BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada. Penelitian tentang tata niaga gabah/ beras ini berusaha menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS TATANIAGA KEPITING HASIL PRODUKSI DESA PANTAI GADING, KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

II. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

II TINJAUAN PUSTAKA Itik Itik merupakan ternak yang termasuk ke dalam komoditas unggas dan sudah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari pulau dan dikelilingi garis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

PEMASARAN KOMODITI SAWI DI KELURAHAN TANAH ENAM RATUS KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Tataniaga Kentang di Propinsi Sumatera Utara. Marketing Analysis of Potato in Province of North Sumatera

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

ANALISIS TATANIAGA KEPITING DI DESA PANTAI GADING, KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman. ton setara kopra). Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian


VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KOPRA (Kasus: Desa Silo baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan)

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. LEMBAGA, SALURAN DAN FUNGSI PEMASARAN DALAM TATANIAGA AGROPRODUK. Tujuan Pembelajaran:

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

III. METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman semusim yang tergolong rumput-rumputan

ANALISIS TATANIAGA RAMBUTAN DI KOTA BINJAI (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat)

III. KERANGKA KONSEPTUAL

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Rajungan (Portunus pelagicus)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kepiting adalah binatang crustacea. Hewan yang dikelompokkan ke dalam Filum Athropoda, Sub Filum Crustacea, Kelas Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata dan Infraorder Brachyura (Linneaeus, 1758). Kepiting merupakan fauna yang habitat dan penyebarannya terdapat di air tawar, payau dan laut. Jenis-jenisnya sangat beragam dan dapat hidup di berbagai setiap perairan. Sebagaian besar kepiting yang kita kenal banyak hidup di perairan payau terutama di dalam ekosistem mangrove. Beberapa jenis yang hidup dalam ekosistem ini adalah Hermit Crab, Uca sp, Mud Lobster dan kepiting bakau (Prianto, 2007). Kepiting berbeda dengan produk perikanan lainnya seperti ikan. Ikan dapat diolah menjadi ikan olahan dengan cara penggaraman dan pengeringan melalui metode yang sederhana dan alami. Namun usaha pengolahan pada kepiting bakau tidak dapat dilakukan seperti ikan. Hal ini dikarenakan kepiting memiliki struktur kulit yang keras. Beberapa pengolahan kepiting seperti pasteurisasi dalam pengalengan daging ranjungan yaitu menggunakan kaleng plat timah (Julianti, 2007). Saluran pemasaran hasil perikanan dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurahmurahnya dan mampu mengadakan pembagian adil dari seluruh yang dibayarkan konsumen kepada pihak yang ikut serta di dalam kegiatan pemasaran (Rahardi et al, 2001). 6

7 Saluran pemasaran kepiting dapat berupa hubungan langsung antara produsen dan konsumen dapat pula melalui beberapa saluran. Fungsi penunjang yang meliputi keperluan pembelanjaan dan stok kepiting produsen untuk penjualan, penanggungan resiko terhadap kerusakan kepiting selama distribusi dan penyimpanan, standar kualitas mutu dan ukuran kepiting, serta informasi kebutuhan pasar maupun konsumen terhadap kepiting. Nelayan penangkap dan petani tambak kepiting pada umumnya hanya memproduksi, sedangkan lembagalembaga dalam saluran pemasaran kepiting bertugas untuk melaksanakan aktivitas pemindahan sehingga dapat meningkatkan kegunaan. Peningkatan kegunaan ini yang memungkinkan penjualan menjadi produktif (Winardi, 1980). Pendek atau panjangnya saluran pemasaran akan menyebabkan perbedaan dalam harga jual. Pada saluran yang lebih panjang, harga jual akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga jual komoditi yang sama pada saluran pemasaran yang lebih pendek. Kondisi inilah yang menyebabkan masih rendahnya efisiensi pemasaran kepiting (Mubyarto, 1995). 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Tataniaga Dan Pemasaran Tataniaga adalah suatu sistem yang meliputi cara, model strategi penyampaian barang dan jasa dari sektor produsen ke konsumen. Rangkaian proses penyampaian ini banyak variasinya yang mempengaruhi keadaan sosial budaya dalam perekonomian masyarakat (Srigandono, 1998).

