BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, intelektual dan teknologi. Ini merupakan aset untuk meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
Smart, Innovative, Professional

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan tanggung jawab utama pendidikan tinggi adalah menyiapkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk. meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang ada. Pengetahuan merupakan unsur terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SISTEM PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. peralatan praktik, penyempurnaan kurikulum maupun peningkatan. profesionalisme guru yang dilakukan secara nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

USULAN PEMERINTAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI (VERSI 4 APRIL 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara terstruktur dan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan pasal 3 tahun 2003 yang berbunyi: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dengan persiapan yang baik dan matang, hal tersebut dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki agar mengetahui,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. menunjang masa depan agar lebih baik. Pendidikan dalam hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

I. PENDAHULUAN. sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar yang aktif dan kondusif.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi yang penting dalam pembangunan karena. sasarannya adalah peningkatan kulitas Sumber Daya Manusia (SDM).

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

RUU Pendidikan Tinggi (RUU DIKTI) Versi 31 Maret 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pusat bagi kemajuan sebuah bangsa, melalui

TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI (PENDIDIKAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

RUU Pendidikan Tinggi (RUU DIKTI) Versi 31 Maret 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

PROSES BISNIS PENDIDIKAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia pada era global dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional menurut UU no.20 tahun 2003 tentang. sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan, intelektual dan teknologi. Ini merupakan aset untuk meningkatkan daya saing. Oleh sebab itu, pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya yang dapat mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Peningkatan mutu pendidikan dewasa ini dapat dilakukan dengan memperbaiki proses pembelajaran di lembaga pendidikan baik sekolah maupun perguruan tinggi. Unversitas Negeri Medan sebagai salah satu lembaga pendidikan untuk menghasilkan tenaga kependidikan yang mempunyai misi meningkatkan mutu pendidikanyang berorientasi pada kualitas ini menghadapi berbagai tantangan yang tidak dapat ditanggulangi dengan paradigma lama tetapi sangat diperlukan inovasi dalam pembelajaran yang dapat mengembangkan segala dimensi yang ada pada peserta didik. Demikian pula halnya dalam pendidikan di perguruan tinggi atau pendidikan tinggi. Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah (SMK/SMA/MA). Program yang ada dalam pendidikan tinggi ini tidak hanya sarjana (S-1) melainkan diploma, pendidikan profesi, magister (S-2), bahkan doktor (S-3). Sedangkan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi ini dikenal dengan nama Perguruan Tinggi (PT), baik itu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, 1

2 akademi, dan akademi komunitas yang mempunyai fungsi sebagaimana disebutkan dalam UU No. 12 Tahun 2012 Pasal 4, bahwa pendidikan tinggi memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu: 1. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 2. Mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma, dan 3. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora. (Wahyono, Budi : 2015) Selain memiliki fungsi, pendidikan tinggi juga memiliki beberapa tujuan. Seperti halnya pengertian dan fungsi pendidikan tinggi, tujuan pendidikan tinggi juga tertuang dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yaitu pada pasal 5. Dalam UU No. 12 Tahun 2012 pasal 5 tersebut disebutkan 4 (empat) tujuan pendidikan tinggi, yaitu sebagai berikut: 1. Berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. 2. Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa. 3. Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia. 4. Terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Beranjak dari fungsi dan tujuan pendidikan tinggi yang diuraikan diatas maka diharapkan dapat mempersiapkan pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran aktif dibutuhkan komunikasi yang baik dalam penyaluran pesan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari suatu pokok pembelajaran.

3 Sehubungan dengan peningkatan kualitas pendidik, peran Dosen sangat menentukan dalam meyelenggarakan proses pembelajaran yang berkualitas. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 tentang tugas Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan bermutu bila dalam proses pembelajaran tersebut mahasiswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Guru maupun dosen seyogyanya mengusahakan terciptanya situasi yang tepat sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri peserta didik dengan mengarahkan segala sumber dan menggunakan strategi belajar mengajar yang tepat. Dari pendapat di atas kesimpulannya adalah bahwa dosen senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran salah satunya dengan memanfaatkan media pembelajaran agar mahasiswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Adapun cara yang dilakukan dosen untuk membantu mahasiswa dalam menarik perhatian mahasiswa terhadap materi yang disajikan dosen. Pemakaian media pembelajaran yang tepat, dapat memudahkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep-konsep dan mampu menerapkan konsep tersebut dalam bentuk keterampilan kerja sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai mahasiswa. Prodi Pendidikan Tata Rias adalah merupakan salah satu jurusan yang ada pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan. Pada program studi ini, mahasiswa dibekali dengan kompetensi atau keterampilan dibidangnya. Salah satu

