BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk membudayakan manusia. Dengan demikian urusan pertama

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Widiya Pakartining Kawedar *), Dr. Abdul Qohar, M.T **), Universitas Negeri Malang. Kata Kunci: model pembelajaran Reciprocal Teaching, hasil belajar.

Bab. Satuan Debit. Di unduh dari : Bukupaket.com Sumber buku : bse.kemdikbud.go.id

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Pendidikan selalu menarik untuk dibicarakan apalagi yang

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DAN RECIPROCAL TEACHING PADA MATERI BANGUN DATAR SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bidang pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4

BAB I PENDAHULUAN. signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kemampuan pemahaman konsep matematika

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih banyak dibanding dengan pelajaran yang lain. Meskipun. matematika. Akibatnya berdampak pada prestasi belajar siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar mengajar Sardiman (2004: 93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian Teori Tinjauan Tentang Mata Pelajaran Matematika

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dimanapun dan kapanpun di dunia pasti terdapat pendidikan. Hakikat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gagasan. Menurut Beni S. Ambarjaya ( 2012: 122 ), selama ini proses. untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat memunculkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN.. ABSTRAK... KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR BAGAN xvi. DAFTAR LAMPIRAN..

Bab 2 Satuan Volume dan Debit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

Jurnal Penelitian Guru FKIP Universitas Subang, Volume 1 No. 1 Maret 2018 ISSN (p) (e)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KELILING DAN LUAS SEGI EMPAT MELALUI METODE DRILL DENGAN UMPAN BALIK

BAB III METODE PENELITIAN

Bab II Landasan Teori

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

BAB I PENDAHULUAN. ke-21 (Degeng, 2001: 1). Pendidikan sebagai sumber daya insane. sepatutnyalah mendapat perhatian secara terus-menerus dalam upaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal berkaitan dengan

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009

PENERAPAN MODEL TAI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATERI BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS IV SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Table 8. Kategori aktivitas belajar siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III PELAKSANAAN TINDAKAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY PADA SISWA KELAS VII SMP N 5 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

MENERAPKAN PRINSIP PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA. Nurhasanah 2

BAB I PENDAHULUAN. mudah dari berbagai tempat di dunia, di sisi lain kita tidak mungkin

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

Oleh: Maelah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa

BAB I PENDAHULUAN. situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pacet Kecamatan Reban Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis penelitian yang telah dilakukan, maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

INDIKATOR OBSERVASI PEMBELAJARAN SIKLUS I. Dilaksanakan dengan baik

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karateristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lain. Belajar mempunyai banyak keuntungan, baik bagi individu itu sendiri maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus menerus memberikan niai tambah dan kontribusi bagi perkembangan kualitas hidupnya. Bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya/perkembangan budaya dan ilmu pengetahuan dari generasi ke generasi (Bell-Gredler, 1986 dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2010:12). Hasil belajar adalah bukti bahwa seseorang telah belajar bentuknya dapat diamati dari terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Bahwa seseorang sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat. Hasil belajar berkaitan erat dengan prestasi belajar, yang merupakan bagian bukti bahwa individu telah mencapai keberhasilan dalam belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari belajar adalah sasaran personal yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah. Pada hakekatnya hasil belajar adalah prestasi belajar merupakan cermin keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru, siswa, dan komponen sekolah yang lain dalam kurun waktu tertentu, misalnya satu semester, satu tahun pelajaran, atau dalam kurun waktu yang telah ditentukan dalam satuan pendidikan (Rahardjo, 2001:87).

