BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT MENULAR PADA ANJING DENGAN ALGORITMA BACKWARD CHAINING

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Scabies merupakan salah satu penyakit kulit yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

BAB I PENDAHULUAN. serta terkadang sulit untuk menemui seorang ahli/pakar dalam keadaan

BAB II LANDASAN TEORI

Dokumentasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Anjing

DIAGNOSA PENYAKIT MANUSIA YANG DIAKIBATKAN OLEH GIGITAN HEWAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi makhluk hidup. Tidak hanya manusia yang membutuhkan kesehatan tetapi hewan juga

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

2014 AEA International Holdings Pte. Ltd. All rights reserved. 1

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kesetiaannya. Selain itu anjing dan kucing mempunyai kesamaan yaitu sangat

Etiology dan Faktor Resiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelaksana diagnosa digantikan oleh sebuah sistem pakar, maka sistem pakar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mengapa disebut sebagai flu babi?

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan populasi manusia dan globalisasi menyebabkan perpindahan manusia

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sering dialami dan penanganan yang bisa dilakukan oleh cat lover.

KEDARURATAN LINGKUNGAN

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

Aplikasi Metode ForwardChaining Untuk Mengidentifikasi Jenis Penyakit Pada Kucing Persia

BAB 1 PENDAHULUAN. internet. Kemampuan komputer dalam mengolah angka menjadi sebuah data

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anjing merupakan salah satu hewan yang umum dijadikan peliharaan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. dan akurat. Untuk itu komputer dijadikan sebagai salah satu alat yang mendukung

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di indonesia terutama pada anak-anak. Diare harus

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini membawa manusia

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

Re-branding Andrawina Pet Center 2008 BAB 1 PENDAHULUAN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

6. Untuk donor wanita : apakah anda saat ini sedang hamil? Jika Ya, kehamilan keberapa?...

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING

Abstrak. Kata Kunci : Medical Expert System, Mycin PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat ditularkan melalui sentuhan fisik melalui kulit. sentuhan kulit sangatlah besar dan sering terjadi.

METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. akut, TBC, diare dan malaria (pidato pengukuhan guru besar fakultas

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB I PENDAHULUAN. global. Pemicu paling umum terhadap munculnya penyakit baru adalah perubahan

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FORWARD CHAINING

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT MALARIA BERBASIS WEB

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

BAB II KAMPANYE SOSIAL PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN HEWAN PELIHARAAN

SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA GINJAL

Transkripsi:

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah 3.1.1 Analisis Masalah Berdasarkan kajian jurnal, banyak pemilik anjing yang kurang memperhatikan kesehatan anjingnya karena masalah biaya, keberadaan dokter hewan yang masih jarang (Setyarini, Putra, & Purnawan, 2013), dan kesulitan mengambil tindakan berdasarkan observasi karena hewan peliharaan tidak mampu berbicara dan mengekspresikan masalah kesehatan mereka (Saurkar & Watane, 2012). Penelitian sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit menular pada anjing ini dapat menjadi solusi dalam membantu pemilik anjing menentukan penyakit yang diderita anjingnya dengan panduan gejala yang diberikan. Dengan mengadaptasi pengetahuan yang didapat dari pakar kesehatan hewan khususnya di bidang virology (virus) dan imunologi (daya tahan), Drh. Rini Sulistyaningtyas Dharsana, M.Sc., PhD., diharapkan sistem ini dapat dimanfaatkan oleh banyak orang sebagai pegangan dalam mendeteksi penyakit pada anjing dan cara menanggulanginya. 3.1.2 Analisis Kebutuhan Dengan melihat permasalahan di atas, dibutuhkannya informasi terkait penyakit menular pada anjing yang dapat diakses secara mudah dan tanpa biaya besar menjadi faktor utama dibuatnya sistem pakar ini. Informasi didapatkan dari buku rekomendasi pakar, hasil wawancara dengan pakar hewan, Drh. Rini Sulistyaningtyas Dharsana, M.Sc., PhD., dan memasukan data yang didapat ke dalam sistem pakar. 26

