap terjaga, sehingga nasabah atau masyarakat tetap mempercayakan transaksi keuangan melalui bank tersebut, dan dapat mempertahankan tingkat keuntungan yang optimal (Veitzhal, 2007:719-722). Komponen faktor likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR (Loan to Deposit Ratio) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Kredit yang diberikan merupakan total kredit yang diberikan, tidak termasuk kredit kepada bank lain. Sedangkan dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Dendawijaya, 2003). Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi bahwa semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003). Hal ini disebabkan karena jumlah dana diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Menurut Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Bank Indonesia menetapkan kriteria rasio, LDR dianggap sehat bila besarnya antara 80 % - 110 %. Menurut Siamat (2005), rasio LDR dapat dihitung sebagai berikut : LDR = Jumlah Kredit yang Diberikan Dana Pihak Ketiga X 100% 24

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Variabel Hasil 1 Prasetyo Wahyu (2010) Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Variabel Independen: CAR, NPL, NIM, BOPO, LDR, GWM. Variable Dependen : Kinerja perusahaan (pertumbuhan laba). Secara parsial LDR dan GWM tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan (dilihat dari pertumbuhan laba). Secara parsial CAR, NPL, BOPO, NIM berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan. Secara simultan CAR, NPL, NIM, BOPO, LDR, GWM berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan. 2 Lilis Erna Ariyanti (2010) Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, Variabel Independen : CAR, NIM, LDR, BOPO, Hasil penelitian ini menunjukkan hanya variabel LDR yang mampu 25

BOPO, ROA, dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Perubahan Laba pada Bank Umum di Indonesia. 3 Nu man (2009) Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, dan EAQ Terhadap Perubahan Laba. ROA, KAP Variabel Dependen : Perubahan Laba Variabel Independen : CAR, NIM, NPL, LDR, BOPO, EAQ Variabel Dependen : Perubahan Laba memprediksi perubahan laba pada bank di Indonesia periode 2004-2008. Variabel LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel perubahan laba. Hanya LDR dan NPL saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan laba. CAR, NIM, BOPO, dan EAQ tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. 4 Dincer, Orhan N, and Sahinbas Kevser A Peformance Evaluation of the Turkish Banking Sector after the Global Crisis via CAMELS Ratios Variabel Independen : CAR, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity Variabel Dependen : Kesehatan bank ( laba) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, Asset Quality, Management, dan Liquidity berhubungan positif dengan tingkat kesehatan bank, sedangkan Earnings dan Sensitivity to Market Risk berhubungan negatif. 26

2.6 Kerangka Konseptual Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, peneliti menggambarkan hubungan antara rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah di Indonesia ke dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: CAR NPL ROA Pertumbuhan Laba BOPO LDR Gambar 2.1 Kerangka Konseptual CAR merupakan indikator untuk menilai aspek permodalan pada suatu bank. Terdapat komponen modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) didalam perhitungannya. Modal yang semakin tinggi akan meningkatkan rasio CAR, yang berarti bank memiliki modal yang cukup dan mampu mengcover risiko kerugian akibat aktivitas bank. Peningkatan pada modal khususnya adalah modal sendiri akan menurunkan biaya dana karena bank dapat 27

menggunakan modal sendiri tersebut untuk dialokasikan kepada aktiva produktif yang kemudian mampu meningkatkan profitabilitas. NPL merupakan rasio untuk mengukur seberapa risiko kegagalan kredit yang diberikan oleh bank. Kegagalan kredit yang dimaksud adalah kegagalan dalam pengembalian dana kredit yang disalurkan sehingga berdampak pada laba bank. Semakin kecil rasio NPL suatu bank, semakin kecil pula resiko kegagalan suatu bank dalam penyaluran kredit sehingga mengakibatkan pendapatan bunga bank meningkat yang pada akhirnya akan menambah laba bank. Sedangkan sebaliknya semakin besar rasio NPL suatu bank, maka semakin besar pula resiko kegagalan suatu bank dalam penyaluran kredit sehingga mengakibatkan pendapatan bunga bank menurun yang pada akhirnya akan menurunkan laba bank. ROA merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Pontie, 2007), atau dengan kata lain ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya-biaya yang digunakan untuk mendanai aktiva). Perhitungan rasio ROA dilakukan dengan cara membandingkan laba sebelum pajak dan rata-rata total aset. Semakin tinggi rasio ROA menandakan semakin efektif bank dalam penggunaan aktivanya dalam menghasilkan keuntungan. BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi kegiatan operasional dari suatu perbankan. Dimana kita ketahui bahwa rumus untuk 28

menghitung rasio tersebut adalah beban operasi dibanding dengan pendapatan operasi. Beban operasional yang dimaksud merupakan seluruh biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank, sedangkan pendapatan operasional adalah seluruh pendapatan yang merupakan hasil dari kegiatan bank. Semakin tinggi efisiensi operasional perusahaan khususnya perbankan dapat diartikan semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan (Dahlan Siamat, 2005). Dari teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio BOPO semakin menunjukan bank tersebut tidak efisien demikian pula sebaliknya. LDR merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar dana disalurkan untuk pinjaman. Dalam hal ini pinjaman yang dimaksud adalah kredit yang disalurkan. Dari pengertian diatas peningkatan dalam rasio LDR dapat diartikan bahwa penyaluran dana ke pinjaman atau kredit semakin besar sehingga akan menambah pendapatan bunga yang pada akhirnya laba akan meningkat. Penelitian Nu man (2009) menunjukkan adanya pengaruh positif LDR terhadap perubahan laba yang memperkuat teori diatas. 2.7 Hipotesis konseptual Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan judul Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah di Indonesia maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut : H1 = Rasio CAR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. H2 = Rasio NPL berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. 29

H3 = Rasio ROA berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. H4 = Rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. H5 = Rasio LDR berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. 30