8 Di dalam pemasaran, pemasar tidak boleh mengabaikan daya biaya yang terkait dengan berbagai macam saluran distribusi. Banyak konsumen percaya bahwa makin pendek saluran, makin rendah biaya distribusi, tetapi bahwa sebaliknyalah yang benar. Perantara adalah spesialis yang menyelenggarakan fungsi-fungsi distribusi secara efisien dan efektif daripada yang bisa dilakukan produsen. Jadi, biaya distribusi bagi produsen akan lebih rendah jika saluran yang digunakan lebih panjang. Saluran langsung dan pendek menuntut investasi besar dipihak produsen, yang harus memperkerjakan armada penjualan dan staff administrasi yang besar untuk hal ini (Kotler, 1993) Menurut Kohls dan Uhl (1985), fungsi fungsi tataniaga diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama yaitu: 1) Fungsi Pertukaran, merupakan kegiatan yang melibatkan pertukaran kepemilikan melalui proses penjualan dan pembelian antara penjual dan pembeli. Fungsi pertukaran terdiri atas: a. Pembelian; merupakan kegiatan menentukan jenis barang dan jasa yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan mengalihkan kepemilikan. b. Penjualan; merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan permintaan melalui strategi promosi dan periklanan untuk dapat menarik minat pembeli serta terciptanya kepuasaan konsumen dari jumlah, bentuk, mutu. 2) Fungsi Fisik; merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan barang atau jasa berupa penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik atas

9 produk guna menimbulkan nilai guna, tempat, bentuk, waktu, dan kepemilikan. Fungsi fisik terdiri atas: a. Pengangkutan; bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa pada tempat yang tepat sesuai dengan jumlah, waktu, dan mutu. b. Penyimpanan; bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa tersedia pada waktu yang diinginkan. c. Pengolahan; merupakan kegiatan mengubah bentuk produk untuk memperpanjang daya tahan produk serta meningkatkan nilai tambah produk tersebut. 3) Fungsi Fasilitas merupakan kegiatan memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas terdiri atas: a. Standarisasi dan grading. Standarisasi adalah ukuran yang menjadi standar ukuran yang menjadi standar penentuan mutu terhadap suatu barang dapat berupa warna, bentuk, ukuran, kadar air, dan tingkat kematangan. Grading adalah tindakan menggolongkan atau mengklarifikasi barang agar menjadi seragam. b. Pembiayaan; merupakan kegiatan mengelola keuangan yang diperlukan selama proses pemasaran. c. Penganggungan resiko; merupakan kegiatan yang menghitung tingkat kehilangan atau kerugian selama proses pemasaran. d. Informasi pasar; merupakan kegiatan mengumpulkan, menginterpretasikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan untuk kelancaran proses pemasaran.

10 2.2.2 Saluran Tataniaga Menurut Angipora (1999), ada beberapa bentuk saluran tataniaga yang ada dan digunakan yaitu: 1. Produsen Konsumen Bentuk saluran ini adalah bentuk saluran yang paling pendek dan sederhana sebab tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkan melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen. 2. Produsen Pengecer Konsumen Dalam saluran ini, produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya dalam hal ini adalah pengecer yang menyampaikan produknya ke konsumen, dimana pengecer langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan menjualnya kembali kepada konsumen. 3. Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen Jenis saluran ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin menjual secara langsung tetapi menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar saja. Kemudian pedagang besarlah yang menjual kembali kepada pengecer hingga akhirnya sampai ditangan konsumen. 4. Produsen Agen Pedagang Besar Pengecer Konsumen Jenis saluran ini yang sering dipakai para produsen dengan melibatkan agen didalamnya. Disini agen fungsinya adalah sebagai penyalur yang kemudian mengatur sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya kepada pengecer dan kemudian sampai ketangan konsumen. Saluran tataniaga ini sering dipergunakan untuk produk yang tahan lama.