27 3.1.3 Analisis Wawancara Wawancara pakar dilakukan untuk menentukan ruang lingkup penyakit menular yang sering ditemukan pada anjing di Indonesia. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa terdapat banyak sekali penyakit menular yang ada pada anjing, sehingga dilakukan pembatasan ruang lingkup penyakit meliputi penyakit menular yang memiliki vaksinasi. Berikut penjelasan mendetail hasil wawancara : Penyakit menular yang ada di Indonesia yang memiliki vaksinasi meliputi : o Parainfluenza o Bordetella bronchiseptica o Kennel Cough o Leptospirosis o Hepatitis o Distemper o Parvovirus o Rabies o Coronavirus Vaksinasi tidak bersifat wajib, namun lebih baik dilakukan karena walaupun anjing tidak berinteraksi dengan anjing lain, virus maupun bakteri dapat tersebar melalui media perantara seperti udara, pakaian, bahkan tangan manusia. Seorang dokter umumnya mendiagnosa penyakit berdasarkan gejala yang nampak. Bila gejala yang nampak tidak memberikan gambaran yang jelas kemungkinan penyakitnya, maka dapat dilakukan tes laboratorium. Kemampuan dokter melihat gejala dan menentukan penyakit dipengaruhi dua faktor, pengalaman dan epidemiologi (diagnosa dengan mempertimbangkan penyakit yang sedang mewabah di daerah tertentu).

28 Pada dasarnya penyakit akibat virus tidak memiliki obat yang menyembuhkan, sehingga perlu dilakukan vaksinasi sebagai tindakan pencegahan. Obat yang diberikan ketika anjing terkena infeksi virus umumnya untuk mencegah infeksi penyakit sekunder atau untuk meringankan gejala. Jadi, kesembuhan anjing bergantung pada kemampuannya menyembuhkan diri. Sedangkan penyakit akibat bakteri umumnya memiliki obat yang dapat menyembuhkan. Apabila ada sistem yang dapat mendiagnosa penyakit anjing berdasarkan gejala yang tampak, sistem itu akan sangat berguna sebagai acuan diagnosa, khususnya bagi dokter muda yang masih kurang pengalaman mengingat seringkali gejala yang nampak hampir sama. 3.1.4 Analisis Kuesioner Setelah kuesioner disebarkan dan dilakukan pengumpulan data responden, didapatkan hasil sebagai berikut : a. Pada pertanyaan pertama didapatkan jumlah responden yang memiliki anjing sebanyak 38 orang. Jika responden menjawab Ya, maka lanjut ke tabel 3.3. Bila jawabannya adalah Tidak, maka lanjut ke tabel 3.2. Tabel 3.1 Apakah Anda Memiliki Anjing? Jawaban Jumlah Responden Persentase Ya 38 39 % Tidak 60 61 %

29 61% 39% Ya Tidak Gambar 3.1 Jumlah Pemilik Anjing b. Pada pertanyaan di bawah, jumlah responden yang tidak memiliki namun menjawab tertarik dengan anjing sebanyak 49 orang. Bila pertanyaan ini dijawab dengan Ya maka lanjut ke tabel 3.3. Bila jawaban Tidak maka responden tersebut dianggap tidak memenuhi kriteria. Tabel 3.2 Apakah Anda Tertarik dengan Anjing? Jawaban Jumlah Responden Persentase Ya 49 82 % Tidak 11 18 % 18% 82% Ya Tidak Gambar 3.2 Jumlah Responden Tertarik pada Anjing

30 c. Pada pertanyaan di bawah, jumlah responden yang pernah mencari informasi terkait penyakit anjing sebanyak 35 orang. Pertanyaan kemudian dilanjutkan ke tabel 3.4 dan 3.5. Tabel 3.3 Apakah Anda Pernah Mencari Informasi Terkait Penyakit Anjing? Jawaban Jumlah Responden Persentase Ya 35 40 % Tidak 52 60 % 40% Ya 60% Tidak Gambar 3.3 Jumlah Responden Pernah Mencari Informasi Terkait Penyakit Anjing Tabel 3.4 Dari Mana Biasanya Anda Mendapatkan Informasi Terkait Penyakit Anjing? Jawaban Jumlah Responden Persentase Internet 22 63 % Dokter atau orang lain 9 26 % Buku 4 11 %

31 26% 11% 63% Internet Dokter atau orang lain Buku Gambar 3.4 Sumber Informasi d. Pada pertanyaan di bawah, diketahui jumlah responden yang tertarik dengan aplikasi sistem pakar sebanyak 75 orang. Setelah responden menjawab Ya, maka pengisian kuesioner dianggap telah selesai. Bila responden menjawab Tidak, maka pertanyaan dilanjutkan ke tabel 3.6 dan kemudian pengisian kuesioner pun selesai. Tabel 3.5 Bila Ada Aplikasi untuk Mendiagnosa Penyakit Anjing Berdasarkan Gejala, Menampilkan Penyebab, Cara Mengatasinya, Penularan dan Pencegahannya, serta Peringatan Terhadap Lingkungan Sekitar, Apakah Anda Tertarik? Jawaban Jumlah Responden Persentase Ya 75 86 % Tidak 12 14 %

