BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan iklim tropik basahnya memberikan keuntungan terhadap kesuburan tanah. Beraneka ragam jenis tumbuhan dapat ditanami. Adanya hujan menyebabkan tanah tidak pernah kekeringan. Kondisi tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di dalam tanah sebagai habitatnya. Cacing tanah banyak dimanfaatkan oleh para peternak ungas sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan cacing tanah sebagai pakan. Protein yang terkandung dalam cacing tanah sangat baik bagi pertumbuhan ikan. Hal ini dapat mengurangi pemberian pakan komersial yang harganya lebih mahal. Cacing tanah juga merupakan salah satu obat yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Cina. Banyak toko-toko obat tradisional Cina yang menjual cacing tanah sebagai salah satu obat yang direkomendasikan untuk mengobati berbagai macam penyakit (Palungkun, 2010: 5). Mengingat potensinya, cacing tanah makin banyak diteliti dan dikembangkan sebagai budidaya secara komersial. Saat ini potensi sumberdaya cacing tanah di dunia sudah teridentifikasi dan terklasifikasi lebih dari 1.800 jenis (spesies). Dari jumlah potensi sumber daya jenis (spesies) tersebut, baru sembilan spesies yang banyak menarik perhatian kalangan ahli pertanian, pembudidaya cacing tanah, peternak dan ahli 1
pengobatan tradisional. Kesembilan jenis atau spesies cacing tanah tersebut adalah Lumbricus terrestris, L. rubellus, Eisenia foetida, Allolobophora caliginosa, A. chlorotica, Pheretima asiatica, Perionyx excavaus, Diplocordia verrucosa dan Eudrillus eugeuniae. Dari sembilan spesies itu, hanya empat spesies saja yang dibudidayakan yaitu Lumbricus rebellus, Eisenia foetida, Pheretima asiatica dan Eudrilus eugeuniae (Rahmat Rukmana, 1999:7). Eisenia foetida merupakan salah satu spesies cacing tanah yang banyak dibudidaya secara komersial, karena hasil budidayanya banyak berhubungan dengan bidang pertanian dan industri. Cacing jenis ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan jenis Lumbricus rebellus. Keunggulan jenis-jenis cacing yang banyak dibudidayakan adalah umumnya memiliki waktu pertumbuhan dan perkembangbiakan yang cepat dan produktivitasnya lebih baik dibanding dengan cacing jenis lainnya. Media memiliki peran yang sangat penting karena sebagai tempat hidup sekaligus makanan bagi cacing tanah. Biasanya media yang digunakan berupa bahan-bahan organik. Menurut Rahmat (1999) bahan organik yang digunakan sebagai pembuatan medium cacing tanah harus memenuhi syarat, di antaranya yaitu memiliki daya serap yang tinggi untuk menahan air dan bersifat gembur atau tidak mudah menjadi padat. Salah satu bahan organik yang dapat digunakan untuk media hidup cacing tanah adalah serbuk gergaji kayu. Namun, tidak semua jenis kayu 2
dapat dijadikan bahan baku media. Kayu yang digunakan harus tidak memiliki bau dan getah. Bau dan getah beresiko menyebabkan keracunan pada cacing. Jenis kayu yang paling baik untuk media cacing tanah adalah kayu yang bertekstur lunak. Salah satu jenis kayu yang dapat digunakan adalah serbuk gergaji pohon kelapa. Penggunaan gergaji pohon kelapa sebagai media dalam budidaya cacing tanah dapat memenuhi persyaratan, karena serat kasar yang terkandung di dalamnya dapat mempengaruhi aerasi media untuk perkembangan cacing tanah (Sudargana., dkk, 2009: 1). Selain gergaji kayu kelapa yang dapat diperoleh dengan mudah, bahan yang dapat digunakan untuk media cacing lainnya adalah onggok aren. Ampas onggok aren merupakan limbah pertanian yang sangat sulit diolah karena kandungan serat kaku yang membahayakan dan kandungan banyak air dalam ampas pati yang sulit dikeringkan bila dipakai sebagai bahan bakar. Sementara ini onggok aren dimanfaatkan hanya sebagai media budidaya cacing. Dukuh Bendo Desa Tullung Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten merupakan penghasil pati aren yang digunakan sebagai bahan baku mie. Dengan sulitnya pemanfaatan onggok aren ditumpuk di sepanjang jalan (Sudargana., dkk, 2009: 1). Pada pembudidayaan cacing tanah, pakan yang diberikan sebaiknya dalam bentuk yang lunak untuk memudahkan cacing tanah mencernanya. Ampas tahu sering digunakan untuk campuran pakan ternak 3