11 5. Produsen Agen Pengecer Konsumen Dalam saluran ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer menjual kepada konsumen. 2.2.3 Biaya Tataniaga Biaya tataniaga terbentuk atau terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan harga dari barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu, biaya tataniaga yang tinggi akan membawa efek pada harga beli konsumen. Disamping itu biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem tataniaga kurang atau tidak efisien (Gultom, 1996). Biaya tataniaga suatu produk diukur secara kasar dengan margin dan spread (Soekartawi, 1984). Komponen biaya tataniaga terdiri atas semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap middleman dan lembaga tataniaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang, dan keuntungan (profit margin) yang diambil oleh middleman atau lembaga tataniaga atas modalnya dan jasa tenaganya dalam menjalankan aktivitas pemasaran tersebut. Setelah dikelompokkan menurut jenis biaya yang sama, maka marketing margin ini disebut price spread. Dan jika angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka diperoleh share margin (Gultom, 1996).

12 Biaya pemasaran suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan price spread dan share margin. Price spread menyatakan perbedaan dua tingkat harga dan menunjukkan jumlah yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang didua tingkat pasar, misalnya pasar lokal dan grosir atau antara grosir dan eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). 2.2.4 Efisiensi Tataniaga Didalam rangka perbaikan tataniaga tujuan yang ingin dicapai adalah keuntungan maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi. Penurunan ongkos tataniaga tidak selalu berarti peningkatan efisiensi tataniaga, oleh karena tinggi rendahnya ongkos tataniaga tidak selalu mempengaruhi efisiensi tataniaga, namun dalam banyak hal kasus penurunan ongkos tataniaga suatu komoditi serta menaikkan kualitas komoditi (hal ini berarti meningkatkan kepuasan konsumen) merupakan salah satu faktor penting didalam meningkatkan efisiensi tataniaga (Sihombing, 2010). Efisiensi pemasaran untuk komoditas pertanian dalam suatu sistem pemasaran dianggap efisien apabila: 1) Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya, 2) Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran (Mubyarto, 1986). Pengukuran efisiensi pemasaran yang menggunakan perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran dengan mengubah keduanya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan output pemasaran dan mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono, 2004).

13 2.3 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian Luhut Sihombing (2005) yang berjudul analisis tataniaga kentang di propinsi Sumatera Utara. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistika. Dalam penelitian tersebut terdapat tiga rantai pemasaran kentang. Pertama, petani pedagang pengumpul pedagang besar/agen eksportir - eksportir belawan. Kedua, petani pusat pasar pusat pasar propinsi (Medan) pengecer konsumen akhir. Ketiga, petani pedagang pengumpul desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemasaran kentang di daerah penelitian belum efisien. Hal ini dicirikan oleh harga yang diterima petani produsen masih rendah yaitu sebesar 34,95%, rendahnya profit share yaitu 13,21%, tingginya marketing margin, nisbah margin keuntungan yang kurang merata di antara middleman, rendahnya nilai koefisien korelasi dan elastisitas transmisi harga. Upaya penyempurnaan sistem tataniaga dapat ditempuh dengan penguatan kelembagaan yang ada (kelompok tani dan KUD), sehingga fungsifungsi tataniaga seperti informasi pasar, risk manajemen dapat bekerja secara optimal. Berdasarkan penelitian Putra Bisuk (2009) yang berjudul analisis tataniaga dan elastisitas transmisi harga CPO internasional terhadap harga TBS kelapa sawit di desa Menanti kecamatan Sosa kabupaten Padang Lawas, metode analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dan tabulasi sederhana dengan perhitungan price spread, share margin, perhitungan efisiensi dan elastisitas transmisi harga. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua saluran pemasaran kelapa sawit di