32 14% 86% Tertarik Tidak tertarik Gambar 3.5 Jumlah Responden Tertarik Terhadap Aplikasi Tabel 3.6 Mengapa (Tidak Tertarik Menggunakan Aplikasi Tersebut)? Jumlah Jawaban Responden Memilih langsung bertanya pada dokter hewan 5 Memilih bertanya pada orang yang lebih berpengalaman 6 Memilih mencari sendiri informasi dari buku atau internet 6 Tidak terlalu memperhatikan kesehatan anjing 4

33 19% 29% 24% 28% Memilih langsung bertanya pada dokter hewan Memilih bertanya pada orang yang lebih berpengalaman Memilih mencari informasi dari ` buku atau internet Tidak terlalu memperhatikan kesehatan anjing Gambar 3.6 Jumlah Responden Tidak Tertarik Terhadap Aplikasi Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan kesimpulan bahwa banyak orang (pemilik anjing maupun yang tidak memiliki anjing namun tertarik terhadap anjing) yang tertarik untuk menggunakan aplikasi sistem pakar ini. 3.2 Kerangka Berpikir Gambar 3.7 Metode Penelitian Penyebaran kuesioner dilakukan untuk menentukan jumlah orang yang tertarik maupun yang tidak tertarik terhadap sistem pakar yang akan dibuat beserta alasannya bila orang tidak tertarik. Dari hasil jawaban, dapat dilihat apakah pembuatan aplikasi ini diminati oleh banyak orang. Bila hasil menunjukan sistem pakar banyak diminati, maka langkah selanjutnya adalah mencari informasi yang berhubungan dengan penyakit menular pada anjing.

34 Informasi didapatkan dari buku rekomendasi pakar maupun dari pakar sendiri, Drh. Rini Sulistyaningtyas Dharsana, M.Sc, PhD.. Informasi kemudian disusun ke dalam tabel. Langkah selanjutnya adalah menentukan rule untuk setiap penyakit. Bila ada beberapa gejala yang hanya dimiliki oleh satu jenis penyakit, maka gejala tersebut akan dikombinasikan dan bernilai benar bila minimal ada setengah dari jumlah gejala. Sedangkan gabungan gejala dianggap salah bila jumlah gejala yang salah bernilai lebih dari setengahnya. Algoritma yang akan digunakan adalah backward chaining sehingga representasi pengetahuan dibuat dalam backward chaining tree. Pemrograman akan dilakukan dengan Java dan Jess, kemudian aplikasi akan dicoba beberapa kali oleh pakar untuk melihat tingkat presisi sistem pakar. 3.3 Metodologi 3.3.1 Menyebarkan Kuesioner Penyebaran kuesioner yang dilakukan bersifat kuantitatif dan dibagikan secara softcopy dan hardcopy. Daftar mulai disebarkan pada tanggal 16 Desember 2013. Target responden yang diharapkan dan diterima sebanyak 98 orang responden. Beberapa informasi yang dibutuhkan terkait dengan penelitian ini adalah : Apakah saat ini responden memiliki anjing atau ketertarikan terhadap anjing? Apakah responden pernah mencari informasi terkait penyakit pada anjing? Dari mana responden biasanya mendapatkan informasi terkait penyakit anjing? Apakah responden tertarik menggunakan aplikasi sistem pakar yang akan dibuat? Tahapan penyebaran kuesioner terdiri atas: Membuat struktur kuesioner Di dalam kuesioner ini terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi dasar penentuan apakah aplikasi ini layak untuk dibuat atau

35 tidak dari segi kegunaan bagi orang banyak. Responden yang dapat berpartisipasi adalah semua orang yang memiliki anjing atau tertarik terhadap anjing. Menyebarkan kuesioner berupa softcopy (email, media sosial, layanan pesan singkat atau sms) dan hardcopy (lembaran tercetak) Tabel 3.7 Pertanyaan Kuesioner No Pertanyaan Pilihan Jawaban Keterangan 1 Apakah Anda memiliki anjing? Ya ; Tidak Pilih salah satu 2 Apakah Anda tertarik dengan anjing? Ya ; Tidak Pilih salah satu 3 Apakah Anda pernah mencari informasi tentang penyakit anjing? Ya ; Tidak Pilih salah satu 4 Dari mana biasanya Anda mendapatkan informasi terkait penyakit anjing? 5 Bila ada aplikasi untuk mendiagnosa penyakit anjing berdasarkan gejala, menampilkan penyebab, cara mengatasinya, penularan dan pencegahannya, serta peringatan terhadap lingkungan sekitar, apakah Anda tertarik? 6 Mengapa (tidak tertarik menggunakan aplikasi tersebut)? Buku ; internet ; dokter atau orang lain Ya ; Tidak Memilih langsung bertanya pada dokter hewan Memilih bertanya pada orang yang lebih berpengalaman Memilih mencari sendiri informasi dari buku atau internet Tidak terlalu memperhatikan kesehatan anjing Pilih salah satu Pilih salah satu Boleh memilih lebih dari satu

