Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dimusnahkan, dapat dikonversikan atau berubah dari bentuk

Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS MEDAN AREA

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

PREDIKSI KENYAMANAN TERMAL DENGAN PMV DI SMK 1 WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat, dan pesatnya perkembangan teknologi. Berdasarkan data

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada

KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

ANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

PENDAHULUAN. dapat membuat konsumen tertarik untuk membelinya dari segi kualitas, harga, dan

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DIATAS PANTAI TROPIS LEMBAB Studi Kasus Rumah Atas Pantai Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

Langkah mudah memilih AC yang Hemat Energi & Cara merawat AC

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang

PENGARUH PERUBAHAN PENGATURAN SUHU PENGKONDISI UDARA JENIS TERPISAH (AC SPLIT) TERHADAP RASIO EFISIENSI ENERGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH DENGAN PENGKONDISIAN BUATAN. THERMAL COMFORT Of LECTURE ROOM WITH ARTIFICIAL CONDITIONING

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki

BAB II LANDASAN TEORI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG

PENGARUH PEMASANGAN EXHAUST FAN DI RUANG KELAS 3.8 FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA TERHADAP KENYAMANAN THERMAL YANG DIHASILKAN

PENGATURAN LAJU KAVITASI ULTRASONIK BERBASIS PID UNTUK MENGATUR KELEMBABAN RUANGAN. Monika Putri Dewi

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengabutan air merupakan suatu sistem pendinginan udara luar

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari

AIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

LAMPIRAN A TAMPILAN PERANGKAT LUNAK

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

ASPEK KENYAMANAN TERMAL RUANG BELAJAR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH UMUM di WILAYAH KEC.MANDAU

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang

BAB I PENDAHULUAN. mengingat kondisi persediaan energi fosil tak terbaharui seperti minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Inpres No.10 Tahun 2005 tentang penghematan energi. Pelaksanaan audit energi untuk mengetahui penggunaan energi di Rumah sakit

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi untuk meningkatkan harkat hidup sebagaimana bangunan pada

PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR

Foam Concrete Sebagai Alternatif Material Dinding Terkait Perencanaan Kenyamanan Termal Pada Rumah Hunian

Kenyamanan Termal Ruang Kelas di Sekolah Tingkat SMA Banjarmasin Timur

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

Seminar Nasional IENACO ISSN:

PERANGKAT LUNAK AUDIT SEBAGAI ALAT BANTU SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK UPAYA KONSERVASI ENERGI

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pengkondisian Udara Berdasarkan Variasi Kondisi Ruangan (Studi Kasus Di Politeknik Terpikat Sambas)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim selama tiga dekade terakhir telah meningkatkan suhu permukaan bumi. Suhu telah meningkat sekitar 0,8 dan menyebabkan lapisan es laut Artik berkurang rata-rata 40% saat musim panas sejak tahun 1979. Hal ini terjadi jauh lebih cepat daripada yang telah diprediksikan sebelumnya (Intergovernmental Panel Climate Change, 2014). Di Indonesia, terjadi peningkatan suhu rata-rata yang cukup signifikan sejak tahun 2008 hingga 2011 (Badan Pusat Statistik (BPS), 2014). Peningkatan suhu rata-rata ini mencapai 0,07 tiap tahunnya. Titik jenuh kelembaban akan naik sesuai dengan meningkatnya suhu udara (Karyono, 2001). Hal ini disebabkan oleh Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis lembab, suhu tertinggi dapat mencapai 34 dengan kisaran kelembaban 70 90% RH (Sabarinah dan Ahmad, 2006). Gambar 1.1 menunjukkan suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi pada tahun 2008 sampai 2011. Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014) 1

2 Perpaduan antara suhu dan kelembaban tinggi dapat menyebabkan kematian. Minson (2012), menyatakan perpaduan antara suhu panas dan kelembaban tinggi dapat mendorong suhu tubuh seseorang mencapai zona bahaya yakni 40. Hal ini disebabkan keringat yang dihasilkan tubuh untuk menurunkan suhu tidak dapat menguap. Upaya yang dilakukan untuk menurunkan suhu dan tingkat kelembaban adalah dengan menggunakan alat pengkondisian udara seperti Air Conditioner (AC) (Stoecker et al,1996). Penggunaan AC yang meningkat akibat perubahan iklim membuat konsumsi energi negara juga meningkat tiap tahunnya. Menurut Outlook Energi Nasional, pada tahun 2000-2009 konsumsi energi Indonesia mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,2% pertahun. Gambar 1.2 menunjukkan peningkatan konsumsi energi dari tahun 2000-2009. Gambar 1.2 Konsumsi energi di Indonesia (Outlook Energi Nasional, 2011) Pada Gambar 1.2 dapat dilihat konsumsi energi dikuasai sektor rumah tangga. Hasil survei Wonorahardjo (2009) mencatat konsumsi energi sektor rumah tangga didominasi oleh peralatan pengkondisian udara seperti AC dan kipas angin sebesar 20%. Berdasarkan konsumsi listrik per jam dapat diketahui konsumsi listrik AC mencapai 400-600 watt, sedangkan kipas angin hanya 15-50 watt. Sehingga dapat disimpulkan bahwa AC penyebab utama tingginya konsumsi energi sektor rumah tangga.