8 Hasil belajar memang tidak selamanya identik dengan prestasi belajar. Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, termasuk di dalamnya motivasi, kecerdasan, dan faktor-faktor belajar. Hasil belajar juga sangat berkaitan erat dengan penyelenggaraan evaluasi hasil belajar di sekolah. Hasil belajar merupakan hasil dari evaluasi yang diperoleh seorang siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Evaluasi hasil belajar oleh guru diharapkan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. 2.1.2 Evaluasi Hasil Belajar Hasil belajar tidak dapat diketahui tanpa dilakukan kegiatan evaluasi. Evaluai di akhir pembelajaran, di akhir satuan waktu, dan di akhir setiap jenjang jenjang pendidikan bertujuan untuk mengetahui keberhasilan sebuah proses belajar. Orientasi evaluasi belajar adalah untuk memperoleh data hasil belajar. Evaluasi adalah proses pengumpulan informasi dan memanfaatkannya sebagai penimbang dan pengambil keputusan (Darsono, 2001:106). Evaluasi merupakan bagian integral dari proses pendidikan, karena dalam proses pendidikan guru perlu mengetahui seberapa jauh proses pendidikan telah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam upaya memperbaiki sistem pembelajaran perlu dilakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi mempunyai kedudukan penting dalam proses pendidikan, sebab hasil evaluasi dapat dimanfaatkan atau difungsikan untuk berbagai kepentingan. Darsono (2001:107) menyebutkan fungsi evaluasi sebagai berikut. a. Alat bagi guru untuk mengetahui sejauh manakah tujuan pendidikan tercapai. b. Dasar untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan belajar siswa yang biasanya diwujudkan dalam angka, huruf, atau kualifikasi yang lain. c. Motivasi belajar bagi siswa, evaluasi dapat mendorong siswa belajar. d. Alat diagnosis kesulitan belajar siswa, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan remidial atau perbaikan.

9 e. Sebagai umpan balik guru dan sekolah dalam mengembangkan kurikulum ke dalam proses belajar mengajar. Pendapat yang senada tentang fungsi tes hasil belajar juga dikemukakan oleh Rahardjo (2001:95) sebagai berikut.: f. Fungsi tes hasil belajar terutama untuk seleksi g. Fungsi tes hasil belajar sebagai klasifikasi h. Berfungsi untuk mengecek standart suatu kelakuan minimum i. Berfungsi untuk penetapan kenaikan kelas j. Berfungsi sebagai remedial teching 2.1.3 Prinsip Penilaian Hasil Belajar Prinsip-prinsip penilaian menurut Nasution (1994:167-171) sebagai berikut. k. Mengukur apa yang dipelajari, yaitu tes hasil belajar disusun agar dapat mengukur hasil belajar seperti pengetahuan mengenai konsep atau prinsip, kemampuan menggunakannya, serta kemampuan berfikir lainnya. l. Mewakili bahan yang dipelajari, yaitu mengambil bahan evaluasi yang mewakili program pengajaran yang telah diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yang dilengkapi dengan indikator soal. Langkah tersebut berfungsi untuk mengetahui peneyebaran serta bobot soal sehingga tidak ada evaluasi bahan pengajaran yang terlewati atau ganda. m. Sesuai dengan aspek tingkat belajar, yaitu menyusun alat evaluasi sesuai dengan aspek ingatan, penerapan konsep, atau sikap. Dengan memperhatikan aspek tingkat belajar tentunya berpengaruh terhadap bentuk soal yang diberikan. n. Sesuai dengan tujuan penggunaan tes, yaitu menyusun alat evaluasi yang disesuikan dengan tujuan. Post tes untuk mengetahui sejauh manakah tingkat penguasaan bahan yang telah diajarkan. Pre test untuk menjajaki sejauh manakah bahan yang akan diajarkan, tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa, tes prestasi untuk mengetahui