Gambar 3.8 Struktur Kuesioner 36

37 3.3.2 Menentukan Data Untuk Knowledge Base Data untuk knowledge base berupa penyakit menular pada anjing yang memiliki vaksinasi. Data masing masing penyakit terdiri atas nama penyakit, penyebabnya, gejala yang dialami dan dapat dilihat, proses penularan, pengobatan yang perlu dilakukan, proses pencegahan, dan peringatan bagi lingkungan dan manusia bila ada. Data dapat dilihat pada tabel 3.8 dan tabel 3.9.

Tabel 3.9 Informasi Pelengkap Terkait Penyakit Nama Penyakit Bordetella Bronchiseptica Penyebab Pengobatan Pencegahan Penularan Bakteri Bordetella bronchiseptica Tempatkan anjing di tempat hangat, bebas sampah, dan beratmosfer lembab. Hindari aktivitas yang menyebabkan stress. Pemberian antibiotik jika anjing demam dan mengeluarkan carian mucopurulent dari hidung. Vaksinasi bordetella Menghirup udara yang terkontaminasi. Peringatan Terhadap Lingkungan Dan Manusia Kennel Cough Gabungan virus parainfluenza dan bakteri Bordetella bronchiseptica Vaksinasi parainfluenza, bordetella, dan CAV-2 39

40 Parainfluenza Virus Influenza Vaksinasi Parainfluenza Menghirup udara yang terkontaminasi. Coronavirus Virus Corona Menjaga agar tidak dehidrasi Mengontrol muntah dan diare Vaksinasi, walaupun tidak direkomendasikan (jarang bersifat fatal dan biasanya cukup dengan pengobatan). Hepatitis Canine adenovirus- 1 Rawat inap untuk pengobatan intensif Vaksin hepatitis Kontak dengan sekresi tubuh dari hewan yang terinfeksi seperti urin, feses dan liur.

Leptospirosis Bakteri spirochetes : canicola, icterohemorrhagiae, grippotyphosa, pomona Rawat inap untuk perawatan intensif. Kombinasi antibiotik dari penisilin dan streptomycin. Pemberian doxycyline, enrofloaxacin, ciproflocacin. Pemberian cairan dan nutrisi ke dalam darah. Vaksinasi Leptospirosis Kontaminasi pada urin yang tercampur ke dalam air dan kemudian dikonsumsi. Bakteri masuk melalui celah di kulit. Kontak langsung dengan urin yang terkontamina si. Manusia dapat menderita leptospirosis dengan cara yang sama seperti anjing. 41

42 Distemper Virus Distemper Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder, walau antibiotik tidak berpengaruh pada virus distemper. Pemberian cairan ke dalam pembuluh darah untuk mengatasi dehidrasi. Pemberian obat pencegah muntah dan diare. Pemberian anticonvulsants dan penenang untuk mengontrol kejang. Vaksinasi distemper saat umur 8 minggu, indukan diberi suntikan DHPP (Distemper, Hepatitis, Parvovirus, Parainfluenza) 2-4 minggu sebelum dikawinkan. Menghirup udara yang terkontaminasi.

Rabies Virus Rabies Bersihkan semua luka dan goresan dengan sabun dan air. Pemberian prophylaxis secepatnya (tidak lebih dari 14 hari penularan). Bila sudah pernah divaksinasi, langsung vaksinasi ulang dan diawasi ketat selama 45 hari. Bila belum pernah divaksinasi, anjing di eutanasia atau diawasi ketat selama 6 bulan dan divaksinasi pada bulan ke 5. Vaksinasi rabies antara usia 3-6 bulan, vaksinasi ulang setahun kemudian, dan diulang setiap 3 tahun. Kontak air liur hewan terinfeksi dengan luka terbuka, luka gigitan, atau selaput lendir. Infeksi kepada manusia terjadi melalui gigitan yang berasal dari anjing atau kucing yang terinfeksi. air liur yangterdapat didalam dan sekitar gigitan binatang dapat menginfeksi manusia jika air liur terkena luka atau membran kulit. Jangan menyentuh atau memberi pertolongan pada anjing yang diduga terkena rabies. Semua gigitan dari hewan liar atau yang tidak diketahui status rabiesnya, harus diasumsikan memiliki rabies. Bila digigit anjing yang diduga terkena rabies, hendaknya segera pergi ke dokter 43