dan bahan pakan untuk cacing tanah karena sifatnya yang lunak (Nonna Royhana, 2002: 21). Budidaya cacing tanah sering menemui kendala dalam menentukan media yang cocok. Setiap spesies cacing memiliki jenis media tempat hidup yang berbeda-beda. Karakter jenis media ini dapat mempengaruhi produksivitas dari cacing itu sendri. Karena itulah perlu di lakukan penelitian untuk melihat bagaimana pengaruh kombinasi media serbuk gergaji pohon kelapa dan onggok aren terhadap cacing jenis Eisenia foetida. B. Identifikasi Masalah 1. Apakah media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan onggok aren berpengaruh terhadap pembentukan klitelum cacing Eisenia foetida? 2. Apakah kombinasi serbuk gergaji batang pohon kelapa dan onggok aren dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan Eisenia foetida? 3. Apakah kombinasi serbuk gergaji batang pohon kelapa dan onggok aren dapat berpengaruh terhadap reproduksi dan produksi kokon Eisenia foetida? 4. Apakah media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan onggok aren dapat berpengaruh terhadap penetasan kokon Eisenia foetida? 5. Kombinasi media manakah yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi kokon Eisenia foetida? 4
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini berfokus pada pengaruh kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa (Cocos nucifera, L) dan onggok aren terhadap pertumbuhan dan produksi kokon cacing tanah (Eisenia foetida) dengan melihat pada parameter pertambahan biomassa cacing tanah, jumlah kokon, indeks kokon dan bobot kokon. D. Perumusan Masalah 1. Apa pengaruh kombinasi media serbuk gergaji pohon kelapa dan onggok aren terhadap pertumbuhan cacing Eisenia foetida? 2. Apa pengaruh kombinasi media serbuk gergaji pohon kelapa dan onggok aren terhadap produksi kokon cacing Eisenia foetida? E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji pohon kelapa dan onggok aren terhadap pertumbuhan cacing Eisenia foetida. 2. Mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji pohon kelapa dan onggok aren terhadap produksi kokon cacing Eisenia foetida. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Lain Hasil data yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi untuk dapat digunakan dan dikembangkan pada penelitan selanjutnya. 2. Bagi Masyarakat 5
a. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai pemanfaatan limbah serbuk gergaji pohon kelapa dan onggok aren yang masih jarang dimanfaatkan. b. Masyarakat juga mendapatkan informasi bagaimana cara budidaya cacing yang baik khususnya cacing Eisenia foetida yang dapat digunakan sebagai salah satu usaha yang menguntungkan. G. Definisi Istilah 1. Cacing tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing tanah jenis Eisenia foetida sebanyak 28 gram, umur sekitar 4 bulan, hanya cacing yang telah memiliki klitelum. Cacing Eisenia foetida ini diperoleh dari peternak cacing di daerah Godean, Yogyakarta. 2. Media pertumbuhan cacing tanah Eisenia foetida adalah tempat hidup sekaligus makanan bagi cacing tanah berupa bahan organik yang diisikan ke dalam wadah untuk pemeliharaan cacing Eisenia foetida yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji batang pohon kelapa dan onggok aren. 3. Serbuk gergaji batang pohon kelapa yang digunakan merupakan serbuk gergaji yang tidak berbau oli yang didapatkan dari limbah warga di desa Brosot, Galur, Kulon Progo. Serbuk gergaji batang pohon kelapa ini keringanginkan selama 4-5 hari untuk mengurangi kadar air pada serbuk gergaji sehingga mencegah timbulnya jamur pada serbuk gergaji. 6
4. Onggok aren adalah limbah industri tapioka yang berbentuk padatan yang diperoleh dari ampas yang tertinggal pada proses ekstraksi. Onggak ini berasal dari Dusun Bendo, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten yang merupakan daerah penghasil limbah onggok aren terbanyak di daerah jawa. 5. Pertumbuhan cacing tanah diidentifikasi dari biomassa cacing tanah yang pada penelitian ini diukur tiap satu bulan sekali selama 2 bulan pengamatan. Pertumbuhan ditandai dengan pertambahan biomasa yang diukur dengan cara mencari selisih berat akhir dan berat awal. 6. Kokon merupakan selubung yang berisi beberapa telur (kapsul) yang berisi bakal anak-anak cacing tanah. Produksi kokon adalah banyaknya kokon yang dihasilkan oleh cacing tanah Eisenia foetida yang pada penelitian ini diukur tiap satu bulan sekali selama 2 bulan pengamatan. 7