10 tingkat kemampuan siswa secara menyeluruh dan menempatkan mereka berdasarkan tingkat kemampuannya. o. Sesuai dengan pendekatan pengukuran yang dianut, yaitu evaluasi harus menggunakan pendekatan atau patokan yang sesuai. Pendekatan yang bisa dipilih adalah: norm reference, standart relatif, atau acuan norma. Masingmasing berorientasi pada hasil. p. Digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Evaluasi digunakan untuk mengetahui hasil tercapainya tujuan, sehingga diketahui tujuan mana yang sudah tercapai maupun yang belum tercapai. Tujuan yang sudah tercapai dilanjutkan dengan bahan selanjutnya dan untuk yang belum dilakukann remidial. 2.1.4 Model Pembelajaran Berbalik (reciprocal teaching) Model pembelajaran berbalik merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri dan peserta didik mampu menjelaskan kepada pihak lain. Yang diharapkan selain tujuan pembelajaran tercapai maka kemampuan siswa di dalam belajar mandiri juga dapat ditingkatkan. Model ini pertama kali diterapkan dalam materi pelajaran Bahasa Indonesia. Model ini dikenalkan oleh Ann Brown di tahun 1982, prinsipnya hampir sama dengan tutor sebaya. Dalam hal ini siswa menyampaikan materi seperti kalau guru mengajarkan materi tersebut. Langkah-langkahnya sebagai berikut. 2. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dipelajari siswa secara mandiri. 3. Siswa melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut. q. Mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri. r. Siswa membuat rangkuman atau meringkas isi materi tersebut. s. Siswa membuat pertanyaan atau sejumlah soal yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya.

11 t. Siswa harus menyelesaikan (dapat menjawab soal yang dibuatnya) yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya. Sebagai catatan pertanyaan atau soal yang dibuat siswa diharapkan mampu mengungkapkan penguasaan atas materi yang bersangkutan secara keseluruhan. 4. Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa, dengan mencatat sejumlah siswa yang membuat secara benar dengan meyakinkan. 5. Guru menyuruh siswa untuk menjelaskan, menyajikan hasil temuannya di depan kelas. 6. Guru mengungkapkan kembali dengan menggunakan metode tanya jawab untuk melihat tingkat pemahaman para siswa yang lain. 7. Guru memberikan tugas soal latihan secara individual, termasuk memberikan soal yang mengacu pada kemampuan siswa dalam memprediksi kemungkinan pengembangan materi. 8. Guru perlu melakukan evaluasi diri atau refleksi untuk mengamati keberhasilan pembelajaran dengan penerapan pendekatan pembelajaran berbalik yang telah dilakukan (Suyitno, 2001:69). Menurut Paulina Pannen, melalui pembelajaran berbalik ini diharapkan siswa dapat mengembangkan kemauan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan peengetahuan sendiri, melatih siswa agar dapat mempresentasikan idenya, dan guru cukup berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manager dari proses pembelajaran. 2.1.5 Satuan Penjang Satuan panjang adalah berhubungan dengan ukuran benda panjang dan pendek yang membujur. Sebutan satuan panjang antara lain; kilometer, hektometer, dekameter, meter, desimeter, centimeter, dan milimeter. Sebutan satuan panjang tersebut juga dibuat dalam sebutan bentuk pendek seperti; km untuk kilometer, hm (hektometer), dam (dekameter), m (meter), dm (desimeter), cm (centi meter), dan mm untuk milimeter.

12 2.1.6 Hubungan Antarsatuan Panjang dan Pengerjaan Operasi Antarsatuan Panjang Hubungan antarsatuan panjang berhubungan dengan penyederhanaan, perubahan, dan penyamaan antarsatuan panjang. Hubungan antar satuan panjang tersebut berupa perubahan dan penyamaan antar satuan panjang seperti; meter... menjadi... sentimeter, dan sejenisnya. Herarki hubungan antar satuan panjang dapat dilihat pada diagram 1 berikut. Diagram 1 Herarki Hubungan Antar Satuan Panjang km km 10 hm hm 10 10 dam dam 10 10 m m 10 x 10 dm dm 10 : dikalikan 10 cm cm 10 dibagi 10 mm 10 Operasi pengejaan hubungan antarsatuan penjang adalah operasi pengerjaan hitung matematika, yang meliputi; penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan pengerjaan hitung yang lain dengan kombinansinya termasuk di dalamnya soal cerita. 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