4 matakuliah yang harus diikuti oleh mahasiswa adalah matakuliah tata rias wajah khususyang merupakan salah satu mata kuliah keilmuan dan keterampilan. Dalam pembelajaran tata rias wajah khusus, salah satu materi perkuliahan yang diajarkan adalah Tata Rias Wajah Panggung ( Make up Panggung) yang dianggap oleh banyak mahasiswaadalahmateriperkuliahan yang sulit dan tidak menarik. Hal ini kemungkinan disebabkan kesulitan dalam membentuk alis. Alis memegang peranan penting, karena baik bentuk maupun posisi alis sangat mempengaruhi ekspresi wajah, misalnya alis yang tebal dengan jarak terlalu dekat dapat memberikan kesan ketus dan alis yang ujungnya menurun memberikan kesan sedih. Sehingga dalam melakukan pembentukan alis harus memperhatikan bagianbagian yang perlu dikoreksi sepertialis yang jaraknya berdekatan dengan mencabut bulu alis pada pangkal alis, atau alis yang jaraknya terlalu berjauhan dengan cara digambar atau disempurnakan.bentuk yang dipertegas dan lain sebagainya. Dari hasil observasi penulis, pembelajaran tata rias wajah khusus pada materi tata rias wajah panggung selama ini dilaksanakan dengan cara menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan praktik. Media yang digunakan saat pembelajaran antara lain media white board, power point dan media cetak seperti buku ajar dan latihan-latihan. pembelajaran dengan menggunakan media yang tersedia, mahasiswa masih kesulitan tentang teknik/tata cara pembentukan alis, sehingga belum mampu menerapkan teknik/tata carapembuatan alis tersebut dengan tepat. Dalam hal ini materi tata rias wajah panggung ini harus dikuasai mahasiswa sebelum masuk ke laboratorium untukn praktek.

5 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada dosen pengampu mata kuliah. Ibu Alamaida mengatakan bahwa pengajaran materi kuliah tata rias wajah panggung yang selama ini dilakukan tidak terorganisir dengan baik, sehingga perolehan belajar mahasiswa rendah yaitu sebesar 62,35% menguasai, selebihnya mahasiswa belum mampu memahami dan mengaplikasikan teori pembentukan alis dalam tata rias wajah panggung dengan baik dan benar (data : catatan penilaian dosen pengampu). Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang ada. Untuk itu perlu adanya peningkatan prestasi belajar tata rias wajah panggung dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan keberhasilan belajar tata rias wajah panggung. Berdasarkan hasil observasi dan melakukan diskusi dengan beberapa dosen pengampu matakuliah tata rias wajah khusus, maka untuk mengoptimalkan proses pembelajaran matakuliah tata rias wajah khusus untuk materi kuliah tata rias wajah panggung, perlu dirancang sebuah multi media interaktif pembentukan alis mata dengan penerapan model Pemrosesan Informasi yang dapat membantu mahasiswa dalam belajar dikelas maupun mandiri. Dugaan penulis, bahwa multi media interaktif pembentukan alis mata dengan penerapan model Pemrosesan Informasi ini nantinya merupakan pembelajaran yang menggunakan komputer sebagai media alternatif dalam proses pembelajaran. Multi media interaktif pembentukan alis mata dengan penerapan model Pemrosesan Informasi dapat digunakan baik oleh dosen, guru maupun mahasiswa. Dalam hal-hal tertentu multi media interaktif pembentukan alis mata dengan penerapan model Pemrosesan Informasi dapat menjadi penyaji dan

6 penyalur pesan dalam menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas, dan menarik tanpa kehadiran dosen. Rob Phillips (1997:8) menjelaskan makna interaktif sebagai suatu proses pemberdayaan mahasiswa untuk mengendalikan lingkungan belajar. Dalam konteks ini lingkungan belajar yang dimaksud adalah belajar dengan menggunakan komputer. Klasifikasi interaktif dalam lingkup multimedia pembelajaran bukan terletak pada sistem hard-ware, tetapi lebih mengacu pada karakteristik belajar mahasiswa dalam merespon stimulus yang ditampilkan layar monitor komputer. Kualiitas interaksi siswa dengan komputer sangat ditentukan oleh kecanggihan program komouter. Menurut (Kardi dan Nur, 2009:9) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah : (1) rasional, teoritis, logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya, (2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilakukan dengan berhasil. (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. (Kardi dan Nur, 2000:9). Menurut Trianto (2011: 36) model pemerosesan informasi ialah proses, penyimpanan dan pemanggilan kembali dari otak, peristiwa-peristiwa mental

7 diuraikan sebagai transformasi-tranformasi informasi dari input (stimulus) ke output (respon). Model pemerosesan informasi dapat digambarkan sebagai kotakkotak yang dihubungkan dengan garis-garis. Pemikiran secara logika dengan menyimpulkan pusat informasi kedalam memori otak lalu menerapkan dalamkotak yang dihubungkan dengan garis garis. Melihat kenyataan tersebut, perlu adanya pengembangan multi media interaktif yakni Pengembangan Multimedia Interaktif Pembelajaran Pembentukan Alis mata dengan penerapan model Pemrosesan Informasi untuk meningkatkan hasil praktek Tata Rias wajah Panggung pada mata kuliah Tata Rias Khusus mahasiswa Prodi Tata Rias Unimed Tahun Akademik 2016. Dengan pengembangan multimedia interaktif malalui penerapan model pemrosesan informasi ini diharapkan dapat membantu dosen dalam menjelaskan berbagai bahasan materi kuliah, sehingga dosen tidak lagi hanya bergantung pada buku pelajaran maupun diktat yang ada. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah guna menemukan masalah yang penting untuk dikaji, diteliti dalam penelitian pengembangan multi media interaktif pembelajaran pembentukan alis mata dengan penerapan model pemrosesan informasi pada matakuliah tata rias wajah panggung antara lain : 1) Materi perkuliahantata rias wajah panggung masih banyak disajikan dalam bentuk media cetak berupa buku sebagai sumber utamanya, sehingga perlu penyusunan multi media belajar tata rias wajah panggung pada materi bentuk