3 Kesimpulan ini juga sesuai dengan pernyataan Ang (2014) bahwa penggunaan AC di Indonesia hampir mencapai 20 jam sehari. Selain itu jenis AC yang dipilih konsumen didominasi jenis standar sebesar 69%. AC pada jenis ini tidak memiliki fitur inverter dan tidak menggunakan teknologi rendah daya. Isu konsumsi energi di sektor rumah tangga yang didominasi penggunaan AC ditanggapi pemerintah melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No.0031 Tahun 2005 tentang tata cara pelaksanaan penghematan energi. Peraturan ini berisi 2 pasal tentang pengaturan suhu ruangan dengan air conditioning pada suhu minimal 25 dan menghidupkan AC pada awal jam kerja dan mematikan 1 jam sebelum jam kerja berakhir (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2014). Namun peraturan ini masih banyak dilanggar oleh masyarakat. BPS (2014) mencatat pengguna AC di 33 provinsi mengatur suhu di bawah 25 pada tahun 2013. Dapat diketahui bahwa 77,77% pengguna AC di Indonesia mengatur suhu di bawah 25 C. Gambar 1.3 menunjukkan perbandingan jumlah pengguna AC di 33 provinsi dengan pengaturan suhu di bawah (<25) dan di atas 25 (>25) pada tahun 2013. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% >25 <25 Gambar 1.3 Perbandingan jumlah pengaturan suhu AC di bawah dan di atas 25 pada 33 provinsi tahun 2013 (BPS, 2014)

4 Penentuan suhu minimal ruangan dengan air conditioning pada peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.0031 Tahun 2005 berpedoman pada standar American Society of Heating Refrigating Air conditioning Engineer (ASHRAE) tahun 1992. Standar ini membuat ketentuan kenyamanan termal (thermal comfort) yang direkomendasikan yaitu pada rentang suhu 22,5-26. Standar ini dinilai kurang sesuai untuk diterapkan di Indonesia karena banyaknya masyarakat yang melanggar pengaturan suhu AC. Ketidaksesuaian ini dibuktikan dengan penelitian Hwang dan Cheng (2007) di Taiwan yang juga merupakan negara beriklim tropis. Penelitian tersebut menunjukkan rentang suhu berdasarkan standar ASHRAE lebih rendah 0,8 dari hasil observasi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menganalisis kenyamanan termal di ruangan dengan air conditioning bagi masyarakat Indonesia. Dewasa ini, penelitian tentang kenyamanan termal yang berfokus pada perbedaan jenis kelamin menunjukkan peningkatan cukup pesat (Karjalainen, 2012). Perbedaan jenis kelamin membuat perbedaan yang tidak signifikan. Akan tetapi, lebih dari 50% penelitian dengan tingkat kepercayaan 95% menyebutkan bahwa perempuan lebih sensitif terhadap penyimpangan suhu optimal dan sering mengungkapkan ketidakpuasan terhadap suhu sekitar (Fanger, 1973). Oleh karena sifat tersebut, maka kenyamanan termal yang diteliti akan difokuskan untuk perempuan. 1.2 Rumusan Masalah Selama ini peraturan Menteri ESDM tentang tata cara penghematan energi masih menggunakan standar ASHRAE. Standar ini dinilai kurang sesuai diterapkan karena banyak masyarakat yang melanggar dan juga belum mempertimbangkan faktor jenis kelamin. Padahal perempuan lebih sensitif dan merasa tidak puas terhadap suhu sekitar dibanding laki-laki. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai kenyamanan termal dalam ruangan dengan air conditioning yang berfokus untuk perempuan.

5 1.3 Batasan Masalah Masalah yang akan diselesaikan pada penelitian ini memiliki batasanbatasan sebagai berikut: 1. Penelitian ini dikhususkan pada kenyamanan termal di ruangan dengan air conditioning. 2. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan di laboratorium. 3. Responden penelitian adalah perempuan WNI yang berumur 20-25 tahun. 4. Responden penelitian akan diberikan perlakuan pengaturan suhu dengan bantuan alat AC, Humidifier, dan Dehumidifier. 5. Faktor lain seperti jenis pekerjaan, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, warna kulit, dan ethnicity tidak termasuk dalam analisis penelitian. 6. Pakaian yang digunakan responden saat eksperimen akan diseragamkan dengan nilai insulasi 0,21 clo. 7. Aktivitas yang dilakukan responden saat eksperimen adalah duduk santai dengan perkiraan metabollic rate sebesar 1 Met (Standar ISO 7730). 8. Faktor-faktor lingkungan seperti suhu luar, ukuran ruangan, pencahayaan, dan warna cat tembok ruangan tidak termasuk dalam analisis penelitian. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh Peneliti dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan spesifik 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh suhu dan kelembaban ruangan dengan air conditioning terhadap respon subyektif dan kenyamanan termal pada perempuan.

6 1.4.2 Tujuan Spesifik Tujuan spesifik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi pengaruh perubahan suhu dan kelembaban ruangan dengan air conditioning terhadap prediksi kenyamanan termal pada perempuan. 2. Mengidentifikasi pengaruh perubahan suhu dan kelembaban ruangan dengan air conditioning terhadap respon subyektif aktual pada perempuan. 3. Menentukan zona kenyamanan termal bagi perempuan di ruangan dengan air conditioning. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan kelembaban ruangan dengan air conditioning terhadap respon subyektif dan kenyamanan termal, serta mengetahui zona kenyamanan termal bagi perempuan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam peraturan Menteri ESDM tentang tata cara pelaksanaan penghematan energi. Selain itu juga dapat digunakan oleh perusahaan yang memproduksi AC untuk pengembangan fitur produk.