14 desa mananti yaitu petani - pedagang pengumpul/agen PKS (saluran pemasaran I) dan petani KUD PKS (saluran pemasaran II). Saluran pemasaran pemasaran kelapa sawit di daerah penelitian diperoleh share profit yang berbeda antara pedagang pengumpul/agen dan KUD dan share profit KUD. Nilai efisien yang terdapat pada saluran pada saluran pemasaran I dan II kelapa sawit didaerah penelitian adalah lebih kecil daripada 50%, sehingga saluran pemasaran kelapa sawit didaerah penelitian efisien. Koefisien harga CPO internasional bernilai 0,983, artinya dengan persentase perubahan peningkatan harga CPO internasional 1% maka persentase perubahan harga TBS naik sebesar 0,983%. Dalam penelitian Hirorimus Limbong (2013) yang berjudul Analisis Saluran Tataniaga Sawi Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Hasil penelitian menunjukkan pada tingkatan petani, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 52,- dengan share marginnya sebesar 0,94%. Pada tingkatan pedagang pengumpul, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 225,- dengan share marginnya sebesar 4,09%. Sedangkan untuk pedagang pengecer, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 212,- dengan share marginnya sebesar 3,85%. 2. Biaya tataniaga, sebaran harga (price spread) dan persentasi margin (share margin) pedagang yang menyalurkan sayuran sawi, pedagang pengumpul memperoleh keuntungan yang paling besar di banding lembaga tataniaga yang lain yang terlibat dalam saluran pemasaran. Saluran tataniaga sayuran sawi yang ada di daerah penelitian efisien. Berdasarkan penelitian Afthri Sutrati Ulya (2015) yang berjudul Analisis Pemasaran Pancake Durian di Kota Medan. Metode analisis yang digunakan

15 adalah analisis deskriptif untuk menganalisis saluran pancake durian mulai dari produsen hingga konsumen dan fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran pancake durian. Penelitian tersebut menyimpulkan terdapat empat saluran pemasaran. Pertama, produsen pedagang besar pedagang pengecer konsumen. Kedua, produsen pedagang besar konsumen. Ketiga, produsen pedagang pengecer konsumen. Keempat, produsen konsumen. Saluran pemasaran pancake durian di kota Medan sudah tergolong efisien dan dari keempat saluran pemasaran tersebut share produsen diatas 70%. 2.4 Kerangka Pemikiran Pemasaran kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat melibatkan beberapa pihak yaitu produsen, agen, pengecer, konsumen akhir. Pola penyampaian kepiting ini disebut saluran tataniaga. Di dalam tataniaga suatu produk biasanya terdapat lebih dari satu saluran tataniaga. Pihak yang terlibat dalam penyampaian kepiting disebut dengan lembaga tataniaga. Setiap lembaga tataniaga tersebut akan melakukan fungsi-fungsi tataniaga seperti fungsi penjualan, fungsi pembelian, fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan, fungsi pengambilan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Masing-masing lembaga tataniaga tidak selalu melakukan fungsi yang sama. Semakin panjang saluran tataniaga yang terjadi maka semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat. Lembaga yang terlibat akan melakukan fungsi tataniaga yang mengakibatkan penambahan biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga menentukan tingkat harga yang diterima produsen dan lembaga tataniaga.

16 Biaya tataniaga suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan share margin. Marjin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh pembeli terakhir (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Jika nilai share margin telah diketahui maka akan diperoleh pula besar nilai efisiensi tataniaga kepiting. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut: TATANIAGA KEPITING Saluran Tataniaga Fungsi-fungsi Tataniaga Harga Marjin Pemasaran Share Margin Efisiensi Tataniaga Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan: : Ada Hubungan 2.5 Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang disebutkan maka diambil hipotesis bahwa tataniaga kepiting di daerah penelitian termasuk efisien.