44 Parvovirus Virus Parvo Pemberian cairan ke dalam pembuluh darah dan obat pengontrol muntah dan diare. Transfusi plasma darah Perawatan intensif di rumah sakit. Tidak makan / minum sampai muntah berhenti namun diberikan bantuan cairan (3-5 hari). Antibiotik pencegah septicemia dan komplikasi bakteri lainnya (penyebab kematian). Membersihkan dan membersihkan secara seksama tempat tinggal hewan terinfeksi dengan disinfektan (larutan pemutih 1:32). Cairan ditinggalkan di permukaan 20 menit sebelum dibilas. Vaksinasi mulai usia 8 minggu, memisahkan anak anjing dari anjing lainnya dan sumber potensi infeksi sampai rangkaian. Kontak dengan feses, terbawa di rambut dan kaki anjing, maupun kontainer, sepatu, dan benda lainnya yang terkontaminasi.

45 3.3.3 Menentukan Rule Data yang akan digunakan untuk sistem terdiri atas gejala dan nama penyakit. Data lainnya (penyebab, pengobatan, penularan, pencegahan, dan peringatan terhadap manusia dan lingkungan tempat tinggal) digunakan sebagai informasi pelengkap sehingga pengguna dapat mengetahui penyakit secara lebih mendalam. Gejala yang akan diberikan rule adalah gejala dominan, yaitu gejala yang pasti terlihat (tabel 3.8). 3.3.3.1 Rule Kombinasi Gejala Pada tabel 3.8 dapat dilihat adanya beberapa gejala yang hanya dimiliki oleh penyakit tertentu, seperti gejala dengan nomor 6 10 hanya dimiliki oleh penyakit distemper. Kelima gejala ini akan dibuat kombinasi dengan aturan : bernilai benar apabila minimal tiga dari lima gejala adalah Ya (minimal 50%), sehingga bila ada gabungan gejala bernilai genap seperti dua gejala, maka harus ada setidaknya satu gejala Ya. Bila gabungan gejala bernilai ganjil, maka harus ada setidaknya lebih dari setengah jumlah gejala. o Kombinasi dari jumlah gejala genap : Gejala 1 dan 2 : Ya : minimal satu gejala adalah Ya, karena adanya salah satu gejala menunjukkan anjing tidaklah sehat Tidak : kedua gejala adalah Tidak Gejala 13 dan 14 : Ya : minimal satu gejala adalah Ya Tidak : kedua gejala adalah Tidak Gejala 13 dan 14 digabungkan walaupun dimiliki oleh lebih dari satu penyakit (Parvovirus dan Coronavirus) karena keduanya memiliki gejala awal yang berbeda (Parvovirus demam, sedangkan Coronavirus tidak).

46 Gejala 15 dan 16 : Ya : minimal satu gejala adalah Ya Tidak : kedua gejala adalah Tidak Gejala 23, 24, 25, dan 26 : Ya : minimal dua gejala adalah Ya Tidak : minimal tiga gejala adalah Tidak o Kombinasi dari jumlah gejala ganjil : Gejala 6, 7, 8, 9, 10 : Ya : minimal tiga gejala adalah Ya Tidak : minimal tiga gejala bernilai Tidak Gejala 18, 19, 20 : Ya : minimal dua gejala bernilai Ya Tidak : minimal dua gejala bernilai Tidak 3.3.3.2 Rule Kelengkapan Gejala Berikut ini penjabaran lengkap dari rule berdasarkan setiap hipotesis : o Tidak terinfeksi penyakit menular Gejala 1 AND 2 = Tidak o Bordetella bronchiseptica Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 AND 4 AND 5 = Ya Gejala 11 = Ya o Kennel Cough Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 AND 4 AND 5 = Ya Gejala 11 = Tidak Gejala 12 = Ya

47 o Parainfluenza Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 AND 4 AND 5 = Ya Gejala 11 = Tidak Gejala 12 = Tidak o Distemper Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 AND 4 = Ya Gejala 5 = Tidak Gejala (6 AND 7 AND 8) OR (6 AND 7 AND 9) OR (6 AND 7 AND 10) OR (6 AND 8 AND 9) OR (6 AND 8 AND 10) OR (6 AND 9 AND 10) OR (7 AND 8 AND 9) OR (7 AND 8 AND 10) OR (7 AND 9 AND 10) OR (8 AND 9 AND 10) OR (6 AND 7 AND 8 AND 9 AND 10) = Ya o Leptospirosis Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 = Ya Gejala 4 = Tidak Gejala (18 AND 19) OR (18 AND 20) OR (19 AND 20) OR (18 AND 19 AND 20) = Ya Gejala 21 = Ya o Hepatitis Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 = Ya Gejala 4 = Tidak Gejala (18 AND 19) OR (18 AND 20) OR (19 AND 20) OR (18 AND 19 AND 20) = Ya Gejala 21 = Tidak Gejala 22 = Ya