8 alis dan koreksinya, bentuk mata dan koreksinya serta warna-warna yang diaplikasikan. 2) Mahasiswa banyak mengalami kesulitan dalam mempelajari materi perkuliahantata rias wajah panggung terutama pada koreksi bentuk alis. 3) Kurangnya variasi media dan teknologi pembelajaran dalam mata kuliah Tata Rias Wajah Khussus. 4) Masih digunakannya pembelajaran konvensional oleh sebagian besar dosen pengampuh matakuliah tata rias wajah panggung sehingga perbedaan individual pada masing-masing mahasiswa kurang diperhatikan, sedangkan dengan pembelajaran individual mahasiswa akan dapat belajar mandiri. C. Pembatasan Masalah Ditinjau dari identifikasi masalah yang muncul, maka masalah yang muncul sangat luas sehingga perlu pembatasan masalah. Adapun yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pengembangan multi media interaktif pembelajaran pembentukan alis mata dengan penerapan model pemrosesan informasi pada matakuliah tata rias wajah khusus untuk mahasiswa program studi pendidikan tata rias Universitas Negeri Medan. Adapun yang menjadi ruang lingkup dari pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Materi kuliah yang dikembangkan hanya 2 materi pokok yang terdiri dari: a) Bentuk alis, b) Koreksi bentuk alis, 2. Media pembelajaran yang dikembangkan hanya dalam bentuk media pembelajaran interaktif yang aplikasinya dibuat dengan beberapa Software dan Macromedia Flash Professional 8.0.

9 3. Analisis kebutuhan hanya dilakukan di Fakultas Teknik Jurusan PKKProdiTata Rias Universitas Negeri Medan dengan 3 kali pertemuan selama 300 menit/ pertemuan ( 3 sks ) D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Pengembangan Multimedia Interaktif Pembelajaran Pembentukan Alis mata dengan penerapan model Pemrosesan Informasi pada mahasiswa prodi tata rias UNIMED angkatan tahun 2014? 2. Bagaimanakah keefektifanmultimedia Interaktif Pembelajaran Pembentukan Alis mata dengan penerapan model Pemrosesan Informasi? E. Tujuan Penelitian Pengembangan 1. Mengembangkan Multimedia Interaktif yang berkualitas untukpembelajaran pembentukan alis mata dengan penerapan model pemrosesan informasi, mudah dipelajari dan dipahami mahasiswa serta dapat digunakan untuk pembelajaran individual pada mahasiswa prodi tata rias UNIMED tahun akademi 2014. 2. Untuk melihat keefektifanmultimedia Interaktif yang dikembangkan untuk pembelajaran pembentukan alis mata dengan penerapan model Pemrosesan Informasi. F. Manfaat Penelitian Pengembangan Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis penelitian ini dapat bermanfaat:

10 1. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pengembangan produk multimedia interaktif pada mata kuliah Tata Rias wajah khusus pada umumnya dan materi pembentukan alis dalam tata rias wajah panggung pada khususnya. 2. Untuk menstimulasi buah pikiran yang berguna sebagai rujukan maupun bandingan bagi penelitian lanjutan yang mengkaji pengembangan multimedia interaktif dalam kegiatan tata rias wajah. Dan secara praktis penelitian ini bermanfaat: 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam menambah wawasan dosen pada khususnya matakuliah tata rias wajah sehingga kedepan dapat meningkatkan pelayanan dan akses pendidikan yang lebih baik kepada para mahasiswa. 2. Bagi mahasiswa prodi tata rias, penelitian ini dapat mempermudah mahasiswa dalam menerapkan dan mengaplikasi materi pembelajaran praktek khususnya untuk pembentukan alis. 3. Bagi dosen, penelitian ini menambah kemudahan dalam menyampaikan materi ajar tentang pembentukan alis bukan saja pada mata kuliah tata rias wajah khusus tapi juga untuk mata kuliah lain yang berkaitan dengan rias wajah, seperti tata rias pengantin nusantara maupun internasional dll. 4. Bagi lembaga Prodi Tata Rias merupakan tambahan koleksi bahan ajar yang dapat meningkatkan mutu lulusan dan sebagai penambah nilai pada penilaian akreditasi.

11 5. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam menghasilkan kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan pengembangan produk multimedia interaktif untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Bagi peserta didik, pendidikan maupun tenaga kependidikan, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pendidikan khususnya penelitian pengembangan multimedia interaktif dan diharapkan untuk dikembangkan di masa-masa yang akan datang.