13 Supartini (2005) dengan penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar melalui Implementasi Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) pokok bahasan Luas dan Keliling pada Siswa kelas V SD Pogalan III Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2004/2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I ketuntasan individual 65% dan ketuntasan kelas 60%, dengan nilai rata-rata 6,8. Siklus II ketuntasan individual 70% dan ketuntasan kelas 72%, dengan nilai rata-rata 7,2. Siklus III ketuntasan individual 79% dan ketuntasan kelas 72%, dengan nilai rata-rata 8,4. simpulan yang diberikan adalah implementasi model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan hasil belajar pokok bahasan luas dan keliling pada siswa kelas V SD Pogalan III Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2004/2005. Pranoto (2011) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) untuk Mengingkatkan Prestasi Belajar Kompetensi Dasar Bilangan Bulat pada Siswa Kelas VII E Semester I SMP Negeri 1 Tayu Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Terbukti bahwa model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) berhasil mengingkatkan prestasi belajar kompetensi dasar bilangan bulat pada siswa kelas VII E Semester I SMP Negeri 1 Tayu Kabupaten Pati. Widyanarko, Sigit (2008) dalam penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika melalui Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching). Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Islam Terpadu Muhammadiyah Al Kautsar, Gumpang, Kartasura, menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) dalam mata pelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika dan meningkatkan hasil belajar siswa. Simpulan tersebut dibuktikan bahwa pada putaran I siswa yang memahami masalah matematika mencapai 36,36%, dan pada putaran II mencapai 45,45%, dan pada putaran III mencapai 63,63%. Nur Handayani (2011) dengan judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

14 Ilmu Pengetahuan Sosial pada Siswa Kelas V C SD Muhammadiyah 16 Karangasem Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian disimpulkan bahwa sebelum ada tindakan hasil belajar IPS siswa rata-rata 5,5 di akhir tindakan nilai rata-rata kelas mencapai 7,56. dengan demikian bahwa penerapan reciprocal teaching model dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3 Kerangka Berpikir Model pembelajaran berbalik merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri dan peserta didik mampu menjelaskan kepada pihak lain. Yang diharapkan selain tujuan pembelajaran tercapai maka kemampuan siswa di dalam belajar mandiri juga dapat ditingkatkan. Pada hakikatnya belajar adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara maksimal. Dengan demikian belajar tidak hanya sekedar proses menghafal atau menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperoleh itu bermakna bagi siswa melalui keterampilan berpikir. Pelaksanaan model pembelajaran berbalik yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dengan 7 langkah proses pembelajaran siswa mendapatkan kebebasan untuk menemukan, menganalisis, mengerjakan dan menyelesaikan pengerjaan operasi bilangan bulat berdasarkan tingkat kesukaran dan kemampuan siswa untuk mengembangkan gagasan, ide, atau pendapat dalam menyelesaikan operasi bilangan kompetensi dasar menentukan hubungan antarsatuan panjang. Siswa diajak berpikir langsung untuk tidak mengalami kesulitan dalam mencari fakta, data, dan sumber untuk dikembangkan menjadi keterampilan mengerjakan operasi hitung bilangan kompetensi dasar menentukan hubungan antarsatuan panjang. Keberhasilan siswa dalam menyelesaikan operasi bilangan kompetensi dasar menentukan hubungan antarsatuan panjang tergantung penalaran siswa, mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri, merangkum atau

15 meringkas isi materi, membuat pertanyaan atau sejumlah soal yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya, menyelesaikan (dapat menjawab soal yang dibuatnya) yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya, kemampuan siswa untuk menjelaskan, menyajikan hasil temuannya di depan kelas, yang tidak kaku dan komunikatif. Siswa juga memiliki kebebasan dalam mengembangkan kalimat dalam menentukan gaya retoris yang menarik untuk diperdengarkan, sehingga proses pembelajaran diharapkan berhasil meningkatkan prestasi hasil belajar pada materi bilangan kompetensi dasar menentukan hubungan antarsatuan panjang. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini diduga adanya peningkatan hasil belajar kompetensi dasar menentukan hubungan antarsatuan panjang melalui penggunaan model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) bagi siswa kelas IV pada semester I Sekolah Dasar Negeri Kadilangu Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012.