48 o Parvovirus Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 = Ya Gejala 4 = Tidak Gejala (18 AND 19) OR (18 AND 20) OR (19 AND 20) OR (18 AND 19 AND 20) = Tidak Gejala 13 OR 14 OR (13 AND 14) = Ya Gejala 15 OR 16 OR (15 AND 16) = Ya o Rabies Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 = Ya Gejala 4 = Tidak Gejala (18 AND 19) OR (18 AND 20) OR (19 AND 20) OR (18 AND 19 AND 20) = Tidak Gejala 13 AND 14 = Tidak Gejala (23 AND 24) OR (23 AND 25) OR (23 AND 26) OR (24 AND 25) OR (24 AND 26) OR (23 AND 24 AND 25) OR (23 AND 24 AND 26) OR (23 AND 25 AND 26) OR (24 AND 25 AND 26) OR (23 AND 24 AND 25 AND 26) = Ya o Coronavirus Gejala 1 OR 2 OR (1 AND 2) = Ya Gejala 3 = Tidak Gejala 13 OR 14 OR (13 AND 14) = Ya Gejala 17 = Ya 3.3.4 Menentukan Algoritma dan Membuat Representasi Pengetahuan Algoritma yang akan digunakan adalah backward chaining algorithm sehingga data berupa nama penyakit dan gejala dominan yang sebelumnya telah ditetapkan dan diberikan rule, direpresentasikan dengan backward chaining tree pada gambar 3.9.

50 3.3.5 Penjelasan Alur Algoritma Karena algoritma yang digunakan adalah backward chaining dengan metode pencarian depth first search, maka dilakukan pencarian mulai dari hipotesis paling kiri. Backward chaining merupakan pencarian terbalik, dimana untuk memenuhi hipotesis, sistem akan meminta pembuktian semua hipotesis tingkat tengah (Hipotesis Sementara atau HS) dan fakta (gejala) di bawahnya. Hipotesis Sementara (HS) bernilai awal kosong dan hanya dianggap benar apabila dibuktikan oleh fakta yang ada di bawahnya. Apabila suatu hipotesis tengah (HS) tidak terbukti, maka hipotesis tersebut dan semua hipotesis yang terhubung di atasnya tidak lagi dapat dibuktikan (mati) tanpa mematikan fakta atau HS lain yang ada di bawahnya. Selama masih ada hipotesis penyakit yang aktif (belum ada HS maupun gejala dibawahnya yang mati), pencarian akan terus dilanjutkan. Apabila suatu hipotesis berisi penyakit telah terbukti, maka pencarian akan berhenti. Apabila tidak ada hipotesis yang dapat dibuktikan, maka dianggap penyakit tidak terdeteksi. 3.3.5.1 Alur Pembuktian Hipotesis Alur pembuktian hipotesis dilakukan dengan melihat rule yang telah ditentukan dapat dijabarkan sebagai berikut : o Bordetella bronchiseptica HS 4 HS 3 HS 2 HS 1 Hipotesis Bordetella bronchiseptica benar apabila : HS 4 dibuktikan dengan HS 3 dan gejala 11 HS 3 dibuktikan dengan HS 2 dan gejala 5 HS 2 dibuktikan dengan HS 1 dan gejala 4 HS 1 dibuktikan dengan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 Penjelasan : Hipotesis Bordetella bronchiseptica meminta pembuktian HS 4. Karena HS 4 belum terbukti, maka HS 4 mengecek HS 3 dan gejala 11. Karena HS 3 belum terbukti, maka HS 3 mengecek HS 2 dan gejala 5. Karena HS 2 belum terbukti, maka HS 2 mengecek HS 1 dan gejala 4.

51 Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila gejala 4 bernilai benar, maka HS 2 terbukti. Bila gejala 5 bernilai benar, maka HS 3 terbukti. Bila gejala 11 bernilai benar, maka HS 4 terbukti. Bila HS 4 terbukti, maka hipotesis Bordetella bronchiseptica terbukti. o Kennel Cough HS 5 HS 3 HS 2 HS 1 Hipotesis Kennel Cough benar apabila : HS 5 dibuktikan dengan HS 3 dan gejala 12 HS 3 dibuktikan dengan HS 2 dan gejala 5 HS 2 dibuktikan dengan HS 1 dan gejala 4 HS 1 dibuktikan dengan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 Penjelasan : Hipotesis Kennel Cough meminta pembuktian HS 5. Karena HS 5 belum terbukti, maka HS 5 mengecek HS 3 dan gejala 12. Karena HS 3 belum terbukti, maka HS 3 mengecek HS 2 dan gejala 5. Karena HS 2 belum terbukti, maka HS 2 mengecek HS 1 dan gejala 4. Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila gejala 4 bernilai benar, maka HS 2 terbukti. Bila gejala 5 bernilai benar, maka HS 3 terbukti. Bila gejala 12 bernilai benar, maka HS 5 terbukti. Bila HS 5 terbukti, maka hipotesis Kennel Cough terbukti. o Parainfluenza HS 3 HS 2 HS 1 Hipotesis Parainfluenza benar apabila : HS 3 dibuktikan dengan HS 2 dan gejala 5 HS 2 dibuktikan dengan HS 1 dan gejala 4 HS 1 dibuktikan dengan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3

52 Penjelasan : Hipotesis Parainfluenza meminta pembuktian HS 3. Karena HS 3 belum terbukti, maka HS 3 mengecek HS 2 dan gejala 5. Karena HS 2 belum terbukti, maka HS 2 mengecek HS 1 dan gejala 4. Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila gejala 4 benar, maka HS 2 terbukti. Bila gejala 5 benar, maka HS 3 terbukti. Bila HS 3 terbukti, maka hipotesis Parainfluenza terbukti. o Distemper HS 6 HS 2 HS 1 Hipotesis Distemper benar apabila : HS 6 dibuktikan dengan HS 2 dan kombinasi gejala (6,7,8,9,10) HS 2 dibuktikan dengan HS 1 dan gejala 4 HS 1 dibuktikan dengan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 Penjelasan : Hipotesis Distemper meminta pembuktian HS 6. Karena HS 6 belum terbukti, HS 6 mengecek HS 2 dan kombinasi gejala (6,7,8,9,10). Karena HS 2 belum terbukti, maka HS 2 mengecek HS 1 dan gejala 4. Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila gejala 4 bernilai benar, maka HS 2 terbukti. Bila kombinasi gejala (6,7,8,9,10) bernilai benar, maka HS 6 terbukti. Bila HS 6 terbukti, maka hipotesis Distemper terbukti. o Leptospirosis HS 8 HS 7 HS 1 Hipotesis Leptospirosis benar apabila : HS 8 dibuktikan HS 7 dan gejala 21 HS 7 dibuktikan HS 1 dan kombinasi gejala (18,19,20) HS 1 dibuktikan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3

53 Penjelasan : Hipotesis Leptospirosis memintar pembuktian HS 8. Karena HS 8 belum terbukti, maka HS 8 mengecek HS 7 dan gejala 21. Karena HS 7 belum terbukti, maka HS 7 mengecek HS 1 dan kombinasi gejala (18,19,20). Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila kombinasi gejala (18,19,20) bernilai benar, maka HS 7 terbukti. Bila gejala 21 bernilai benar, maka HS 8 terbukti. Bila HS 8 terbukti, maka hipotesis Leptospirosis terbukti. o Hepatitis HS 9 HS 7 HS 1 Hipotesis Hepatitis benar apabila : HS 9 dibuktikan HS 7 dan gejala 22 HS 7 dibuktikan HS 1 dan kombinasi gejala (18,19,20) HS 1 dibuktikan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 Penjelasan : Hipotesis Hepatitis meminta pembuktian HS 9. Karena HS 9 belum terbukti, maka HS 9 mengecek HS 7 dan gejala 22. Karena HS 7 belum terbukti, maka HS 7 mengecek HS 1 dan kombinasi gejala (18,19,20). Karena HS 1 belum terpenuhi, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Bila kombinasi gejala (18,19,20) bernilai benar, maka HS 7 terbukti. Bila gejala 22 bernilai benar, maka HS 9 terbukti. Bila HS 9 terbukti, maka hipotesis Hepatitis terbukti. o Parvovirus HS 11 HS 1 HS 10 Hipotesis Parvovirus benar apabila : HS 11 dibuktikan HS 1 dan HS 10 HS 1 dibuktikan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 HS 10 dibuktikan kombinasi gejala (13,14) dan kombinasi gejala (15,16)

54 Penjelasan : Hipotesis Parvovirus meminta pembuktian HS 11. Karena HS 11 belum terbukti, maka HS 11 mengecek HS 1 terlebih dahulu. Karena HS 1 belum terpenuhi, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3. Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 terpenuhi, maka HS 1 terbukti. Selanjutnya HS 10 diperiksa karena belum terbukti. HS 10 mengecek kombinasi gejala (13,14) dan kombinasi gejala (15,16). Bila kombinasi gejala (13,14) dan kombinasi gejala (15,16) bernilai benar, maka HS 10 terbukti. Karena HS 1 dan HS 10 terbukti, maka HS 11 terbukti. Bila HS 11 terbukti, maka hipotesis Parvovirus terbukti. o Rabies HS 12 HS 1 Hipotesis Rabies benar apabila : HS 12 dibuktikan HS 1 dan kombinasi gejala (23,24,25,26) HS 1 dibuktikan kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 Penjelasan : Hipotesis Rabies meminta pembuktian HS 12. Karena HS 12 belum terbukti, maka HS 12 mengecek HS 1 dan kombinasi gejala (23,24,25,26). Karena HS 1 belum terbukti, maka HS 1 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3.Bila kombinasi gejala (1,2) dan gejala 3 bernilai benar, maka HS 1 terbukti. Selanjutnya, dilakukan pengecekan kombinasi gejala (23,24,25,26). Bila kombinasi gejala (23,24,25,26) bernilai benar, maka HS 12 terbukti. Bila HS 12 terbukti, maka hipotesis Rabies terbukti. o Coronavirus HS 14 HS 13 Hipotesis Coronavirus benar apabila : HS 14 dibuktikan kombinasi gejala (1,2) dan HS 13 HS 13 dibuktikan kombinasi gejala (13,14) dan gejala 17 Penjelasan : Hipotesis Coronavirus meminta pembuktian HS 14. Karena HS 14 belum terbukti, maka HS 14 mengecek kombinasi gejala (1,2) dan HS

55 13. Pertama pengecekan dilakukan terhadap kombinasi gejala (1,2), Bila kombinasi gejala (1,2) bernilai benar, pengecekan dilanjutkan dengan HS 13. Karena HS 13 belum bernilai benar, maka HS 13 mengecek kombinasi gejala (13,14) dan gejala 17. Bila kombinasi gejala (1,2) bernilai benar, maka setengah nilai HS 14 sudah terbukti. Bila kombinasi gejala (13,14) dan gejala 17 bernilai benar, maka HS 13 terbukti. Karena HS 13 dan kombinasi gejala (1,2) telah terbukti, maka HS 14 terbukti. Bila HS 14 terbukti, maka hipotesis Coronavirus terbukti. 3.3.5.2 Alur Perpindahan Pembuktian Hipotesis Urutan pembuktian hipotesis berjalan dari kiri ke kanan, sehingga pembuktian hanya akan melompati suatu hipotesis apabila hipotesis tersebut tidak lagi dapat dibuktikan. Misalnya, apabila saat pengecekan awal (hipotesis Bordetella bronchiseptica) HS 1 tidak terbukti karena gejala 3 tidak ada, maka semua hipotesis yang memiliki gejala 3 dianggap tidak lagi dapat dibuktikan, sehingga pengecekan lompat ke hipotesis Coronavirus. Dengan demikian urutan pengecekan dapat dijelaskan sebagai berikut: Hipotesis Bordetella bronchiseptica akan dicek pertama kali. Bila HS 1, HS 2, HS 3, dan HS 4 terbukti, maka hipotesis Bordetella bronchiseptica terbukti. Hipotesis Kennel Cough dicek apabila HS 1, HS 2, dan HS 3 terbukti, namun HS 4 tidak terbukti. Hipotesis Parainfluenza langsung terbukti apabila HS 1, HS 2, dan HS 3 terbukti namun HS 4 dan HS 5 tidak terbukti. Hipotesis Distemper dicek apabila HS 1 dan HS 2 terbukti namun HS 3 tidak terbukti. Hipotesis Leptospirosis dicek apabila HS 1 terbukti namun HS 2 tidak terbukti.

56 Hipotesis Hepatitis dicek apabila HS 1 terbukti namun HS 2 dan HS 8 tidak terbukti. Hipotesis Parvovirus dicek apabila HS 1 terbukti namun HS 2 dan HS 7 tidak terbukti. Hipotesis Rabies dicek apabila HS 1 terbukti namun HS 2, HS 7, dan HS 10 tidak terbukti. Hipotesis Coronavirus dicek apabila HS 1 tidak terbukti. 3.3.6 Menentukan Bahasa Pemrograman Bahasa pemrograman yang digunakan dalam membuat aplikasi sistem pakar ini adalah Java dan Jess. 3.3.7 Pembuatan Aplikasi Pembuatan aplikasi dilakukan dengan menggunakan Jess sebagai rule engine dan Java untuk user interface. 3.3.8 Pengujian Oleh Pakar Pengujian dilakukan dengan memasukkan gejala ke dalam sistem dan membandingkan kecocokan hasil dari sistem dengan pendapat pakar